Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 203458 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nessya Nazzala
"Anemia adalah kondisi konsentrasi hemoglobin atau jumlah sel darah merah di bawah normal berdasarkan kelompok umur jenis kelamin dan kehamilan Kejadian anemia di Indonesia masih cukup banyak terutama pada anak anak Tingginya prevalensi anemia di negara berkembang seperti Indonesia berhubungan dengan tingginya kejadian malnutrisi akibat rendahnya kemampuan ekonomi Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi anemia dan hubungannya dengan risiko wasting pada anak usia 3 sampai 9 tahun di Pesantren Tapak Sunan Condet Jakarta Rancangan penelitian ini adalah studi cross sectional Penelitian dilakukan pada tanggal 19 Januari 2011 dengan metode pemilihan sampel total sampling Data yang dikumpulkan berupa usia jenis kelamin berat badan tinggi badan dan kadar Hb Data data tersebut kemudian diolah menggunakan Epi Info dan SPSS Dari penelitian ini didapatkan bahwa dari 50 subjek penelitian mayoritas berjenis kelamin laki laki 56 dan berusia 3 6 tahun 86 Dari 50 subjek 13 di antaranya menderita anemia 26 dan enam di antaranya mengalami risiko wasting 12 Satu dari enam anak dengan risiko wasting juga menderita anemia 16 67 Uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara risiko wasting dengan prevalensi anemia p 0 578

Anemia is a condition when the hemoglobin concentration or the amount of red blood cells is below the normal level in terms of age cluster sex and pregnancy In Indonesia anemia is one of the major problem especially in children High number of anemia prevalence in the developing nation such as Indonesia is related to the high number of malnutrition as the cause of the low economic level This study aims to find out the prevalence of anemia and its association with mild wasting in 3 9 years old children at Tapak Sunan Islamic Boarding School Condet Jakarta The cross sectional design was used in this research and the sample was chosen by total sampling The data which include age sex body weight body height and hemoglobin concentration was taken on 19th January 2011 After that the data is processed by using Epi Info and SPSS From 50 subjects involved in this study 56 are male and 86 are 3 6 years old chidren 13 subjects 26 are suffered from anemia while 6 subjects 12 are suffered from mild wasting Besides that one of six children with mild wasting 16 67 is also suffered from anemia The chi square test shows that there is no significant association between mild wasting and the prevalence of anemia p 0 578
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eli Novi
"Anemia merupakan salah satu masalah utama di Indonesia Prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi terutama pada anak usia dibawah 5 tahun Pada umumnya prevalensi anemia lebih tinggi pada anak perempuan dibandingkan dengan anak laki laki Anemia memberikan dampak pada proses tumbuh kembang anak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi anemia dan faktor faktor yang berhubungan pada anak usia 3 9 tahun Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional Penelitian dilakukan di Pesantren Tapak Sunan Condet pada tanggal 19 januari 2011 Sampel pada penelitian ini adalah anak usia 3 9 tahun Pemilihan sampel dilakukan dengan total sampling dengan total sampel yang didapat yaitu 51 anak Data yang digunakan adalah data primer yaitu usia jenis kelamin dan kadar hemoglobin Variabel terikat yaitu anemia dan variabel bebas yaitu usia dan jenis kelamin Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada anak usia 3 9 tahun sebesar 25 5 dengan rincian pada anak usia 3 6 tahun sebesar 25 dan pada anak usia 7 9 tahun sebesar 28 6 sementara prevaleni anemia pada anak perempuan sebesar 39 1 dan anak laki laki sebesar 14 3 Berdasarkan uji statistik dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara usia dengan anemia Fisher p 1 000 tetapi terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan anemia Chi square p 0 043 Prevalensi anemia pada penelitian ini masih tinggi Oleh karena itu untuk mengurangi prevalensi tersebut perlu dilakukan upaya perbaikan gizi terhadap anak dengan memberikan zat gizi mikro seperti vitamin A vitamin B9 vitamin B12 dan zat besi

