Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129412 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Satria Negara
"Hancurnya berbagai sektor ekonomi dunia pasca Perang Dunia ke-2 mengakibatkan hancurya perekonomian di berbagai negara-negara dunia. Di asia, Jepang merupakan Negara yang mampu bangkit dengan cepat dari keterpurukan ekonomi Pasca PD II. Salah satu faktor yang membuat Jepang cepat bangkit dari Keterpurukan ekonomi Asia adalah peranan keiretsu dalam perusahaan-perusahaannya. Meskipun keberadaanya dipadang sebagai hambatan terbesar bagi pihak asing dalam memasuki perindustrian Jepang, tetapi keiretsu melalui kekuatan jaringan dan pembagian kerja serta difersifikasi produk yang dilakukanya telah berhasil memenuhi kebutuhan domestik Jepang, bahkan secara aktif dan agresif membawa Jepang ke dalam perdagangan internasional melalui penetrasi produk dan investasi ke negara-negara lain. Dalam penelitian ini saya akan membahas mengenai peranan keiretsu dan dampaknya terhadap pertumbuhan perekonomian Jepang dari tahun 1951-1973.

The destruction of the various sectors of the world economy after World War 2 resulted collapse economy in various countries of the world. In Asia, Japan is a country that is able to rise quickly from the economic downturn post-World War 2. One of the factors that make Japan rapid rise of Asian economic downturn is the role of the keiretsu in its companies, event keiretsu seen as the biggest obstacle for foreign in industrial enter to Japan, but through the strength of the keiretsu network and division of labor and product has been successfully meet the needs of Japanese domestic, moreover its actively and aggressively bringing Japan into the international trade and investment through the penetration of the product in other countries. In this research, I will explain the role of keiretsu and its impact on Japanese economic growth from 1951-1973.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Sudung M.
"ABSTRAK
Tulisan ini berfokus pada dunia bisnis Jepang, utamanya kelompok bisnis Keiretsu, yakni di mana banyak perusahaan saling menjalin hubungan bisnis satu dengan lainnya. Kelompok ini relatif dominan dengan delapan terbesar al Mitsubishi dan Mitsui, di tahun 1990 menyumbang 16,9% dari total penjualan perusahaan Jepang. Kebanyakan pengamat sepakat bahwa Keiretsu penting dalam perkembangan ekonomi Jepang.
Keberhasilan ini menimbulkan pertanyaan apa landasan bisnis Keiretsu sehingga mencapai kemajuan ini. Seberapa jauh `nlai-nilai' dalam perusahaan maupun masyarakat mempengaruhi perilaku bisnis. Apakah landasan bisnis ini, yakni budaya korporasi, bersifat `universal'. Tiga nilai budaya, `hirarki, kelompok dan jangka panjang' dipilih sebagai nilai mewakili budaya korporasi Jepang dan digunakan sebagai acuan.
Terlihat bahwa Keiretsu merupakan kelompok bisnis yang bekerja sama berlandaskan kesamaan nilai budaya. Dengan demikian tidak tepat dikategorikan sebagai institusi bisnis ataupun institusi sosial budaya semata-mata namun lebih tepat melihatnya sebagai institusi bisnis yang pengelolaan dipengaruhi oleh budaya korporasi yang berasal dari budaya Jepang. Sistem ini tidak hanya diterapkan kelompok perusahaan yang menyandang nama "Keiretsu" tetapi juga oleh kelompok bisnis lainnya di Jepang.
Budaya Jepang ini mempengaruhi bentuk budaya korporasi perusahaan di mana nilai-nilai budaya seperti kelompok, jangka panjang dan hirarki mewarnai berbagai aspek pengelolaan bisnis. Dengan demikian pengelolaan sumber daya manusia seperti shushin kayo (bekerja sampai dengan pensiun) dan nenko joretsu sei (sistem senoritas); maupun pengelolaan keuangan (sistem 'bank utama'), pemasaran (penguasaan pangsa pasar) dan produksi (kanban system, kaizen) merupakan implementasi ketiga variabel budaya korporasi Terlihat budaya korporasi sebagai fungsi dari perilaku bisnis Keiretsu.
