Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183476 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ryandika Aldilla Nugraha
"Telah dilaporkan untuk memisahkan protein dengan massa < 30 kDa maka tidak perlu disentrifugasi dengan kecepatan 10.000 g. Belum ada standar pengaturan kecepatan sentrifugasi untuk separasi protein, terutama dengan massa molekul < 30 kDa.
Tujuan: Menguji pengaruh kecepatan sentrifugasi 11.000 g dan 13.000 g terhadap profil protein < 30 kDa pada supernatan saliva.
Metode: Supernatan saliva hasil sentrifugasi dengan kecepatan 11.000 g dan 13.000 g diuji dengan SDS PAGE untuk melihat proteinnya.
Hasil: Temuan protein supernatan saliva yang muncul setelah disentrifugasi 11.000 g dan 13.000 g sejumlah 35 dan 45 dengan kisaran massa molekul 9-27 kDa dan 8-18 kDa.
Kesimpulan: Kecepatan sentrifugasi 13.000 g memisahkan lebih banyak protein < 30 kDa dengan rentang yang lebih sempit dibandingkan dengan 11.000 g.

Previous research suggested that to see a protein with molecular mass < 30 kDa, centrifugation is not necessary. There is no standard procedure yet in regulating the centrifugation speed in order to separate salivary protein with particular molecular mass.
Objective: To determine the effects of centrifugation speed 11.000 g and 13.000 g on the separation of salivary protein with molecular mass < 30 kDa.
Method: The supernatant salivary centrifugation at the speed of 11.000 g and 13.000 g is tested with SDS PAGE to see the proteins.
Result: Protein supernatant salivary that appeared after being centrifuged at 11.000 g and 13.000 g are 35 and 45 with molecular mass range at 9-27 kDa and 8-18 kDa.
Conclusion: Centrifugation at 13.000 g separates more protein < 30 kDa with narrower range than 11.000 g.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brian Dwi Baskoro
"Belum ada prosedur baku sentrifugasi untuk pemisahan protein. Dilaporkan bahwa sentrifugasi 10.000 g dapat memisahkan protein saliva ≥30 kDa.
Tujuan: Mengetahui pengaruh kecepatan sentrifugasi 7.000 g, 8.000 g, dan 9.000 g terhadap frekuensi kemunculan dan profil protein saliva ≥30 kDa.
Metode: Profil protein supernatan saliva hasil sentrifugasi diuji dengan SDS-PAGE
Hasil: Frekuensi kemunculan protein ≥30 kDa mengalami penurunan sesuai peningkatan kecepatan sentrifugasi. Terdapat perbedaan profil protein antara hasil sentrifugasi 7.000 g, 8.000 g, dan 9.000 g.
Kesimpulan: Kecepatan sentrifugasi 7.000 g, 8.000 g, dan 9.000 g berpengaruh terhadap frekuensi kemunculan dan profil protein ≥30 kDa.

There are no established standard operational procedure of centrifugation for protein separation. Centrifugation at 10.000 g separates salivary protein ≥30 kDa.
Objective: To determine the effect of centrifugation at 7.000 g, 8.000 g, and 9.000 g on the frequency of salivary protein emergence and protein profile ≥30 kDa.
Method: Salivary supernatant were analyzed with SDS-PAGE.
Results: Increased centrifugation speed resulted in decreased frequency of protein ≥30 kDa. There are differences in the protein profiles between the results of each centrifugation.
Conclusion: Centrifugation at 7.000 g, 8.000 g,and 9.000 g influence frequency of salivary protein emergence and protein profiles ≥30 kDa.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Hidayat Putra
"Meningkatnya jumlah armada kapal nasional tentunya mempengaruhi peningkatan kebutuhan akan pengedokkan kapal, namun hal ini belum diimbangi dengan pengembangan sarana fasilitas dok kapal di dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk itu perlunya pengembangan sarana fasilitas dok yang efisien dan handal diperlukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pada skripsi ini penulis menganalisa kecepatan operasional floating dock atau dok apung kapasitas 13.000 TLC.
