Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137924 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Satrya Pinandita
"Dewasa ini, di Indonesia khususnya, produsen produk-produk perawatan tubuh tengah mengembangkan sayapnya dengan menjadikan laki-laki sebagai target baru pada industri mereka. Laki-laki kini juga dituntut untuk merawat dan menjaga tubuh serta penampilan mereka. Berbagai strategi pemasaran seperti pemasangan iklan di televisi dan bioskop dan juga pemasaran melalui media sosial sedang gencar dilakukan sehingga terpaan terhadap pesan-pesan ini tidak akan terelekan.
Penelitian sebelumnya telah mengungkapkan bawah sebuah pesan dapat dimaknai berbeda-beda oleh khalayak luas. Pada penelitian ini, peneliti tertarik untuk menggali bagaimana khalayak pria memaknai gambaran maskulinitas yang terdapat pada iklan susu suplemen L-Men Gain Mass. Latar belakang responden menjadi fokus penelitian untuk mengetahui bagaimana tiap responden dengan latar belakang dan sudut pandang mengenai maskulinitas yang berbeda memaknai pesan maskulinitas pada iklan L-Men tersebut.
Penelitian ini adalah penelitian Kualitatif yang menggunakan pendekatan paradikma intepretive dengan pemilihan responden menggunakan sistem purposive random sampling. Setelah melakukan riset, peneliti menemukan bahwa didikan orang tua serta pengaruh pergaulan sosial adalah dua faktor yang paling mempengaruhi sudut padang responden dalam memaknai pesan maskulinitas. Riset ini bermanfaat bagi para pemasar produk untuk lebih berhati-hati dalam membuat sebuah pesan agar khalayak ramai dapat memaknai pesan yang disampaikan dengan baik.

In late 2000's in Indonesia, beauty and body care companies has began to expand their target market by targeting males as their potential consumers. This fact requires every males to look after their physical appearances. Various marketing strategies such as TV and social media commercial has been chosen by the marketing team to expose Indonesian males which aims to influence their perception and knowledge.
Past research has reveal that a particular message can be intepreted differently by different audiences. In this research, researcher is interested to see how male audiences interpret the masculinity image on L-Men Gain Mass TV Commercial, a protein milk suplement for male. Respondent's background and prior knowledge are chosen to be the study subject and focus to see how these factors are influencing respondent perception and opion towards L-Men's masculinity image.
This research is a qualitative research using intepretive paradigm with purposive random sampling technique. After conducting the research, researcher founds that parenting style and peer groups influence are the strongest factors which influencing respondent's response towards the masculinity message. This research is beneficial for marketer to reflect how they should choose a strong yet impactful message that are acceptable and understandable to make their program succesful.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmatika Qonita Putri
"Tesis ini mengangkat fenomena negosiasi maskulinitas pada penggemar K-Pop laki-laki dengan seksualitas homoseksual yang sebagian besar dari mereka telah melela kepada masyakarat dan menemukan “tempat aman” untuk diterima didalam fandom. Anggapan awal bahwa akan ada penolakan sebagaimana norma Masyarakat heteronormatif karena melihat seksualitas mereka serta maskulinitas yang telah terdekonstruksi. K-Pop dengan sebagian besar fans Perempuan menciptakan ruang aman untuk mereka dalam berkarya dan mempertunjukan soft masculinity mereka. Tujuan penelitian ini untuk melihat, menganalisa dan memahami, negosiasi maskulinitas yang tadinya terhegemoni menjadi soft masculinity. Penelitian ini menggunakan etnografi dengan wawancara mendalam dan observasi sebagai pengambilan data primer. Sebagai penguat teoritis, tulisan ini menggunakan analisa gender dengan Teori Queer oleh Judith Butler sebagai konsep utamanya. Tulisan ini juga menggunakan studi budaya digital, yang mengacu kepada karakteristik dari negosiasi. Temuan dari tulisan ini adalah adanya negosiasi oleh penggemar K-Pop laki-laki dengan seksualitas homoseksual dengan dirinya, Masyarakat sekitarnya, dan K-Pop itu sendiri. Konteks tersebut juga memperkuat temuan bahwa K-Pop bukan lagi hanya sekedar music, tarian, dan video music, melainkan telah berkembang pesat sehingga menjadi sub-culture dari budaya populer.