Namun dalam 1990-an, terjadi berbagai kemunduran besar pada berbagai kelompok Keiretsu yang mengalami stagnasi dan tekanan dari masalah realestate dan jatuhnya pasar modal. Sebagai contoh, Nissan diambil alih Renault dan Yamaichi Securities bangkrut. Peranan Keiretsu yang cukup signifikan dalam dunia bisnis, menyebabkan kesulitan yang menimpanya turut menekan perkembangan dunia bisnis Jepang secara keseluruhan.
Kesulitan bisnis ini mengancam kelangsungan hidupnya, yang memaksa diadakannya berbagai langkah restrukturisasi, termasuk mengkaji ulang budaya korporasi yang dipunyai. Kelompok Keiretsu menghadapi masalah sulit, bisnisnya telah menggurita meliputi berbagai jenis industri di mana sebagian hanya dapat bertahan dengan memindahkan proses produksi ke negara yang lebih rendah ongkos produksinya. Upaya restrukturisasi mulai memasuki hal yang tabu selama ini yakni `memberhentikan para karyawan'.
Saat ini mulai terjadi pergeseran perlahan dalam bentuk nilai-nilai budaya korporasi maupun strategi yang digunakan. Ada yang ingin melepaskan bentuk Keiretsu namun di lain pihak masih banyak yang ingin mempertahankannya. Sebagian lainnya memilih mengadakan perubahan secara perlahan untuk menyesuaikan dalam lingkungan yang berubah. Ketiga variabel nilai budaya kemungkinan mengalami perubahan secara perlahan, di mana pada tahap tertentu mulai menawarkan fleksibilitas."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
D543
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dien Soufiany
"Setelah Perang Dunia II, akibat kebijakan sekutu, zaibatsu dibubarkan kemudian berubah menjadi keiretsu. Keiretsu muncul diikuti dengan perkembangan perekonomian yang pesat. Dengan demikian di dalam perkembangan perekonomian Jepang keiretsu memiliki pengaruh. Pengaruh keiretsu terhadap perkembangan perekonomian Jepang inilah yang akan dibahas dalam skripsi ini dengan tujuan agar pengaruh keiretsu dapat dipahami dengan baik. Sistem keiretsu yang memiliki jaringan kerja sama yang baik ini diterapkan dalam perusahaan-perusahaan industri Jepang. Sehingga perusahaan-perusahaan tersebut dapat meningkatkan ekspor industri dan turut mendorong perkembangan perekonomian Jepang dan meningkatkan GNP Jepang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S13722
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rico Samuel
"Pertumbuhan ekonomi membutuhkan infrastruktur yang memadai, dan inilah mengapa Pemerintah Indonesia telah mengalokasikan sumber daya finansial yang besar di bangunan infrastruktur. Meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif tinggi sekitar 6 persen per tahun , investasi di infratruktur masih jauh dari cukup, yaitu sekitar 3.5 persen dari GDP. Melihat kondisi ini, penelitian ini ditujukan untuk : 1 menjelaskan hubungan antara sektor konstruksi dan sektor lainnya di dalam perekonomian dan 2 menganalisa dampak dari investasi di sektor konstruksi, melalui investasi domestik dan melalui skema Kerja Sama Pemerintah Swasta KPS bagi perekonomian nasional. Secara metodologi, penelitian ini menggunakan tabel Input-Output sektor konstruksi tahun 2010 dan analisa yang dilakukan: deskriptif, linkage, dan multiplier.
Hasil analisa meliputi: 1 sektor konstruksi berkontribusi 15 untuk total ouput ekonomi di Indonesia, 2 diantara sub sektor di dalam sektor konstruksi, bangunan rumah memiliki kontribusi terbesar untuk output, 3 .labor multiplier pengganda pekerja cukup tinggi, dimana apabila ada peningkatan permintaan akhir sektor konstruksi Rp 100 Milyar, akan meningkatkan jumlah pekerja sebanyak 32 pekerja sektor konstruksi, 4 dampak peningkatan investasi di sektor konstruksi dengan skema KPS lebih besar daripada investasi domestik. Investasi KPS akan meningkatkan total output sebesar 1.11 , total pendapatan sebesar 0.92 , total pekerja 0.68 dan total value added 0.93 dimana perubahan persentase ini cukup kecil untuk investasi domestik.