Anemia is a serious public health problem in Indonesia It is commonly affecting 1 to 4 years old children Generally prevalence of anemia is higher in girls than boys Anemia is negatively impacts children growth and develpoment This study aims to determine the prevalence of anemia and its associated factors This study used cross sectional survey The sample included 51 children aged 3 to 9 years old in Tapak Sunan Condet 2011 The data that used are age sex and hemoglobin concentration Dependent variable is anemia and independent variable are age and gender Result revealed that 25 5 of 3 to 9 years old chidren were anemia Anemia prevalence was lower in 3 6 years old children 25 than 7 9 years old children 28 6 The prevalence of anemia is higher in girls 39 1 than boys 13 9 Age of the children was not significantly associated with anemia Fisher p 1 000 Meanwhile sex of the children was significantly associated with anemia Chi square p 0 043 The control of anemia should be considered as serious health problem in Indonesia Micronutrient intake of children such as vitamin A vitamin B9 vitamin B12 and iron should be increased to overcome this problem"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Girry Al Farisy
"Di Indonesia, prevalensi anemia di masyarakat sebesar 14,8%. Anak usia sekolah merupakan salah satu kelompok masyarakat yang memiliki resiko tinggi terkena anemia sehingga dapat berdampak pada kemampuan siswa di sekolah. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional yang bertujuan untuk mengetahui prevalensi anemia dan hubungannya dengan asupan zat besi pada anak usia sekolah (13-18 tahun). Data didapatkan dari 90 subyek yang merupakan santri pondok pesantren menggunakan kuesioner food records untuk mengetahui asupan zat besi dan skrining Hb menggunakan alat ukur Hb digital untuk mengetahui status anemia. Dari penelitian didapatkan prevalensi anemia sebesar 33,33% dan 98,89% subyek dengan asupan zat besi kurang. Data kemudian dianalisis menggunakan uji Fisher's Exact Test dan didapatkan p=1,00 yang berarti tidak ada hubungan bermakna antara status anemia dengan asupan zat besi.

In Indonesia, the prevalence of anemia in the community is 14.8%. School-age children is a group of community who are in high risk of anemia which may affect their ability in school. This study uses cross-sectional design to measure the prevalence of anemia and its relation with iron intake in school-age student (13-18 years old). Data were obtained from 90 subjects from an Islamic boarding school using food records questionnaires to measure the iron intake and hemoglobin screening using a digital measuring device to determine the status of anemia. The result shows that the prevalence of anemia was 33,33% while the amount of subject with lack of iron intake was 98,89%. Data were analyzed using Fisher's Exact Test test and obtained p = 1.00, which means there is no significant difference between anemia status and iron intake.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Mentari Sofyan P.
"Wasting merupakan salah satu masalah kurang nutrisi yang umum terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kondisi tersebut adalah lingkungan yang kurang bersih, fasilitas kesehatan yang kurang memadai, asupan makanan yang tidak adekuat, dan riwayat penyakit. Umumnya wasting menyerang populasi anak-anak yang sebelumnya mengalami malnutrisi kronik seperti stunting. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk prevalensi risiko wasting dan hubungannya dengan risiko stunting.
Penelitian tersebut dilakukan dengan rancangan observasional cross-sectional. Sasaran penelitian ini adalah anak usia 3 hingga 9 tahun yang dipilih dengan cara metode total sampling dan dilakukan di Pesantren Tapak Sunan, Condet, Jakarta, pada bulan Januari 2011. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data diri subjek, tinggi badan, dan berat badan. Data tersebut diolah dan dianalisis dengan SPSS dan Epi Info menggunakan uji Fisher.
Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa prevalensi risiko wasting sebesar 12% dan prevalensi risiko stunting sebesar 8%. Selain itu, didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara risiko wasting dan risiko stunting (p=1). Hal ini dikarenakan penderita risiko wasting kemungkinan tidak mengalami stunting sebelumnya.

