Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106205 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adri Wihananto
"ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang customer satisfaction pada mahasiswa selama mengikuti program pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Binaniaga dan mencari informasi permasalahan yang ada pada setiap atribut yang dianggap penting oleh mereka. Penelitian ini menggabungkan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan desain eksploratori.

ABSTRACT
This study emphasize on the customer satisfaction level of Sekolah Tinggi Ilmu Eknomi Binaniaga's student. It also analyze which attribute is considered to be more important. The purpose of this study is to understand how the university can increase their service quality and fulfill the student's expectation."
2011
T36854
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Damaji Ratmono
"Kajian ini membahas mengenai Indeks Kepuasan Insan Ombudsman pengguna layanan perpustakaan atas layanan perpustakaan Ombudsman RI kurun waktu selama tahun 2019 sampai dengan tahun 2020. Kajian ini nantinya bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis indeks kepuasan insan ombudsman atas layanan perpustakaan di perpustakaan Ombudsman RI sehingga perpustakaan Ombudsman dapat membuat strategi untuk meningkatkan kepuasan pemustaka terutama dari kalangan insan ombudsman. Kajian ini menggunakan pendekatan metode kualitatif dengan pengukuran menggunakan Skala Likert yang dikembangkan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2017 tentang Pedoman Penyusunan Survei Kepuasan Masyarakat Unit Penyelenggara Pelayanan Publik. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan cara yaitu disebarkan secara daring (online) melalui e-survei kepada insan ombudsman selaku pengguna perpustakaan Ombudsman. Penentuan jumlah responden dipilih berdasarkan tabel Sampel Morgan dan Krejcie yang terdapat di dalam pedoman penyusunan survei kepuasan masyarakat unit penyelenggara pelayanan publik Nomor 14 tahun 2017 yang diterbitkan Kemenpan RB, sehingga dengan total jumlah pengunjung dari kalangan insan ombudsman di kantor pusatnya di Jakarta yaitu sebanyak rata-rata 100 orang pertahun maka jumlah sampel yang didapat adalah sebanyak 80 orang responden. Pada kajian ini ditemukan hasil Indeks Kepuasan Masyarakat/Insan Ombudsman atas layanan perpustakaan di perpustakaan Ombudsman RI yaitu mendapatkan kategori baik dengan nilai sebesar 3,23 atau jika dikonversikan menjadi 80,63. Dalam kajian ini terdapat dua unsur pelayanan yang mendapatkan nilai tertinggi yaitu unsur biaya/tarif layanan yang mendapatkan nilai 3,96 atau 99,06 dan unsur perilaku petugas atau pustakawan yang mendapatkan nilai 3,46 atau 86,56. Sedangkan unsur pelayanan yang mendapatkan nilai terendah adalah unsur sarana dan prasarana yaitu dengan nilai 2,80 atau 70,00 dan unsur produk spesifikasi jenis pelayanan yaitu dengan nilai 2,89 atau 72,19. Dari hasil survei ini disimpulkan bahwa untuk program layanan ke depannya, perpustakaan Ombudsman harus melakukan kegiatan peningkatan pelayanannya agar sesuai dengan standar pelayanan perpustakaan khusus dan meningkatkan anggaran dalam memperbaiki sarana dan prasarana yang ada sehingga kualitas layanan dapat berjalan lebih optimal. "
Jakarta: Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi, 2020
020 VIS 22:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwik Akta Piantri
"Skripsi ini mengenai analisis layanan perpustakaan BPS. Pelayanan dianalisis menggunakan metode dimensi kualitas layanan (SERVQUAL) yaitu: penampilan (tangibles), kehandalan (realibility), ketanggapan (responsiveness), kepastian (assurance) dan empati (emphaty). Hasil penelitian ini adalah perpustakaan BPS sudah memiliki kualitas pelayanan yang baik pada penampilan fisik, jaminan dalam penggunaan fasilitas dan layanan serta empati, tetapi kemampuan petugas dalam merespon pengguna dan keandalan petugas masih kurang baik. Penulis menyarankan agar petugas perpustakaan diberi bekal pengetahuan, keterampilan, pengalaman, kemauan dan sikap petugas dalam menghasilkan layanan sebaik mungkin sehingga dapat memenuhi kebutuhan pengguna demi terciptanya layanan yang berkualitas.

This thesis is about the library service of BPS. The library service is analyzed using the method of service quality (SERVQUAL) in the scope of tangibles, realibility, responsiveness, assurance and emphaty. Results of this study are the library of BPS already has a good service quality on its dimensions on the tangibles, assurance in the use of facilities, services and the emphaty for the staff. The ability of staff to respond to the user and the reliability of the staff are still poor. The author suggess that the BPS library staff are given the gain necessary knowledge, skills, experience, willingness and attitude to produce the best quality service to meet the needs of users in order the staff to produce services in best quality."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S564
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Ratna Nur Hawati
"Memberikan pelayanan dengan kualitas terbaik, bukanlah sesuatu yang mudah bagi pengelola Rumah Sakit. Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit menyangkut hidup para pasiennya sehingga bila terjadi kesalahan dalam tindakan medis maka dapat berdampak buruk bagi pasien. Dampak tersebut dapat berupa sakit bertambah parah, kecacatan bahkan kematian. Tantangan ini, harus dihadapi oleh setiap Rumah Sakit yang ada di Indonesia, tidak terkecuali Rumah Sakit Agung.
