Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184332 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Niki Putri Irianti
"Pasien gigi impaksi meningkat jumlahnya setiap tahun dan terjadi dalam rentang usia yang luas. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi frekuensi dan distribusi impaksi gigi kaninus, premolar, dan molar ketiga pada pasien RSKGM FKGUI tahun 2010-2013. Metode: Jenis penelitian ini adalah studi deskriptif melalui pengamatan data sekunder yaitu kartu rekam medik di RSKGM FKGUI. Hasil: Terdapat 500 sampel penelitian dengan 904 kasus gigi impaksi yang terdiri dari 0.44% impaksi gigi kaninus, 0.44% premolar, 14.93% molar ketiga maksila, dan 84.18% molar ketiga mandibula. Kesimpulan: Jumlah gigi impaksi di RSKGM FKGUI tahun 2010-2013 mengalami peningkatan, penurunan frekuensi hanya terjadi pada tahun 2012, dengan frekuensi tertinggi terdapat pada perempuan dan kelompok usia 26-35 tahun.
The number of patient with impacted teeth is increasing every year in a wide range of ages. Objective: This study aims to evaluate the frequency and distribution of impacted canine, premolar, and third molar in RSKGM FKGUI 2010-2013. Methods: A descriptive study through observation of secondary data which is patient’s medical record in RSKGM FKGUI. Results: There were 500 samples with 904 cases of impacted tooth consist of 0.44% impacted canine, 0.44% premolar, 14.93% maxillary third molar, and 84.18% mandibular third molar. Conclusion: The number of impacted teeth in RSKGM FKGUI 2010-2013 was increasing, the frequency decreases only in 2012, the highest frequency mostly happened on female and age group 26-35 years old."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Ghassani Putri
"Latar Belakang: Molar tiga merupakan gigi yang paling sering mengalami impaksi. Impaksi gigi molar tiga seringkali dikaitkan dengan berbagai macam kondisi patologis, salah satunya adalah karies pada molar tiga itu sendiri. Penelitian mengenai distribusi dan frekuensi karies pada molar tiga yang impaksi telah dilakukan di berbagai negara, namun di Indonesia masih sedikit penelitian yang membahas hal ini.
Tujuan: Mengetahui distribusi dan frekuensi karies pada molar tiga yang impaksi di RSKGM FKG UI Periode Januari 2014-Desember 2016.
Metode: Studi deskriptif retrospektif dengan menggunakan data sekunder yang didapat dari rekam medik pasien RSKGM FKG UI periode Januari 2014-Desember 2016.
Hasil: Analisis dilakukan pada 442 kasus impaksi molar tiga yang diindikasikan untuk dilakukan tindakan odontektomi. Dari 442 molar tiga yang impaksi, sebanyak 136 gigi 30,8 mengalami karies. Karies paling banyak terjadi pada pasien usia 26-30 tahun 32,4. Karies lebih banyak ditemukan pada pasien laki-laki 55,1 dan pada elemen gigi 38 58,1. Karies paling sering terjadi pada molar tiga dengan impaksi mesioangular 72, kelas II 63,2, dan posisi A 80,1. Permukaan yang paling sering mengalami karies adalah permukaan oklusal 47,8. Sebagian besar karies yang terjadi pada molar tiga impaksi telah mencapai kateogori advanced 61,8.
Kesimpulan: Distribusi dan frekuensi karies pada molar tiga paling banyak ditemukan pada pasien laki-laki dengan usia 26-30 tahun dan karies paling banyak ditemukan pada molar tiga dengan impaksi mesioangular IIA.

Background: The third molar is the most common tooth to become impacted. Impacted third molar is often associated with various pathological conditions, one of which is dental caries in the third molar itself. Research about caries in impacted third molar had been done in some countries. However, in Indonesia, the research about this matter is currently limited.
Aim: This research is conducted to see the frequency and distribution of caries in impacted third molar in RSKGM FKG UI from January 2014 ndash December 2016.
Methods: The analysis was conducted on 442 cases of impacted third molar indicated for odontectomy.
