Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 192242 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nuraini Rahayuning Wulan
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan penggunaan khusus pronomina uri pada nomina yang berhubungan dengan keluarga dan nomina yang memiliki konsep milik bersama serta menunjukkan keterkaitannya dengan sistem nilai kolektivitas masyarakat Korea. Sistem nilai kolektivitas yang tinggi dalam masyarakat Korea menyebabkan masing-masing individu lebih mengedepankan konsep bahwa mereka adalah bagian dari dalam kelompok dan menekan perasaan pribadi. Hal ini tercermin pula pada bahasa yang mereka gunakan. Masyarakat bahasa Korea menggunakan pronomina uri yang secara harfiah berarti kepemilikan “kami” untuk mengatakan pronomina “milikku”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Melalui penelitian ini pembaca diharapkan mampu memahami latar belakang dan penggunaan pronomina uri dalam bahasa Korea dengan lebih baik.

This paper is aimed to explain the special usages of the pronoun uri in the Korean language that are related to the household and collective ownership. This paper will also explain the connection between pronoun uri with the collective value of Korean society. The using of pronoun uri which literally means “our” instead of naeeui which literally means “my” to say pronoun “my” in a sentence is one of the proof of the strong collective value in Korean society. This paper use qualitative method to find, analysis and present the result of the research. Through this paper we can comprehend about the background and the pattern of the special usage of pronoun uri deeper in the future.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Wulan Defridayanti
"ABSTRAK
Konfusianisme merupakan suatu filosofi yang mengutamakan moral manusia. Ajaran ini
berasal dari Cina, tetapi pengaruhnya lebih besar di Korea. Konfusianisme di Korea
memengaruhi nilai-nilai masyarakat Korea sejak zaman Joseon, terutama dalam hubungan
antar sesame manusia. Akan tetapi memasuki era modern Korea mulai meninggalkan nilainilai
lama dan menganut nilai dan ajaran baru megikuti tren masyarakat global. Jurnal ini
membahas contoh nilai Konfusianisme yang masih ada hingga saat ini. Tujuan dari
pembahasan ini yaitu untuk mengetahui nilai konfusianisme apa saja yang masih ada di
masyarakat Korea. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif
dan menggunakan metode pustaka sebagai metode pengumpulan data. Temuan dari
penelitian ini adalah Konfusianisme mempunyai pengaruh yang sangat besar di masyarakat
Korea pada zaman Joseon, tetapi di masa modern ini, pengaruh Konfusianisme sudah
semakin melemah dan mulai ditinggalkan.

ABSTRACT
Confucianism is philosophy that focuses on morality. This teaching comes from China, but
has bigger influence in Korea. From the beginning of Joseon, Confucianism has already
affected value of Korean people, especially in human relationship. Nevertheless when Korea
become more modern, Korean people start to abandon Confucianism’s value and embrace
modern value following western people. The purpose of this research is to know what kind
of Confuscianism value that still exist in Korean society. The method used is descriptive
qualitative and for the data collection method used is the literature method. The result of this
research is Confucianism has a great influence on Korean people when Joseon Dynasty was
established, however in modern time, Confucianism influence has been weakened and
forgotten"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Anggunisa Pertiwi
"Karya ilmiah ini membahas mengenai kemunculan ttalbabo dalam keluarga modern di Korea dan keterkaitannya dengan feminisme. Korea merupakan negara yangmenganut ajaran Konfusianisme di mana derajat laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Namun, semakin berjalannya waktu banyak perubahan yang terjadi dalam budaya masyarakat di Korea, salah satunya adalahttalbabo. Ttalbabo merupakan sebuah istilah untuk menyebutseorang ayah yang begitu menyayangi anak perempuan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah berkembangnya feminisme memberikan pengaruh terhadap meningkatnya jumlah ttalbabo di Korea.