This thesis explores the phenomenon of negotiating masculinity among male K-Pop fans with homosexual sexuality, most of whom have come out to society and found a "safe place" to be accepted within the fandom. The initial assumption was that there would be a rejection of the norms of heteronormative society because they saw their sexuality and masculinity as deconstructed. K-Pop with mostly female fans creates a safe space for them to work and demonstrate their soft masculinity. The aim of this research is to see, analyze and understand the negotiation of previously hegemonic masculinity into soft masculinity. This research uses ethnography with in-depth interviews and observations as primary data collection. As theoretical reinforcement, this paper uses gender analysis with Queer Theory by Judith Butler as the main concept. This paper also uses digital culture studies, which refer to the characteristics of negotiations. The findings of this article are the existence of negotiations by male K-Pop fans with homosexual sexuality with themselves, the surrounding community, and K-Pop itself. This context also strengthens the finding that K-Pop is no longer just music, dance and music videos, but has developed rapidly to become a sub-culture of popular culture."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Putri Aprillia
"Penelitian ini menganalisis representasi maskulinitas dalam iklan rekrutmen militer Rusia dengan slogan “Ты же мужик” (Kau kan pria) yang ditujukan kepada para pria di Rusia untuk mendaftar militer pada masa perang Rusia-Ukraina. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan mise en scène untuk menguraikan representasi maskulinitas pada iklan pendaftaran rekrutmen militer Rusia dengan menggunakan teori semiotika Roland Barthes (1964) bersamaan dengan konsep maskulinitas hegemoni dari R. W. Connell dan James W. Messerschmidt (2005), dan konsep struktur patriarki dari Sylvia Walby (1990). Hasil penelitian ini mengungkap adanya penekanan pada re-tradisionalisasi maskulinitas yang dikonstruksi dan disampaikan melalui sinergi isyarat linguistik dan visual dalam iklan rekrutmen militer Rusia yang mencerminkan maskulinitas hegemoni dan patriarki di era Federasi Rusia.

This research analyzes the representation of masculinity in Russian military recruitment advertisement with the slogan “Ty zhe muzhik” (You are a man) aimed at men in Russia to enlist in the military during the Russia-Ukraine war. This research uses a qualitative research and mise en scene method to describe the representation of masculinity in Russian military recruitment enlistment advertisement using Roland Barthes' semiotic theory (1964) along with R. W. Connell and James W. Messerschmidt's concept of the hegemony of masculinity (2005), and Sylvia Walby's concept of patriarchal structure (1990). The results of this research reveal an emphasis on re-traditionalization masculinity which is constructed and conveyed through the synergy of linguistic and visual cues in Russian military recruitment advertisements which reflect the hegemonic masculinity and patriarchy in the era of the Russian Federation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Serenada Langit Islam
"Saat ini, isu pelecehan seksual telah menjadi krisis global. Hegemoni maskulinitas memiliki peran dalam masalah yang telah mengakar ini. Maka dari itu, penting bagi laki-laki untuk melibatkan diri sebagai sekutu. Persepsi pria terhadap iklan Gillette berjudul `The Best Men Can Be` dapat menggambarkan posisi pria dalam perjuangan melawan kejahatan seksual. Penelitian ini mengkaji hubungan antara hegemoni maskulinitas dengan isu pelecehan seksual yang dimpilkan oleh iklan Gillette berjudul `The Best Men Can Be`. Responden (N = 17) diminta untuk mengisi kuesioner elektronik kualitatif dan kemudian sebagian dari mereka dipilih untuk diwawancarai. Studi ini berkontribusi pada pembahasan masalah pelecehan seksual dengan mendemonstrasikan bagaimana iklan Gillette dapat digunakan untuk mempromosikan program intervensi pengamat (bystander intervention) seperti yang diusungoleh Berkowitz (2002). Temuan juga menunjukkan bagaimana hegemoni maskulinitas berfungsi secara kompleks dan penting dalam proses pengambilan keputusan laki-laki untuk mengintervensi situasi bermasalah serta berperan dalam munculnya respon negatif terhadap iklan Gillette tersebut.

