Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 114492 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amanda Cesira Putri
"Pada penelitian ini, penulis menggunakan data sekunder dari beberapa website dan studi dokumen yang sudah ada. Data terdiri dari penjelasan singkat terhadap komponen musik festival di Indonesia yang terdiri dari konten, struktur media, non-mainstream dan analisis ekonomi. Data ini dibentuk dengan proses pencarian studi kasus mengenai industrialisasi musik festival yang telah ada. Metodepenelitian yang dipakaiadalahStudi dokumen untuk memperoleh data sekunder dan Forum Group Discussion (FGD) untuk data pendukung. Padaindustrialisasi musik festival di Indonesia penulis menjelaskan bahwa prediksi Theodor Adorno dalam teori Industri Budaya yang diungkapkannya, belum berlaku secara menyeluruh di semua genre musik yang ada. Musik festival non-mainstream menunjukkan adanya hasil karya seni murni yang tidak mengikuti arus industri media genre musik lainnya. Dengan adanya komunitas dan pergelaran musik festival independen, musik non-mainstream semakin memperkuat bahwa tidak semua musik dapat di industrialisasi di Indonesia. Dibuatnya jurnal iniiniadalahuntuk kepentingan memperluas dan memperkaya studi dokumen mengenai Teori Industri Budaya milik Theodor Adorno dan, informasi mengenai industri media khususnya musik, dan proses industrialisasi itu sendiri.

In this study, the authors used secondary data from multiple websites and study of existing documents. The data consist of a brief description of the components of the music festival in Indonesia, which consists of content, media structure, non ? mainstream, and economic analysis. These data formed the search process case studies on industrialization music festival that has been there.The research method used is the study of documents to obtain secondary data and Focus Group Discussion ( FGD ) for supporting data. At the music festival in Indonesia industrialization author explains that the predictions of Theodor Adorno Culture Industry in theory it expresses, not apply fully in all genres of music available. Non - mainstream music festival showed works of fine art that does not follow the flow of other musical genres of the media industry. With the community festivals and musical performances of independent, non-mainstream music reinforces that not all music can be in industrialization in Indonesia. This journal is made for the benefit of expanding and enriching the study of documents belonging to the Cultural Industry Theory made by Theodor Adorno and, information about the media industry, especially music, and the process of industrialization itself.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ilham Prasanto
"sejak era awal mula kepopuleranya, festival Musik telah memegang peran yang penting bagi berbagai brand sebagai salah satu alat pemasaran strategis. Hampir semua industri telah memanfaatkan festival musik sebagai platform untuk memasarkan brand branda, mulai dari brand yang lebih lumrah seperti Spotify dan Heineken hingga brand yang kurang lumrah seperti Google dan Mercedes-Benz, hal tersebut menunjukkan bahwa festival musik memiliki posisi yang kuat di dunia pemasaran. Dengan demikian, makalah konseptual ini bertujuan untuk mengeksplorasi lebih jauh tentang faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi pengalaman konsumen dalam festival musik dan bagaimana keterkaitannya dengan hubungan konsumen terhadap brand-tersebut serta bagaimana perkembangan terkini dalam studi pemasaran dapat membantu memaksimalkan penggunaan festival musik sebagai platform pemasaran untuk berbagai brand.