Malnutrition has been one of the worst health problems since a very long time ago. Wasting cases are most likely to occur in developing or third world countries, such as Indonesia. There are many factors that could lead to wasting problem, such as unhealthy environment, poor healthcare facilities and infrastructures, poor nutrition intake, and bad health record. Wasting has higher possibility to occur while someone has been suffering from stunting.
Therefore, the prevalence of wasting risk and the association with stunting risk will be studied further in this research which was conducted at Tapak Sunan Islamic boarding School, Condet, Jakarta on January, 2011 by applying cross-sectional observational method. The data was gathered and obtained from interviews including height and weight measurements of 3 to 9 years old children who were selected by total sampling method. SPSS (Fisher test) and Epi Info were used to process and analyze the data from the research.
It revealed that the prevalence of wasting risk was 12%, while the stunting risk was 8%. Moreover, there was no association between wasting risk and stunting risk (p=1). It is because the subject suffering wasting risk might not suffer from stunting before.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deon Raditya Hibbattino
"Anemia merupakan salah satu sindrom yang menjadi salah satu masalah kesehatan yang paling umum di dunia. Anemia dapat terjadi pada setiap orang termasuk remaja usia 13-18 tahun. Salah satu kelompok masyarakat yang rentan terhadap anemia adalah santri pondok pesantren. Masalah pola makan sering dijumpai sehingga dapat mempengaruhi status gizi santri tersebut. Penelitian ini merupakan studi cross sectional dengan menggunakan pengukuran indeks massa tubuh dan kadar hemoglobin dalam darah dari santri Pesantren Tapak Sunan tahun 2011. Pengukuran indeks massa tubuh dikonversi menjadi status gizi berdasar acuan standar antropometri penilaian status gizi anak Kementerian Kesehatan Indonesia, sedangkan kadar hemoglobin akan dikonversi menjadi status anemia menggunakan batasan anemia dari WHO. Dari penelitian didapatkan prevalensi anemia sebesar 25,5% dengan tingkat prevalensi pada status gizi baik sebesar 16% dan prevalensi anemia pada gizi lebih sebesar 9,5%. Data dianalisis dengan menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan nilai kemaknaan p=0,397. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara status gizi dengan terjadinya anemia pada santri pesantren tersebut.

Anaemia is a syndrome which occur wideworld and become one of the common health problem around the world. Everyone can suffer anaemia include adolescent aged at 13-18 years old. One of the society member whose at risk to develop anaemia is students of pesantren, they tend to ignore their needs include the needs to eat healthy food. This problem can influence their nutritional status. This study is a cross-sectional study using measurement of body mass index and the concentration of haemoglobin in blood from student of Pesantren Tapak Sunan in 2011. The measurement of body mass index will be converted to nutritional status based on anthropometric assessment of child nutrition standards of Indonesian Ministry of Health, while the concentration of haemoglobin in blood will be converted to anaemic status according to WHO cut-off point. Result show that 25.5% subjects with anaemia and 16% subjects with anaemia have good nutritional status while 9.5% subjects with anaemia have excess nutritional status. Data is analyzed with chi-square and obtained p=0.397 which means that the relationship between nutritional status and anaemia prevalence in the student of pesantren doesnt have a significant means.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faizah Khusnayain Wijayanti
"Anemia merupakan suatu masalah bagi negara berkembang seperti Indonesia. Pada anak-anak, anemia telah diketahui berdampak pada perkembangan kognitif dan keterlambatan pertumbuhan. Pertumbuhan anak yang terhambat berdasarkan tolak ukur usia sebagai dampak dari anemia disebut stunting. Istilah risiko stunting dalam penelitian ini mengacu kepada HAZ score berdasarkan standar dari NCHS yakni antara -1,1 hingga -2. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dan melibatkan seluruh populasi terjangkau (total sampling) pada anak usia 3-9 tahun di pesantren Tapak Sunan Condet pada tahun 2011. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui prevalensi anemia dan hubungannya dengan risiko stunting. Dari penelitian ini didapatkan data hasil pengukuran tinggi badan, tanggal lahir untuk menentukan usia, dan kadar hemoglobin. Hasilnya, 13 (26%) anak menderita anemia dan 1 dari 13 penderita anemia terkena risiko stunting. Hasil analisis statistik chi-square menunjukkan tidak adanya hubungan bermakna antara anemia dengan risiko stunting (p=0,962).