In all over the world, the issue of sexual harassment has reached crisis proportion. Since hegemonic masculinity plays a role in this deep-rooted problem, it is now crucial that men step up as allies. Men`s perception of Gillette ad titled `The Best Men Can Be` may illustrate where men stand in the fight against sexual crimes. This research examines the relationship between hegemonic masculinity and sexual harassment issue that is brought by the Gillette ad titled `The Best Men Can Be`. Participants (N = 17) completed an electronic, qualitative questionnaire after viewing the ad and some of them were chosen to be interviewed to get an in-depth analysis. This study contributes to the discussion of sexual harassment issue by demonstrating how the Gillette ad can be used to promote bystander intervention program as outlined by Berkowitz (2002). Findings also show how hegemonic masculinity plays a complex and essential part in the decision-making process to intervene a problematic situation and also in the negative response toward the ad."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tony Hotland
"Gerbang abad 21 telah terbuka dan dibaliknya kita pun menemukan
satuan-satuan kecil pola budaya yang sedikit banyak terfragmentasi, terkontaminasi,
tersegmentasi dalam upaya mereka mendefinisikan diri, atau lebih tepatnya mencari
idertitas di r" yang mulai tercabik-cabik dibalik hebohnya globalisasi, intemasionalisasi
ataL:pun universalisasi, yang tidak hanya membentuk seouah desa global tetapi juga
mar1usia global dengan kesadaran global. Maka, semua kriteria kebudayaanpun terserap
yanu juga mempengaruhi hal-hal yang terkesan sepele seperti aQa itu cinta, keindahan,
kecantikan atau ketampanan yang universal.
Per:~elitian ini berusaha melihat bagaimana sebuah majalah pria
menbingkai maskulinitas. Unit analisa yang dia bil adalah majalah Men's Health edisi
Januari sampai Juli 2002. Unt k melakukan hal tersebut, dilakukan dengan analisa
diskursus kritis (Critical Discourse· Analysis). Analisa model ini berusaha melihat
keterkaitan antara tiga level yaitu level teks, discourse practice (produksi dan konsumsi
meciia) dan level sociocultural practice.
Dalam menganalisa isi media, banyak faktor yang terkait didalamnya.
Fakto;-faktor tersebut berkisar da;i faktor pekerja media sebagai lr.dividu, f
orga~nisas i, faktor rutini~as media, faktor dari luar media, sampai ke faktor ideologi. Posisi
mecia yang tidak C:iapat dihindarkan sebagai i nsi:i~usi bisnis pun ikut mempengaruhi isi
medianya.
Analisa yang dilakukan pada level teks menghasilkan 4 buah bingkai
maskulinitas yaitu bingkai seksi dan berotot, bingkai Don Juan, bingkai kesehatan dan
bingkai bisnis.
Analisa discourse practice melihat hubungan antara teks dan proses
proc uksi konsumsi media. Status majalah Men's Health sebagai media waralaba
mempengaruhi proses produksi isi media karena 60 persen edisi lokal merupakan
adaptasi dari edisi internasional yang di'lokal'kan dengan menambahkan sumber-sumber
loka;: Oari analisa ini terlihat bahwa faktor organisasi, audiens, pengiklan dan ideologi
media ikut mempengaruhi isi media. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi isi media
dennan caranya sendiri sehingga menghasilkan sebuah edisi majalah Men's Health Komodifikasi yang terjadi dalam majalah Men's Health meliputi komodifikasi
isi, audiens dan pekerja media. Dengan analisa ekonomi politik media (komodifikasi) ini,
terlihat posisi Men's Health sebagai sebuah institusi bisnis yang memperhitungkan
keuntungan yang akan didapat ketika mempersiapkan dan meram!.! sebuah edisi maja!ah.
Kapitalisme global mendapatkan keuntungan dari tampilan laki-laki seperti yang ada di
majalah Men's Health melalui ekspansi produk-produk bermerk internasional dan sirkulasi
yan!J meningkat diberbagai negara.
Analisa socio cultural dikaitkan dengan situasi kapitalisme media Indonesia,
konstruksi gender, budaya fetishisme dan narsisme dalam masyarakat. Kapitalisme
industri mengakibatkan komoditas pemujaan tubuh menjadi salah satu sarana
menghasilkan dan melipatgandakan kapital. Konstruksi gender menghasilkan konsep
feminin dan maskulin, yang kemudian tumbuh menjadi stereotip dalam masyarakat.
Konstruksi maskulinitas terjadi sejak dini melalui sosialisasi dari berbagai pihak dan
menjadi tuntutan sebuah budaya dari para laki-lakinya.
Fetishisme aan narsisme, yang memfokuskan pada bentuk dan penampilan
fisik juga menjadi faktor hadimya maskulinitas dala masyarakat dan timbulnya
kom.odifikasi maskulinitas. Media serta medium lainnya secara sadar ataupun tidak telah
ikut mengkampanyekan wacana p~mujaan tubuh ini sehingga memberikan perasaan tidak
nyaman bagi populash.mengenai penampilan dan perannya dalam masyarakat.