Music Festivals has played a significant role as a strategic marketing tool for brands since the early era of music festivals. Brands across all industries have used music festivals as a platform to market their brand, from the more related brands such as Spotify and Heineken to less related brands like Google and Mercedes-Benzes, this shows that music festival has a strong position in the marketing world. Thus, this conceptual paper aims to explore more about what factors could affect the experience of consumer in music festival and how does its linkage with the consumer-brand relationship and how the recent development in the marketing studies could help maximize the use of music festival as a marketing platform for brands."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Abdu Rauf
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari faktor hubungan festival musik dengan pengunjungnya yakni program quality, information quality, facility quality, souvenir quality, dan environment quality terhadap satisfaction pengunjung terhadap festival musik tersebut dan pengaruh dari satisfaction, perceived value, motivation, group norm, dan social identity terhadap revisit intentions pada festival musik tersebut serta penelitian ini dilakukan pada festival musik di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode PLS-SEM dengan data primer yang dikumpulkan peneliti melalui kuesioner yang disebar di internet. Penelitian ini menemukan bahwa program quality, information quality, facility quality, souvenir quality, dan environment quality memiliki pengaruh positif terhadap satisfaction. Penelitian ini juga menemukan bahwa motivation tidak memiliki pengaruh terhadap revisit intentions. Selanjutnya, satisfaction, perceived value, group norm, dan social identity memiliki pengaruh positif terhadap revisit intentions
.This study aims to determine the effect of relationship between music festival and visitors which are program quality, information quality, facility quality, souvenir quality, and environment quality toward satisfaction of visitors and effect of satisfaction, perceived value, motivation, group norm, and social identity toward revisit intentions of music festival in Indonesia. This study useing PLS-SEM by collecting data with online administered questionnaire. The results of this study show that program quality, information quality, facility quality, souvenir quality, and environment quality have a positive influence on satisfaction. The results of this study also show that motivation has no effect on revisit intentions. In the other hand, satisfaction, perceived value, group norm, and social identity have a positive influence on revisit intentions."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talitha Eza Farahdina
"

Skripsi ini membahas tentang fenomena kebutuhan atas pelarian dan kebebasan pada masyarakat modern perkotaan, yang pemenuhannya dapat dilakukan melalui festival musik We The Fest. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui segmentasi pengunjung We The Fest berdasarkan motivasinya, dan mengetahui karakteristik yang dominan dalam membentuk segmennya. Penelitian ini menggunakan dasar 4 variabel motivasi dalam segmentasinya yaitu; kebaruan acara; pelarian; sosialisasi; dan hiburan. Pendekatan kuantitatif melalui kuesioner yang disebarkan pada pengunjung We The Fest dan teknik analisis faktor, klaster, dan cross tabulation digunakan pada penelitian ini. Hasil penelitian ini membagi pengunjung We The Fest menjadi tiga segmen; “Penggemar Festival Menyeluruh”; “Penggemar Festival Musik”; dan “Pencari Pengalaman Baru”. Pelarian yang bersifat personal, dan pencarian hiburan adalah kebutuhan pengunjung We The Fest dengan karakteristik yang dominan adalah rasa suka terhadap festival musik, rasa ingin tahu, dan rasa suka atas atmosfer We The Fest, yang berkaitan dengan variabel motivasi kebaruan acara dan hiburan. Saran pada penelitian ini adalah “Wish The Fest, “Artist corner”, “We The Fest: 360 experience”.