Saat ini Rumah Sakit Agung adalah Rumah Sakit yang baru memiliki akreditasi D Pratama. Dalam satu tahun ke depan. Rumah Sakit Agung berencana untuk melakukan akreditasi menjadi C Madya sebagai salah satu usahanya untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
Permasalahan yang dihadapi oleh Rumah Sakit Agung adalah terjadinya penurunan kualitas layanan yang ditunjukkan dari penurunan angka kesembuhan dan peningkatan jumlah keluhan yang diberikan oleh pasien rawat inap. Hal tersebut merupakan salah satu indikator yang menunjukkan terjadinya ketidakpuasan pasien atas pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Agung. Jika kondisi ini tidak segera diatasi. maka akan mengakibatkan berkurangnya kepercayaan pasien terhadap mutu pelayanan yang diberikan oleh Rurnah Sakit Agung.
Selama ini, pengukuran kualitas pelayanan yang telah dilakukan oleh Rumah Sakit Agung, masih terbatas hanya untuk megetahui kualitas pelayanan tanpa mengidentifikasi variabel yang dinilai penting oleh pasien dalam membentuk kepuasan pasien. OIeh karenanya, karya akhir ini ditulis untuk menyempurnakan pengukuran kepuasan pasien yang telah dilakukan oleh Rumah Sakit Agung selama ini.
Survei kepuasan dilakukan terhadap 4 faktor penentu kepuasan pasien yakni Pelayanan dokter, Pelayanan peruwat, Administrasi, Keadaan lingkungan dun Fasilitas rawat inap. Survei tidak hanya dilakukan untuk melihat kualitas layanan akan tetapi juga untuk melihat nilai kepentingan variabel-variabel pada masing-masing faktor tersebut. Hasil Survei akan disajikan dalam bentuk analisis kuadran sehingga akan tergambarkan 4 kondisi sebagai berikut :
A. Kuadran A, menunjukkan atribut-atribut pelayanan yang dianggap sangat penting oleh pasien akan tetapi belum dapat dipenuhi oleh Rumah sakit Agung secara optimal.
B. Kuadran B, menunjukkan atribut-atribut pelayanan yang dianggap punting oleh pasien dan telah dapat dipenuhi dengan baik oleh Rumah sakit Agung
C. Kuadran C, menunjukkan atribut-atribut pelayanan yang dianggap kurang penting dan telah dapat dipenuhi dengan baik oleh Rumah sakit Agung
D. Kuadran D, menunjukkan atribut-atribut pelayanan yang dianggap kurang penting namun telah dijalankan dengan sangat baik oleh Rumah sakit Agung.
Hasil survei pada periode bulan Juli - Agustus 2006 menunjukkan hasil sebagai berikut :
I. Analisis Tingkat Kepentingan dan Persepsi Kualitas Layanan Dokter Berdasarkan hasil analisis terhadap layanan dokter dapat disimpulkan bahwa kualitas layanan dokter Rumah Sakit Agung secara umum dipersepsikan cukup baik oleh pasiennya. Hal tersebut dapat diketahui dari tujuh variabel layanan dokter pada hasil analisis per ruang rawat, hanya terdapat tiga variabel yang perlu ditingkatkan kualitasnya.
Berdasarkan hasil analisis terhadap tingkat kepentingan dan persepsi kualitas layanan dokter dapat disimpulkan terdapat perbedaan persepsi antara pasien Super VIP. VIP dan Utama dengan pasien kelas I, II dan III. Hasil analisis pada pasien Super VIP, VIP dan Utama menunjukkan bahwa dokter lebih sering melakukan visit kepada pasien. Selain itu, variabel layanan dokter lainnya juga telah memenuhi harapan pasien sehingga sebaiknya tetap dipertahankan kualitasnya oleh pihak Rumah Sakit Agung.
Pada hasil analisis pada pasien kelas I, II dan III diperoleh terdapat tiga variabel layanan dokter yang sebaiknya ditingkatkan kualitasnya oleh Rumah Sakit Agung. Ketiga variabel tersebut adalah visit dokter, contact dokter dan kejelasan informasi dari dokter. Dari ketiga variabel tersebut, variabel yang memiliki tingkat kepentingan tertinggi adalah variabel kejelasan informasi dokter oleh karena itu, sebaiknya variabel ini menjadi prioritas utama dalam upaya meningkatkan kualitas layanan dokter.
II. Analisis Tingkat Kepentingan dan Persepsi Kualitas Layanan Perawat
Berdasarkan hasil analisis terhadap layanan perawat dapat disimpulkan bahwa kualitas layanan perawat secara umum masih kurang baik menurut pasien. Hal tersebut dapat dilihat dari delapan variabel layanan perawat pada hasil analisis per ruang rawat terdapat 6 variabel yang perlu ditingkatkan kualitasnya.
