Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173534 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yanti
"Dalam upaya perbankan menghadapi persaingan global dan internasional melalui implementasi PSAK - Pernyataan Standar Akuntansi 50 (revisi 2010) tentang "Instrumen Keuangan: Penyajian" dan PSAK 55 (Revisi 2011) "Instrumen Keuangan:Pengakuan dan Pengukuran" yang telah dilaksanakan, dalam proses penerapannya menghadapi tantangan dalam keseragaman penyajian informasi yang sesuai dengan konvergensi IFRS (International Financial Reporting Standards). Skripsi ini membahas tentang penerapan PSAK 50 (revisi 2010) dan PSAK 55 (revisi 2011) dan PAPI - Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (revisi 2008) atas klasifikasi aset dan liabilitas keuangan. Dengan demikian, pihak selain Bank dapat memahami pengaruh penerapan tersebut dari perspektif perbankan sehubungan dengan ketentuan yang berlaku.

In Bank's effort towards challenging global and international competition with recent SFAS 50/55 enforcement, in the process of implementation deals with challenges along with uniformity in the presentation of information in accordance with IFRS convergence. This study discusses the impact of SFAS ? Statement of Financial Accounting Standards 50 (revised 2010) and SFAS ? Statement of Financial Accounting Standards 55 (revised 2011) and PAPI - Indonesian Banking Accounting Guideline (revised 2008) application from the classification of financial assets and liabilities. Therefore, parties other than Bank to be able to understand the influence of implementation from banking perspective with respect to the applicable regulations.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S53601
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Claresta
"ABSTRAK
Salah satu hal yang diatur dalam PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi
2006) yang diberlakukan secara efektif mulai 1 Januari 2010 adalah mengenai
penurunan nilai dan tidak tertagihnya aset keuangan di mana perusahaan
melakukan penilaian penurunan nilai secara individu dan kolektif. Laporan
magang ini membahas mengenai siklus penjualan dan pencatatan piutang usaha
PT X, kebijakan akuntansi PT X, penentuan penurunan nilai piutang usaha yang
dilakukan PT X dengan menggunakan tabel umur piutang dan penentuan yang
seharusnya dilakukan PT X berdasarkan PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55
(Revisi 2006). Laporan ini juga membahas perbedaan jumlah cadangan
penyisihan piutang tidak tertagih menurut PT X dan menurut auditor. Karena
jumlahnya tidak material maka tidak dilakukan penyesuaian atas jumlah tersebut.

