Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165591 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Widya Rachmasari
"Antioksidan t-BHQ dapat meningkatkan kerusakan oksidatif DNA yang ditandai dengan jumlah 8-OHdG yang meningkat. Logam TiO2 yang digunakan untuk pemutih pada cat tembok dan di tambahkan diproduk rumah tangga juga mampu meningkatkan jumlah 8-OHdG di dalam tubuh. 8-OHdG terbentuk dari hasil reaksi antara Reactive Oxidative Species (ROS) dalam bentuk hidroksil radikal. Pada penelitian ini dilakukan studi pembentukan adduct dengan mereaksikan 2?-deoksiguanosin dan guanosin dengan senyawa t-BHQ dan TiO2 dalam variasi pH, temperatur dan waktu inkubasi.
Hasil 8-OHdG yang terbentuk dianalisa menggunakan instrumen HPLC detector UV pada panjang gelombang 254 nm dengan fasa gerak buffer fosfat dan metanol (95:5) dan laju alir 0,85 mL/menit. Dari hasil penelitian diketahui adduct dG yang terbentuk paling banyak pada kondisi temperatur 60oC, waktu inkubasi 6 jam dan pH 8,5 diperoleh %adduct 39,62%. Sedangkan, adduct guanosin diukur secara kualitatif dari luas peak yang dihasilkan didapatkan adduct paling besar pada kondisi yang sama.

Antioxidant t - BHQ which may increase oxidative damage to DNA is characterized by the increasing number of 8 - OHdG. Metal TiO2, used to bleach the paint on the wall and add in households product, is also able to increase the number of 8 - OHdG in the body. 8 - OHdG is formed from the reaction between Reactive Oxidative Species (ROS) in the hydroxyl radicals’ form. In this research the formation’s study of adducts by reacting 2' - deoksiguanosin and guanosine with t - BHQ compounds and TiO2 in the variation of pH, temperature and incubation time.
Results of 8-OHdG formed were analyzed using HPLC instrument with UV detector at a wavelength of 254 nm, using a mobile phase of phosphate buffer and methanol (95:5) and a flow rate of 0.85 mL / min. The survey results revealed that dG adducts formed at most 60 ° C in temperature, incubation time of 6 hours and a pH of 8.5 %adducts obtained 39.62 %. Meanwhile, guanosine adducts measured qualitatively from the broad peak produced most major adducts obtained under the same conditions.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54487
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Nurhidayat
"Pada penelitian ini, dilakukan identifikasi pembentukan DNA adduct 8-hidroksi deoksiguanosin (8-OHdG) sebagai biomarker penyebab kanker yang terbentuk dari paparan trikloro etilen dan ion logam Cu (II) secara in vitro dan in vivo. Paparan TCE 200 ppm terhadap deoksiguanosin terbukti dapat memicu pembentukan 8-OHdG setelah inkubasi selama 6 jam. Penambahan ion Cu (II) dan H2O2 dalam inkubasi terbukti meningkatkan pembentukan 8-OHdG. Pada Studi in vivo, DNA adduct 8-OHdG Terdeteksi pada urin seluruh tikus percobaan. Paparan TCE terbukti meningkatkan kadar 8-OHdG yang diamati. Kadar DNA adduct dalam urin juga terlihat meningkat secara signifikan pada kelompok tikus yang diberikan paparan TCE dan Cu (II). Penelitian ini memberikan pemahaman baru pada pembentukan DNA-adduct dari senyawa kimia yang umum dipakai masyarakat.