Berdasarkan hasil analisis layanan perawat secara keseluruhan diperoleh dua variabel layanan perawat yang sebaiknya ditingkatkan kualitasnya yakni variabel kecepatan perawat dan perhatian perawat. Hasil analisis per ruang rawat menunjukkan bahwa adanya perbedaan persepsi kualitas layanan dan tingkat kepentingan pada pasien Super VIP, VIP dan Utama dan Kelas I dengan Pasien Kelas II serta Pasien KelasIII. Menurut pasien Super VlP, V1P dun Utama dan Pasien Kelas 1, variabel yang sebaiknya ditingkatkan kualitasnya adalah kecekatan perawat dan informasi dari perawat. Diantara kedua variabel tersebut, variabel informasi dari perawat memiliki tingkat kepentingan yang lebih penting dibandingkan kecekatan perawat.
Menurut pasien kelas II variabel yang sebaiknya ditingkatkan kualitasnya adalah kecepatan ( respon perawat ) dan visit perawat. Variabel visit perawat dinilai memiliki nilai lebih penting dibandingkan kecepatan perawat.
Menurut pasien kelas II variabel yang sebaiknya ditingkatkan kualitasnya adalah kecepatan perawat, perhatian perawat, visit dan keramahan perawat. Diantara keempat variabel tersebut, variabel perhatian perawatlah yang memiliki nilai lebih penting.
Berdasarkan hasil analisis per ruang rawat tersebut dapat disimpulkan bahwa ada enam variabel layanan perawat yang sebaiknya ditingkatkan kualitasnya oleh pihak Rumah Sakit Agung. Keenam variabel tersebut adalah kecekatan perawat, informasi dari perawat, kecepatan perawat dan visit perawat, perhatian perawat dan keramahan perawat. Diantara keenam variabel layanan tersebut variabel perhatian perawat adalah variabel yang memiliki nilai kepentingan tertinggi. Berdasarkan hal itu, maka sebaiknya pihak Rumah Sakit menempatkan variabel tersebut sebagai prioritas pertama dalam upaya peningkatan kualitas perawat.
III. Analisis Tingkat Kepentingan dan Persepsi Kualitas Layanan Bagian Administrasi.
Hasil analisis terhadap layanan bagian administrasi menunjukkan bahwa kualitas layanan administrasi dipersepsikan kurang baik oleh pasiennya. Hal tersebut dapat disimpulkan dari hasil analisis layanan administrasi per ruang rawat yang menunjukkan terdapat 3 variabel dari 4 variabel layanan administrasi yang membutuhkan upaya peningkatan kualitas. Ketiga variabel ini adalah variabel keramahan petugas, informasi dari petugas dan tarif:
Hasil analisis pada layanan bagian administrasi oleh pasien secara keseluruhan menunjukkan dua variabel yang perlu ditingkatkan kualitasnya yaitu : keramahan petugas dan informasi dari petugas. Konsisten dengan hasil analisis secara keseluruhan, hasil analisis pada pasien kelas I & II menunjukkan hanya dua variabel yang dibutuhkan upaya perbaikan yakni variabel 1 keramahan petugas dan informasi dari petugas. Hasil analisis pada pasien Super VIP, VIP dan Utama menunjukkan bahwa variabel keramahan petugas sebagai satu-satunya variabel yang membutuhkan upaya perbaikan. Selain keramahan dan informasi dari petugas, variabel tarif juga perlu dievaluasi kembali menurut pasien kelas III.
Variabel keramahan adalah variabel yang sebuiknya dijadikan sebagai prioritas utama dalam upaya perbaikan kualitas layanan bagian administrasi di Rumah Sakit Agung.
IV. Analisis Tingkat Kepentingan dan Persepsi Terhadap Lingkungan dan Fasilitas RS
Hasil analisis tingkat kepcntingun dan persepsi terhadap lingkungan dan fasilitas Rumah Sakit menunjukkan bahwa kualitas lingkungan dan fasilitas RS dipersepsikan biasa saja oleh pasien. Hal ini bisa dilihat dari hasil analisis terhadap lingkungan dan fasilitas RS per ruang rawat yang menunjukkan bahwa dari enam variabel terdapat tiga variabel yang membutuhkan upaya perbaikan. Ketiga variabel tersebut adalah kebersihan, kualitas fasilitas dan kualitas makanan.
Hasil analisis pada pasien VIP dan kelas 1 menunjukkan tiga variabel yang membutuhkan perbaikan yaitu kebersihan, kualitas fasilitas dan kualitas makanan. Hasil ini berbeda dengan hasil analisis pada pasien kelas II dan III menunjukkan bahwa hanya ada dua variabel yang membutuhkan upaya perbaikan yaitu kebersihan dan kualitas makanan.
Di antara ketiga variabel yakni variahel kebersihan. kualitas fasilitas dan kualitas makanan, variabel kebersihan adalah variabel yang memiliki nilai kepentingan tertinggi. Berdasarkan hal itu. maka sebaiknya variabel kebersihan dijadikan sebagai prioritas utama dalam upaya perbaikan lingkungan RS dan fasilitasnya.