Abstract
One of the things that is governed by SFAS No. 50 (Revised 2006) and SFAS No.
55 (Revised 2006) which have been effectively started on January 1, 2010 is about
impairment and uncollectible of financial assets where the company has to do
impairment assessment individually and collectively. This internship report
discusses about sales cycle and recording of account receivable in PT X,
accounting policy of PT X, determination of account receivable impairment that is
done by PT X with aging schedule and the determination that should have been
done by PT X according to SFAS No. 50 (Revised 2006) and SFAS No. 55
(Revised 2006). This report also discusses about the difference in amount of
allowance for doubtful accounts according to PT X and auditor. Because the
amount is not material therefore no adjustment is made for that amount."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Amalina Ariefiani
"Penelitian ini menganalisa penerapan PSAK 10 (Revisi 2010) terhadap PT ABC. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai pengaruh penerapan PSAK10 (revisi 2010) pada PT ABC yang mencakup penentuan mata uang fungsional, penentuan dan pengukuran pos moneter dan pos non- moneter yang terdapat pada perusahaan sesuai dengan standar akuntansi PSAK 10 (revisi 2010), penyajian kembali laporan keuangan akibat penerapan PSAK 10 (revisi 2010), dan membandingkan laporan keuangan antara sebelum dan setelah penerapan PSAK 10 (revisi 2010). Penelitian ini menggunakan data primer yaitu hasil wawancara pada pihak perusahaan mengenai perlakuan transaksi mata uang asing serta data sekunder berupa data keuangan PT ABC dan PSAK 10 (revisi 2010). Kesimpulan yang dapat ditarik, PT ABC menggunakan USD sebagai mata uang fungsional dan mata uang pelaporan karena dengan menggunakan USD, selisih kurs yang dimiliki PT ABC lebih mencerminkan keadaan sebenarnya dalam laporan keuangan PT ABC.
This study analyzed application of PSAK 10 (Revised 2010) on PT ABC. The purpose of this study is to provide an overview of the effect of implementation of PSAK 10 (Revised 2010) on PT ABC which includes the determination of the functional currency, determination and measurement of post monetary and non monetary in PT ABC in accordance with accounting standard PSAK 10 (Revised 2010), restatement of the financial statements due to the implementation of PSAK 10 (Revised 2010), and compare the financial statements among before and after the implementation of PSAK 10 (Revised 2010). This study analyzed uses primary data which is the result of interview with staff of PT ABC regarding the treatment of foreign currency transaction and secondary data which is financial statements of PT ABC and PSAK 10 (Revised 2010). The result is PT ABC using USD as functional currency and reporting currency since by using USD, foreign exchange owned by PT ABC more reflect the real situation in the financial statements of PT ABC."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S53175
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivana Christya Putranti
"Skripsi ini berisi tentang bagaimana dampak secara akuntansi terkait pengakuan, pengukuran, penyajian, pengungkapan dan dampak secara perpajakan apabila menggunakan PSAK 38 Revisi 2012 dan PSAK 22 Revisi 2010. Dalam transaksi akuisisi tersebut, terjadi tukar menukar saham dimana PT WW menerbitkan saham kepada pemegang saham entitas anaknya dan pemegang saham tersebut memberikan imbalan berupa investasi sahamnya pada entitas anak tersebut. Sehingga sebagai konsekuensinya PT WW mengakuisisi entitas anak yang sebelumnya sudah dimiliki dengan kepemilikan 20% menjadi kepemilikan 99%. Perbandingan dampak akuntansi antara PSAK 38 dan PSAK 22 terlihat pada laporan laba ruginya dimana dengan menggunakan PSAK 22 laba perusahaan meningkat drastis akibat adanya keuntungan yang diakui karena pembelian dengan diskon. Kesimpulan penelitian ini adalah ruang lingkup PSAK 38 tidak mencakup atas transaksi tanpa perubahan substansi ekonomi ini, sehingga PSAK 22 Akuisisi Terbalik lebih cenderung mencerminkan transaksi tersebut walau PT WW tidak dapat diklasifikasikan sebagai sebuah bisnis.

The objective of this study focuses on how accounting impact related to the recognition, measurement, presentation, disclosure and taxation impacts when using PSAK 38 revised 2012 and PSAK 22 revised 2010. In this acquisition transaction, there is exchange of shares which the company WW issue shares to the shareholders of its subsidiaries and shareholders shall provide compensation in the form of investment shares in the subsidiaries. And consequently, PT WW acquired subsidiaries previously owned by the ownership of 20% to 99% ownership. The comparisons between the accounting impact of PSAK 38 and PSAK 22 shown on the profit or loss, where under PSAK 22, the company's profit has increased dramatically due to the gain recognized for purchase at a discount. It is concluded that the scope of PSAK 38 does not include transactions with no changes in economic substance like this transaction, so the PSAK 22 Reverse Acquisition more likely to reflect the transaction even though PT WW cannot be classified as a business.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S65960
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nikkie Samantha
"Skripsi ini membahas tentang analisis penerapan PSAK 10 (Revisi 2010) di PT ABC. PT ABC merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. PT ABC menetapkan mata uang fungsional menjadi Dollar Amerika Serikat (USD) tahun 2011, tetapi perusahaan memutuskan bahwa mata uang pelaporan untuk laporan keuangan adalah Rupiah. PSAK 10 (Revisi 2010) berlaku efektif sejak 1 Januasri 2012, sehingga pada tahun 2013, perusahaan harus menyajikan kembali atas item-item pada laporan keuangan tahun 2011 dan 2012. Perubahan mata uang fungsional PT ABC didasari atas lingkungan ekonomi utama perusahaan, Sehingga, perubahan mata uang fungsional menyebabkan perusahaan harus melakukan dua prosedur, yaitu pengukuran kembali dan translasi. Prosedur translasi dilakukan atas pos moneter, pos nonmoneter, da pos laporan laba rugi komprehensif. Penggunaan kurs atas item aset dan liabilitas menggunakan kurs penutup, item ekuitas menggunakan kurs historis, dan item pendapatan dan beban menggunakan kurs pada saat transaksi terjadi.