Tujuannya untuk membuktikan keunggulan jenis dok ini sebagai jalan keluar pengembangan fasilitas dok untuk galangan kapal di Indonesia. Untuk membandingkan kecepatan operasional dari dok apung dengan jenis dok lain maka dalam dalam penulisan tugas akhir ini, dok kolam dipilih sebagai dok pembanding untuk kemudian dianalisa waktu operasionalnya dan kapal berkapasitas 17.500 DWT diasumsikan sebagai kapal yang melakukan pengedokkan.

The increasing number of national ships fleet will certainly affect the increasing needs of docking ship, but this has not been matched by the development of ships docking facility in the country to meet those needs. For that reason, the need for the development of reliable docking facilities is needed to overcome those problems. In this project, the authors analyze the operational speed of a floating dry dock with 13.000 TLC.
The goal is to prove the superiority of this kind of docking facility as a way out development dock to shipyards in Indonesia. To compare the operational speed of the floating dock with other types of docking facility in the writing of this final essay, graving dock is chosen as a comparison for later the operational time is to be analyzed and vessel with a capacity of 17.500 DWT is assumed as a vessel which do a periodical docking.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59064
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Budiman
"Perkembangan industri maritim di Indonesia, tentu memberikan dampak yang sangat nyata kepada industri yang bergerak dalam bidang perawatan kapal. Peningkatan jumlah armada kapal yang berbendera Indonesia tentu juga mempengaruhi kebutuhan akan fasilitas pengedokan yang ada di Indonesia. Untuk menjawab kebutuhan akan fasilitas pengedokan kapal, diperlukan adanya peningkatan kapasitas pengedokan yang ada di Indonesia. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan membuat sebuah dok apung berkapasitas 13.000 TLC ini. Pembangunan dok apung ini tentu diharapkan dapat menjadi investasi yang menjanjikan. Penelitian ini menggambarkan tentang perencanaan investasi dok apung berkapasitas 13.000 TLC. Adapun dana yang dipakai adalah 80% dana bank dan sisanya adalah dana pribadi. Perhitungan pinjaman pada penelitian ini juga menggunakan suku bunga sebesar 10,5% tiap tahunnya.

The development of the maritime industry in Indonesia, would provide a very real impact to the industry engaged in the maintenance of the ship. Increasing the number of Indonesian-flagged fleet would also affect the need for a docking facility in Indonesia. To answer the need for ship docking facilities, is necessary to increase docking capacity in Indonesia. One way that can be used is to create a floating dock with a capacity of 13,000 TLC. Construction of floating dock is certainly expected to be a promising investment. This study describes the investment planning floating dock with a capacity of 13,000 TLC. The funds are used is 80% of the bank and the remaining funds are private funds. Loan calculations in this study also uses interest rate of 10.5% annually.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59770
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lathif Prasetyo Wibisana
"Asas cabotage yang sudah berlaku di indonesia sangat berpengaruh pada dunia perkapalan nasional, terbukti dengan jumlah armada kapal nasional semakin lama semakin meningkat. Sejalan dengan asas cabotage & peningkatan jumlah kapal nasional. Industri perkapalan di indonesia juga mendapatkan dampak positif, salah satunya adalah meningkatnya kebutuhan industri pengedokan untuk melakukan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan kapal. Industri dok didalam negeri masih belum memiliki kapasitas dok yang mampu menampung perbaikan kapal nasional, maka dari itu diperlukan perencanagan suatu fasilitas dok yang sesuai untuk industri dok di indonesia.
Pada tugas akhir ini membahas mengenai perancangan suatu dok jenis dok apung yang memiliki kapasitas dapat menampung berbagai tipe kapal yang banyak beroperasi di indonesia. Perancangan dilakukan mulai dari menganalisa besar kapasitas dok apung, prarancangan dok, menentukan spesifikasi dok hingga perancangan konstruksi dok dengan melakukan analisa kebutuhan pengedokan dan kekuatan memanjang dari struktur dok sesuai dengan peraturan badan klasifikasi kapal yang nantinya dapat ditentukan bahwa rancangan dok yang sudah dibuat memenuhi peraturan dan aman saat beroperasi.