Most hospital and healthcare organizations in Indonesia faces a high competition. Service quality excellence is a must to survive in healthcare industry. Healthcare organization wasn't sufficient just to deliver high quality medical or clinical care but also have to added market satisfaction to their list of goal.
Agung Hospital is a hospital with D Pratama accreditation in Jakarta. In the next year, this hospital is planning to upgrade it's accreditation to C Madya as a strategy to quality improvement. Agung Hospital faces two problems. This problem is deceased cure rate and increasing complaint from patient. This problem is indicator for quality improvement in Agung Hospital.
Agung Hospital have developed a patient survey, satisfaction measurement in this hospital consist of a `performance only program', which looks purely at service ratings but not the importance of service to patients. Studies and practice have shown that while patient input is essential in regards to rating the performance in service rating. A hospital must also know what patient expect from a service and the aspects they feel are important. This paper presents an application of Importance and Performance Analysis for satisfaction measurement at Agung Hospital. From the past research, this technique has shown the capability to provide management with valuable information for both satisfaction measurement and the efficient allocation of resources, all in easily applicable format.
Patient Satisfaction variables were identified through in deep interview with 10 (ten) patient in Agung Hospital. These variables were developed and incorporated into a survey instrument. These variables are: Doctor's care, nursing care, administration and hospital environment and facility.
The importance and performance of service was rated by 5 liken scales. Importance and performance scores attained from survey instrument are plotted onto four quadrants:
A. Quadrant A. Importance and performance ratings both meet or exceed service quality standards
B. Quadrant B. Importance and performance ratings both fall short of service quality standards
C. Quadrant C. Performance scores do not meet the service quality standard but respondents do not place a high level of importance on the service.
D. Quadrant D. Performance meets or exceeds service quality standards, but a low level of importance is assigned to this particular service.
RESULT
1. Importance and Performance Analysis for Doctor's Care
The result from Analysis indicates there are three variables where the hospital can concentrate on improving doctor performance quality. These variables are doctor visit, contact doctor and information from doctor.
2. Importance and Performance Analysis for Nursing Care
The result from Analysis indicates there are six variables where the hospital can concentrate on improving nurse performance quality. These variables are kecekatan perawat, nurse contact and visit, nurse courtesy, nurse friendliness and nurse information.
3. Importance and Performance Analysis for Administration division
The result from Analysis indicates there are two variables where the hospital can concentrate on improving administration division performance quality. These variables are officer friendliness and officer information.
4. Importance And Performance Analysis for Hospital environment and facility
The result from Analysis indicates there are three variables where the hospital can concentrate on improving administration division performance quality. These variables are cleans, facility quality and food quality.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18455
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosep Rohyadi
"Memberikan kepuasan kepada pasien merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan citra sebuah rumah sakit. Kepuasan pasien dapat diperoleh melalui pemberian pelayanan yang bermutu yang juga merupakan kewajiban profesi. Latar belakang dilakukannya penelitian ini adalah karena masih ada sebagian masyarakat yang merasa tidak puas terhadap pelayanan di rumah sakit umum Cibabat, meskipun pihak rumah sakit tersebut mempunyai misi dan visi yang salah satunya adalah mengutamakan kepuasan pelanggan. Berdasarkan keadaan tersebut peneliti ingin memberikan masukan pada rumah sakit ini melalui suatu penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran hubungan karakteristik demografik dengan kepuasan pasien tentang pelaksanaan "fungsi komunikasi" oleh perawat di ruang rawat inap dewasa rurnah sakit umum Cibabat. Penelitian ini merupakan penelitian descriptive correlational dengan pengumpulan datanya dilakukan secara cross sectional. Hipotesis yang dibuktikan dalam penelitian ini adalah "Adanya hubungan antara karakteristik demografik dengan kepuasan pasien tentang pelaksanaan "fungsi komunikasi" oleh perawat diruang rawat map dewasa rumah sakit umum Cibabat tahun 2004.
Sampel penelitian adalah pasien rawat map lebih dari 1 X 24 jam di ruang rawat inap dewasa rumah sakit umum Cibabat, dengan jumlah 95 responden. Instrumen yang digunakan adalah instrumen untuk mengukur kepuasan yang telah dimodifikasi dan telah disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Instrumen untuk harapan dan kenyataan pelayanan masing-masing terdiri dari 35 pertanyaan. Hasii uji coba validitas (r > 0,202) dan realibilitas (r=0,9603) instrument menggunakan Alpha Cronbach dengan hasil baik.
Hasil penelitian menunjukkan kepuasan pasien dengan katagori puas 50,5% dan yang tidak puas 49,5%. Tidak terbukti adanya hubungan antara karakteristik demografi dengan kepuasan pasien tentang pelaksanaan "fungsi komunikasi" oleh perawat di ruang rawat map dewasa rumah sakit umum Cibabat (p >0,05).
Berdasarkan hasil penelitian beberapa rekomendasi telah disampaikan untuk meningkatkan fungsi komunikasi perawat yaitu melalui pendidikan atau pelatihan. Selain itu perlu adanya penelitian lebih lanjut di bagian rawat jalan, atau dengan metoda lain dan dengan mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien.