Dalam konteks globalisasi, dimana batasan waktu dan tempat semakin
teratasi, dunia tumbuh menjadi sebuah desa global. Media-media pun kini melakukan
ekspansi ke seluruh penjuru dunia dan ikut menyebarkan budaya dan nilainya sendiri yang
dibc:wa dari tempat ia berasal. Maskulinitas dalam majalah Men'S Health juga dilihat
sebagai sebuah ekspansi budaya dari Amerika Serikat. Konsekuensinya adalah bahwa
media tidak semata dilihat sebagai respo dari l
kek11atan untuk membentuk masyarakat"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S4064
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Hari Farisca
"ABSTRAK
Iklan merupakan sebuah sumber untuk mendapatkan informasi. Di antara konten-konten yang ditayangkan oleh iklan, banyak yang menggambarkan konsep maskulinitas. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana iklan merepresentasikan konsep maskulinitas dan bagaimana iklan mengkonstruksi maskulinitas di benak khalayak. Untuk itu digunakan analisis semiotika dengan melihat tanda-tanda yang ditampilkan oleh iklan, terlebih melihat makna denotasi dan konotasinya. Hasil penulisan ini menunjukkan bahwa representasi maskulinitas dapat dilihat dari makna denotasi tampilan fisik dan makna konotasi tampilan sikap pria maskulin yang masih menggunakan stereotip lama masyarakat Indonesia. Konstruksi maskulinitas yang digambarkan oleh iklan televisi telah membentuk pola gaya hidup baru bagi kaum pria. Gaya hidup yang terbentuk itu adalah gaya hidup konsumtif.

ABSTRACT
Advertising is one of the ways to get information. Among the contents in advertising, many of them illustrate the concept of masculinity. The purpose of this academic paper is to explain how advertising represents the concept of masculinity and how advertising constructs the masculinity concept in the audiences rsquo s mind. For that reason, the writer uses semiotic analysis meaning of denotation connotation to see signs displayed by advertising. The results of this paper show that the depiction of masculinity still represents the old stereotype about masculinity in Indonesian society. This representation can be seen from the denotative meaning psysical appearance and connotative meaning attitude of masculine men in the advertising. The construction of masculinity that is illustrated by television advertisement has formed a man rsquo s new lifestyle which is consumtive."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Yuliana
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui redefinisi maskulinitas yang dianalisis melalui masculine performativity yang dilihat pada praktik dan pemaknaan pemakaian produk perawatan kulit pada laki-laki. Studi-studi terdahulu menunjukkan laki-laki yang memakai produk perawatan kulit, berguna untuk menjaga penampilan serta menarik perhatian lawan jenis, akan tetapi, belum banyak studi yang melihat fenomena ini sebagai bentuk redefinisi dari maskulinitas, khususnya dalam konteks pemakaian produk perawatan kulit pada laki-laki. Dengan memakai konsep masculine performativity oleh Butler dan body practice dari Shilling sebagai pisau analisis, peneliti berargumen bahwa laki-laki memakai produk perawatan kulit sebagai praktik yang dilakukan secara berulang dan terus-menerus sebagai cara untuk menunjukkan identitas gender mereka. Temuan penelitian menunjukkan bahwa praktik tubuh pada laki-laki yang memakai produk perawatan kulit bertujuan untuk mencapai bentuk tubuh yang mereka inginkan. Sementara, pemaknaan maskulinitas yang terdapat dalam pemakaian produk perawatan kulit dilakukan secara berulang dan konsisten yang dianggap sebagai maskulinitas modern, yaitu laki-laki yang peduli dengan penampilan wajah. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian fenomenologi, yaitu studi yang menggambarkan pengalaman beberapa individu dari suatu fenomena. Sumber data dari studi ini adalah wawancara mendalam dengan informan yang memiliki kriteria sebagai laki-laki yang memakai produk perawatan kulit dan content creator laki-laki di bidang beauty (skincare enthusiast).

This study aims to determine the redefinition of masculinity which is analyzed through masculine performativity which is seen in the practice and meaning of using skin care products for men. Previous studies have shown that men who use skin care products are useful for maintaining their appearance and attracting the attention of the opposite sex, however, not many studies have looked at this phenomenon as a form of redefinition of masculinity, especially in the context of using skin care products for men. man. Using Butler's concept of masculine performativity and Shilling's body practice as an analytical tool, the researcher argues that men use skin care products as a practice that is carried out repeatedly and continuously as a way to show their gender identity. Research findings show that men's body practices using skin care products aim to achieve the body shape they desire. Meanwhile, the meaning of masculinity contained in the use of skin care products is carried out repeatedly and consistently which is considered as modern masculinity, namely men who care about facial appearance. This study uses a qualitative approach with the type of phenomenological research, namely a study that describes the experiences of several individuals from a phenomenon. The data sources of this study are in-depth interviews with informants who have criteria as men who use skin care products and male content creators in the beauty field (skincare enthusiast).