Results: From 442 cases of impacted third molar, 136 teeth 30.8 had dental caries. Dental caries mostly found in patients that were 26 30 in age 32.4. Dental caries mostly happen in man 55.1 and mostly found in mandibular left third molar 58.1. Mesioangular angulation 72, class II 63.2, and position A 80.1 impaction are the most common. Caries mostly found in the occlusal surface of the impacted third molar 47,8 . Most of the caries found in the third molar are classified into the advanced category 61.8.
Conclusion Caries in impacted third molar mostly found in male patient that were 26 30 in age and mostly found in third molar with mesioangular IIA classification.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Chandra
"Gigi molar tiga merupakan gigi yang paling sering mengalami impaksi. Distribusi dan frekuensi impaksi gigi molar tiga yang mengakibatkan karies pada gigi molar dua dapat diteliti lebih lanjut.
Tujuan : Melihat dan menganalisis distribusi frekuensi karies pada gigi molar dua terkait impaksi gigi molar tiga rahang bawah berdasarkan usia dan jenis kelamin.
Bahan dan metode : Analisis dilakukan pada 442 kasus impaksi gigi pasien RSKGM FKG UI periode Januari 2014-Desember 2016 dengan melihat data sekunder pasien.
Hasil : Jumlah kasus karies pada gigi molar dua terkait impaksi gigi molar tiga rahang bawah pada jenis kelamin perempuan lebih besar dibanding jenis kelamin laki-laki dengan perbandingan persentase 54.9 : 45.1 atau 1,2 : 1. Sedangkan untuk kelompok usia yang mengalami kasus karies terkait impaksi gigi molar tiga rahang bawah berturut-turut adalah sebagai berikut : kelompok usia 16-25 tahun 42.4, 26-35 tahun 42.4, 36-45 tahun 12.5, 46-55 tahun 2.2, 55-65 tahun 0 dan 66-75 0.5.
Kesimpulan : Kelompok usia 21-25 tahun berjenis kelamin perempuan lebih rentan mengalami karies pada gigi molar dua terkait impaksi gigi molar tiga.

Impacted third molars often occur. Frequency and distribution of impacted third molars accociated with caries on second molars needs to be investigated.
Aim: To know and analyze the frequency distribution of caries on second molars associated with impacted mandibular third molars based on age group and gender.
Method: 442 Medical records of patients with impacted teeth in RSKGM FKG UI period of Januari 2014 December 2016 were analyzed.
Results: Female were more involved than male with percentage of 54.9 45,1 or 1,2 1. Based on age group, caries on second molars associated with impacted mandibular third molars are age group 16 25 years old 42.4, 26 35 years old 42.4, 36 45 years old 12.5, 46 55 years old 2.2, 55 65 years old 0 and 66 75 0.5.
Conclusion: Female within the age group of 21 25 years old have the highest risk in caries on second molars associated with thirs molars impaction.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gema Muhammad Ramadhan
"Latar Belakang: Angulasi gigi molar 3 rahang bawah impaksi berpengaruh terhadap frekuensi timbulnya berbagai keadaan patologis di rongga mulut. Di sisi lain, jarak antara distal gigi molar 2 rahang bawah dan ascending ramus memiliki pengaruh terhadap keberhasilan erupsi gigi molar 3 rahang bawah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin dan suku berpotensi untuk mempengaruhi kedua hal tersebut. Tujuan: Meneliti hubungan antara angulasi gigi molar 3 rahang bawah impaksi dan jarak dari distal gigi molar 2 rahang bawah ke ascending ramus dengan jenis kelamin dan suku. Metode: Radiograf panoramik diperoleh dari rekam medik pasien RSKGM FKG UI periode Januari 2018 – Desember 2018. Hasil perhitungan dihubungkan ke deskripsi jenis kelamin dan suku pasien yang tertera pada rekam medik. Hasil Penelitian: Hubungan antara jenis kelamin terhadap jarak dari distal gigi molar 2 ke ascending ramus menujukkan nilai p = 0.016 (p < 0.05). Hubungan antara jenis kelamin terhadap angulasi gigi molar 3 rahang bawah menunjukkan nilai p = 0.28 (p >0.05). Hubungan antara suku terhadap jarak antara gigi molar 2 ke ascending ramus dan angulasi gigi molar 3 rahang bawah menunjukkan nilai p >0.05. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin pasien dan jarak dari distal gigi molar 2 rahang bawah ke ascending ramus. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan angulasi gigi molar 3 rahang bawah impaksi. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara suku dengan angulasi gigi molar 3 rahang bawah impaksi dan jarak dari distal gigi molar 2 ke ascending ramus.