Fulfilling satisfaction to patient is one of the efforts to improve the image of a hospital. Patient's satisfaction can be achieved through providing quality nursing care which is also the obligation of a profession. The background to conduct this study was because there many people were dissatisfied to health services at the public hospital Cibabat, although the hospital has vision and mission that lead the management to focus on customer satisfaction. Based on the condition above, the investigator has an aim at providing in puts to the hospital through a study.
The purpose of the research was to describe the relationship between demographic characteristic and patient's satisfaction on implementation of "communication function" of the nurses in adult general ward Cibabat Public Hospital. This descriptive correlational design employed cross sectional approach. The hypothesis was "There is a significant relationship between demographic characteristics and patient satisfaction on implementation of "communication function" of the nurses in adult general ward Cibabat Public Hospital 2004".
The sample was inpatient subjects who has been admitted at lest for 24 hours. The number was 95 respondents. The instrument used to measure the satisfaction was a modified instrument, consisted of 35 questions for expected and actual services. Validity and reliability of the instrument were r > 0.202 and r : 0.9603 (Cronbach alpha) respectively.
The findings showed that those who were in the category of satisfaction was 50,5% and dissatisfaction was 49,5%. There was no relationship between demographic characteristics and patient satisfaction on implementation of "communication function" of the nurses in Cibabat Public Hospital (p>0.05).
Based on the findings, some recomendation were directed to improve the communication function of the nurses through pursuing further education or training. In addition, a, research study was recommended to assess other population (in outpatient) or use another method, and to assess factors influencing patient satisfaction."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T18400
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Sari Rofa
"Sehubungan dengan meningkatnya pertumbuhan organisasi dan persaingan bisnis di industri pendidikan, Fakultas Ekonomi Unsada membutuhkan suatu alat stratejik manajemen yang mampu membantu organisasi untuk memformulasikan dan mengimplementasikan strategi agar dapat meraih keunggulan yang kompetitif. Dimana hal tersebut akan mengarahkan FE Unsada untuk dapat meningkatkan kinerja ke arah yang lebih baik agar dapat bersaing dalam perkembangan peningkatan mutu, kualitas, daya saing dan nilai akreditasi A. Untuk meningkatkan pengelolaan strategi, FE Unsada membutuhkan suatu sistem pengendalian dalam proses pengimplementasian strategi bisnis dari suatu organisasi pendidikan untuk menjalankan strategi yang tepat. Penelitian studi kasus ini menggunakan konsep four levers of control seperti yang dipaparkan oleh Simons (2000) sebagai suatu sistem pengendalian manajemen pada proses implementasi strateginya. Dimana dalam pembahasan mengenai penerapan diagnostic control system akan digunakan konsep Balanced Scorecard yang dijelaskan oleh Kaplan dan Norton (1996). Penerapan four levers of control dilakukan dengan menerapkan belief system yaitu melalui paham/kepercayaan, misi, serta pernyataan tujuan organisasi yang dikomunikasikan kepada seluruh unit di dalam organisasi. Boundary system tercermin melalui business conduct, sistem perencanaan strategi dan prosedur operasional perusahaan. Diagnostic control system yaitu sistem feedback formal yang digunakan untuk memonitor hasil perusahaan dan deviasi yang timbul atas pengukuran kinerja, sistem ini dapat diterapkan dengan menggunakan Balanced Scorecard melalui Key Performance Indicator yang ditetapkan sebagai pengukurannya. Interactive control system dapat diterapkan dengan menggunakan KPI yang dapat memonitor strategic uncertainty yang dihadapi organisasi. Usulan penerapan Balanced Scorecard dimulai dengan melakukan analisis SWOT untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari FE Unsada. Hasil analisis SWOT tersebut digunakan untuk menentukan dan menyelaraskan sasaran strategi dengan visi dan misi organisasi melalui matriks SWOT. Sasaran strategi yang dihasilkan akan diklasifikasikan menjadi lima perspektif. Sasaran strategi tersebut juga digunakan untuk merumuskan pengukuran dan tindakan-tindakan inisiatif menggunakan Balanced Scorecard.