In this study, The formation of DNA adduct 8-hydroxy deoxiguanosin (8-OHdG) as a cancer-causing biomarker formed from exposure to trichloro ethylene and Cu (II) metal ions in vitro and in vivo was identified. Exposure to TCE 200 ppm to deoxiguanosin has been shown to trigger the formation of 8-OHdG after 6 hours of incubation. The addition of Cu (II) and H2O2 was shown to increase the formation of 8-OHdG. DNA adduct 8-OHdG was detected in the urine of all mice, including the control group. This phenomenon indicates that oxidative stress conditions occur naturally in the metabolic system. exposure to TCE was shown to increase the 8-OHdG levels. The levels of DNA adduct in urine were also seen to be significantly increased in the group of mice exposed to TCE and Cu (II). This research provides a new understanding on the formation of DNA-adducts from chemical compounds commonly used by the public.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arminta Utari
"Pada penelitian ini telah dilakukan analisis pembentukan senyawa 8-hidroksi-2’-deoksiguanosin (8-OHdG) sebagai penanda kerusakan oksidatif DNA yang diakibatkan oleh paparan senyawa akrilamida dan logam kromium heksavalen (Cr(VI)). Studi in vitro dilakukan melalui reaksi senyawa 2’-deoksiguanosin dengan akrilamida, logam Cr(VI), asam askorbat, dan H2O2 berdasarkan prinsip reaksi Fenton-like pada variasi pH inkubasi 7,4 dan 8,4, suhu inkubasi 37 dan 60 °C, serta waktu inkubasi 7 dan 12 jam. Analisis senyawa 8-OHdG dilakukan menggunakan UHPLC fasa terbalik dengan fasa gerak berupa campuran penyangga natrium fosfat pH 6,7 : metanol (85:15). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa paparan akrilamida dan Cr(VI) secara in vitro menyebabkan pembentukan 8-OHdG dengan konsentrasi rendah, serta penambahan asam askorbat mampu meningkatkan pembentukan 8-OHdG. Konsentrasi 8-OHdG tertinggi pada sampel tanpa asam askorbat diperoleh dengan kondisi suhu inkubasi 60 °C, serta pada sampel dengan asam askorbat diperoleh dengan kondisi pH inkubasi 7,4, suhu inkubasi 37 °C, dan waktu inkubasi 7 jam.

This research aims to investigate 8-hydroxy-2’-deoxyguanosine (8-OHdG) formation as a biomarker of DNA oxidative damage following acrylamide and hexavalent chromium (Cr(VI)) exposure. In vitro study was carried out through reactions between 2’-deoxyguanosine, acrylamide, Cr(VI),  and reducing agent with respect to Fenton-like principles. Samples at pH 7.4 and 8.4 were incubated for 7 and 12 hours under 37 and 60ºC to find the correlation between 8-OHdG concentration over several pH, time, and temperature conditions. Analysis was performed by reversed-phase UHPLC using sodium phosphate buffer pH 6.7 : methanol (85:15) as mobile phase. Results show that low concentration of 8-OHdG could be linked to acrylamide and Cr(VI) exposure, and ascorbic acid might have a role in increasing 8-OHdG to higher concentration. The highest concentration of 8-OHdG was obtained at 60°C in samples without the presence of ascorbic acid, and at pH 7.4, 37 °C, and 7 hours of incubation in samples with the presence of ascorbic acid.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Afdila
"Malondialdehyde (MDA) telah banyak dilaporkan sebagai biomarker, produk genotoksik endogen yang terbentuk dari hasil lipid peroksidasi dan stress oksidatif dapat mengikat dan memodifikasi protein, phospholipid maupun DNA membentuk adduct yang stabil. Peningkatan stress oksidatif memicu dalam pembentukan adduct telah dikaitkan dengan berbagai pola penyakit seperti kanker, penyakit kardiovaskular dan neurodegeneratif. Studi ini salah satunya bertujuan untuk mengetahui efek sinergis pembentukan DNA Adduct (8-hydroxy-2-deoxyguanosine (8-OHdG) secara in vitromakibat reaksi dari malondialdehyde (MDA) dan/atau paparan Cr (VI) dengan bantuan H2O2 melalui reaksi Fenton terhadap DNA murni 2’-deoxyguanosine (dG) pada variasi suhu 37oC dan 60oC, pH 7,4 dan 8,4 serta lama inkubasi 3 dan 16 jam. Sedangkan studi in vivo dilakukan dengan treatment pada kelompok tikus (Rattus norvegicus) galur Wistar dengan paparan MDA (10 mg/kgBB), dan kelompok tikus dengan paparan campuran MDA (10mg/kgBB) dan Cr(VI) (0,4mg/kgBB) selama 28 hari. Sampel urin dikumpulkan setiap minggu. Pembentukan 8-OHdG secara in vitro dianalisis dengan HPLC, sedangkan pembentukan 8-OHdG pada sampel urin tikus dianalisis dengan menggunakan LC-MS/MS dengan kromatografi fasa terbalik. Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai validasi instrumen UHPLC dengan nilai regresi linier (R) 0,9973 dengan LOD adalah 11,03 μg/L dan nilai LOQ adalah 36,77 μg/L. Pada perlakuan secara in vitro paparan senyawa MDA pada kondisi suhu inkubasi 60oC selama 3 jam, pH 7,4 dihasilkan konsentrasi 8-OHdG paling tinggi yaitu 404,09 μg/L. Pada penelitian secara in vitro juga diperoleh data bahwa terdapat efek sinergis peningkatan konsentrasi 8-OHdG yang dihasilkan dari reaksi in vitro 2’deoksiguanosin dengan MDA + Cr (VI) sebagai senyawa radikal bebas yang memicu terjadinya kerusakan DNA. Pada pengamatan secara in vivo terhadap tikus percobaan yang dipaparkan senyawa xenobiotik (MDA dan Cr (VI) juga ditemukan gejala klinis penurunan berat badan sebelum dan sesudah paparan. Hasil analisis sampel urin perlakuan in vivo dengan instrument LCMS/MS terlihat adanya efek sinergis pada paparan MDA + Cr (VI).