This study discusses the phenomena of escape and freedom needs in modern urban society that can be fulfilled through music festival called We The Fest. The purpose of this study is to determine the visitor segmentation of We The Fest based on the motivation and to find dominant characteristics that shaped We The Fest segments that are identified in the study. Segmentation in the study use 4 motivation variables as its based; event novelty; escape; socialization; and entertainment. This research uses quantitative approach through questionnaire distributed to visitors of We The Fest and analyzed by factor analysis, cluster analysis, and cross tabulation. The result of the study divides We The Fest visitors into 3 segments; All Around Experiencers, Music Festival Lovers, and Curious Seekers. Personal escape and interpersonal seeking needs are fulfilled at We The Fest. The dominant visitor characteristics are; the enjoyment of music festival event; curiosity; and the enjoyment of the atmosphere at We The Fest which are motivated by event novelty and entertainment variables. The suggested practical advice from the findings are “Wish The Fest,” “Artist Corner”, “We The Fest: 360 Experience”.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghea Kinanti Rizadi
"Aljazair memiliki cukup banyak kebudayaan dan sebagiannya mereka rayakan dengan mengadakan festival. Salah satu festival tahunan yang rutin diadakan di Aljazair adalah festival FiSahara. FiSahara didirikan pada 2003 oleh sahrawi bersama dengan aktivis solidaritas Spanyol dan pembuat film dari Spanyol yang mengunjungi kamp Sahrawi di Aljazair. Penelitian ini mengkaji permasalahan tentang isu Hak Asasi Manusia dalam festival FiSahara. Dalam mewujudkan penelitian ini, penulis menggunakan teori hak asasi manusia dan kebudayaan. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa festival FiSahara adalah festival film Hak Asasi Manusia di Aljazair. Sahrawi memperjuangkan hak asasi manusia orang-orang Sahara Barat melalui festival FiSahara. Pemutaran film-film karya Sahrawi di festival FiSahara bertujuan untuk meningkatkan kesadaran internasional tentang krisis hak asasi manusia yang terlupakan. Festival FiSahara melatih dan mendukung para aktivis dan orang Sahrawi untuk menggunakan video secara aman, etis, dan efektif untuk mengungkap pelanggaran hak asasi manusia dan memperjuangkan perubahan hak asasi manusia.

Algeria has quite a lot of culture and part of it they celebrate by holding festivals. One of the annual festivals that are regularly held in Algeria is the FiSahara festival. FiSahara was founded in 2003 by sahrawi together with Spanish solidarity activists and filmmakers from Spain who visited the Sahrawi camp in Algeria. This study examines the issue of human rights in the FiSahara festival. In realizing this research, the author uses the theory of human rights and culture. The method used is a qualitative method using a literature study approach. The results showed that the FiSahara festival is a Human Rights film festival in Algeria. Sahrawi fights for the human rights of the Western Sahara people through the FiSahara festival. The screening of Sahrawi's films at the FiSahara festival aims to raise international awareness about the forgotten human rights crisis. The FiSahara Festival trains and supports activists and Sahrawi people to use video safely, ethically and effectively to expose human rights abuses and fight for human rights change."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Direktorat Jendral PPG, Departemen Penerangan , 1991
791.43 IND f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Pruett, Jon
Chicago: Chicago Review Press, 2004
780.79 Pru m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Zulfa Nafisah
"Festival musik merupakan salah satu implementasi ruang temporal karena kehadirannya sangat terikat pada aspek waktu. Ruang ini hadir sebagai salah satu cara untuk membentuk interaksi sosial dan perwujudan dari program tertentu di tengah kegiatan sehari-hari masyarakat. Festival musik hadir dengan berbagai konsep dan pengalaman ruang yang kompleks sehingga membutuhkan berbagai peralatan dengan spesifikasi yang tinggi dalam perwujudannya. Penyelenggaraan festival musik melibatkan berbagai aktivitas dalam satu ruang yang sama seperti kegiatan transportasi, penyediaan energi, sanitasi, serta pembangunan konstruksi ruang. Kegiatan-kegiatan tersebut memiliki dampak yang buruk bagi lingkungan karena limbah dan emisi karbon yang dihasilkan jumlahnya cukup besar sehingga berkontribusi sebagai penyebab kenaikan suhu global. Maka dari itu, perlu usaha mitigasi dan edukasi terkait dengan dekarbonisasi sebagai sebuah konsep untuk mengurangi angka emisi. Skripsi ini membahas bagaimana strategi dekarbonisasi dapat diterapkan dalam festival musik sehingga dalam penyelenggaraannya memiliki dampak emisi karbon yang seminimal mungkin. Implementasi strategi dekarbonisasi dalam festival musik dapat dieksplorasi lebih jauh sehingga dapat menyampaikan pesan keberlanjutan kepada masyarakat luas.