In connection with the growth of the organization and competition in the education industry Faculty of Economics Unsada requires a strategic management tool< that can help organizations to formulate and implement strategies in order to achieve a competitive advantage. Where it will lead FE Unsada to be able to improve the performance to a better direction in order to compete in the development of quality improvement, quality, competitiveness and value of accreditation A. To improve management strategies, FE Unsada requires a control system in the process of implementation of the business strategy an educational organization to execute the right strategy. This case study uses the concept of four levers of control as described by Simons (2000) as a management control system in the process of strategy implementation. Where in the discussion on the implementation of diagnostic control system also using the Balanced Scorecard concept that described by Kaplan and Norton. The implementation of levers of control is done by applying a belief system that is through understanding beliefs mission as well as the statement of the organization's goals are communicated to all units within the organization. Boundary system is reflected through the conduct of business strategic planning systems and operational procedures of the company. Diagnostic control systems are formal feedback system that applied to monitor the results of the company and the deviation arising from performance measurement, this system can be applied by using the Balanced Scorecard through Key Performance Indicators are defined as the measurement. Interactive control system can be implemented by using KPIs that can monitor the strategic uncertainty that will be faced by the organization The proposal of Balanced Scorecard implementation will begins with a SWOT analysis to determine the strengths, weaknesses, opportunities, and threats of FE Unsada. Result of SWOT analysis is utilized to determine the objectives and strategies align with the vision and mission of the organization through the SWOT matrix. As result of this strategy targets will be classified into five perspectives. Afterward, that strategy targets also applied to formulate measurements and actions using the Balanced Scorecard initiative."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faris Al Ghifari
"Penelitian ini membahas mengenai pelayanan kesehatan jiwa di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Buitenzorg tahun 1882-1897. Reformasi kesehatan jiwa di Eropa pada awal abad ke-19 memperkenalkan metode baru yang lebih modern dalam merawat pasien gangguan jiwa, yang dikenal dengan moral treatment (terapi moral). Reformasi serupa juga ingin diterapkan pemerintah Belanda di koloninya, Hindia-Belanda. Hal ini disebabkan karena kondisi pelayanan kesehatan jiwa di sana sangatlah buruk dan beberapa penderita gangguan jiwa ada yang membahayakan masyarakat. Kemudian pemerintah kolonial Belanda berupaya mendirikan rumah sakit jiwa pertama di Buitenzorg atau yang dikenal dengan nama Het Krankzinnigengesticht Buitenzorg pada tahun 1882. Rumah sakit tersebut menerapkan metode perawatan yang sama seperti yang sedang berkembang di Eropa. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari tahapan heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Penulis menemukan bahwa reformasi kesehatan jiwa tersebut telah menghapus stigma lama yang menyatakan gangguan jiwa tidak dapat disembuhkan karena berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya metafisik. Lalu para ilmuan psikiatri berlomba-lomba mencari cara menyembuhkan penderita gangguan jiwa dengan pendekatan yang lebih ilmiah. Penelitian ini mendapat kesimpulan bahwa metode perawatan psikiatri modern yang berkembang di Eropa pada abad 19, turut mempengaruhi pemulihan pasien gangguan jiwa di Hindia-Belanda.

This study discusses mental health services at the Buitenzorg Mental Hospital in 1882-1897. Mental health reforms in Europe at the beginning of the 19th century introduced a new, more modern method of treating mental patients, known as moral treatment. Similar reforms also wanted to be implemented by the Dutch government in its colony, the Dutch East Indies. This is because the condition of mental health services there is very bad and some people with mental disorders are a danger to the community. Then the Dutch colonial government attempted to establish the first mental hospital in Buitenzorg or known as Het Krankzinnigengesticht Buitenzorg in 1882. The hospital implementing the same treatment methods as those developing in Europe. This research uses historical method which consists of heuristic, critique, interpretation and historiography stages. The author finds that the psychiatry reform have removed the old stigma that mental disorders cannot be cured because they are related to things that are metaphysical in nature. Then the psychiatrist scientists are competing to find ways to cure people with mental disorders with a more scientific approach. This study concluded that modern psychiatric treatment methods that developed in Europe in the 19th century, also influenced the recovery of mental patients in the Dutch East Indies."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Luthfiansyah Wiguna
"Perkembangan inovasi dan digital pada sektor perbankan perlu diperhatikan dengan adanya ketentuan mengenai tata kelola bank yang baik. Penelitian ini menganalisis bagaimana sebenarnya kewenangan Otoritas Jasa Keuangan dalam memberikan persetujuan atas rencana pemberhentian direktur utama, direktur yang membawahi fungsi kepatuhan, dan komisaris independen yang termuat di dalam Pasal 11 & 43 POJK 17/2023 tentang pedoman tata kelola bagi bank umum. Penelitian ini memanfaatkan pendekatan doktrinal yang didasarkan pada peraturan yang berlaku di Indonesia serta teori- teori yang sesuai dengan situasi yang terjadi. Data yang dipakai dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang mengacu pada hukum positif di Indonesia, seperti POJK Tata Kelola, UU Perseroan Terbatas, UU Perbankan, dan peraturan lainnya yang berkaitan dengan topik penelitian. Kewenangan Otoritas Jasa Keuangan dinilai hanya sebatas memberikan persetujuan terkait rencana pemberhentian, sehingga kewenangan untuk memberhentikan tetap beradap RUPS pada saat pelaksanaannya. Selain itu, adanya ketentuan mengenai kewenangan Otoritas Jasa Keuangan juga dinilai menginterupsi hak-hak dari RUPS, yakni hak untuk memberhentikan anggota direksi dan dewan komisaris dalam UU PT. Meskipun begitu, kewenangan Otoritas Jasa Keuangan tidak mengintervensi hak RUPS untuk memberhentikan anggota direksi dan dewan komisaris karena Otoritas Jasa Keuangan memberikan persetujuan sebelum pelaksanaan RUPS. Akan tetapi, perlu diingat bahwa pemegang saham memiliki hak untuk meminta diselenggarakannya RUPS dan hak untuk mengusulkan mata acara rapat sehingga dalam hal ini, kewenangan Otoritas Jasa Keuangan mengintervensi beberapa hak dari pemegang saham.