Background: Impacted mandibular third molar angulation is related to several pathological oral conditions. The width of space between mandibular second molar and ascending ramus influences the likelyhood of there being an impacted mandibular third molar. Several studies suggests that both gender and ethnicity may play a role on determining the former and latter. Objective: Study the influence of patient gender and ethnicity towards impacted mandibular third molar angulation and width of space between mandibular second molar and ascending ramus. Method: Patient medical records containing panoramic radiographs are collected. Measurements of angulation and space width are conducted using a ruler and ruler arc. Measurement results will be correlated to patient gender and ethnicity written on medical record. Result: Relationship between patient gender and width of space between mandibular second molar and ascending ramus resulted in a p value of 0.016 (p < 0.05). Relationship between gender and mandibular third molar angulation resulted in a p value of 0.28 (p > 0.05). The impact of ethnicity towards both mandibular third molar angulation and width of space between mandibular second molar and ascending ramus resulted in a p value higher than 0.05. Conclusion: Gender has a significant influence on the width of space between mandibular second molar and ascending ramus. Gender and ethnicity has an insignificant influence on mandibular third molar angulation. Ethnicity has an insignificant influence on the width of space between mandibular second molar and ascending ramus."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kezia Amelinda Prayogo
"Tindakan odontektomi gigi molar 3 bawah merupakan salah satu tindakan yang cukup sering dilakukan. Namun, hingga saat ini pengaruh faktor pasien dan faktor dental terhadap tingkat kesulitan bedah masih menjadi kontroversi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara usia, jenis kelamin, dan klasifikasi impaksi dengan lama tindakan odontektomi gigi molar 3 bawah. Lama tindakan bedah masih menjadi standar emas untuk mengukur tingkat kesulitan bedah. Sebanyak 49 pasien yang memerlukan 49 odontektomi gigi molar 3 bawah dilibatkan dalam studi ini. Uji korelasi dilakukan pada faktor pasien dan dental dengan lama tindakan odontektomi. Hasil uji korelasi menunjukkan adanya hubungan yang signifikan secara statistik antara klasifikasi Pell dan Gregory bedasarkan kedalaman impaksi (P=0,037) dan klasifikasi Winter (P=0,039) dengan lama tindakan odontektomi. Studi ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara klasifikasi Pell dan Gregory bedasarkan kedalaman impaksi dan klasifikasi Winter dengan lama tindakan odontektomi.

Mandibular third molar extraction is a common practice in dentistry. However, the relationship between patient and dental factors on surgical difficulty is still a controversy. The aim of the study is to determine the effect of age, gender, and impacted teeth classification on operation time during mandibular third molar extraction. Operation time has been considered as the gold standard to quantify surgical difficulty A total of 47 patients who required 49 mandibular third molar extraction were involved in the study. The correlation between patient and dental factors and operation time were examined. There were statistically significant correlation between Pell and Gregory's depth of impacted teeth classification (P=0,037) and Winter's classification (P=0,039). This study showed that there were statistically significant correlation between Pell and Gregory's depth of impacted teeth classification and Winter's classification with operation time."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vicky Novita Mulya
"Karies merupakan salah satu komplikasi yang umumnya terjadi pada gigi impaksi. Penelitian yang membahas mengenai distribusi frekuensi karies pada gigi impaksi sudah banyak dilakukan di berbagai negara, namun di Indonesia masih sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai distribusi frekuensi karies pada gigi molar tiga kelas IA di Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Jenis penelitian ini adalah studi deskriptif yang bersifat retrospektif dengan sampel penelitian berupa data sekunder yang diperoleh dari kartu status pasien RSKGM FKGUI periode Januari 2010-Juli 2013.
Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa prevalensi impaksi molar tiga bawah kelas IA sebesar 42,5% dari 496 kasus impaksi molar tiga bawah. Rasio laki-laki : perempuan yang mengalami impaksi molar tiga kelas IA adalah 1:1,7. Mayoritas pasien berusia 17-35 tahun dan kebanyakan berasal dari suku Jawa (44,1%). Sebanyak 23,2% pasien mengalami karies pada gigi impaksinya dan umumnya terjadi pada impaksi mesioangular (17,2%). Permukaan oklusal merupakan daerah yang paling rentan terhadap terjadinya karies baik pada impaksi mesioangular, vertikal, horizontal, maupun transverse, yaitu sebanyak 59,6%.

Caries is one of the complications commonly arise in impacted teeth. Studies concerning frequency distribution of caries in impacted third molar are widely available in several countries, but not in Indonesia. This study aims to get information regarding frequency distribution of caries in class IA impacted third molar among patients of Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Research was done using retrospective descriptive study through observation of patient’s status cards at RSKGM FKGUI from January 2010 to July 2013.
The results indicate that prevalence of class IA impacted third molar is 42.5% out of 496 cases of all impacted mandibular third molar. Gender ratio of male to female is 1: 1.7, whereas the majority of the patients are aged 17-35 years old and of Javanese origins (44.1%). Some patients have caries in their impacted third molar (23.2%), especially in mesioangular impaction (17.2%). Occlusal surface accounts for the most susceptible site to caries in class IA impacted third molar (59.6%) in all mesioangular, vertical, horizontal and transversal impaction.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gery Gilbert
"Latar Belakang : Distribusi frekuensi impaksi gigi molar tiga maksila berdasarkan klasifikasi Pell-Gregory, Winter, dan hubungan dengan sinus maksila dapat menunjukan variasi yang dapat berperan penting dalam mengantisipasi kesulitan pada saat odontektomi. Tujuan : Mengetahui frekuensi kasus impaksi molar tiga maksila pada radiograf panoramik berdasarkan klasifikasi Pell-Gregory dan Winter serta hubungan dengan sinus maksila di RSKGM FKG UI. Metode : Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif kategorik menggunakan data sekunder berupa rekam medik pasien di RSKGM FKG UI. Hasil : Penelitian yang dilakukan pada 102 kasus impaksi molar tiga maksila menunjukkan kasus impaksi molar tiga maksila paling banyak pada wanita dengan persentase 62.7%, namun hasil uji statistik menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara perbedaan gender dengan masing-masing klasifikasi impaksi. Frekuensi tertinggi dari masing-masing klasifikasi adalah Kelas C sebesar 46.08% pada klasifikasi Pell-Gregory, impaksi distoangular sebesar 35.3% pada klasifikasi Winter, dan impaksi tipe 4 sebesar 60.78% pada klasifikasi berdasarkan hubungan dengan sinus maksila. Kesimpulan : Penelitian ini mendapatkan hasil distribusi frekuensi impaksi molar tiga maksila yang dapat menjadi acuan dalam menentukan tingkat kesulitan perawatan odontektomi.