Anemia has been known as one of the worst health problems in develop country, such as Indonesia. Based on study, anemia has impact on children’ cognitive development and growth failure. Children growth failure related age is called stunting. The term of mild stunting is derivated from HAZ score based of NCHS standard which is between -1,1 to -2. This study, which use cross sectional design and included 50 children aged 3 to 9 years old, was held in Pesantren Tapak Sunan in 2011. This study has goal which are to determine the prevalence of anemia and its association with mild stunting. This study use data of height of the children, their date of birth to determine thier age, and hemoglobin levels. The result, 13 (26%) children was known suffering anemia and 1 of 13 of them was in mild stunted. The result of statistic analyze used chi-square showed there was no association between anemia and mild stunting (p=0,962).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inge Wijaya
"Anemia adalah masalah yang mempengaruhi seluruh dunia. Namun, sebagian besar negara di dunia tidak memberikan perhatian yang cukup untuk memecahkan masalah ini. Salah satu jenis yang paling umum dari anemia adalah anemia mikrositik hipokromik. Karakteristik dari anemia ini adalah sel-sel kecil dan sel pucat. Sampai sekarang, belum ada studi yang meneliti Proporsi dari anemia mikrositik hipokromik di rumah sakit, khususnya di Indonesia.
Oleh karena itu, dalam penelitian cross sectional ini, peneliti bertujuan untuk mengetahui proprosi hipokromik di RS Cipto Mangunkusumo dan korelasinya dengan usia dan jenis kelamin. Studi ini menggunakan data laboratorium pasien rawat jalan di RS Cipto Mangunkusumo pada Maret 2011.
Statistic deskriptif digunakan untuk mengetahu Proporsi dari mikrositik hypokromik anemia. Selanjutnya, untuk mengetahui apakah adanya hubungan antara mikrositik hypokromik dengan usia dan jenis kelamin ; uji statistik chi-square digunakan untuk menguji hubungan dengan gender dan Mann-Whitney digunakan untuk menguji korelasi dengan usia.
Hasil dari penelitian ini adalah, Proporsi anemia mikrositik di RSCM adalah 8.4% di antara semua populasi sampel dan 14% di antara semua pasien anemia. Ada perbedaan yang signifikan antara usia penderita anemia mikrositik dan pasien anemia non-mikrositik. Perbedaan ini signifikan ditemukan di kedua analisis semua populasi sampel dan di antara pasien anemia saja.
Dari analisis dengan menggunakan uji statistik, jenis kelamin juga secara signifikan mempengaruhi kejadian anemia mikrositik. Lebih perempuan yang menderita anemia mikrositik dibandingkan laki-laki, ketika kami menghitung di antara semua populasi sampel dan populasi anemia saja.

Anemia is a worldwide problem. However, most of the countries did not give a lot attention to solve this problem. One of the most prevalent types of anemia is microcytic hypochromic anemia. This anemia is characterized by small cells and pale cells. Up until now, there is no studies that examine the proportion of microcytic hypochromic anemia in a hospital setting, especially in Indonesia.
Therefore, in this cross sectional study, aims to find out the Proportion of microcytic hypochromic in Cipto Mangunkusumo Hospital and its correlation with age and gender. The study using the laboratory data of outpatients in Cipto Mangunkusumo in March 2011.
To determine the proportion, descriptive statistic was used. Furthermore, to establish the correlation with age and gender statistical test of chi-square was used to test the correlation with gender and chi-square was also used to test the correlation with age.
The result of the study are, The Proportion of microcytic anemia in RSCM is 8.4% among all of the sample population and 14% among all anemic patients. There is a significant difference between age in microcytic anemia patient and non-microcytic anemia patient. This significant difference is found in both analyses of all of sample population and between anemic patients only.
