Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131556 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Rahardian
"Mengisolir logam dari bahan korosi adalah cara yang paling efektif untuk mencegah korosi pada industri minyak dan gas bumi. Penggunaan inhibitor korosi alami menjadi alternatif baru untuk mencapai tujuan tersebut. Bahan alam dipilih sebagai alternatif karena bersifat aman, mudah didapatkan, bersifat biodegradable, biaya murah, dan ramah lingkungan.
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari perilaku inhibisi ekstrak kulit manggis pada pipa baja API-5L di lingkungan air terproduksi dan dibandingkan dengan inhibitor kimia dengan menggunakan metode kehilangan berat. Ekstrak kulit manggis dipilih sebagai inhibitor korosi karena mengandung senyawa antioksidan yang dapat menghambat laju korosi.
Hasil penelitian menunjukkan ekstrak kulit manggis dan inhibitor kimia merupakan inhibitor korosi yang sangat efektif untuk pipa baja API-5L di lingkungan air terproduksi karena dapat menurunkan laju korosi secara signifikan. Efisiensi inhibisi ekstrak kulit manggis sebesar 73,5 – 81,95% dengan variable waktu perendaman ekstrak kulit manggis. Ekstrak kulit manggis bekerja dengan membentuk suatu lapisan tipis (terlihat maupun tidak terlihat secara kasat mata) atau senyawa kompleks, yang mengendap (adsorpsi) pada permukaan logam sebagai lapisan pelindung yang dapat menghambat reaksi logam tersebut dengan lingkungannya. Mekanisme ini juga didukung dengan meningkatnya nilai tahanan polarisasi dari permukaan baja setelah ditambahakan inhibitor.

Isolate the metal from corrosion of materials is the most effective way to prevent corrosion in oil and gas industry. The use of green corrosion inhibitor become a new alternative to achieve that goal. Green inhibitor chosen as an alternative because it is safe, easily available, biodegradable, low cost, and environmentally friendly.
This study was conducted to study the inhibition behavior of pericarp of mangosteen extract for API-5L pipe steel in produced water environment and compared with chemical inhibitor, using the weight loss method. Pericarp of mangosteen extract is selected as corrosion inhibitor because they contain antioxidant compounds that can inhibit the corrosion rate.
Result showed pericarp of mangosteen extract and chemical inhibitor is highly effective corrosion inhibitor for API-5L pipe steel in produced water environment because it can inhibit the corrosion rate significantly. Inhibition efficiency for pericarp of mangosteen is 73.5 - 81,95% with addition of pericarp of mangosteen extract of 10 ml at 3 to 9 days of immerse time Pericarp of mangosteen works by forming a thin layer (visible or not visible by naked eye) or complex compounds, which settles (adsorption) to metal surfaces as a protective layer that can inhibit the reaction of the metal with its environment. This mechanism is also supported by the increased value of the polarization resistance of the steel surface after addition of inhibitor.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54161
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky Yuwono Pahlawan
"Kadmium merupakan salah satu logam berat bersifat toksik bagi kehidupan manusia. Dalam konsentrasi yang sangat rendah, logam kadmium tidak dapat ditentukan menggunakan instrumen dengan mudah. Ion Imprinted Polymer (IIP) digunakan untuk mengenali dan memisahkan logam berat. Prinsip kerja dari IIP adalah dengan metode trapping dalam matriks polimer yang terikat silang dengan agen pengkelat. Dalam penelitian ini, IIP melalui metode polimerisasi bulk dengan ion logam kadmium sebagai template, 8-hydroxyquinoline sebagai ligan, MMA sebagai monomer fungsional, EGDMA sebagai crosslinker, dan AIBN sebagai inisiator berhasil disintesis. Pengaruh rasio campuran ligan dan monomer (1:1, 1:2, dan 1:3) terhadap IIP dipelajari pada penelitian ini. Produk IIP dikarakterisasi menggunakan AAS, FTIR, SEM, dan TGA. Kapasitas adsorpsi IIP mencapai kemampuan optimumnya pada pH 6 dengan waktu kontak 60 menit. IIP dengan rasio 1:2 memiliki mekanisme adsorpsi sesuai dengan persamaan Freundlich dengan R2 0.9214 dan kapasitas adsorpsi maksimum sebesar 335.58 mg/g untuk IIP dan 105.46 untuk NIP. Model kinetika adsorpsi dari IIP dan NIP mengikuti model kinetika orde pseudo pertama dengan R2 0.9722. Hasil tersebut menunjukkan mekansime adsorpsi IIP terjadi pada tahap awal reaksi. IIP menunjukkan selektifitas yang baik terhadap ion Cd(II) dengan adanya interferensi logam Pb dan Cr.