Background : A method of classification of third molar impaction is needed because the anatomical position of impacted third molars can show variations that will play an important role in anticipating difficulties during extraction. Objective : To determine the impaction frequency of maxillary third molar impaction cases, as seen on panoramic radiographs and classified based on Pell-Gregory and Winter classification and also the relationship with maxillary sinus in RSKGM FKG UI. Methods : The type of research conducted is categorical descriptive research, using secondary data in the form of patient medical records at RSKGM FKG UI. Results : From 102 cases of maxillary third molar impaction, it was found that maxillary third molar impaction was most common in women with a percentage of 60%, but the results of statistical tests show no significant relationship between gender differences with each classification. The highest frequency of each classification is Class C of 46.08%, distoangular impaction of 35.3%, and impaction of type 4 by 60.78%. Conclusion : Classification of maxillary third molar impact can be a reference in determining the difficulty level of odontectomy treatment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wempi Gigih Fristiyantama
"Dry socket merupakan komplikasi post operatif yang paling sering terjadi setelah dilakukan ekstraksi gigi. Dry socket dapat mengakibatkan nyeri yang hebat dan membuat pasien tidak nyaman. Walaupun etiologi yang tepat dari dry socket belum dapat ditentukan secara pasti, beberapa faktor risiko telah diketahui berperan dalam terjadinya dry socket. Oleh karena itu, penting bagi dokter gigi untuk memahami dry socket beserta faktor-faktor risikonya untuk meminimalisasi terjadinya dry socket. Penelitian mengenai dry socket ini masih sangat sedikit di Indonesia sehingga peneliti melakukan peneltian yang berjenis deskriptif retrospektif ini untuk mengetahui insidensi dry socket pada pasien di RSKGM FKG UI periode Januari 2012 ndash;September 2017 serta untuk mengetahui distribusi dan frekuensi dry socket berdasarkan jenis kelamin ,usia, dan lokasi gigi. Analisis dilakukan pada 2955 rekam medik. Total 5073 gigi permanen telah dilakukan tindakan ekstraksi dan odontektomi dari 2955 pasien selama periode penelitian ini dan ditemukan dry socket sebanyak 30 kasus 0,6 dari 26 pasien penderita dry socket. Insidensi keseluruhan dry socket sebesar 0,6 . Insidensi dry socket pada ekstraksi rutin sebesar 0,6 dan pada odontektomi molar tiga mandibula sebesar 0,5 . Dry socket secara signifikan lebih sering terjadi pada pasien perempuan 77 dibandingkan laki-laki. Insidensi puncak dry socket berada pada usia 31-40 tahun 23,3 . Semua kasus dry socket terjadi pada gigi posterior 100 dan lebih banyak terjadi pada gigi mandibula 53 dibandingkan gigi maksila.

Dry socket is the most common postoperative complication after tooth extraction. Dry socket can cause a severe pain and discomfort for the patient. Although the exact etiology of dry socket has not been clearly determined, a number of risk factors are known to contributing to dry socket. Therefore, it is important for the dentist to understand dry socket and its risk factors to minimize the incidence of dry socket. The study about dry socket in Indonesia are currently limited so this retrospective descriptive study aims to investigate the incidence of dry socket in Dental Hospital, Faculty of Dentistry University of Indonesia from January 2012 September 2017 and to see the distribution and frequency of dry socket according to gender, age, and tooth location. 2955 medical records were analyzed. A total of 5073 permanent teeth were removed by extraction and odontectomy in 2955 patients during this study period and found 30 dry socket cases in 26 patients.The overall incidence of dry socket was 0.6 . The incidence of dry socket was 0.6 following routine dental extraction and 0,5 following mandibular third molar odontectomy. Dry socket was significantly more common in female 77 as compared to male. The peak incidence of dry socket was at the ages of 31 40 years 23,3 . All cases of dry socket occured in posterior teeth 100 and it was greater in mandible 53 than maxilla."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emanuel Feroz
"Latar Belakang: Impaksi pada gigi M3 RB adalah impaksi gigi yang paling sering ditemui. Klasifikasi angulasi impaksi gigi M3 RB umumnya bergantung pada pemeriksaan visual (subjektif) terhadap radiograf panoramik menggunakan klasifikasi Winter. Metode subjektif rentan akan variabilitas dan bias pengamat, sehingga perlu adanya metode objektif untuk mengukur angulasi impaksi gigi M3 RB menggunakan alat ukur digital yang lebih akurat. Penelitian ini dilaksanakan untuk menganalisa perbedaan hasil klasifikasi impaksi M3 RB pada pasien RSKGM FKG UI antara metode subjektif dan objektif. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi retrospektif analitik, yang menggunakan data rekam medis dan radiograf panoramik pasien RSKGM FKG UI. Data subjektif dikumpulkan dari catatan dokter gigi pada rekam medis, sedangkan pengukuran objektif dilakukan oleh 2 peneliti menggunakan alat ukur digital. Data dianalisis menggunakan tabel tabulasi silang dan analisis Mann-Whitney. Hasil: Terdapat 101 kasus impaksi gigi M3 RB dari 89 pasien yang berhasil dikumpulkan, impaksi mesioangular adalah jenis yang paling umum ditemukan baik dalam analisis subjektif (53,47%) maupun objektif (76,24%). Terdapat perbedaan signifikan antara metode subjektif dan objektif dalam mengidentifikasi impaksi horizontal, vertikal, dan distoangular. Pada analisis subjektif, jenis impaksi horizontal banyak dilaporkan (22,77% subjektif dan 2,97% objektif), sedangkan impaksi distoangular kurang dilaporkan (2,97% subjektif dan 19,80% objektif). Kesimpulan: Ditemukan perbedaan signifikan (p = 0,000–0,012) pada angulasi impaksi gigi M3 RB antara metode subjektif dan objektif, menunjukkan pentingnya penggunaan metode objektif untuk meningkatkan akurasi diagnosis.