This paper explains the emergence of ttalbabo in the Korean modern family and its relevance to feminism. Korea is a country that adheres to the teachings of Confucianism where men have a higher status than women. However, as time goes by, there are many changes that occur in Korean culture societies, one of them is ttalbabo. Ttalbabo is a term for father who loves his daughter so much. The method which is used is a qualitative method. The result of this research is the increasing number of ttalbabo in Korea which is affected by feminism improvement.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mufidah Li Silmi
"Menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia tidak sebanding dengan tingkat kesadaran masyarakat Korea Selatan yang masih rendah dalam budaya donasi. Munculnya ketidakpercayaan terhadap organisasi amal menjadi salah satu hambatannya. Sementara Korea Selatan merupakan negara yang sangat kental dengan ajaran Konfusianisme yang telah menjadikan masyarakatnya memiliki jiwa altruistik. Tujuan penulisan jurnal ini adalah untuk menjelaskan fenomena budaya donasi di dalam masyarakat Korea. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah deskriptif analisis. Teknik penulisan yang digunakan dalam penulisan ini berdasarkan pengumpulan data sekunder. Hasil penelitian ini menunjukkan rendahnya tingkat partisipasi masyarakat Korea dalam berdonasi bukan karena budaya donasi belum mengakar di Korea, melainkan masyarakat Korea telah mempunyai cara tersendiri dalam melakukan donasi.

Being one of the fastest growing economies countries in the world is not comparable to the level of Korean society awareness that has been low on donation culture. Lack faith in charitable organization is one of the obstacles. Meanwhile, South Korea is a country that is very thick with Confucian thought that make Koreans have altruistic soul. The purpose of this journal is to explain the cultural phenomenon of donating in Korean society. This journal applies descriptive analysis method by collecting secondary data. The result of this research shows the low level of Korean society participation in donating not because donation culture is has not taken root in Korea, but Korean society has its own way of making donation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Josephine Kyla Maharani
"Asimilasi konsonan merupakan salah satu fenomena fonologi bahasa Korea yang mengatur proses perubahan bunyi konsonan karena mendapatkan pengaruh dari bunyi konsonan lain. Penelitian ini dilakukan untuk memaparkan dua klasifikasi asimilasi konsonan bahasa Korea, yaitu nasalisasi dan lateralisasi. Penelitian ini membahas empat pokok bahasan, yaitu artikulasi konsonan bahasa Korea, klasifikasi asimilasi konsonan bahasa Korea, proses perubahan bunyi nasalisasi, dan proses perubahan bunyi lateralisasi. Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan dengan sumber yang diambil dari buku ilmiah dan buku pembelajaran. Melalui studi kepustakaan ini, kesimpulan bahwa letak dan cara artikulasi konsonan bahasa Korea mempengaruhi proses terjadinya perubahan bunyi dapat ditarik. Asimilasi konsonan bahasa Korea diklasifikasikan menjadi empat bentuk, dengan fokus penelitian pada nasalisasi dan lateralisasi. Nasalisasi merupakan perubahan bunyi konsonan menjadi bunyi nasal karena pengaruh konsonan nasal. Nasalisasi terjadi pada bunyi konsonan akhir yang diproduksi dalam letak artikulasi yang sama dengan bunyi nasal dan pada konsonan awal yang berupa konsonan lateral. Sementara itu, lateralisasi mengubah artikulasi konsonan nasal menjadi bunyi lateral karena pengaruh konsonan lateral.

Consonants assimilation is one of the phonological phenomena of Korean language that regulates changes in consonant sound due to the influence of neighboring consonants. This study aims to comprehensively explain two types of consonants assimilation in Korean: nasalization and lateralization. This study discussed four main topics, namely the articulation of consonants in Korean, the classification of Korean consonant assimilation, the nasalization process, and the lateralization process. This research employs a literature study method, utilizing sources from books, textbooks, and previous study. The findings of this study conclude that the process sound change in Korean is affected by the consonant’s place and manners of articulation. Korean consonant assimilation is categorized into four types, with this research focusing on nasalization and lateralization. Nasalization transforms the consonant sound into nasal sound produced at the same places of articulation, influenced by nasal consonant. It occurs in final consonant sounds articulated in the same place as nasal consonants and in initial consonants that are lateral. Meanwhile, lateralization transforms the nasal consonants sound into lateral sound under the influence of lateral consonants."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Josephine Kyla Maharani
"Asimilasi konsonan merupakan salah satu fenomena fonologi bahasa Korea yang mengatur proses perubahan bunyi konsonan karena mendapatkan pengaruh dari bunyi konsonan lain. Penelitian ini dilakukan untuk memaparkan dua klasifikasi asimilasi konsonan bahasa Korea, yaitu nasalisasi dan lateralisasi. Penelitian ini membahas empat pokok bahasan, yaitu artikulasi konsonan bahasa Korea, klasifikasi asimilasi konsonan bahasa Korea, proses perubahan bunyi nasalisasi, dan proses perubahan bunyi lateralisasi. Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan dengan sumber yang diambil dari buku ilmiah dan buku pembelajaran. Melalui studi kepustakaan ini, kesimpulan bahwa letak dan cara artikulasi konsonan bahasa Korea mempengaruhi proses terjadinya perubahan bunyi dapat ditarik. Asimilasi konsonan bahasa Korea diklasifikasikan menjadi empat bentuk, dengan fokus penelitian pada nasalisasi dan lateralisasi. Nasalisasi merupakan perubahan bunyi konsonan menjadi bunyi nasal karena pengaruh konsonan nasal. Nasalisasi terjadi pada bunyi konsonan akhir yang diproduksi dalam letak artikulasi yang sama dengan bunyi nasal dan pada konsonan awal yang berupa konsonan lateral. Sementara itu, lateralisasi mengubah artikulasi konsonan nasal menjadi bunyi lateral karena pengaruh konsonan lateral.