Cabotage principle which is already force in Indonesia is very influential in national shipping industry. The number of national fleet progressively increasing. In line with cabotage and the increase in the number of and national fleet effect on shipbuilding industry in Indonesia such as the docking industry for ship repair and maintenance. Nowadays, dockyard in Indonesia't have enough capacity to accommodate the entire national demand for ship repair and maintenance, therefore, Indonesia must to plan a dock facilities that suitable for dockyard industry in Indonesia.
In this final project is discuss the design of a floating dock that have the capacity which is can accommodate many different types of vessels were operating in Indonesia. The design is done by starting from the determining the capacity of floating dock, initial design, determine the floating dock specification, design the dock construction and then longitudinal strength analysis of dock structure so the design can approved by classification society and comply with the regulation standard also to prove the dock design will safely operate.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59898
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pahalatua, Dovan
"Kapal memiliki batas usia dalam pengoperasiannya. Galangan scrapping bisa menjadi solusi untuk industri perkapalan nasional Indonesia dan diharapkan bisa menjadi galangan scrap percontohan yang memenuhi regulasi dan menjadi bahan masukan untuk Pemerintah dan pihak PEMDA Kabupaten Tanggamus. Ship Scrapping adalah aktivitas membongkar seluruh atau sebagian suatu kapal yang bertujuan untuk mengembalikan komponen-komponen dan material untuk diproses ulang dan digunakan kembali. Perancangan galanganscrapping berkapasitas maksimum 30.000 DWT ini berdasarkanIMO (International Maritime Organization), galanganscrapping yang tidak mencemari lingkungan.Ramah lingkungan didefinisikan bahwa dengan fasilitas yang ada, limbah dari proses scrapping tidak mencemari lingkungan baik darat maupun laut. Perancangan terdiri dari fasilitas galangan scrapping dan desain layout galangan.

The ship has an age limit to operate. Scrapping shipyard could be a solution to Indonesia's national shipping industry and expected to be a pilot project that satisfies scrap yard regulation and become inputs to the Government and the Local Goverment of the Regency Tanggamus. Ship Scrapping is the activity of unpacking all or part of a ship that aims to restore the components and materials for reprocessed and reused. The design of the maximum capacity of 30,000 DWT scrapping shipyard based on IMO (International Maritime Organization), the scrapping shipyard does not pollute the environment. Environmentally friendly is defined that with existing facilities, waste from the process of scrapping is not polluting the environment both ashore and at sea. The design consists of a scrapping shipyard facilities and design layout scrapping shipyard.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56855
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Matul Khoiriyah
"ABSTRAK
Latar Belakang: Penggunaan obat kumur sudah menjadi kebiasaan disamping
menyikat gigi. Salah satu obat kumur yang beredar di masyarakat mengandung zat
aktif zinc acetate dan chlorine dioxide yang berkhasiat sebagai antimikroba,
antikalkulus dan mengurangi halitosis. Bagaimana dampak penggunaannya
terhadap protein saliva perlu diteliti. Tujuan: Menganalisis perubahan profil
protein saliva sebelum dan setelah penggunaan obat kumur yang mengandung
zinc acetate dan chlorine dioxide selama waktu tertentu. Metode: Whole saliva
dari 5 subyek dikumpulkan sebelum berkumur dan 1 minggu, 2 minggu serta 3
minggu setelah berkumur. Profil protein saliva dianalisis dengan menggunakan
SDS-PAGE. Hasil: Rentang pita protein sebelum bekumur yaitu 21-192 kDa; 1
minggu setelah berkumur yaitu 21-236 kDa; 2 minggu setelah berkumur yaitu 20-
83 kDa; dan 3 minggu setelah berkumur yaitu 29-240 kDa. Kesimpulan: Secara
deskriptif, terlihat perubahan profil protein saliva setelah menggunakan obat
kumur yang mengandung zinc acetate dan chlorine dioxide.