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Qurrota Ayuni Perwiradmoko
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat pemaknaan dari BTS ARMY terhadap rekonstruksi maskulinitas yang dilakukan oleh K-Pop Idol BTS. Studi-studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa K-Pop Male Idol merekonstruksi maskulinitas dan rekonstruksi maskulinitas oleh K-Pop Male Idol tersebut dikonsumsi oleh para penggemar perempuan. Namun, dalam studi-studi tersebut masih belum menjelaskan mengenai pandangan maupun pemaknaan para penggemar tersebut mengenai rekonstruksi maskulinitas yang terjadi, terutama jika dikontekskan pada konstruksi maskulinitas di Indonesia. Penelitian ini berargumen bahwa beragam produk budaya populer Korea atau Hallyu, yang dalam konteks penelitian ini adalah musik dan konten BTS yang tersebar melalui berbagai media digital, yang menampilkan konstruksi maskulinitas yang berbeda dari konstruksi maskulinitas yang hegemonik di masyarakat Indonesia, yang pada akhirnya mampu membuat BTS ARMY menegosiasikan pemaknaan maskulinitas yang berbeda dengan maskulinitas hegemonik di masyarakat mereka. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu adalah pendekatan kualitatif dengan melakukan reception analysis pada konten BTS dengan cara melakukan wawancara mendalam pada BTS ARMY terkait dengan image maskulinitas BTS yang dibawakan melalui konten-konten yang diproduksinya. Hasil temuan menemukan bahwa BTS menampilkan rekonstruksi maskulinitas dengan mematahkan norma yang selama ini ada pada maskulinitas yang menghegemoni, dengan cara mereka berpenampilan dan berperilaku melalui musik dan kontennya yang tersebar melalui berbagai media digital. Terkait dengan rekonstruksi tersebut BTS ARMY mendapatkan pemahaman baru mengenai konsep maskulinitas yang berbeda dari maskulinitas hegemonik yang ada di masyarakatnya.

This study have an aim to see the reception analysis from BTS ARMY towards the reconstruction of masculinity that BTS do. The previous studies showed that the K-Pop Male Idol have reconstructed the meaning of masculinity, and also see how the masculinity reconstruction that the K-Pop Male Idol did has been consumed by the fangirls. However, those studies have not explained about how the fangirls point of view about the reconstruction of masculinity, especially if it is contexted in Indonesia’s masculinity construction. This study argues that the various product of Korean popular culture or Hallyu, which in the context of this research is BTS’s musics and content that is spread through a lot of digital media, that shows masculinity construction which different from the hegemonic masculinity construction in Indonesian society, which in the end is able to make BTS ARMY negotiate the meaning of the masculinity that is different from their society’s hegemonic masculinity. The research method is a qualitative approach by conducting a reception analysis to the BTS content by conducting an indepth interviews to BTS ARMY related to the BTS masculinity image that is delivered through the content that they produced. The findings found that, BTS showing a reconstruction of masculinity by breaking the norms which in all this time exist in the hegemonic masculinity, by how the way they look and behaving through their musics and contents which was spread through various digital media. So by through it, the informant ARMY precisely gain a new comprehension about masculinity concept which is different than the hegemonic masculinity that exists in their society. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pritha Ayunita
"Penggunaan sosok metroseksual dalam eksekusi iklan Men's Biore Black White digunakan sebagai suatu konstruksi dari mitos yang telah secara mendalam tertanam dalam masyarakat. Iklan televisi yang digunakan sebagai medium utama dalam mengiklankan produk karena dinilai sebagai medium yang paling luas jangkuan dan efeknya dirasa paling besar. Dalam iklan televisi yang berdurasi 15 dan 30 detik, beserta shelftalker dengan eksekusi yang kental dengan pendekatan sepak bola, bertujuan untuk membangun kembali awareness khalayak yang menjadi target market karena dirasa banyaknya gempuran merek lain yang merupakan kompetitor dari Men's Biore itu sendiri. Untuk mengetahui bagaimana pengiklan melakukan sebuah konstruksi sosial akan gaya hidup metroseksual terhadap pria yang menjadi target market, maka peneliti menggunakan analisis semiotika dari Roland Barthes untuk membedah iklan dan mengetahui mitos yang dikonstruksikan dalam eksekusi iklan tersebut. Data sekunder yang digunakan adalah wawancara dengan pekerja kreatif yang berada di balik eksekusi iklan tersebut. Dari kedua metode tersebut ditemukan ternyata banyak faktor yang mempengaruhi konstruksi sosial yang berada di dalam eksekusi iklan tersebut, seperti ideologi dari Jepang sebagai negara asal atau cikal bakal terbentuknya PT Kao Indonesia selaku pihak produk dan Dentsu Indonesia selaku agensi iklan, dengan dilakukan adaptasi budaya khalayak Indonesia itu sendiri dengan melakukan FGD (Focus Group Discussion).