Economic growth requires adequate infrastructure, which is why the Indonesian government has been allocating many resources on building infrastructure. Although Indonesia rsquo s economy grows relatively high around 6 percent annually , the infrastructure investment is still far from sufficient, which is only about 3.5 percent of GDP. Given this situation, this paper seeks to 1 describe the connections between the construction sector and the other sectors in the economy and 2 analyze the impacts of investments in the construction sector ndash by the domestic private actors and through the Public Private Partnership scheme ndash on the country rsquo s economy. Methodologically, the paper uses the input output IO table of the construction sector in 2010 and performs three sets of analyses descriptive, linkage, and multiplier.
Major findings include 1 the construction sector accounts for as much as 15 of the total economic output in Indonesia. 2 Among subsectors within the construction sector, House Building has the largest contribution to the output. 3 The labor multiplier is relatively high, with an increase in the final demand by Rp.100 Billion in the construction sector leading to an increase in the employment by 32 workers in the construction sector. 4 The impact of an increase in the investment in the construction sector is greater for PPP investments than domestic investments. The PPP investments led to increases in the total output by 1.11 , total income by 0.92 , total labor by 0.68 , and total value added by 0.93 , while the percentage changes were much smaller for domestic investments.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T49116
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Saronto
"Dua puluh tahun yang lalu industri Barat terkejut, kagum dan terpesona melihat kemajuan industri Jepang yang dengan cepat berhasil melakukan penetrasi ke pasar dunia. Produk industri otomotif dan elektronik Jepang seakan-akan tanpa terbendung membanjiri pasar dunia, ternnasuk ke negara-negara Barat yang justru merupakan pelopor dikedua bidang tersebut.
Krisis enerji dan resesi duniapun seakan-akan tidak berpengaruh terhadap laju pertumbuhan arus produk-produk Jepang memasuki berbagai negara, sementara industri di negara-negara Barat masih belum pulih sama sekali serta masih disibukkan oleh pengaruh yang menghancurkan industrinya dari situasi parah dalam ekonomi internasional.
Sekarang ini industri Jepang, setelah mengalami krisis pecahnya "gelembung ekonomi" (economic bubble) disekitar tahun 1988-1992, resesi yang cukup panjang dan kesalahan atas estimasi dalam penentuan arah perkembangan diberbagai sektor industri yang didominasi oleh MITI (Ministry of International Trade and Indutlri), nampak sedang menyusun kembali kekuatan dengan menempuh pola baru dalam struktur organisasi perusahaannya.
Kalau dua puluh tahun yang lalu kalangan industri dan akademik Barat bergairah untuk mempelajari apa sebenarnya sumber dari keunggulan industri Jepang terutama dari segi organisasinya, namun sebaliknya Jepang taus berkembang menurut jalur yang dipilihnya sendiri, yang terikat kuat dengan akarakar budayanya yaitu struktur masyarakatnya. Akar-akar budayanya ternyata dapat melahirkan ikatan erat antara birokrasi dan bisnis, yang oleh para peneliti Barat ditafsirkan sebagai "kolusi" antara birokrasi dan bisnis, dan yang kemudian menimbulkan kesan adanya mitos "Japan Incorporated," seperti anggapan tentang grup zaibatsu dan grup keiretsu?"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfado Agustio
"Kejadian krisis ekonomi 2008 yang melanda negara-negara global termasuk Indonesia, mendorong Bank Indonesia dan pemerintah perlu mempersiapkan tindakan antisipatif dalam menjaga stabilitas pasar keuangan dan perekonomian. Atas dasar tersebut, penelitian ini berupaya mengukur respon instrumen di pasar keuangan dan perekonomian akibat gejolak ekonomi global.