Cadmium become one of toxic heavy metals that can be dangerous for human lives. At very low concentration, cadmium cannot be determined by instrument easily. Ion Imprinted Polymer (IIP) is used to recognize and separating heavy metal ion that works with trapping method in polymer matrices that are crosslinked with chelating agent. In this research, IIP via bulk polymerization with cadmium ion as template, 8-Hydroxyquinoline as ligand, methyl methacrylate as functional monomer, EGDMA as Crosslinker, and AIBN as Initiator was successfully synthesized. The effect of ratio of ligand and monomer (1:1, 1:2, 1:3) to IIP was studied. The synthesized IIP was characterized by AAS, FTIR, SEM, and TGA. Adsorption capacity of IIP reach optimum capacity at pH 6 with 60 minutes contact time. IIP with ratio 1:2 has the adsorption mechanism of both IIP and NIP followed to the Freundlich equation with R2 0.9214 and maximum adsorption capacity of Cd(II) was 335.58 mg/g for IIP and 105.46 mg/g for NIP respectively. Furthermore the kinetics model followed the pseudo first order with R2 0.9722, this results show that the adsorption mechanism took place on initial time of adsorption. IIP exhibited good selectivity to Cd2+ ions in the presence of Pb2+ and Cr3+ interferences."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahman Arif Marz
"Organoclay Tapanuli (OCT) 1 KTK telah disintesis dengan memodifikasi montmorillonit (MMT) dari bentonit alam asal Tapanuli dengan surfaktan ODTMABr (Oktadesil Trimetilammonium Bromida) sebagai agen penginterkalasi, dimana kapasitas tukar kation (KTK) Na-MMT adalah 65 mek/100 gram dan konsentrasi ODTMABr yang ditambahkan adalah 1 KTK. Kemudian produk diuji kemampuan adsorpsinya terhadap fenol dengan variasi konsentrasi (40-200 ppm) sehingga didapat kapasitas adsorpsi optimum 5,35 mg fenol/gram organoclay, kapasitas adsorpsi ini meningkat 267,5% dari kapasitas Na-MMT. Waktu optimum OCT 1 KTK untuk mengadsorpsi fenol telah didapat setelah diuji dengan variasi waktu (3-18 jam) yaitu selama 12 jam.
Pengaruh adsorpsi fenol terhadap basal spacing organoclay diamati dengan XRD low angle menunjukkan adanya peningkatan basal spacing dari 20,02 Å untuk OCT 1 KTK menjadi 20,53 Å untuk OCT 1 KTK setelah adsorpsi fenol. Kemudian kemampuan adsorpsi OCT 1 KTK diuji pada fenol yang terdapat pada air limbah demulsifikasi minyak bumi. Sebelum proses adsorpsi, sampel di preparasi dengan dilakukan penyaringan untuk mendapatkan fasa air yang bebas minyak dan aspal. Keberadaan dan kadar fenol diamati dengan spektrometri UV-Vis pada panjang gelombang maksimum 269 nm. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa OCT 1 KTK lebih efektif dalam menyerap fenol yang berada pada air limbah demulsifikasi minyak bumi dengan waktu pengadukan selama 12 jam dibandingkan dengan 15 jam dan 18 jam, dengan jumlah fenol teradsorpsi 4,46 mg fenol/gram organoclay.