Malondialdehyde (MDA) has been widely reported as a biomarker, an endogenous genotoxic product that is formed from the results of lipid peroxidation and oxidative stress that can bind and modify proteins, phospholipids and DNA to form stable adducts. Increased oxidative stress triggers in adduct formation have been linked to various disease patterns such as cancer, cardiovascular and neurodegenerative diseases. One of the purposes of this study is to determine the synergistic effect of the formation of DNA Adduct (8-hydroxy-2-deoxyguanosine (8-OHdG) in vitro due to the reaction of malondialdehyde (MDA) and /or exposure to Cr (VI) with the presence of H2O2 through the Fenton reaction to DNA. 2'-deoxyguanosine (dG) at various temperatures of 37oC, 60oC, pH 7.4 and 8.4 and incubation time of 3 and 16 hours. In vivo study has been carried out on exposed groups of rat (10 mg / kgBW) MDA, and Cr (VI) (0.4mg / kgBW) for 28 days. Urine samples were collected every week. 8-OHdG formation in vitro was analyzed by HPLC, while the formation of 8-OHdG in rat urine samples was analyzed using LC-MS / MS with reverse phase chromatography. The results of this study obtained the validation value of the UHPLC instrument with a linear regression value (R) 0.9973, LOD was 11.03 μg/L and the LOQ value is 36.77 μg/L. In in vitro treatment, exposure to MDA compounds at an incubation temperature of 60oC for 3 hours, pH 7.4 resulted in the highest 8-OHdG concentration of 404.09 μg / L. In in vitro studies, data also showed that there was a synergistic effect of increasing the concentration of 8-OHdG resulting from the in vitro reaction of 2'deoxiguanosine with MDA + Cr (VI) as free radical compounds that trigger DNA damage. In vivo observations of rat exposed to xenobiotic compounds (MDA and Cr (VI) also found clinical symptoms of weight loss before and after exposure. The results of the analysis of urine samples treated in vivo with the LCMS / MS instrument showed a synergistic effect on MDA + Cr (VI) exposure."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Afdila
"Malondialdehyde (MDA) telah banyak dilaporkan sebagai biomarker, produk genotoksik endogen yang terbentuk dari hasil lipid peroksidasi dan stress oksidatif dapat mengikat dan memodifikasi protein, phospholipid maupun DNA membentuk adduct yang stabil. Peningkatan stress oksidatif memicu dalam pembentukan adduct telah dikaitkan dengan berbagai pola penyakit seperti kanker, penyakit kardiovaskular dan neurodegeneratif. Studi ini salah satunya bertujuan untuk mengetahui efek sinergis pembentukan DNA Adduct (8-hydroxy-2-deoxyguanosine (8-OHdG) secara in vitromakibat reaksi dari malondialdehyde (MDA) dan/atau paparan Cr (VI) dengan bantuan H2O2 melalui reaksi Fenton terhadap DNA murni 2’-deoxyguanosine (dG) pada variasi suhu 37oC dan 60oC, pH 7,4 dan 8,4 serta lama inkubasi 3 dan 16 jam. Sedangkan studi in vivo dilakukan dengan treatment pada kelompok tikus (Rattus norvegicus) galur Wistar dengan paparan MDA (10 mg/kgBB), dan kelompok tikus dengan paparan campuran MDA (10mg/kgBB) dan Cr(VI) (0,4mg/kgBB) selama 28 hari. Sampel urin dikumpulkan setiap minggu. Pembentukan 8-OHdG secara in vitro dianalisis dengan HPLC, sedangkan pembentukan 8-OHdG pada sampel urin tikus dianalisis dengan menggunakan LC-MS/MS dengan kromatografi fasa terbalik. Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai validasi instrumen UHPLC dengan nilai regresi linier (R) 0,9973 dengan LOD adalah 11,03 μg/L dan nilai LOQ adalah 36,77 μg/L. Pada perlakuan secara in vitro paparan senyawa MDA pada kondisi suhu inkubasi 60oC selama 3 jam, pH 7,4 dihasilkan konsentrasi 8-OHdG paling tinggi yaitu 404,09 μg/L. Pada penelitian secara in vitro juga diperoleh data bahwa terdapat efek sinergis peningkatan konsentrasi 8-OHdG yang dihasilkan dari reaksi in vitro 2’deoksiguanosin dengan MDA + Cr (VI) sebagai senyawa radikal bebas yang memicu terjadinya kerusakan DNA. Pada pengamatan secara in vivo terhadap tikus percobaan yang dipaparkan senyawa xenobiotik (MDA dan Cr (VI) juga ditemukan gejala klinis penurunan berat badan sebelum dan sesudah paparan. Hasil analisis sampel urin perlakuan in vivo dengan instrument LCMS/MS terlihat adanya efek sinergis pada paparan MDA + Cr (VI).

Malondialdehyde (MDA) has been widely reported as a biomarker, an endogenous genotoxic product that is formed from the results of lipid peroxidation and oxidative stress that can bind and modify proteins, phospholipids and DNA to form stable adducts. Increased oxidative stress triggers in adduct formation have been linked to various disease patterns such as cancer, cardiovascular and neurodegenerative diseases. One of the purposes of this study is to determine the synergistic effect of the formation of DNA Adduct (8-hydroxy-2-deoxyguanosine (8-OHdG) in vitro due to the reaction of malondialdehyde (MDA) and /or exposure to Cr (VI) with the presence of H2O2 through the Fenton reaction to DNA. 2'-deoxyguanosine (dG) at various temperatures of 37oC, 60oC, pH 7.4 and 8.4 and incubation time of 3 and 16 hours. In vivo study has been carried out on exposed groups of rat (10 mg/kgBW) MDA, and Cr (VI) (0.4mg/kgBW) for 28 days. Urine samples were collected every week. 8-OHdG formation in vitro was analyzed by HPLC, while the formation of 8-OHdG in rat urine samples was analyzed using LC-MS/MS with reverse phase chromatography. The results of this study obtained the validation value of the UHPLC instrument with a linear regression value (R) 0.9973, LOD was 11.03 μg/L and the LOQ value is 36.77 μg/L. In in vitro treatment, exposure to MDA compounds at an incubation temperature of 60oC for 3 hours, pH 7.4 resulted in the highest 8-OHdG concentration of 404.09 μg/L. In in vitro studies, data also showed that there was a synergistic effect of increasing the concentration of 8-OHdG resulting from the in vitro reaction of 2'deoxiguanosine with MDA + Cr (VI) as free radical compounds that trigger DNA damage. In vivo observations of rat exposed to xenobiotic compounds (MDA and Cr (VI) also found clinical symptoms of weight loss before and after exposure. The results of the analysis of urine samples treated in vivo with the LCMS/MS instrument showed a synergistic effect on MDA + Cr (VI) exposure."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrika
"DNA adduct dapat menjadi suatu biomarker dari senyawa kimia
genotoksik. Pembentukan adduct merupakan salah satu indikator awal
terjadinya mutagenesis dan karsinogenesis. Penelitian ini dilakukan untuk
mempelajari potensi formaidehid dan benzaldehid dalam menyebabkan
terbentuknya adduct pada basa-basa DNA. Sebagai basa DNA digunakan 2-
deoksiguanosin (dG) dan 2-deoksiguanosin-5-monofosfat (dGMP). Analisis
dilakukan dengan mbnggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
fase terballk kolom 018 dan 08, eiuen larutan dapar fosfat: metanol (9;1).