Variabel nilai tukar rupiah dan indeks saham merupakan variabel yang mewakili pasar keuangan, sementara variabel indeks produksi mewakili perekonomian. Untuk variabel global, penulis memilih fed fund rate, volatility index dan harga minyak global. Penelitian ini menggunakan metode Vector Error Correction Model Exogenous Variable (VECM-X).
Semua variabel global diposisikan sebagai variabel eksogen, sementara nilai tukar rupiah, indeks saham dan indeks produksi merupakan variabel endogen. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa, respon pasar keuangan dan perekonomian cukup tinggi akibat adanya gejolak dari ekonomi global. Ini menjadi landasan bagi pemerintah untuk menyusun kebijakan guna menjaga stabilitas pasar keuangan dan perekonomian Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T52083
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisky Khastanty Parisya
"Gempa Bumi Besar Jepang Timur atau Higashi Nihon Daishinsai yang terjadi pada tahun 2011 memberikan dampak negatif terhadap perekonomian Jepang secara luas. Dalam situasi krisis tersebut, pemerintah Jepang mengkaji The New Growth Strategy 2010 untuk mengatasi perekonomian negara. Tertulis dalam The New Growth Strategy 2010 bahwa pariwisata merupakan salah satu pilar industri yang dapat memperbaiki perekonomian Jepang. Pemerintah membuat perencanaan pariwisata yang disebut Tourism Nation Promotion Basic Plan 2012 untuk mengembangkan pariwisata Jepang. Selama pelaksanaan, berbagai upaya yang dilakukan pemerintah Jepang telah menunjukan perkembangan pariwisata yaitu dengan tercapainya beberapa target perencanaan sehingga pertumbuhan ekonomi Jepang dalam bidang pariwisata meningkat

The Great East Japan Earthquake or Higashi Nihon Daishinsai which occurred by 2011 had a negative impact to Japanese economy at large. On that crisis situation, the Japanese Government reviewed The New Growth Strategy 2010 to tackle country?s economy. The New Growth Strategy 2010 says that tourism is one of the pillar which can improve Japanese economy. Then, the Government made Tourism Nation Promotion Basic Plan 2012 to develop tourism in Japan. During implementation, various efforts has shown the development of tourism achieved some targets so the economic growth of Japan in the field of tourism has increased."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S65968
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ranty Putri
"Dengan semakin ditinggalkannya perekonomian berbasis sektor ekstraktif, kini pariwisata menjadi salah satu sektor yang memiliki peluang sangat besar untuk dijadikan sumber pertumbuhan ekonomi alternatif mengingat Indonesia memiliki potensi wisata yang sangat besar. Pemerintah di tingkat pusat maupun daerah pun gencar melakukan usaha pengembangan sektor pariwisata. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara lebih dalam dan mendetil bagaimana peranan sektor pariwisata dalam perekonomian Indonesia menggunakan analisis Model Input-Output dengan data I-O nasional tahun 1995, 2000, 2005, dan 2008.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum, sektor pariwisata merupakan sektor yang memiliki peran cukup penting dalam perekonomian Indonesia karena memiliki angka keterkaitan dan pengganda yang relatif tinggi. Dengan kata lain, permintaan atas barang dan jasa yang diproduksi oleh sektor ini, terutama restoran, hotel dan angkutan darat akan menggerakkan perekonomian secara keseluruhan.

With the abandonment of the extractive sector-based economy, tourism has now become one of the sectors that have a great opportunity to be a new source of economic growth since Indonesia has many tourism potentials. Government at central and regional levels are now start intensively developing the tourism sector. Therefore, this study aimed to analyze more deeply how does the tourism sector affect Indonesia‟s economy using Input-Output model.