Consonants assimilation is one of the phonological phenomena of Korean language that regulates changes in consonant sound due to the influence of neighboring consonants. This study aims to comprehensively explain two types of consonants assimilation in Korean: nasalization and lateralization. This study discussed four main topics, namely the articulation of consonants in Korean, the classification of Korean consonant assimilation, the nasalization process, and the lateralization process. This research employs a literature study method, utilizing sources from books, textbooks, and previous study. The findings of this study conclude that the process sound change in Korean is affected by the consonant’s place and manners of articulation. Korean consonant assimilation is categorized into four types, with this research focusing on nasalization and lateralization. Nasalization transforms the consonant sound into nasal sound produced at the same places of articulation, influenced by nasal consonant. It occurs in final consonant sounds articulated in the same place as nasal consonants and in initial consonants that are lateral. Meanwhile, lateralization transforms the nasal consonants sound into lateral sound under the influence of lateral consonants."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maudy Oriana
"Skripsi ini membahas tentang adaptasi dalam penerapan budaya hoesik pada perusahaan Korea yang terdapat di Jakarta. Masuknya perusahaan Korea ke Jakarta membuat kebudayaan perusahaan tersebut pun ikut diterapkan. Perbedaan kebudayaan antara Korea dan Indonesia menyebabkan terjadinya adaptasi dalam penerapan budaya tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptis kualitatif dengan menggunakan metode kajian pustaka dan wawancara dalam mengumpulkan data. Hasil dalam penelitian ini adalah bahwa budaya hoesik yang masuk ke perusahaan Korea di Jakarta mengalami berbagai penyesuaian dengan budaya dan norma yang berlaku di Indonesia.

This study discusses about adaptation of hoesik culture in Korea Company located in Jakarta. The entry of Korean companies in Jakarta also cause its company culture to be applied. The culture rsquo s differences between Korea and Indonesia causes cultural adaptation between those two different cultures. This research uses descriptive qualitative method with literature review and interview in collecting datas. The results of this study shows that hoesik culture in Korean company located in Jakarta experiences some adjustments with cultures and norms which prevail in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S69952
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Yasmina Putriningrum
"Ajaran Konfusianisme di Korea telah membawa dampak yang besar terhadap perubahan nilai-nilai budaya tradisional masyarakat Korea, di antaranya adalah perayaan ulang tahun pertama (Doljanchi) yang mendapat pengaruh dari ajaran Konfusianisme. Perayaan ini pada awalnya dilakukan karena keadaan sosial-ekonomi masyarakat Korea yang masih terbelakang. Perayaan Doljanchi dilakukan sebagai bentuk ekspresi rasa terima kasih kepada dewa-dewa dan juga sebagai representasi simbol harapan bagi sang bayi saat tumbuh dewasa. Seiring dengan berjalannya waktu, perayaan ini mengalami perubahan bentuk dan pergeseran nilai budaya di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan nilai budaya yang terdapat pada perayaan Doljanchi di dalam masyarakat modern Korea. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara dan studi pustaka. Hasil penelitian ini mennjukkan bahwa telah terjadi perubahan nilai budaya dalam perayaan Doljanchi di masa modern akibat transformasi dan perubahan sosial budaya dalam masyarakat Korea. Ini berdampak pada perayaan Doljanchi, seperti perayaan yang hanya mengundang keluarga dan kerabat terdekat, beragamnya barang yang diikutsertakan dalam Doljabi, dan berkurangnya proses ritual yang dijalankan.