Has!! yang diperoieh menunjukkan formaidehid terbukti mampu membentuk
adduct dengan dG dan dGMP, sedangkan benzaldehid belum terbukti. Dari
sampling lapangan yang dilakukan, diketahui terdapat penggunaan
formaidehid (formalin) sebagai bahan pengawet dalam makanan. Penelitian
mengenai peranan formaidehid dan benzaldehid dalam menyebabkan
mutagenesis dan karsinogenesis perlu dilakukan"
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, ], 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatma Irawati
"Penyakit kanker disebabkan oleh peristiwa karsinogenesis dan ditandai dengan adanya kerusakan oksidatif DNA. Senyawa tert-butilhidroquinon TBHQ diduga sebagai pemicu terjadinya peristiwa karsinogenesis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi adanya pembentukan DNA adduct 8-hidroksi-2 rsquo;-deoksiguanosin 8-OHdG akibat adanya paparan senyawa TBHQ pada 2 rsquo;-deoksiguanosin dan calf thymus DNA secara in vitro dengan variasi pH, waktu, dan suhu.
Penelitian ini dilakukan menggunakan 2 39;-deoksiguanosin-5 39;-monophosphat dan TBHQ melalui reaksi fenton dengan variasi pH yaitu 7,4 dan 8,4, variasi waktu inkubasi yaitu 1 jam dan 3 jam, dan variasi suhu yaitu 37oC dan 60oC. Kemudian sampel dari 2 rsquo;-deoksiguanosin dianalisis menggunakan HPLC, sedangkan sampel dari calf thymus DNA dianalisis menggunakan UV-Vis. Dilakukan juga uji kestabilan 8-OHdG dengan variasi pH menggunakan HPLC.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa konsentrasi pembentukan 8-OHdG lebih banyak terjadi berturut-turut pada pH 8,4 daripada pH 7,4, dengan waktu inkubasi 3 jam daripada dengan waktu inkubasi 1 jam, dan pada suhu 60oC daripada suhu 37oC, serta menunjukkan adanya reaksi fenton. Rasio kemurnian calf thymus DNA pada ?260/?280 yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1,83. Terjadi pergeseran puncak panjang gelombang maksimum dari hasil inkubasi calf thymus DNA dan senyawa TBHQ serta Fe2 yang menandakan terjadinya perubahan struktur DNA. Hasil uji kestabilan 8-OHdG pada kondisi asam dan basa menunjukkan 8-OHdG mengalami kerusakan.

Cancer is caused by a carcinogenesis and is characterized by DNA oxidative damage. The tert butylhydroquinone TBHQ compound is thought to be the trigger for the carcinogenesis. The aim of this study was to investigate and identify the formation of 8 hydroxy 2 39 deoxyguanosine 8 OHdG adduct DNA due to exposure of TBHQ compounds to 2 39 deoxyguanosine and calf thymus DNA in vitro by pH, time, and temperature variations.
This study was carried out using 2 39 deoxyguanosine 5 39 monophosphate and TBHQ by fenton reaction with pH variation of 7.4 and 8.4, variation of incubation time ie 1 hour and 3 hours, and temperature variation ie 37oC and 60oC. Then a sample of 2 39 deoxyguanosine was analyzed using HPLC, while samples from the calf thymus DNA were analyzed using UV Vis. It also performed a stability test of 8 OHdG with pH variation using HPLC.