Background: Mandibular third molars are regarded as the teeth most affected by impaction. Their assessment typically relies on subjective visual inspection of panoramic radiographs using classification systems such as Winter’s classification. However, these methods are prone to variability and observer bias, emphasizing the need of objective methods which offer precise, reproducible measurements using digital tools. This study addresses the gap in data by comparing subjective and objective methods in classifying mandibular third molar impactions within RSKGM FKG UI population. Methods: An analytic retrospective study was conducted using secondary data from patient medical records and panoramic radiographs at RSKGM FKG UI. Subjective assessments were performed by practitioners, and objective measurements performed by 2 practitioners utilizing digital measurement tools. Data were analyzed using crosstabulation table and Mann-Whitney analysis. Results: The study included 101 cases from 89 patients. Mesioangular impactions were the most common type in both subjective (53.47%) and objective analyses (76.24%). Significant disparities were found between subjective and objective methods in identifying horizontal, vertical, and distoangular impactions. Horizontal impactions were overestimated (22.77% subjective dan 2.97% objective), while distoangular impactions were underreported (2.97% subjective dan 19.80% objective). Conclusion: Significant disparities were found between subjective and objective methods in most pairwise comparisons (p = 0.000 – 0.012), highlighting the importance of adopting objective digital measurement tools for precise diagnosis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dominikus Fernandy Sartono Prasetyo
"Ekstraksi premolar dalam perawatan ortodonti membantu proses uprighting gigi molar 3 impaksi sehingga dapat erupsi dengan baik.
Tujuan: mengukur perubahan angulasi gigi molar 3 rahang bawah yang impaksi mesioangular sebelum dan sesudah perawatan ortodonti.
Metode: penelitian ini menggunakan 25 radiograf panoramik berusia 10-21 tahun sebelum dan sesudah perawatan ortodonti.
Hasil: uji Wilcoxon dan uji T berpasangan (p<0,05) menunjukkan tidak ada perubahan angulasi molar 3 yang bermakna pada kedua sisi (p>0,05) dan cenderung mengalami peningkatan angulasi dengan meskipun secara statistik perbandingan perubahan keduanya tidak berbeda bermakna (p>0,05). Peningkatan angulasi paling banyak terjadi pada kelompok usia dewasa (17-21 tahun).
Kesimpulan: ekstraksi premolar dalam perawatan ortodonti tidak memengaruhi angulasi gigi molar 3 impaksi secara bermakna.

Premolar extraction in orthodontic treatment helps uprighting process of impacted third molars so that they could erupt well.
Aim: to measure mesioangular impacted lower third molars angulation change during orthodontic treatment.
Methods: this study used 25 panoramic radiograph aged 10-21 years old before and after orthodontic treatment.
Result: Wilcoxon test and paired Ttest (p<0,05) showed there were no significant change in lower third molars angulation on both sides (p>0,05) and tended to experience the increase in angulation though statistically comparison between them were not significant (p>0,05). These increase happen the most in the adult group (17-21 years old).
Conclusion: premolars extraction in orthodontic treatment does not affect impacted third molars angulation significantly.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>