ABSTRACT
Backgrounds: Using mouthwash has been a daily habit besides tooth brushing. A lot
of mouthwash that present in the market with variety of component and function, one
of them is containing zinc acetate and chlorine dioxide as antimicrobial, anticalculus,
and reducing halitosis. How its impacts to the salivary proteins need to be
investigated. Objective: To analyze the effect of mouthwash containing zinc acetate
and chlorine dioxide on salivary protein profile. Methods: whole saliva from 5
subjects were collected before rinsing, 1 week, 2 weeks, 3 weeks after rinsing.
Salivary protein profile analyzed by SDS-PAGE method. Results: Range of protein
band before rinsing are around 21-192 kDa, 1 week after rinsing are around 21-236
kDa, 2 weeks before rinsing are around 20-83 kDa, and 3 weeks after rinsing are
around 29-240 kDa. Conclusion: There was alternation of salivary protein profile
after usage of mouthwash containing zinc acetate and chlorine dioxide."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Engelina Melisa
"Perkembangan gaya hidup di era ini membawa pengaruh besar bagi kesehatan manusia. Paparan radikal bebas semakin mudah diperoleh dari pencemaran lingkungan, memicu penyakit kronis seperti kanker dan penyakit kardiovaskular yang merupakan dua teratas penyebab kematian akibat penyakit di Indonesia. Konsumsi suplemen antioksidan sebagai alternatif antioksidan alami dalam jangka panjang berpotensi menimbulkan penyakit hingga meningkatkan resiko kematian dari penggunaan senyawa antioksidan sintetis. Dari seluruh kekayaan laut Indonesia, spesies ikan beracun Scorpaenopsis diabolus masih sangat jarang diteliti terkait komponen bioaktif yang terkandung dalam racunnya. Penelitian ini membahas tentang potensi racun ikan S. diabolus sebagai sumber antioksidan alami. Racun diekstraksi dengan metode batch menggunakan larutan phosphate buffer saline dan dimurnikan dengan sistem FPLC kolom strong anion exchanger. Dari hasil pemurnian, dilakukan analisis lebih lanjut terkait konsentrasi protein dengan metode Lowry dan berat molekul protein dengan SDS-PAGE. Protein diuji toksisitasnya menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test dengan parameter LC50 dan diuji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH (2,2-difenil-1- pikrilhidrazil) dengan parameter IC50. Berdasarkan pengujian yang dilakukan, diperoleh 10 fraksi hasil pemurnian dengan konsentrasi tertinggi pada fraksi 101.1 kDa yaitu pada elusi garam 0%. Aktivitas toksik tertinggi terdapat pada fraksi protein 25 – 225 kDa dengan nilai LC50 27.68 μg/mL, sementara aktivitas antioksidan protein bervariasi dari lemah hingga kuat dengan rentang nilai IC50 berkisar pada 64 – 179 μg/mL, namun dengan persentase inhibisi yang negatif, kecuali pada protein dengan berat molekul diperkirakan ≤ 10 kDa pada konsentrasi 50 ppm.