Confucianism in Korea has had a great impact on changes in the traditional cultural values of Korean society, including the traditional celebration on the first birthday (Doljanchi) which was influenced by Confucianism. Doljanchi was originally carried out because of the socio-economic conditions of the Korean society which is still underdeveloped. Doljanchi’s celebration is done as a form of expression of gratitude to the gods ans also as a symbol of hope for the baby as the baby grows up. Over time, the celebration of Doljanchi has changed its form and shifted the cultural values in it. This study aims to identify changes in cultural values in Doljanchi celebrations in modern Korean society. This study uses qualitative methods with interview techniques and literature study. The results of this study indicate that there has been a change in cultural values in the Doljanchi celebration in modern times due to social cultural transformation and change in Korean society. This has an impact on Doljanchi celebrations, such as celebrations that only include family and closest relatives, the variety of items included in Doljabi, and the reduced process of rituals carried out."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Pratiwi
"Korea merupakan negara yang sangat gencar mempromosikan kebudayaannya ke manca negara, tetapi di balik image Korea yang sangat menjunjung nilai-nilai ketradisionalannya itu ternyata memiliki hal yang tak terduga, sebagian besar masyarakat sudah meninggalkan tradisi dan menganut gaya hidup modern. Kita dapat melihat dari tata cara pernikahannya. Salah satu cara untuk dapat melihat perubahan yang terjadi, kita dapat melihatnya pada pernikahan modern. Penelitian ini penulis lakukan untuk menemukan sebab orang Korea meninggalkan tata cara pernikahan tradisional. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan analisis teks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Korea telah beralih ke gaya hidup modern sampai dengan tata cara pernikahan yang mereka pilih dan meninggalkan pernikahan gaya tradisional Korea yang mereka anggap rumit dan melelahkan. Selain itu, waktu yang diperlukan selama prosesi upacara pernikahan berlangsung jauh lebih singkat dari waktu pernikahan tradisional. Banyak yang berpendapat tempat pernikahan modern lebih bagus dan mewah. Namun demikian, masih ada bagian dari pernikahan tradisional yang masih dipraktekkan karena dianggap penting, seperti: sebuah tradisi pengiriman ham; meminta pendapat cenayang; dan acara pyebaek

Korea is one of the countries that excessively promotes their culture to the world. In contras, with that image Korean has something that unbelievable. Most of Korean people have left their tradition and living in the modern life. It can be seen from the wedding ceremony that used. One of the changes happened in the modern wedding ceremony. This research focus in finding the reasons why Korean people left their traditional wedding. The methods that use in this research are interview, observation, and text analysis. The result of this research conclude that Korean people change their life style and wedding ceremony from the traditional into modern one because the traditional one is too complex. The traditional wedding ceremony also take the longer time than the modern one. Korean people thinks that traditional wedding is exhausting. Many of Korean people also say that modern wedding is more sophisticated and luxurious. Although with those changes, there is still also Korean people that doing traditional activity such as sending the ham, ask the matchmaker, and pyebaek ceremony.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Vaniadika Istamitra
"Penelitian ini membahas tentang deiksis dalam bahasa Korea. Deiksis merupakan kata rujukan yang sifatnya dinamis atau tidak tetap. Deiksis berfungsi sebagai penjelas konteks suatu tuturan atau kalimat. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan deiksis dalam bahasa Korea secara umum dan penggunaannya dalam setiap jenisnya. Penelitian ini merupakan studi kepustakaan yang mengambil sumber dari beberapa penelitian terdahulu. Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana penggunaan deiksis dalam bahasa Korea. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat lima jenis deiksis paling umum dalam bahasa Korea, yaitu deiksis persona, deiksis ruang, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial. Dari kelima jenis ini, dapat dikemukakan bahwa terdapat dua jenis deiksis yang dapat terbagi menjadi beberapa bagian. Deiksis yang dimaksud merupakan deiksis persona yang memiliki pembagian orang pertama, kedua, dan ketiga, dan deiksis waktu memiliki pembagian deiksis kalendrikal dan deiksis non-kalendrikal.

This study discusses deixis in Korean. Deixis is a reference word that is dynamic or not fixed. Deixis functions as an explanation of the context of an utterance or sentence. This study aims to explain deixis in Korean in general and its use in each type. This research is a library research that takes sources from several previous studies. The research question is how to use deixis in Korean. The results of this study indicate that there are five most common types of deixis in Korean: persona deixis, spatial deixis, time deixis, discourse deixis, and social deixis. From these five types, it can be stated that there are two types of deixis which can be divided into several parts. The deixis in question is persona deixis which has first, second, and third-person divisions, and time deixis has calendar deixis and non-calendrical deixis divisions."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>