Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154397 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gilang Aditya Nugroho
"Keberagaman musik, tidak lagi begitu terlihat di Indonesia era 2000-an. Keberagaman musik terakhir dirasakan pada era 90-an. Musik dari berbagai genre mendapat tempat di media konvesional skala nasional. Pop, punk, ska, rock, metal dan sebaginya, dapat dikonsumsi khalayak bahkan dalam satu program acara. Dekade terakhir ini, keberagaman itu mulai tidak terlihat. Musik di indonesia mengalami keseragaman. Media konvensional sudah terlalu berkerabat oleh pihak major label, yang memiliki standar tertentu untuk musik pop yang akan dijadikan populer dan membentuk arus utama (mainstream). Sehingga, musik selain pop kehilangan media sebagai tempat publikasi karya musik.
Industri musik indie, menaungi berbagai materi musik yang memiliki perbedaan selera dengan standarisasi major label. Materi dari major label begitu populer, sehingga pintu media menjadi terbatas pada segmentasi itu. Menanggapi "tutup pintu" dari media konvensional, indie menggunakan media lain yang memungkinkan, yaitu media online. Tetapi, media online tidak bisa memapar khalayak secara paksa, seperti khalayak yang dikondisikan dalam mengkonsumsi media konvensional (TV, radio). Sebaliknya, konsumsi media online tergantung kepada minat khalayak untuk mengaksesnya, ini jelas merupakan sebuah kelemahan dibanding keluasan jangkau media konvensional. Tetapi, industri musik indie berhasil mengoptimalkan media online ini. Melalui media online, industri musik indie berhasil menjalankan fungsi produksi, promosi, distribusi, interaksi, apresiasi bersama khalayak, yang telah menjadi pilar-pilar penjaga bagi sebuah eksistensi industri musik indie di Indonesia.

Music has many kind of genre, but there are not too published in Indonesia since 2000s. We can feel a richness of music in the end of 90s. That many kind genre have a space to show in conventional media, in national scale. Pop, punk, ska, rock, metal, etc, can perform or show a music product, in one program. In the last decade, that many kind of genre going to disappear. Badly, music in Indonesia just show of one kind. Conventional media has too close with major label, that apply a specific standard for a pop music to build up to the most popular then others and make a mainstream culture. So, except a pop music, get no more media as a place to publish their music product.
Indie music industry, as a place for many product music that have some difference taste with major label?s standard. Major label?s product is so popular, that make media be more segmented. Conventional media had closed their door. So, indie use other media that seems possible, that is online media. But, online media can?t force people to take the content as what conventional media (TV, radio) does that trap people/audience with show content in their agenda setting. Online media consumption has a backbone to people demand to access the media, it is absolutely a weakness then how conventional can reach people so broad. But, indie music industry can approve that they can use online media as the best they can. Use online media, indie music industry can success in operating all function; production, promotion, distribution, interaction, appreciation with their people, that a base of keep the existence of indie music industry in indonesia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Adhitya Derisa Rasi Makara
"Tesis ini membahas tentang peranan agregator musik dalam struktur industri musik di indonesia dalam konteks agregator musik ini sebagai agen perubahan strukturasi industri musik dalam hal pendistribusian dan promosi konten musik di era perkembangan teknologi informasi dan komunikasi bagi para musisi indie. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain studi kasus. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ada 2 faktor utama yang mempengaruhi perubahan industri musik Indonesia. Yang pertama adalah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin maju. Dan yang kedua adalah berkembangnya musik Indie (Sidestream). Agregator musik muncul sebagai platfrom bisnis yang fokus mendistribusikan lagu ke toko musik digital di seluruh dunia. Agregator musik berperan sebagai pengganti label rekaman yang kerap kali menjadi sandungan bagi para musisi untuk memasarkan karyanya. Agregator musik melalui toko digital maupun streaming musik dianggap mampu menjawab tantangan era digital dalam hal distribusi dan promosi karya musik. Terlebih, agregator musik dianggap mampu mewadahi karya-karya musisi baru atau musisi indie yang seringkali mengalami kesulitan luar biasa untuk memperkenalkan karya musiknya.