The development of lifestyle in this era has a major influence on human health. Exposure to free radicals is more easily obtained from environmental pollution, triggering chronic diseases such as cancer and cardiovascular disease which are the top two causes of death from disease in Indonesia. Long term consumption of antioxidant supplements as an alternative to natural antioxidants has the potential to cause disease and increase the risk of death from the use of synthetic antioxidant compounds. Of all Indonesia's marine wealth, the poisonous fish species Scorpaenopsis diabolus is still very rarely studied regarding its bioactive components contained in its venom. This study discusses the potential of fish poison S. diabolus as a source of natural antioxidants. Toxins were extracted by batch method using phosphate buffered saline solution and purified using FPLC system with strong anion exchanger column. From the purification results, further analysis regarding protein concentration and molecular weight was carried out using the Lowry method and SDS-PAGE. The toxicity of protein were tested using the Brine Shrimp Lethality Test method with LC50 parameter and tested for antioxidant activity using the DPPH method (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazil) with IC50 parameter. Based on the tests carried out, 10 purified protein fractions were obtained with the highest concentration in the 101.1 kDa fraction from 0% salt elution. The highest toxic activity was found in the 25 – 225 kDa fraction with LC50 value of 27.68 μg/mL, while the antioxidant activity of protein varied from weak to strong with IC50 values ranging from 64 – 179 μg/mL, but with a negative percentage of inhibition, except for protein with an estimated molecular weight of ≤ 10 kDa at 50 ppm concentration."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarramurti Satshidananda
"ABSTRAK
Latar belakang: Penggunaan obat kumur untuk menjaga kesehatan rongga mulut di
masyarakat belakangan ini meningkat. Cetylpiridinium chloride (CPC) adalah salah
satu zat aktif dalam obat kumur yang banyak digunakan yang mempunyai sifat
antibakterial.Penggunaan rutin dari obat kumur dapat mempengaruhi kondisi rongga
mulut, termasuk protein saliva yang mempunyai fungsi masing-masing.Tujuan:
Untuk menganalisis perubahan profil protein saliva setelah berkumur dengan obat
kumur yang mengandung CPC selama tiga minggu. Metode: Whole saliva dari 5
Subyekpenelitian ditampung sebelum berkumur dan 1 minggu, 2 minggu serta 3
minggu setelah berkumur dengan obat kumur yang mengandung CPC dua kali
sehari, kemudian dianalisis menggunakan SDS-PAGE. Hasil: Rentang pita protein
sebelum berkumur 10-67 kDa, setelah seminggu berkumur 22-186 kDa, setelah 2
minggu 22-42 kDa, dan rentang pita protein pada 7-240 kDa setelah 3 minggu
berkumur. Kesimpulan: Terdapat perubahan profil protein saliva berdasarkan berat
molekulnya setelah berkumur dengan obat kumur yang mengandung CPC selama
tiga minggu berturut-turut

ABSTRACT
Background: Increased use of mouthwash in the community in addition to teeth
brushing for preserving oral cavity health. Cetylpiridinium chloride (CPC) is one of
active substances used widely in mouthwash. It has antibacterial property. Regular
use of mouthwash will affect the oral cavity condition, including salivary protein
with its respective functions. Objective: To analyze the salivary protein profile
change after rinsing with mouthwash containing CPC for three weeks. Method:
Whole saliva from 5 subjects were collectedbefore rinsing their mouth and 1 week, 2
weeks, 3 weeks after rinsing with mouthwash containing CPC twice a day and then
analyzed using SDS-PAGE. Result:Protein band range found before rinsing is 10-67
kDa; 1 week, 2 weeks and 3 weeks after rinsing we found 22-186 kDa, 22-42
kDaand 7-240 kDa protein band respectively. Conclusion: A change in salivary
protein profile is identified after rinsing with CPC-contained mouthwash for three
weeks."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Aimee Suhardi
"Pendahuluan: Pada anak-anak prevalensi bernapas mulut mencapai 55% dan 85% diantaranya merupakan suatu kebiasaan yang terjadi tanpa disadari. Bernapas melalui mulut adalah suatu kebiasan buruk yang dapat menyebabkan penurunan laju alir saliva. Penurunan laju alir saliva ini dapat menyebabkan perubahan protein dalam rongga mulut, sehingga fungsi proteksi protein dari saliva yang akan menurun dan mikoorganisme di dalam rongga mulut akan meningkat. Hal ini menunjukan bahwa keadaan homeostasis di dalam rongga mulut dapat terganggu karena kebiasaan bernapas melalui mulut. Kondisi mikroorganisme yang semakin banyak akan meningkatkan aktivitas proteolitik sehingga protein akan terdegradasi menjadi gas-gas Volatile Sulfur Compound dan menyebabkan terjadinya bau mulut. Kondisi bau mulut dapat diuji secara klinis dengan uji organoleptik.