Music festivals represent a form of temporal space because their existence is closely tied to aspects of time. This space emerges as a way to facilitate social interactions and as an embodiment of specific programs within the daily activities of society. Music festivals present various complex concepts and spatial experiences, requiring high-specification equipment for their realization. The organization of music festivals involves multiple activities within the same space, such as transportation, energy provision, sanitation, and construction. These activities have detrimental environmental impacts due to the significant amount of waste and carbon emissions they generate, contributing to global temperature rise. Therefore, mitigation efforts and education on decarbonization are necessary as a concept to reduce emission levels. This thesis discusses how decarbonization strategies can be applied to music festivals to minimize their carbon emission impacts. The implementation of decarbonization strategies in music festivals can be further explored to effectively convey sustainability messages to the broader public."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brisbania Ayu Saraswati Bhakti
"Kemiripan pada dua kebudayaan dalam satu negara yang sama kerap terjadi, namun hal tersebut berbeda dengan kemiripan yang terdapat dalam festival Nebuta dan festival Ogoh-ogoh. Skripsi ini meneliti tentang dua negara yang berbeda dan bahkan berjauhan letaknya memiliki kemiripan kebudayaan. Penelitian dipusatkan pada masyarakat Aomori di Jepang dan Bali di Indonesia, tempat kedua festival tersebut dilaksanakan tiap tahunnya. Kedua festival ini merupakan ritual pembersihan diri. Uniknya, tujuan pembersihan diri serta bentuk prosesi yang berupa arak-arakan boneka raksasa dari kedua festival ini memiliki kemiripan satu sama lain. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Dengan berlandasan konsep kebudayaan, hasil penelitian dapat mengklasifikasikan persamaan dan perbedaan yang terdapat pada Festival Nebuta dan Festival Ogoh-ogoh.

The similarities between two cultures in the same country often happens, however it is different from that contained in the similarity of Nebuta festival and Ogoh-ogoh festival. This thesis examines two different countries and even farther apart who have similarities of culture. The study focused on the people of Aomori in Japan and Bali in Indonesia, where the festival is held annually. Both of these festivals is a cleansing ritual of self. Interestingly, self-purifying purposes and form of the procession which is cavalcade giant puppets in both festivals has similarities to one another. This study is a descriptive qualitative research. By using the concept of culture, the results can classify the similarities and the differences found in Nebuta Festival and Ogoh-ogoh Festival.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57351
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihotang, Vera Budi Lestari
"Tabun 1960-an di Amerika ditandai dengan munculnya beberapa gerakan yang muncul dari berbagai kelompok masyarakat yaitu kulit hitam, wanita, kaum gay & lesbian, pemuda, Chicanos & Indian. Gerakan-gerakan tersebut pada dasarnya memperjuangkan persamaan hak di semua bidang kehidupan masyarakat. Salah satu gerakan yang muncul dari kalangan anak muda adalah budaya tanding, yang berkembang di Amerika pada tahun I960-an. Wujud budaya tanding itu sendiri terlihat dalam beberapa ha/ yaitu musik rock, seks bebas, pemakaian obat-obatan terlarang dan mistisisme religius, media underground, juga communal living. Semua wujud budaya tanding ini hadir dalam sebuah festival musik rock pada tahun 1969, yaitu Festival Musik Woodstock, karena itu festival ini dianggap sebagai puncak dari budaya tanding (counterculture). Di Festival Musik Woodstock 1969 ini, terlihal bahwa pendukung budaya tanding ini ternyata lebih besar dan menyeluruh dari yang selama ini dibayangkan, dengan hadirnya hampir 500. 000 yang sebagian besar anak muda dari berbagai penjuru dunia di Festival Musik Woodstock Hal ini pun menjadikan Festival Musik Woodstock 1969 bukan lagi sekedar suatu festival musik biasa, tapi menjadi sebuah gerakan dari anak muda yang menginginkan perubahan. Budaya tanding pun tidak lagi menjadi sebuah sub-culture di antara budaya dominan lainnya yang diterima oleh sebagian besar masyarakat tapi sebaliknya menjadi budaya yang sifatnya menyeluruh."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S12558
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>