This thesis focused on the analysis of implementation of PSAK 10 (Revised 2010) in PT ABC. PT ABC runs in manufacture industry. PT ABC determined that its functional currency was United States Dollar (USD) since 2011, but decided that the presentation currency for financial statements is Indonesian Rupiah. It is applicable since January 1, 2012, so in 2013, the Company have to restated all financial item in 2011 and 2012. The changes of functional currency based on the primary economic environment. Because of that, the company have to do two procedures which are re-measurement and translation. Translation procedure performed on monetary post, while re-measurement procedure performed on monetary post, non monetary post, and comprehensive income post. The application of exchanged rate of assets and liability use the closing rate, equity items use historical rate, and income and expense use the exchange rate at the date of the transaction."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S58375
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Harna Tyastri
"Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji dampak penerapan PSAK 19 (revisi 2010) terhadap nilai relevansi asset takberwujud yang dapat diidentifikasi dan goodwill. Penelitian ini juga mengkaji pengaruh tata kelola perusahaan terhadap nilai relevansi asset takberwujud yang dapat diidentifikasi dan goodwill. Penelitian ini menggunakan sampel dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 dan 2011.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aset takberwujud yang dapat diidentifikasikan dan goodwill memiliki nilai relevan terhadap harga pasar perusahaan. Setelah penerapan PSAK19 (revisi 2010), nilai aset tak berwujud yang dapat diidentifikasikan dan goodwill memiliki relevansi nilai. Relevansi nilai aset tak berwujud dan goodwill pada perusahaan dengan tata kelola yang baik menurun setelah penerapan PSAK 19 (revisi 2010).

This study aims to assess the impact of the implementation of PSAK19 (revised 2010) on the value relevance of identifiable intangible assets and goodwill. This study also examines the effect of corporate governance on the value relevance of identifiable intangible assets and goodwill. This study uses a sample of companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2009 and 2011.
The results show that identifiable intangible assets and goodwill have value relevance. After the implementation of PSAK19 (revised 2010), the identifiable intangible assets and goodwill have value relevance. Value relevance of intangible assets and goodwill on companies with good governance declined after implementation of PSAK 19 (revised 2010).
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S52513
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sintia Resmi Januarini
"ABSTRAK
Laporan Magang ini membahas mengenai penerapan PSAK No. 66 revisi 2014 tentang Operasi Bersama di PT PHE ABC. PT PHE ABC merupakan anak perusahaan PT Pertamina Hulu Energi yang bergerak dibidang hulu minyak dan gas bumi. Adanya pemberlakuan PSAK No. 66 revisi 2014 yang menggantikan PSAK No. 12 merupakan alasan penulis untuk menulis laporan magang ini, karena penulis ingin mengetahui apa dampak yang terjadi diakibatkan dari penerapan PSAK ini pada expenditure. Kesimpulannya, ternyata tidak ada dampak yang terjadi pada penerapan PSAK tersebut di PT PHE ABC karena PT PHE ABC menggunakan sistem kontrak operasi bersama.

ABSTRACT
This internship report discusses the application of PSAK no. 66 revision 2014 about joint arrangement at PT PHE ABC. PT PHE ABC is subsidiary of PT Pertamina Hulu Energi engaged in the upstream oil and gas cooperation. PSAK no. 66 revision 2014 is to replace PSAK no. 12 is one of the reason writer to writing this internship report. Because the writer want to know what the impact of the implementation of PSAK no. 66 on expenditure. The conclusion is the application of this PSAK no. 66 doesn't make any difference because PT PHE ABC uses the joint operation.
"
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Evita Noor Fitri
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengevaluasi penerapan standar baru PSAK No. 71: Instrumen Keuangan pada Sektor Perbankan dengan subjek PT Bank XXX terutama dalam hal klasifikasi aset keuangan khusus produk KPR Griya Komersial. Klasifikasi dilakukan dengan melakukan tes SPPI pada level kontrak dan tes bisnis model pada level unit bisnis. Pada PT Bank XXX, tes SPPI produk KPR Griya Komersial dilakukan dengan menganalisis hanya satu kontrak, dikarenakan sifat produknya yang homogen dan tes Bisnis Model dilakukan pada unit bisnis konsumer. Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi, produk KPR Griya Komersial dinyatakan lolos tes SPPI dan tes Bisnis Model menunjukkan tujuan mengelola aset dalam rangka memperoleh arus kas kontraktual Bank tidak memilih opsi nilai wajar, sehingga diklasifikasikan sebagai biaya perolehan diamortisasi. Dengan demikian tidak ada perubahan dari klasifikasi produk berdasarkan PSAK No. 55 ke PSAK No. 71.