The research concludes that in general, tourism sector has an important role in the Indonesian economy because it has a relatively high linkages and multiplier. In other words, the demand for goods and services produced by this sector, especially restaurants, hotels and land transportation will drive the overall economy.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S59945
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R Maulana Nuradhi Wicaksana
"Industri pengolahan hasil perikanan merupakan industri yang sangat potensial dan strategis untuk terus dikembangkan. Sektor ini sangat didukung dengan ketersediaan sumber daya alam perikanan, sumber daya manusia di bidang perikanan serta peluang pasar domestik dan internasional yang sangat besar. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji peranan industri pengolahan hasil perikanan dalam perekonomian Indonesia pada pembentukan output, nilai tambah (NTB), pendapatan masyarakat dan penyerapan tenaga kerja serta keterkaitannya dengan sektor-sektor lain dalam perekonomian Indonesia.
Penelitian ini menggunakan metode analisis input-output dengan melakukan disagregasi dan agregasi secara khusus di sektor industri pengolahan hasil perikanan pada Tabel input-output Indonesia tahun 2010. Dilakukan 3 (tiga) simulasi berdasarkan asumsi hipotetik untuk melihat dampak terhadap perekonomian, yaitu: (1) peningkatan investasi; (2) larangan ekspor dan (3) industri berhenti beroperasi seluruhnya (kehilangan sektor) dengan metode ekstraksi.
Hasil penelitian menunjukkan, struktur permintaan pada sektor ini didominasi oleh struktur prmintaan akhir (52,32%), artinya sektor ini relatif lebih merupakan produk akhir. Permintaan akhir sektor ini lebih berorientasi pada konsumsi domestik daripada ekspor. Dalam proses produksinya, sektor ini memiliki ketergantungan impor yang kecil. Peranan sektor ini terhadap kontribusi pembentukan struktur perekonomian Indonesia relatif kecil. Sektor ini bukan merupakan sektor kunci, namun sangat potensial untuk dikembangkan menjadi sektor kunci di masa depan.
Hasil analisis dampak simulasi peningkatan investasi terhadap perekonomian meningkatkan output (0,66%); NTB (0,38%); pendapatan (0,007%) dan tenaga kerja (0,03%). Dampak simulasi larangan ekspor terhadap perekonomian menurunkan output (0,26%); NTB (0,15%); pendapatan (0,15%) dan tenaga kerja (0,001%). Sedangkan dampak simulasi kehilangan sektor dengan metode ektraksi berdampak pada penurunan nilai keterkaitan ke belakang total dan nilai keterkaitan ke depan total, angka pengganda dan kontribusi ekonomi di seluruh sektor lainnya. Dampak terbesar dari simulasi terjadi pada sektor perikanan tangkap dan budidaya.

Fish processing industry is one of the most strategic and potential industry to be developed, since it is heavily backed up by an abundance of both fisheries and human resources, as well as huge demands in both domestic and international markets. This research is aimed at analyzing the role of fish processing industry towards the Indonesian economy in the formation of output, value added (VA), income, labour absorption and its linkages with the other sectors within the Indonesian Economy, using the Input-Output (I-O) Analysis.
The analysis has been conducted using the 2010 I-O Table of Indonesia, which had previously been customized to meet the analysis requirement through both a disaggregation as well as an aggregation process. The 3 (three) simulations, conducted based on hypothetical assumptions, are: (1) an increasing investment value; (2) the banning of fisheries exports; and (3) a complete industrial shutdown of the fish processing industry.
The results of the analysis show that the demand structure of fish processing industry product is dominated by final demand (52,32%), which indicates that the products are mainly final products. Further analysis also shows that fish processing sectors are mostly domestic oriented, have low dependency on imports, and have a relatively small contributions towards the Indonesian economic structure. Although not a key sectors, but still they are potential to be developed into key sectors in the future.