1 CEC organoclay from Tapanuli (OCT) has been synthesized by modified montmorillonite (MMT) from Tapanuli natural bentonite using ODTMABr (Octadecyltrimethyl Ammonium Bromide) surfactant as an internalization agent, where the cation exchange capacity (CEC) of Na-MMT was 65 meq/100 gram and the concentration of ODTMABr added is 1 CEC. Then the adsorption capability of the product tested by varying the concentration (40-200 ppm) of phenol with the result of optimum adsorption capacity is 5.35 mg phenol/gram organically, the adsorption capacity was increased 267.5% of the capacity of Na- MMT. The optimum time of OCT 1 CEC for the adsorption of phenol was obtained after tested with variation of time (3-18 hours) is for 12 hours.
Effect of phenol adsorption on organically basal spacing observed with low angle XRD shows an increase in basal spacing of initially 20.02 Å for OCT 1 CEC to 20.53 Å for OCT 1 CEC after adsorption of phenol. Then the adsorption capability of OCT 1 KTK was tested in the waste water from petroleum emulsification product. Before the adsorption process, prepare the sample by filtering the sample to get the free water phase of oil and asphalt. The presence and value of phenols were observed by spectrometry UV / Vis at λmax = 269 nm. The data obtained shows that the OCT 1 CEC is more effective in absorbing phenol which is at the waste water from petroleum d emulsification product with a time stirring for 12 hours compared with 15 hours and 18 hours, with the amount of phenol adsorbed 4.46 mg phenol/ gram organically.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1418
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mahfuzhoh Karimah
"Pemilihan jenis adsorben merupakan hal penting dalam proses adsorpsi. Adsorben yang paling sering digunakan adalah karbon aktif karena memiliki luas permukaan yang besar sehingga daya adsorpsinya lebih besar dari pada adsorben lainnya. Pada penelitian pembuatan karbon aktif dari ampas tebu ini dilakukan dengan metode aktivasi menggunakan gas CO2. Dengan laju alir gas CO2 300 ml/menit, 400 ml/menit, dan 500 ml/menit. Aktivasi dilakukan pada temperatur 700 °C, 800 °C,dan 900 °C selama 2 jam. Ampas tebu dipilih karena mengandung karbon yang cukup. Selain itu, ketersediaan ampas tebu melimpah di Indonesia dan sebagai representatif dari sumber daya alam yang terbarukan. Karbon aktif yang diperoleh dikarakterisasi luas permukaannya. Proses dengan aktivasi CO2 ini diharapkan dapat diperoleh karbon aktif dengan luas permukaan yang cukup tinggi sehingga akan membantu dalam proses adsorpsi. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi waktu aktivasi dan laju alir CO2, maka luas permukaan yang direpresentasikan dengan bilangan iod semakin meningkat. Luas permukaan karbon aktif tertinggi yang direpresentasikan dengan bilangan iod sebesar 730 mg/g diperoleh dengan aktivasi pada laju alir CO2 sebesar 500 mL/menit dan temperatur aktivasi 900°C.

Selection type of adsorbent is important in the adsorption process. The most commonly used adsorbent is activated carbon because it has a large surface area so that the adsorption energy is greater than the other adsorbents. To study the manufacture of activated carbon from bagasse was carried out by the method of activation using carbon dioxide gas. With CO2 flow rate 300 mL/min, 400 mL/min, and 500 mL/min. Activation is done at a temperature of 700 °C, 800 °C, and 900 °C. Bagasse chosen because they contain enough carbon. Moreover, the availability of bagasse abundant in Indonesia and as a representative of a renewable natural resource. Activated carbon were then characterized its surface area. With carbon dioxide activation process is expected to obtain activated carbon with high surface area that will help in the process of adsorption. The results showed that the higher the activation time and the flow rate of CO2, the surface area represented by the iodine number is increasing. The surface area of activated carbon is represented by the highest iodine number of 730 mg / g obtained by activation of the CO2 flow rate of 500 mL / min and a temperature of 900 ° C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46855
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramdan Fadli
"Proses regenerasi adsorben dalam penelitian ini dilakukan secara kimia dengan menggunakan NaCl sebagai regeneran melalui mekanisme pertukaran kation, dimana kation dalam cairan dipertukarkan dengan kation dari suatu padatan.