From analysis using statistical test, gender also significantly affects the occurrence of microcytic anemia. There are more female that suffer from microcytic anemia than male, when we calculate it between all sample population and in anemic population only.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Tri Prasetyo
"Anemia adalah masalah kesehatan yang umum terjadi di masyarakat. Anemia normositik-normokromik adalah salah satu jenis anemia yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis. Anemia jenis ini ditandai dengan penurunan nilai hemoglobin (Hb) di bawah batas normal tetapi nilai mean cell volume (MCV) dan mean cell hemoglobin (MCH) dalam batas normal. Hingga saat ini, tidak banyak riset yang mempelajari mengenai anemia normositk-normokromik. Sebagian besar dari riset tersebut tidak langsung meneliti mengenai anemia normositik-normokromik melainkan pada penyakit-penyakit yang mendasarinya.
Penelitian ini memiliki desain cross-sectional dan bertujuan untuk mencari proporsi anemia normositik-normokromik pada pasien anemia yang menjalani pengobatan rawat jalan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan hubungannya dengan usia dan jenis kelamin. Data sekunder tentang profil hematologi pasien rawat jalan bulan Maret 2011 diambil dari Laboratory Information System di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
Statistik deskriptif digunakan untuk menentukan prevalensi. Signifikansi perbedaan proporsi pada kategori umur yang berbeda pada pasien anemia normostik-normokromik dibandingkan dan diuji dengan uji chi-square, begitu pula dengan perbedaan proporsi pada wanita dan laki-laki juga diuji dengan uji chi-square.
Studi ini menemukan bahwa proporsi pasien anemia normositik-normokromik dibandingkan dengan anemia jenis lain adalah sebesar 48.1%. Kategori umur II (15 - 59 tahun) merupakan kategori umur dengan presentase penderita anemia normositik-normokromik tertinggi (71.8%) dan wanita memiliki persentase lebih tinggi dibandingkan pria (62.8%) sebagai penderita anemia normositik-normokromik.

Anemia is a serious public health problem. One of the types of anemia based on its morphology is normocytic-normochromic anemia. This anemia usually occurs in individuals with chronic diseases. To date, there are limited studies investigating the prevalence of normocytic-normochromic anemia. Most of these studies investigated the underlying conditions of normocytic-normochromic anemia.
This study is a cross-sectional study that aims to investigate the proportion of normocytic-normochromic anemia among anemic outpatients at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo and its association with age and gender by using data from laboratory results of outpatients who had their blood checked at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo in March 2011.
Descriptive statistical analysis was performed to determine prevalence. Then, statistical significance was tested with Chi-Square Test for gender and age.
Our result showed that normocytic-normochromic anemia accounts for 48.1% among all anemic outpatients. Age group II had the highest percentage for normocytic-normochromic anemia (71.8%) and female seemed to be more prevalent than male (62.8%).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Digjaya Utama
"Kenaikan prevalensi anemia berdampak buruk bagi kualitas hidup seseorang. Beberapa faktor resiko yang berkaitan dengan anemia berhubungan dengan umur dan jenis kelamin. Penilitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan antara anemia dengan umur dan jenis kelamin. Penilitian ini menggunakan metode cross sectional dengan menggunakan data sekunder pasien rawat inap Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) selama bulan Maret tahun 2011 (n=3,200) yang memiliki informasi mengenai umur, jenis kelamin, dan kadar Hemoglobin (Hb).
Hasil menunjukkan bahwa proporsi anemia di RSCM selama bulan Maret tahun 2011 sebesar 83.5%. Hubungan antara anemia dengan kelompok umur menunjukan hasil yang tidak bermakna (Chi-Square p = 0.167). Namun, hubungan antara prevalensi anemia dan median umur menunjukkan bahwa median umur populasi dengan anemia (47 tahun) lebih tinggi dibanding populasi yang tidak anemia (43 tahun) (Mann-Whitney p < 0.0001).