This tesis discusses about the role of Music Aggregator in structur change of music industry in Indonesia in the context that music aggregator is as an agent to change music industry in term of music distribution and promotion content in the growing information and communication technology era for indie musicians. The thesis applies qualitative design with case study design. The study concluded that two main factor which affect of Indonesia music industry change. The first factor is the rapid growth of information and communication technology. The second factor is the rise of Indie Music (Sidestream). Music Aggregator becames a business platform that focuses on distributing songs to digital music stores all around the world. Music Aggregator contributes as subtitutive record label that alwasy hampers all musician to market their creation. Music Aggregator through digital music store or streaming music platform is able to answer the challenges of digital era in the term of music content distribution and promotion. Music aggregator can collect creations of new musicians or indie musicians who often experience extraordinary diffuculty to introduce their creations."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T46318
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Diane Marlina
"Tesis ini bertujuan untuk mengindentifikasi dan memodelkan faktor-faktor yang mempengaruhi pembajakan dalam bentuk file-sharing secara ilegal. Faktor-faktor yang digunakan pada penelitian ini adalah faktor intention-to-use, willingness-topay, customer value, risk perception, advantage perception, attitude toward illegal file-sharing, persepsi terhadap government concern, label and artist concern, dan Online Music Service (OMS) Promotion. Pemodelan faktor-faktor ini dilakukan dengan metode Structural Equation Model (SEM).
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembajakan dalam bentuk file-sharing ilegal yang dilihat dari intention to use-nya terhadap OMS baik secara langsung maupun tidak langsung adalah attitude toward illegal filesharing, willingness-to-pay, advantage perception, customer value, dan persepsi terhadap label and artist concern. Sedangkan faktor persepsi terhadap Government Concern, Risk Perception dan OMS Promotion tidak mempengaruhi pembajakan dalam bentuk file-sharing ilegal.

The purpose of this study is to identify and model the factors that influence illegal file-sharing. Factors used in this study are intention to use, willingness to pay, customer value, risk perception, advantage perception, attitude toward illegal filesharing, government concern, label and artist concern, and Online Music Service (OMS) Promotion. Modeling method for these factors is Structural Equation Model (SEM).
As a result, from the intention-to-use factor, illegal file-sharing piracy is influenced by attitude toward illegal file-sharing, willingness to pay, customer value, label and artist perception and advantage perception. While government concern perception, risk perception, and OMS Promotion have no influence to illegal file-sharing.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T41082
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Khairunnisa
"Bagian 1
Analisis Situasi
Perkembangan musik indie di Indonesia sedang mencapai titik puncak kreativitasnya. Namun sayangnya media tidak memberikan ruang yang cukup untuk musik indie. Padahal sebagian besar pendengar radio membutuhkan informasi mengenai musik indie. Dengan adanya program “Indie Go”, diharapkan kebutuhan akan informasi para pendengar bisa terjawab dan menularkan kreativitas, semangat, dan referensi musik berkualitas.
Bagian 2
Manfaat dan Tujuan Pengembangan Prototipe
Manfaat sosial: meningkatkan wawasan dan pengetahuan mengenai musik kepada pendengar, menambah referensi, inspirasi serta kreativitas kepada pendengar Manfaat bagi stasiun radio: Memperkuat citra radio yang mendukung musik non-mainstream, menarik pendengar dan pengiklan.
Tujuan sosial: memenuhi kebutuhan pendengar mengenai musik indie, menginspirasi dan mendorong pendengar untuk berkarya, dan membuka wawasan bagi mendengar.
Tujuan ekonomi: mendatangkan pengiklan dan sponsor yang akhirnya mendatangkan keuntungan bagi stasiun radio.
Bagian 3
Prototipe yang Dikembangkan
Program ini bernama “Indie Go” dan berformat air magazine. Program ini akan mengangkat album, single, fenomena, konser, dan lifestyle yang sedang berkembang di dunia musik indie. Disiarkan setiap hari Rabu pukul 19.00-19.30 dengan target pendengar remaja dan dewasa muda usia 15-25 tahun, di Jabodetabek dengan SES ABC+.
Bagian 4
Evaluasi
Pre-test dilakukan dengan melakukan Focus Group Discussion (FGD) dengan dua kelompok yang masing-masing beranggotakan enam orang. Pre-test dilakukan sebulan sebelum program “Indie Go” disiarkan. Sedangkan evaluasi dilakukan sebulan setelah program “Indie Go” disiarkan dengan metode telesurvei dan melihat respon pendengar dari berbagai media.
Bagian 5
Anggaran
Jumlah Anggaran Pembuatan prototipe: Rp 198.000
Jumlah biaya produksi 13 episode: Rp 10.010.000
Prakiraan pendapatan per episode (tanpa sponsor): 42.640.000
Jumlah anggaran pre-test: Rp 1.080.000
Jumlah anggaran evaluasi: Rp 1.800.000