Reaksi ini berlangsung reversibel dengan persamaan reaksi:
NH4-Zeolit + Na+ = Na-Zeolit + NH4+
Untuk mengetahui kemampuan NaCl sebagai regeneran, maka perlu diiakukan proses regenerasi pada berbagai kondisi operasi. Dalam penelitian ini menggunakan 5 siklus adsorpsi-regenerasi, yaitu terdiri dari dari 5 tahap adsorsi dan 5 tahap regenerasi.
Proses adsorpsi-regenerasi dilakukan dalam kolom adsorber dengan menggunakan unggun Zeolit Alam Lampung berukuran 20 ~ 10 mesh dan tinggi unggun 22 cm- Proses berlangsung secara kontinyu dengan mengalirkan umpan dari bawah kolom pada kecepatan 0,3 ml/detik. Regeneran yang digunakan adalah NaCl 5 g/L dengan variasi suhu 30 ° C, 40 ° C, dan 60 ° C.
Dari hasil penelitian didapat beberapa hal, yaitu:
1. Regeneran dengan temperatur 60 °C memiliki persentase penurunan daya desorpsi yang Iebih kecil.
2. Regeneran dengan temperatur 60 °C mampu menghasilkan ZAL yang memiliki daya adsorpsi yang lebih tinggi, sekitar 98 % dari tahap awal.
3. Regeneran dengan temperatur 40 °C menghasilkan ZAL dengan umur pakai yang lebih tinggi, sekitar 4 jam."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49184
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Paulus Pardamean Rinaldo
"Zeolit alam Lampung telah berhasil dimodifikasi menjadi TETA-Zeolit dengan menggunakan triethylenetetramine. Karakterisasi senyawa dilakukan menggunakan FTIR, XRD dan EDS. Studi adsorpsi ion logam dilakukan menggunakan AAS dan UV-Visible. Sebelum preparasi, dilakukan aktivasi zeolit menggunakan teknik aktivasi fisik dan kimia, lalu kationnya diseragamkan dengan Na+ (menjadi Na-zeolit). Dengan menggunakan metode kompleks tembaga amin diperoleh nilai KTK Na-zeolit sebesar 0,5318 mek/100 gram zeolit dan dengan metode metilen blue diperoleh nilai KTK sebesar 0,0939 mek/100 gram zeolit.
Keberhasilan modifikasi zeolit menggunakan triethylenetetramine dapat dilihat dari karakterisasi yang dilakukan membuktikan adanya atom karbon dalam senyawaan. Aplikasinya sebagai adsorben dilakukan dengan 3 variasi. Variasi konsentrasi triethylenetetramine dimana konsentrasi terbesar merubah pola daya adsorpsi zeolit secara signifikan. Variasi waktu dimana pada menit diatas 30 menit, daya serap TETA-Zeolit sudah tidak banyak berubah. Dan variasi konsentrasi adsorbat, dimana kemampuan adsorbsi TETA-Zeolit lebih tinggi dibandingkan zeolit lainnya.

Natural zeolit obtained from Lampung, has been modified into TETA-Zeolit using triethylenetetramine. Compound characterization performed using XRD, FTIR and EDS. Adsorption studies performed using AAS and UV-Visible. Before preparation, zeolit is activated using physical and chemical activation. After that, all cation from zeolit exchanged with Na+. Using copper amine complex method and methylene blue, the cation exchange capacity obtained are 0,5318 meq/100 gram zeolite and 0,0939 meq/100 gram zeolite, respectively.