This study aims to analyze and evaluate the application of the new standard PSAK No. 71: Financial Instruments in the Banking Sector with the subject of PT Bank XXX, specifically in terms of the classification of financial assets for KPR Griya Commercial products. Classification is done by conducting SPPI tests at the level of contract and business model tests at the business unit level. At PT Bank XXX, the SPPI test for KPR Griya Commercial is done by analyzing only one contract, due to the homogeneous nature of the product and the Business Model test is carried out at the consumer business unit where the product is processed. Based on the results of the analysis and evaluation, KPR Griya Commercial product passes the SPPI test and the Business Model test shows that assets are managed in order to obtain contractual cash flows. The Bank does not designate the amount at fair value option, and hence the assets are classified as amortized cost. Therefore there is no change in product classification based on PSAK No. 55 to PSAK No. 71."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evans Fausta Pallasius
"Skripsi ini berisi tentang dampak penerapan PSAK 10 Revisi 2010 pada perusahaan perkebunan (studi kasus: PT GGP). PT GGP merupakan perusahaan produsen nanas kaleng nomor 3 di dunia. Memiliki perkebunannya sendiri, PT GGP dapat dikategorikan sebagai perusahaan perkebunan manufaktur. Penjualan PT GGP terdiri atas ekspor ke negara-negara di Amerika, Eropa dan Asia. Selama ini PT GGP menggunakan IDR sebagai mata uang pencatatan dan pelaporannya. Dengan berlakunya PSAK 10 (Revisi 2010), mata uang fungsional harus sama dengan mata uang pencatatan, sehingga PT GGP harus melakukan beberapa persiapan terkait penerapan PSAK 10 (Revisi 2010).
Penulis memfokuskan laporannya pada proses persiapan yang dilakukan PT GGP dan penerapannya pada tahun 2012. Kesimpulannya adalah Perusahaan perlu melakukan berbagai persiapan dari penentuan mata uang fungsional, proses administrasi dan proses remeasurement serta dampaknya pada kewajiban perpajakan dan cara penyajian laporan keuangan sehingga perusahaan siap untuk menerapkan PSAK 10 (Revisi 2010).

This thesis contains about impact of the implementation PSAK 10 Revised 2010 on a plantation company (case study: PT GGP). PT GGP is manufacturer of canned pineapple number 3 in the world. Have its own plantations, PT GGP can be categorized as manufacturing plantation company. PT GGP?s sales consists of exports to countries in the America, Europe and Asia. So far, PT GGP using IDR as recording and reporting currency. With the enactment of PSAK 10 (Revised 2010), the functional currency should be the same as the recording currency, so the PT GGP have to do some preparation related to the implementation of PSAK 10 (Revised 2010).
The author focuses on the process of preparation done by PT GGP and the implementation in 2012. The conclusion was that company need to make various preparations of determining the functional currency, the administration and remeasurement process and also its impact on tax liabilities and how the presentation of financial statements so that the company is ready to implement PSAK 10 (Revised 2010).
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Christmas Irianto
"Laporan magang ini menjelaskan perlakuan akuntansi dan prosedur auditatas liabilitas imbalan pasca kerja PT XYZ berdasarkan PSAK 24 (Revisi 2013) serta analisis dampak atas adopsi PSAK 24 (Revisi 2013) yang berlaku sejak 1 Januari 2015 terhadap akun-akun terkait imbalan pasca kerja. Auditor melakukan restatement terkait imbalan pasca kerja sejak tahun 2013 pengujian internal control pemeriksaan independensi dan objektivitas pakar manajemen. Pengakuan atas imbalan pasca kerja dibuat melalui Auditor Journal Entries sedangkan untuk pengungkapan juga masih belum sesuai dengan PSAK 24 (Revisi 2013). Berdasarkan penilaian materialitas, akun liabilitas imbalan pasca kerja bernilai material terhadap laporan keuangan PT XYZ sehingga perlu dilakukan penyesuaian akibat adopsi PSAK 24 (Revisi 2013).

This report describes the accounting and auditing procedures of post employment benefit liability on PT XYZ based on PSAK 24 (Revision 2013) and effect of PSAK 24 (Revision 2013) adoption which is effective since January 1 2015 to the post employment benefit related accounts. Auditor made restatement on post employment benefit since 2013 and testing on internal control and management experts indepency and objectivity. The recognition of post employment benefit is made through Auditor Journal Entries whereas for the disclosures havent been based on PSAK 24 (Revision 2013). Based on materiality test, post employment benefit liability account is material to the PT XYZ financial statement so adjustments are needed due to the adoption of PSAK 24 (Revision 2013)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>