The results show that the concentration of 8 OHdG formation occurs more successively at pH 8.4 than pH 7.4, with an incubation time of 3 hours than with an incubation time of 1 hour, and at a temperature of 60 C rather than 37 C, fenton reaction. The purity ratio of calf thymus DNA in 260 280 used in this study was 1,83. There is a maximum wavelength peak shift from the incubation of the calf thymus DNA and the TBHQ and Fe2 compounds indicating the change in DNA structure. Stability test results of 8 OHdG on acid and base conditions showed 8 OHdG damage.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T49640
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Willy Kristianto
"Sinamaldehid merupakan senyawa kimia yang banyak digunakan dalam bidang industri dan mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut strukturnya, sinamaldehid merupakan senyawa tak jenuh, yang dapat memicu produksi ROS dalam tubuh. ROS ini dapat bereaksi dengan DNA atau protein dan membentuk DNA Adduct. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis terbentuknya DNA Adduct 8-OHdG akibat kerusakan oksidatif DNA yang disebabkan oleh paparan sinamaldehid. Studi in vitro dilakukan dengan mereaksikan 2`-deoksiguanosin dengan sinamaldehid melalui reaksi Fenton-like. Reaksi dilakukan pada pH 7,4 dan 8,4, pada suhu 37 °C serta waktu inkubasi 7 dan 12 jam. Studi in vivo dilakukan dengan menggunakan kelompok tikus putih (Rattus norvegicus) yang dikenai paparan sinamaldehid (200 mg/kg BB) dan CuSO4 (10 mg/kg BB) selama 28 hari. Sampel urine diambil setiap minggunya. Analisis pembentukan 8-OHdG dilakukan menggunakan instrumen LC-MS/MS dengan kromatografi fase terbalik. Fasa gerak yang digunakan adalah campuran ammonium asetat 20 mM pH 4 dan asetonitril dengan gradien elusi. Hasil studi in vivo menunjukkan bahwa paparan sinamaldehid, Cu(II), dan H2O2 dapat menyebabkan pembentukan 8-OHdG, dengan produk terbanyak pada pH 7,4 dan waktu inkubasi 12 jam. Hasil studi in vivo menunjukkan bahwa paparan sinamaldehid dan Cu(II) dapat menyebabkan pembentukan 8-OHdG. Waktu pemaparan yang lebih lama menunjukkan peningkatan kadar sinamaldehid dalam urine tikus.

Cinnamaldehyde is a chemical compound that is widely used in industrial fields and is easily found in everyday life. According to the structure, cinnamaldehyde is an unsaturated compound, which can trigger the production of ROS in the body. This ROS can react with DNA or proteins and form DNA adducts. This study aims to analyze the formation of 8-OHdG DNA Adduct due to oxidative DNA damage caused by exposure to cinnamaldehyde. In vitro studies were carried out by reacting 2`-deoxiguanosine with cinnamaldehyde, Cu(II), and H2O2 through a fenton-like reaction. The reaction was carried out at pH 7.4 and 8.4, at 37 °C and incubation times of 7 and 12 hours. In vivo studies were carried out using a group of white mice (Rattus norvegicus) which were exposed to cinnamaldehyde (200 mg/kg BW) and CuSO4 (10 mg/kg BW) for 28 days. Urine samples are taken every week. Analysis of the formation of 8-OHdG using an LC-MS/MS instrument with reverse phase chromatography. The mobile phase used was a mixture of 20 mM ammonium acetate pH 4 and acetonitrile with elution gradient. The results of in vivo studies showed that exposure to cinnamaldehyde, Cu(II), and H2O2 can cause the formation of 8-OHdG, with the most products at pH 7.4 and 12 hours incubation time. The results of in vivo studies indicate that exposure to cinnamaldehyde and Cu(II) can cause the formation of 8-OHdG. Longer exposure times showed increased levels of cinnamaldehyde in rat urine."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Silva Putri Hindarsyah
"ABSTRACT
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pembentukan DNA Adduct 8-OHdG akibat kerusakan oksidatif DNA yang disebabkan oleh paparan formaldehida dan logam Cu (II). Studi in vivo dilakukan dengan menggunakan kelompok tikus putih (Rattus norvegicus) yang diberi paparan formaldehida (82 mg/kg BB) dan Cu (II) (10 mg/kg BB) selama 28 hari. Sampel urin diambil setiap minggunya. Studi in vitro dilakukan dengan mereaksikan 2-deoksiguanosin dengan formaldehida, logam Cu (II), dan H2O2 melalui reaksi Fenton-like. Reaksi dilakukan pada suhu 37°C dengan variasi pH (7,4 dan pH 8,4) serta waktu inkubasi (7 dan 12 jam). Analisis pembentukan 8-OHdG secara in vivo dan in vitro dilakukan menggunakan instrumen LC-MS/MS dengan kromatogafi fasa terbalik. Fasa gerak yang digunakan adalah campuran amonium asetat 20 mM pH 4 dan asetonitril dengan gadien elusi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa paparan formaldehida dan logam Cu (II) dapat menyebabkan terbentuknya DNA Adduct 8-OHdG. Pada studi in vivo, ditemukan kadar 8-OHdG tertinggi pada kelompok paparan formaldehida dengan Cu (II). Pada studi in vitro, terbentuk 8-OHdG dengan konsentrasi paling tinggi pada kelompok variasi formaldehida, Cu (II) dan H2O2.