Part 1
Situation Analysis
The development of indie music in Indonesia is attaining its peak point of creativity. Unfortunately, the mass media nowadays has not given enough space to indie music, while most of the radio listeners need information about it. “Indie Go” program is expected to meet audience needs of indie music information, as well as to spread the creativity, spirit, and reference of qualified music.
Part 2
Benefits and Objectives of Developing Prototype
Social benefits: to increase the listeners’ insight and knowledge about music, also to add reference, inspiration, and creativity to the listeners. Benefits for the Radio Station: to strengthen the station image that is supporting non-mainstream music, as well as to attract more listeners and advertisers.
Social objectives: to fulfill the listeners’ needs of indie music, as well as to inspire and encourage them to create something, also to broaden listeners’ insight about music.
Economic objectives: to gain more advertisers and sponsors that eventually will give more profit back to the station.
Part 3
The Developing Prototype
This program named by “Indie Go” and has air magazine format. “Indie Go” picks various themes such as album, single, concert, lifestyle, and other phenomenon that is currently growing in indie music world. The program will be aired every Wednesday at 19.00 to 19.30 in Trax FM. Its primary target listeners are teenagers and young adult whose age between 15-25 years old, located in Jabodetabek with SES ABC+.
Part 4
Evaluation
Pretest will be conducted by doing Focus Group Discussion (FGD) to two groups consist of six members of each group. It will be conducted one month before the “Indie Go” program being aired. While the evaluation will be conducted one month after the program being aired by using tele-survey method, as well as seeing listeners’ response from various media.
Part 5
Budgeting
Total Prototype Production Budget: Rp 198.000
Total Production Cost (13 episodes): Rp 10.010.000
Net Income Estimation per Episode (without sponsor): Rp 42.460.000
Total Pretest Budget: Rp 1.080.000
Total Evaluation Budget: Rp 1.800.000
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Elvira Savitri
"Permasalahan yang umumnya dihadapi oleh generasi Y dan Z adalah kurangnya pengetahuan mengenai peluang dan ancaman dalam penggunaan internet Masalah ini dapat diatasi dengan terbentuknya komunitas online Sekolah Demokrasi Digital adalah komunitas online yang membekali pemuda usia 17 21 tahun agar dapat menggunakan internet dengan bijak Setelah lulus dari Sekolah Demokrasi Digital Netstudent diharapkan memiliki beberapa pengetahuan dasar seperti internet dalam perspektif HAM internet untuk demokrasi prinsip prinsip dalam tata kelola internet kebebasan ekspresi online potensi media baru privasi dan keamanan di Internet serta Hybrid Movement Freedom Technologist Penggunaan media online dalam pembentukan komunitas online Sekolah Demokrasi Digital meliputi penyebaran publikasi penyelenggaran seleksi masuk Netstudent peserta didik perancangan metode belajar dan bentuk kelas serta perancangan metode penyimpanan materi belajar.

One of the problems faced by the generations Y and Z is how they are under informed with the opportunities and threats that comes with the internet This however can be overcome by establishing an online community Sekolah Demokrasi Digital is an online community that literate youth ranging from age 17 21 with digital literacy After graduating from Sekolah Demokrasi Digital NetStudents are expected to grasp basic understanding on the online context of human rights internet for democracy the principles of governance of the internet freedom of speech online potentials of new media online privacy and security along with The Hybrid Movement This community uses online media to publicize their activities hold a selection for their Netstudent and developing a syllabus and the repository of learning materials.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hesilia Astri
"Industri musik Indonesia saat ini sangat berkembang pesat. Musisi~musisi dan band-band baru bermuneulan mewamai belantika musik Indonesia. Padahal jika kita mclihat I0 tahun ke belakang, lagu-lagu barat masih menguasai pasar musik Nasional. Namun keadaan sekarang berubah dimana saat ini musik Indonesia telah menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Industri musik negeri kita tidak lagi didominasi oleh musisi yang itu-itu saja, saat ini banyak sekali musisi dan band-band baru yang ikut bersaing merebut hati para pendengar dengan menciptakan lagu-lagu yang sesuai dengan keinginan pasar.
Fenomena yang terjadi di industri musik Indonesia ini mendapat perhatian dari berbagai kalangan, baik dari industri musik sendiri, para musisi, pengamat bahkan para pendengar musik. Perkembangan yang pesat ini menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat. Terlebih dengan bermunculannya musisi dan band-band yang membawakan lagu-lagu yang bernuansa pop melayu dan mendayu-dayu clengan Iirik yang sangat lugas dan apa adanya. Puitis sudah tidak diminati Iagi oleh para musisi dan band-band baru ini. Notasi lagu pun sangat ringan dengan penggunaan kunci-kunci yang sederhana. Scbagian orang menganggap bahwa ini adalah kernunduran musik Indonesia, namun sebagian lagi menganggap bahwa ini adalah variasi bermusik, musik bersitat universal sehingga apapun warna musiknya itu sah-sah saja selama ilu diminati.
Namun bagaimanakah proses hingga akhirnya musik pop melayu dan mendayu berhasil mendominasi pasar musik Indonesia saat ini dan berhasil menelurkan banyak musisi dan band-band yang ikut memeriahkan kancah musik Indonesia?, make. penelitian ini mengangkat tentang fenomena dalam Industri musik Indonesia. Bagaimana musik-musik pop melayu, bertema ringan dan mendayu-dayu dapat menjadi raja di hati masyarakat negeri, padahal kontroversi yang ditimbulkan pun tidak sedikit. Ujung tombak dari keberhasilan musisi dan band-band tentu tidak terlepas dari proses publikasi dan promosi yang diterapkan. Dengan promosi yang gencar maka masyarakat dapat mengetahui lagu-lagu yang saat ini bam dinlis dan dapat dengan cepat akrab di telinga pendengar. Faktor yang paling penting adalah media massa yang menyebarkan lagu-lagu tersebut kepada pemirsa. Dcnganjangkauan yang luas di masyarakat dan frekuensi pemutaran yang berulang-ulang akan mernbangun awareness masyarakat akan lagu-lagu baru yang kemudian mcmbentuk selera masyarakat dan menciptakan trend. Dari sinilah popularitas sang musisi dan band-band terbentuk, basil akhimya adalah peningkatan penjualan terhadap produk musik dan mcmbuka peluang lebih besar dalam dunia entertainment.