The development of innovation and digitalization in the banking sector needs to be considered with the existence of good bank governance regulations. This research analyzes the authority of the Financial Services Authority (OJK) in approving the plan for the dismissal of the president director, the director overseeing the compliance function, and the independent commissioner as stipulated in Articles 11 & 43 of POJK 17/2023 concerning governance guidelines for commercial banks. This research utilizes a doctrinal approach based on the applicable regulations in Indonesia and theories that are relevant to the current situation. The data used in this study are secondary data referring to positive law in Indonesia, such as the POJK Governance, the Limited Liability Company Law, the Banking Law, and other regulations related to the research topic. The authority of the Financial Services Authority is considered to be limited to giving approval related to the dismissal plan, so the authority to dismiss remains with the GMS during its implementation. In addition, the provisions regarding the authority of the Financial Services Authority are also considered to interrupt the rights of the GMS, namely the right to dismiss members of the board of directors and commissioners in the Limited Liability Company Law. However, the authority of the Financial Services Authority does not intervene in the GMS’s right to dismiss members of the board of directors and commissioners because the Financial Services Authority gives approval before the GMS is held. Nevertheless, it should be noted that shareholders have the right to request the convening of the GMS and the right to propose meeting agendas, so in this case, the authority of the Financial Services Authority intervenes in some rights of shareholders."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Bahar
"Kepuasan pasien merupakan indikator untuk mengukur keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit yang bermanfaat memberikan feed back bagi pihak manajemen. Latar belakang penelitian ini adalah perkembangan RS Budi Lestari yang jauh dari yang diharapkan, yang dapat dinilai dari kinerja rumah sakit dalam tahun terakhir, dimana BOR rata-rata dari tahun 2002-2005 adalah 52 %. Di sisi lain tingkat persaingan yang tinggi dengan rumah sakit sekitarnya yang menuntut rumah sakit untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik agar dapat bertahan dan bersaing dengan rumah sakit sekitar. Penelitian ini dilakukan pada instalasi rawat inap dan rawat jalan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kepuasan pasien dan kualitas pelayanan rumah sakit serta karakteristik pasien yang mempengaruhi kepuasan dan persepsi terhadap kualitas pelayanan RS Budi Lestari dengan memanfaatkan angket yang telah sering dilakukan RS Budi Lestari namun hasil angket tersebut tidak pernah dianalisa. Dari sekian banyak pertanyaan dalam angket, studi ini membatasi pada kualitas pelayanan dan kepuasan pasien.
Metoda yang digunakan adalah deskriptif analitik, desain cross - sectional dengan jumlah angket 150 buah. Data yang terkumpul bersifat kategorikal. Analisa data secara kuantitatif menggunakan analisis univariat, bivariat uji Chi-Square, dan multi variat regresi logistik.
Hasil uji statistik menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan di rumah sakit dengan tingkat kepuasan pasien. Kualitas pelayanan berhubungan dengan tingkat kepuasan: Kualitas pelayanan yang dinilai secara keseluruhan terdiri dari 6 atribut. Dari semua atribut tersebut yang mempunyai nilai bermakna dengan tingkat kepuasan pasien adalah fasilitas peralatan medis, kebersihan rumah sakit, keterampilan petugas dalam pemakaian medis, kecepatan pelayanan serta sikap dan perilaku petugas. Berdasarkan hasil analisis multivariat dengan regresi logistik menunjukkan koefisien determinasi sebesar 0.313 yang berarti fasilitas perawatan medis, kebersihan rumah sakit dan kecepatan pelayanan dapat menjelaskan kepuasan pasien sebesar 31,3%. Faktor dominan yang berhubungan dengan kepuasan keseluruhan adalah kecepatan pelayanan pasien, fasilitas medis dan kebersihan rumah sakit. HasiI uji statistik regresi logistik menunjukkan kualitas pelayanan yang paling dominan mempengaruhi kepuasan pasien adalah kecepatan pelayanan pasien.
Untuk meningkatkan kepuasan pasien maka disarankan untuk melakukan perbaikan kualitas pelayanannya. Disarankan sebelum melakukan questioner alangkah baiknya agar dilakukan kelengkapan instrumen, uji validitas dan reliabilitas untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Survey kepuasan pasien hendaknya dilakukan secara rutin sebagai salah satu alat untuk memantau kualitas pelayanan.

Patient satisfaction represents the indicator to measure the efficacy in worthwhile hospital service give the feed back for management party. This Research background is everlasting growth Budi Lestari Hospital which is far from expected, which can be assessed from hospital performance in the last year, where BOR mean from year 2002-2005 is 52 %. Side of other, dissimilar high emulation storey; level with the vicinity hospital claiming hospital to increase better service, so that can hold out and vie with the hospital of about. This research is done at installation take care of to lodge and take care of the road street. This research target is to know the picture of satisfaction of patient and quality of hospital service and also patient characteristic influencing satisfaction and perception to quality of everlasting service Budi Lestari Hospital by exploiting enquette which have is often conducted by everlasting Budi Lestari Hospital but result of the enquette have never been analyzed. From so much question in enquette, this study limit at quality of service and patient satisfaction.