The Investment simulation shows that a moderate (80%) increase in investment may cause a small (0,66%) growth in the total national output produced; a small (0,38%) growth in the Total National VA formation; a very small (0,007%) growth in income; and a very small (0,03%) growth in labor usage. The total export banning for all fish processing product simulation shows that it may contribute to a small decrease (0,26%) in total national output; a small decrease (0,15%) decrease in total national VA formation; a small decrease (0,15%) in national income; and a very small (0,001%) decrease in national labor. As for the industrial shutdown simulation, the result show that it may cause decreases in both forward and backward linkages, multipliers and economic contribution of all other sectors, especially the aquaculture and capture fisheries sectors which receive the hardest impact of all other sectors."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T43365
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yayat Supriyatna
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak bencana terhadap perekonomian Indonesia. Data yang digunakan untuk melakukan analisis adalah Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Indonesia tahun 2005 dan jumlah aset-aset produksi yang hilang atau rusak akibat dampak langsung bencana tsunami Aceh, gempa bumi Yogyakarta dan Jawa Tengah, dan semburan lumpur Sidoarjo.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis SNSE yang menggunakan jumlah aset-aset produksi yang hilang atau rusak akibat dampak langsung bencana di Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan sebesar Rp6,4 triliun, Sektor Perikanan sebesar 3,7 triliun, Sektor Pertanian sebesar Rp1,9 triliun, Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran sebesar Rp0,1 triliun, dan Sektor Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian, dan Kulit sebesar Rp2,53 milyar sebagai shock terhadap matriks angka pengganda neraca (Ma).
Hasil analisis menunjukkan bahwa bencana memberikan dampak bagi: (1) penurunan output yang relatif besar bagi Sektor Perikanan sebesar 4,58% dan Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan sebesar 2,3%, (2) penurunan penyerapan tenaga kerja yang relatif besar bagi Tenaga Kerja Buruh Tani di Kota sebesar 1,89%, (3) penurunan pendapatan yang relatif besar bagi Rumah Tangga Para Pengusaha Tani sebesar 0,81% dan Rumah Tangga Para Buruh Tani sebesar 0,8%. Sedangkan Perusahaan mengalami penurunan pendapatan sebesar 0,69% dan Pemerintah mengalami penurunan penerimaan negara sebesar 0,47%. (4) penurunan perekonomian Indonesia yang terlihat dengan adanya selisih -0,7% antara PDB jika terjadi bencana dengan PDB jika tidak terjadi bencana.
Persentase penurunan output Sektor Perikanan yang lebih besar dari pada Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan memperlihatkan bahwa dampak langsung bencana tidak selalu sejalan dengan dampak tidak langsungnya. Sehingga, pemerintah harus berhati-hati di dalam pengambilan kebijakan di masa rehabilitasi pasca bencana.

This study aims to analyze the impact of disasters on the economy of Indonesia. Data used for analysis is Social Accounting Matrix (SAM) Indonesia in 2005 and the number of production assets lost or damaged due to the direct impact of the tsunami disaster in Aceh, earthquake in Yogyakarta and Central Java and Sidoarjo mudflow.
The method of analysis used is SNSE analysis that uses the number of production assets are lost or damaged due to the direct impact of disasters in the Financial Sector, Ownership, and Corporate Services Rp6, 4 trillion, Fisheries Sector Rp3.7 trillion, Agricultural Sector Rp1, 9 trillion, Sector Trade, Hotels and Restaurants of Rp0, 1 trillion, and the Manufacturing Sector Spinning, Textile, Apparel, and Leather Rp2, 53 billion as a shock to the balance sheet multiplier matrix (Ma).
The analysis showed that the catastrophic impact of: (1) a relatively large decline in output for the Fisheries Sector of 4.58% and the Financial Sector, Ownership, and Business Services by 2.3%, (2) decline in the employment of relatively large for Labor Workers Peasants in the City of 1.89%, (3) a relatively large decrease in income for Household Entrepreneurs Farmers of 0.81% and Households The Peasant Workers of 0.8%. While the Company's revenue decreased by 0.69% and decreased government revenues amounted to 0.47%. (4) decline in Indonesia's economy is seen by the difference of -0.7% of GDP in case of disaster to the GDP, if not disaster.
The percentage decrease in output Fisheries greater than the Financial Sector, Ownership, and Corporate Services shows that the direct impact of disasters are not always consistent with their indirect impact. Thus, the government must be careful in making policy in the post-disaster rehabilitation.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2011
T29478
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>