Today musics industries in Indonesia are rapidly developed. Newly-formed bands and musicians showed to flourish the world’s of Indonesian musics. Whereas. back to 10 years ago, westem songs were controlled the market of national musics. However, the time has changed where Indonesian music has become the master in its own territory. The industry of our domestic musics are no longer dominated by common musicians, currently there are a vast majority of new bands and musicians that tightly competing for their audiences in producing marketable and reasonable songs.
The current phenomenon in Indonesian music industry has been paid huge attention by music industry itselfi musicians, observers and even music listeners. This highly rapid development is causing pros and cons in the population. Moreover, with emerging of musicians and bands on slow and Pop-Malay musics with simple and to the point lyrics. Poetical is no longer interested by new bands and musicians. Song notation is very light with using simple keys. Partly, people think that this is a setback for Indonesian musics, however, the remaining are thinks that this is a variety of musics, music as a universal language, and it is very acceptable that this kind of music is intriguing.
However, what is the process for slow and Pop-Malay musics can dominating current Indonesian musics and has succeeded to produce many musicians and bands to enliven Indonesian music industry ? So, this study is to review the phenomenon in Indonesian music industry. How can slow, Pop-Malay musics become the king in the heart of Indonesian people, whereas there are so many controversies in this kind of musics.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T33890
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Naldo
"ABSTRAK
Tesis ini membahas resistensi band Mocca dalam menyikapi industri musik
indonesia dalam konteks band indie sebagai agen perubahan strukturasi industri
musik Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain studi
kasus. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa industri musik Indonesia mengalami
penurunan kualitas oleh karena itu terbentuklah musik indie yang lahir dari
komunitas sebagai wadah perlawanan terhadap musik mainstream dan selera
masyarakat.

Abstract
This thesis discusses the resistance of Mocca band and the dealing with
Indonesian music industry in the context of the indie band as an agent of change
on Indonesian music industry structuration. The study was a qualitative research
design with case studies. The study concluded that Indonesian music industry
deteriorated since it was formed by the birth of indie music community as a place
of resistance against mainstream music and tastes of society."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T31133
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Afif Abdurrahman
"Konvergensi media yang sedang terjadi di berbagai dunia kini telah dan sedang mengalami perkembangan di seluruh dunia. Dalam perkembangannya, konvergensi mengalami tantangan pada setiap ranah dan negara yang berbeda. Dalam hal ini, ranah ruang berita atau newsroom menjadi perhatian yang cukup penting dikarenakan media bertanggung jawab atas penyebaran informasi kepada khalayak.
Erat kaitannya antara konvergensi di dalam organisasi berita dengan kemunculan internet dan media online sebagai basis baru bagi ruang berita yang mengadopsi nilai-nilai konvergensi. Internet memiliki banyak keunggulan dalam menyampaikan pesan dan informasi. Kelebihan ini menjadikan internet sebagai media baru dengan karakteristik multimedia, interaktifitas, pengarsipan, dan virtualitas.
Internet memiliki fitur serta iklim yang berbeda dengan media tradisional lainnya yang selama ini digunakan oleh media sebagai ruang berita. Struktur penting dari media baru ini adalah adanya integrasi antar komunikasi, data, dan komunikasi secara masif. Dan hal tersebut dicapai dalam sebuah medium. Praktek jurnalisme yang diterapkan dalam ruang berita yang baru inilah yang akan dikaji dan ditelaah perkembangannya di Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S6917
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>