Uses of the ideal man or nowadays has becoming more popular with the name metrosexual, in Men's Biore Black White television commercial has becoming a greater issue. It is belief that the television commercial constructed myths which most of people have already known. The agency uses television because it is the most powerful advertising tools that can change men's behavior. Advertising objectives for this 15 and 30 seconds and also the using of shelftalker of the television commercial execution which contains football as the main object, is to rebuild the product awareness to their market. It is because they feel threatened by their competitors. To know how they constructed the metrosexual life style by placing myths, writer used semiotic method of Roland Barthes in order to dig the television commercial. The writer also interviewed with one of the member of the team who handled the product itself to keep the validity of the research. From both methods, the writer found out that many factors which influenced the making and the television commercial itself. The point is that Japan has transferred their ideology to both companies, Dentsu Indonesia and PT Kao Indonesia, by the guideline they purposed to both companies. But the ideology comes in separated ways and they have it adapted with the Indonesian culture by having a Focus Group Discussion."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Friska Adelia Savira
"Dalam beberapa tahun terakhir AXE, produk perlengkapan mandi untuk pria, telah diminta dari media untuk pergantian strategi mereka yang tiba-tiba yang merupakan citra diri AXE tentang 'garis perawatan halus yang dirancang untuk meningkatkan kepercayaan diri pria dengan membantu mereka melihat dan merasakan gaya hidup mereka. terbaik” yang berarti reputasi mereka sebagai produk yang akan selalu membantu pria mendapatkan wanita dengan lebih mudah dengan kampanye yang tidak jauh dari hasrat, kesuksesan, rayuan, maskulinitas, dan daya tarik seksual. Perubahan tersebut cukup signifikan dari reputasi dan strategi mereka sebelumnya tentang maskulinitas, maskulinitas hegemonik yang ternyata merugikan, yang banyak mendapat perhatian tidak hanya dari media tetapi juga dari audiensi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan stereotip maskulinitas dalam iklan produk AXE. Analisis Wacana Multimodal akan digunakan untuk menjelaskan hubungan antara stereotip gender, bahasa, dan identitas. Kajian kualitatif ini mengkaji perkembangan iklan AXE dengan menggunakan empat versi iklan AXE sebagai contoh, yaitu dari tahun 2002, 2007, 2012, dan 2017 dalam kaitannya dengan maskulinitas dan stereotip gender. Hasilnya menunjukkan bahwa AXE membangun konsep maskulinitas mereka dalam iklan mereka pada maskulinitas hegemonik, tetapi untuk mempertahankan relevansi merek mereka, mereka mengubahnya menjadi kampanye maskulinitas anti-toksik, terlepas dari reputasi awal mereka.

In recent years AXE, a toiletries product for men, has been asked from the media for the sudden switch of their strategy which was AXE’s own self defined image of ‘a refined grooming line designed to boost guys’ confidence by helping them look and feel their finest” means their reputation has always been that of a product that would help men to get women more effortlessly with campaigns not far from desire, success, seduction, masculinity and sex-appeal. The change is quite significant from their prior reputation and strategy about masculinity, which was hegemonic masculinity that turned out to be harmful, that has gained a lot of attention not only from the media but also from the audience. The aim of the study is to explain the stereotypes of masculinity in advertisements for AXE products. Multimodal Discourse Analysis will be used to explain the relation between stereotype gender, language, and identity. This qualitative study examines the development of AXE advertisements using four versions of AXE advertisements as examples, which are from 2002, 2007, 2012, and 2017 in relation to masculinity and stereotype gender. The results demonstrate that AXE constructed their concept of masculinity in their commercial on hegemonic masculinity, but in order to maintain their brand relevant, they converted it into an anti-toxic masculinity campaign, despite their initial reputation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>