The success of modification triethylenetetramine into zeolite can be seen from characterization where carbon atoms can be seen in compounds. Its application as an adsorbent is done with three variations. Variation of triethylenetetramine concentration, where the biggest concentration of triethylenetetramine changing adsorption power of zeolite significantly. Variation in time, where in minutes over 30 minutes, TETA-Zeolite adsorption has not changed much. Variation of the concentration of adsorbate, where TETA-Zeolite adsorption capability is higher than other zeolite.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57140
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amru Zauda
"ABSTRAK
Karbon aktif merupakan bahan yang dikenal sebagai bahan adsorben untuk digunakan pada sektor industri pangan maupun non paugan. Selain itu, penggunaan karbon aktif sangat erat hubungannya dengan usaha perlindungan lingkungan.
Semakin ketat pelaksanaan peraturan tentang perlindungan lingkungan ini, maka pemakaian karbon aktif semakin meningkat.
Pemerintah DKI Jakarta telah mengeluarkan ketetapan tentang baku mutu air minum. Ketetapan tersebut antara lain berisi tentang kandungan timbal (Pb) maksimum yang diperbolehkan dalam air minum sebesar 0.01 mg/liter. Sedangkan ?air PAM? yang tersedia memiliki kandungan timbal maksimum sebesar 0.05 mg/liter. Menyadari hal tersebut, dimulailah penelitian mengurangi timbal dalam ?air PAM? dengan menggunakan karbon aktif granular dengan sistem Batch.
Pada penelitian ini karbon aktif yang digunakan dipanaskan terlebih dahulu pada temperatur 100℃ selama 24 jam, perlakuan ini dimaksudkan untuk memperbesar luas permukaan karbon aktif. Kemudian karbon aktif yang tetah diaktifasi tersebut digunakan untuk mengadsorb Pb dalam ?air PAM?.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakterisasi luas permukaan karbon aktif terjadi peningkatan pada saat sebelum aktifasi dan sesudah aktifasi, yaitu 223.6 m2/gr menjadi 323.5 m2/gr. Kemudian menurun setelah mengalami proses adsorpsi, yaitu sebesar 233.4 m2/gr.
Dari hasil pengujian kapasitas adsorpsi karbon aktif dengan variasi jumlah karbon aktif; menunjukkan bahwa kapasitas adsorpsi mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut mengalami brealdrough (kurva terabosan) pada penambahan karbon aktif sebesar 5.5 gr/liter. Sedangkan pengujian kapasitas adsorpsi dengan variasi waktu kontak, menunjukkan bahwa kapasitas adsorpsi mengalami breaktrough (kuva terobosan) pada waktu kontak 20 jam.
Untuk mengurangi kandungan Pb dalam ?air PAM? dari 0.05 mg/liter menjadi 0.01 mg/liter, maka karbon aktif granular yang dibutuhkan sebanyalc 151 gr/liter.
"
2000
S49030
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riky Maulana Ikhwan
"[Formaldehida merupakan senyawa berbahaya yang terkandung dalam udara indoor dalam bentuk gas. Efek negatif dari menghirup senyawa formaldehida, bagi manusia, bermacam-macam mulai dari bersin-bersin, sakit tenggorokan, keracunan akut, penyakit kulit, hingga kanker. Pada beberapa penelitian sebelumnya senyawa formaldehida dipisahkan dari udara dengan proses adsorpsi. Untuk mengetahui kinerja adsorpsi formaldehida dari udara dengan karbon aktif, dilakukan uji kinerja dengan mengalirkan udara terkontaminasi formaldehida ke dalam kolom berisikan unggun diam karbon aktif. Dalam penelitian ini, kinerja proses diketahui dengan membuat model matematika guna memperoleh kurva breakthrough dengan bantuan software COMSOL Multiphysics 4.4. pada variasi nilai laju alir umpan (40 ml/min – 85 ml/min), konsentrasi awal formaldehida (50 ppm – 200 ppm), serta tinggi unggun karbon aktif (3 cm – 4.5 cm). Selanjutnya, dilakukan simulasi adsorpsi karbon dioksida dari udara untuk mengetahui pengaruh polutan lain terhadap kinerja adsorpsi formaldehida dari udara dengan karbon aktif. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah profil konsentrasi formaldehida luaran akan semakin lambat meningkat ketika laju alir umpan semakin rendah, konsentrasi awal formaldehida semakin rendah, dan tinggi unggun karbon aktif semakin tebal. Didapatkan pula bahwa keberadaan polutan lain (karbon dioksida) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja adsorpsi formaldehida dari udara dengan karbon aktif., Formaldehyde is a hazardous chemical substance that is contained in indoor air in gaseous phase. Negative effects of inhaling formaldehyde for human may vary from cough, sore throat, poisoned, skin disease, even cancer. In many other researches, formaldehyde is separated from air by adsorption process. In order to find out the performance of the adsroption column, performance tests are done by flowing formaldehyde-contaminated air to column containing fixed activated carbon bed. In this research, the process performance is studied by developing a mathematical model to produce breakthrough curves of the adsorption process using COMSOL Multiphysics 4.4. at various gas flow rate (40 ml/min – 85 ml/min), initial conentration of formaldehyde (50 ppm – 200 ppm), and activated carbon bed depth (3 cm – 4,5 cm). Then, a simulation of carbon dioxide adsorption is also done to find out how much other pollutant influences the formaldehyde adsorption process. The result from this research is the concentration of formaldehyde in the outflow needs longer time to increase at lower gas flow rate, lower initial concentration of formaldehyde, and higher activated carbon bed depth. Also, the presence of other pollutant (carbon dioxide) in the air does not have significant effect to formaldehyde adsorption from air using activated carbon.]"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58867
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adianto Subroto
"Pada penelitian ini digunakan H-Zeolit hasil preparasi menggunakan metode pertukaran ion dengan NH4NO3. H-Zeolit ini dipakai untuk mengadsorpsi gas NH; dalam campurannya dengan gas Nitrogen secara siklus yang terdiri atas tahap adsorpsi dan regenerasi. Uji pengaruh suhu terhadap kapasitas adsorpsi dilakukan pada rentang suhu 100-350°C. Uji stabilitas dilakukan sebanyak 2,5 siklus dengan adsorpsi pada suhu 125°C dan regenerasi pada suhu 475°C. Untuk uji pengaruh air terhadap kapasitas adsorpsi, maka HZ dijenuhkan dengan air sebelum digunakan untuk mengadsorpsi NH; pada suhu 125 dan 100°C. Pada penentuan laju adsorpsi, dilakukan adsorpsi dengan variasi konsentrasi umpan pada temperatur adsorpsi 100°C.
Hasil penelitian menunjukkan kapasitas adsorpsi NH3, pada temperatur operasi 100, 125, 200, 300 dan 350°C adalah sebesar 1.72, 1.35, 0.90, 0.47 dan 0.33 mmol/gr H-Zeolit. Kapasitas adsorpsi pada suhu rendah lebih besar dibandingkan suhu yang lebih tinggi karena terjadi adsorpsi fisika dan kimia secara simultan.
Dari basil uji stabilitas diperoleh kapasitas adsorpsi siklus ke 1, 2, 3 secara berturut-turut adalah 1.35, 1.26 dan 1.16 mmol NH3/gr HZ. Kapasitas adsorpsi karena adanya pengaruh air untuk temperatur operasi 100 dan 125°C adalah sebesar 1.56 dan 1.26 mmol NH3/gr HZ atau mengalami penurunan sekitar 20% dibandingkan dengan kapasitas 'fresh' HZ. Persamaan laju awal adsorpsi pada temperatur 100°C dan W/F=0.03 g.menit/ml adalah r = 1.06x10-2 [NH3]0.82 mol NH3/g HZ. menit.
Studi kasus untuk konsentrasi gas buang NH3 3000 ppm dengan Iaju total gas buang 12 ton/jam., membutuhkan HZ sebanyak 11.98 ton atau 21.89 m3 dengan waktu tahap adsorpsi 2 jam 30 menit dan regenerasi 40 menit. Temperatur operasi yang digunakan adalah 125 ºC, yang merupakan temperatur keluaran stripper dan untuk meregenerasinya digunakan steam HP pada temperatur 475°C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48934
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Doni Lukman Hakim
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49127
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>