Method used by is analytic descriptive, design cross-sectional by exploiting result of enquette which have been carried out by Everlasting Budi Lestari Hospital with the enquette amount 150 respondents. Data gathered have the character of the categorical. Analyse the data quantitatively use the analysis of univariat and bivariate test Chi-Square.
Result of statistical test of showing that there is relation having a meaning of between patient perceptions to ill service quality at home with the storey level of patient satisfaction. Service quality relate to the satisfaction storey level. Service quality as a whole consisted of by 6 attribute having value have a meaning with the storey level of patient satisfaction is medical equipments facility, hospital hygiene, worker skill in medical usage, service speed and also attitude and worker behavior. Pursuant to result analyze the multivariate by regression is logistics of showing of coefficient determinate of equal to 0.313 meaning medical treatment facility, hygiene of hospital and service speed can explain the patient satisfaction of equal to 31,3%. Dominant factor which deal with entirety satisfaction is speed of patient service.
To increase patient satisfaction is hence suggested to conduct its service quality repair. Suggested by before doing its questioner is better goodness to be done by a instrument equipment, test the validity and reliabilities to get the more accurate result. Survey of patient Satisfaction shall be done routinely as one of appliance to watch the service quality.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19110
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zuraidah
"Mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit tidak lepas dari pelayanan keperawatan dan medis, maka sudah selayaknya evaluasi kolaborasi perawat - dokter menjadi salah satu variabel penting dalam mewujudkan pelayanan rumah sakit yang bermutu. Peran kolaborasi perawat - dokter belum berjalan dengan baiksehingga pelayanan keperawatan dan pengobatan klien belum optimal. Kondisi ini menyebabkan efisiensi dan efektifitas tindakan keperawatan pada klien juga belum optimal.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kolaborasi perawat-dokter di unit rawat inap, rawat jalan, IGD, ICU dan OK. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Tarakan DKI Jakarta pada bulan Juni 2005. Disain penelitian menggunakan deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah semua perawat yang ada di ruang rawat inap, rawat jalan, IGD, ICU dan OK. Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi di mana responden yang memenuhi kriteria penelitian adalah 80 orang perawat dengan pendidikan DIII dan S1.
Pengumpulan data menggunakan angket yang terdiri atas isian mengenai karakteristik perawat (umur, pendidikan, lama kerja dan tempat kerja), kuesioner tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kolaborasi dan indikator kolaborasi. Uji, analisis hubungan atau kontribusi menggunakan uji korelasi dan Pearson.
Hasil penelitian didapatkan faktor-faktor yang sangat berhubungan kolaborasi perawat-dokter adalah komunikasi (p = 0,0001), saling pengertian antar profesi (p = 0,0001), persepsi tentang kolaborasi (p = 0,0001) dan pendekatan professional (p = 0,031). Namun yang paling berhubungan terhadap variabel kolaborasi perawat - dokter (variabel dependen) adalah yang memiliki Beta paling besar yaitu persepsi tentang kolaborasi (B = 0,351), komunikasi (B = 0,274), saling pengertian atar profesi (B = 0,236), pendekatan professional (B = 0,121).
Dari basil penelitian ini disarankan agar perawat diberi kesempatan untuk menambah pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan komunikasi, melaksanakan hubungan saling pengertian antar profesi serta mengembangkan pemahaman terhadap persepsi tentang kolaborasi.

The quality of health care services is determined by nursing and medical services. In line with this, it is necessary to evaluate the nurses-doctors collaboration in order to achieve a better quality of health care services in a hospital. In fact, the efficiency and effectively of health care services had been scarified as the nurses-doctors collaborations was not optimally fulfilled.
The purpose of this study was to identify factors related to nurse-doctors collaboration at various settings in the hospitals such as the inpatient, outpatient, emergency units, intensive care unit and operating room. The study had been accomplished at RSUD Tarakan Jakarta on June 2005. A descriptive correlation using cross sectional methods was applied to this study. The populations in the study were all nurses at the inpatient units, outpatient units, emergency units, intensive care unit and operating room. The sample was the total population (80 nurses), who had academic and bachelor of educational background and met other criteria of this study.
Data were obtained using questioner which is including data of nurses? characteristic (age, educational background, work experience and working places) and questioners of factors related to collaboration and collaboration indicators. Statistical analysis was performed by correlation test and Pearson's methods.
The findings of this study suggested that there were factors that significantly contributed to nurses-doctors collaboration; communications (p=0.0001), mutual understanding between professions, perception (p=0.0001) on collaboration and professional approach (p=0.031). However, the most significant variables contributed to nurses-doctors collaboration were perceptions on collaboration (B=0.351), communication (B=0.274), mutual understanding between professions (B=0.236) and professional approach (B=0.121).
The results of this study calls attention to the need of preparing nurses to have more knowledge and skills on communication, performing a mutual understanding between professions as well as improving nurses' understanding on their perception about collaboration."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
T18395
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>