Tidak terdapat hubungan bermakna antara prevalensi anemia dengan jenis kelamin (Chi-Square p = 0.929). Walaupun hubungan antara jenis kelamin dan kadar Hb menunjukkan hasil yang bermakna dimana median kadar Hb pada perempuan lebih rendah (10,1 gr/dl) daripada laki-laki (10,3 gr/dl) (Mann-Whitney p < 0.0001), namun hasil tersebut tidak bermakna secara klinis.

The increasing prevalence of anemia has decreased the quality of life of the society. Some risk factors are associated with age and gender. This study is aimed to analyse the relation between anemia and age and gender. This research uses cross sectional study by taking the secondary data of patients at the in-patient ward of Cipto Mangunkusumo Hospital in March 2011 (n=3,200) which has the information about age, gender, and Hemoglobin (Hb) level.
The result shows that the proportion of anemia at the in-patient ward RSCM in March 2011 was 83.5%. The association between anemia and age groups is not statistically significant (Chi-Square p = 0.167). The median age of people with anemia is higher (47 years) than people without anemia (43 years) (Mann-Whitney p < 0.0001).
There is also no association between anemia and gender (Chi-Square p = 0.929). Although the median of Hb level is lower in female (10.1 g/dl) than male population (10.3 g/dl) (Mann-Whitney p < 0.0001), the result is not clinically significant.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nitish Basant Adnani
"Anemia merupakan salah satu kelainan hematologi yang paling sering ditemukan, baik secara global maupun di Indonesia, yang membuatnya menjadi suatu masalah kesehatan masyarakat yang penting untuk dipelajari. Banyak faktor yang diduga terkait dengan prevalensi anemia pada masyarakat, dan dua dari ini adalah usia dan jenis kelamin. Tetapi, pada saat ini terdapat hanya sedikit literatur yang melaporkan proporsi anemia pada fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia, dan juga kaitannya dengan usia dan jenis kelamin. Untuk studi ini, data yang mencakup usia pasien, jenis kelamin, kadar hemoglobin, dan parameter hematologi lainnya didapatkan untuk bulan Maret 2011. Setelah itu, 3,799 pasien didapatkan memenuhi kriteria inklusi, dimana 1,766 dari pasien tersebut dikategorikan sebagai penderita anemia, sebanyak 46.5% dari populasi studi. Pada analisis ditemukan usia median pasien yang menderita anemia adalah 48.0 tahun, sedangkan usia median pasien yang tidak menderita anemia adalah 43.0 tahun (p = 0.002). Prevalensi anemia pada pasien wanita didapat sebanyak 51.1%, sedangkan pada pasien pria didapat sebanyak 39.8% (p < 0.001). Hasil yang didapat sesuai dengan literatur yang ditemukan yang menjelaskan bahwa kelompok demografik tertentu lebih cenderung untuk menderita anemia. Dengan didapatnya hasil dari studi ini, diharapkan bahwa klinisi dapat mempertimbangkan kelompok demografik yang lebih cenderung untuk menderita anemia dan menerapkan strategi manajemen yang tepat.

Anemia merupakan salah satu kelainan Anemia has been established as one of the most prevalent hematological disorders, both globally as well as in Indonesia, making it an important public health issue. A plethora of factors have been potentially linked to anemia, and recent evidence suggests that age and gender are among these. In spite of this, there is limited evidence for the proportion of anemia in a hospital setting in Indonesia, as well as its association with age and gender. For this study, the data on patient age, gender, hemoglobin level, and other hematologic parameters was obtained for the period of March 2011. Following that, 3,799 subjects fulfilled the inclusion criteria and were included in the analysis, among which 1,766 subjects were found to have anemia, corresponding to 46.5% of the study population. The median age of the anemic patients was 48.0 years old while that of the non-anemic patients was 43.0 years old (p = 0.002). A higher occurrence of anemia was found among the female population group compared to that in the male population group, with percentages of anemic patients being 51.1% and 38.9% respectively (p < 0.001). These results support previous findings that certain demographic groups are more prone to develop anemia compared to others with respect to age and gender. Following this study, it is hoped that clinicians will consider population groups that are at risk for anemia and provide appropriate management strategies."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>