ABSTRACT
This research was conducted to analyze the formation of DNA Adduct 8-OHdG due to oxidative DNA damage caused by exposure formaldehyde and Cu (II). In vivo studies were conducted using a group of rat (Rattus norvegicus) which were exposed to formaldehyde (82 mg/kg BW) and Cu (II) (10 mg/kg BW) for 28 days. Urin samples were taken every week. In vitro studies were carried out by reacting 2-deoxyguanosine with formaldehyde, Cu (II) and H2O2 through a Fenton-like reaction. The reaction was carried out at 37°C with variation in pH (7,4 and 8,4) and incubation time (7 and 12 hours). Analysis of the formation DNA Adduct 8-OHdG with in vivo and in vitro studies using LC-MS/MS with reverse phase chromatogaphy. The mobile phase used was a mixture of 20 mM ammonium acetate pH 4 and acetonitrile with elution gadient. The results of the study show that exposure of formaldehyde and Cu (II) can cause the formation of a DNA Adduct 8-OHdG. In vivo study showed that the highest levels of 8-OHdG were found in the group that exposed to formaldehyde with Cu (II). In vitro study showed that 8-OHdG was formed with the highest concentration in the formaldehyde, Cu (II) and H2O2 variation groups."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah Firyal Suhendra
"Pada penelitian ini dilakukan analisis pembentukan DNA adduct 8-hidroksi-2-deoksiguanosin (8-OHdG) sebagai biomarker kerusakan DNA yang disebabkan oleh penambahan bisfenol A (BPA) dan ion logam Cu(I) secara in vitro. Studi in vitro dilakukan dengan mereaksikan BPA, ion logam Cu(I), dan H2O2 melalui reaksi Fenton-Like. Variasi yang digunakan pada penelitian ini meliputi pH (7,4 dan 8,4), suhu (37) dan waktu inkubasi (7 dan 12 jam). Analisis DNA adduct 8-OHdG dilakukan dengan menggunakan UHPLC fasa terbalik. Pada metode UHPLC digunakan fasa gerak buffer natrium fosfat dan metanol (85:15) dengan detektor UV-Vis pada panjang gelombang 254 nm. Hasil menunjukkan bahwa konsentrasi 8-OHdG pada sebagian besar variasi sampel pada pH 8,4 lebih tinggi dari pH 7,4. Pada suhu 60 besar sampel memiliki konsentrasi 8-OHdG lebih tingi dari suhu 37. Sebagian besar variasi sampel dengan waktu inkubasi 12 jam memiliki konsentrasi 8-OHdG lebih tinggi dari sampel dengan waktu inkubasi 7 jam. Konsentrasi tertinggi diperoleh pada variasi sampel dG pH 8,4 dengan penambahan BPA, Cu(I), dan H2O2 pada suhu 60 dan waktu inkubasi 12 jam, yaitu sebesar 92,438 ppb.

This in vitro study was conducted to determine the formation of DNA adduct 8-hydroxy-2-deoxiguanosine (8-OHdG) as biomarker of DNA damage caused by bisphenol A, metal ion Cu(I) exposure in the presence of H2O2  as oxidizing agent on 2-deoxiguanosine via Fenton-Like reaction.  Samples with different variation of pH (7.4 and 8.4) temperature (37 and 60) and incubation times (7 and 12 hours) were analyzed by using UHPLC reverse phase technique and mobile phase sodium phospate buffer and methanol (85:15) with UV-Vis detector at wavelength 254 nm. The results showed that mostly 8-OhdG levels at alkaline pH (8.4) are higher than acidic pH (7.4). Samples with higher temperature (60) mostly have higher 8-OHdG levels than lower temperature (37). Samples with longer incubation time (12 hours) mostly have higher 8-OHdG levels than shorter incubation time (7 hours). The highest 8-OHdG concentration found on a sample that contains mixture of dG, BPA, Cu(I), and H2O2 at alkaline pH (8.4), higher temperature (60) and longer incubation time (12 hours) equal to 92.438 ppb."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>