Tujuan: menganalisis total protein dan deteksi profil protein saliva terhadap skor organoleptik serta kondisi bernapas melalui mulut dan bernapas normal.
Metode: Sumber sampel dari tongue biofilm, saliva, dental biofilm, serta mukosa bukal anak yang bernapas normal dan melalui mulut. Kemudian dilakukan uji Bradford untuk mengetahui total protein dan uji SDS-PAGE untuk mengetahui profil protein pada saliva.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna kondisi bernapas mulut dan normal terhadap skor organoleptik dan total protein dari keempat sumber sampel. Korelasi total protein tongue biofilm dengan skor organoleptik pada anak bernapas mulut dan normal negatif sangat lemah tidak signifikan, sedangkan pada saliva positif lemah tidak signifikan. Korelasi total protein dental biofilm dengan skor organoleptik pada anak bernapas normal negatif sangat lemah tidak signifikan dan pada anak bernapas melalui mulut positif sangat lemah tidak signifikan. Akan tetapi, hasil korelasi total protein mukosa bukal berkebalikan dengan hasil korelasi dental biofilm baik pada kelompok bernapas normal dan mulut. Protein Amilase, MUC7, dan Cystatin yang terdeteksi pada saliva sampel lebih banyak terdapat pada anak bernapas normal. Protein MUC7dan Cystatin banyak terdapat pada anak dengan skor organoleptik rendah.
Kesimpulan: Hasil analisis total protein menunjukan tidak ada perbedaan total protein terhadap kelompok bernapas mulut dan kelompok bernapas melalui hidung. Korelasi total protein dengan skor organoleptik yang menunjukkan hubungan yang berbeda-beda pada setiap sumber sampel baik pada kelompok bernapas mulut dan kelompok bernapas melalui hidung. Protein MUC7 dan Cystatin pada saliva dapat menjadi indikator kondisi bernapas melalui mulut dan skor organoleptik.

Background: In children, the prevalence of mouth breathing reaches 55% and 85% of them are habits that occur unwittingly . Mouth breathing is one of the bad habit that can reduce salivary flow rate. Decreased salivary flow rate can affect condition of protein in oral cavity, so that the protective function of saliva will decrease and microorganism in oral cavity will increase. This shows that the state of homeostasis in the oral cavity can be disrupted due to the habit of mouth breathing. The increasing number of microorganisms will increase proteolytic activity so that the protein will be degraded into Volatile Sulfur Compound gases and cause bad breath. The condition of bad breath can be clinically tested with organoleptic tests.
Objective: to analyse total protein and detection of salivary protein against organoleptic score in mouth breathing children.
Methods : Sample sources of tongue biofilms, saliva, dental biofilms, and buccal mucosa of children mouth breathers and nasal breathers. Then, the Bradford Assay was performed to determine the total protein and SDS-PAGE test to determine the protein profile in saliva.
Result : there is no significant difference between mouth breathing and nose breathing against organoleptic score and total protein. The correlation of total tongue biofilm protein and organoleptic score in mouth breathing and nasal breathing children was negative very weak and not significant, while positive weak relationship was found in the correlation of total salivary protein and organoleptic score in mouth breathing and nasal breathing children. The correlation of total dental biofilm protein with organoleptic score in nasal breathers was negative very weak not significant, although in mouth breathers was found positive very weak not significant. However, the relationship between total buccal mucosa protein and score organoleptic was the opposite of the result of dental biofilm correlation. Amylase, MUC7, and Cystatin were found more in nasal breathers. MUC7 and Cystatin were found more in low organoleptic score.
Conclusion : The result of total protein analysis show that there is no significant difference data in mouth breathers and nasal breathers children also there are variant correlation between total protein and organoleptic score. MUC7 and Cystatin protein in saliva can be indicators of mouth breathing condition and organoleptic score."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>