Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97929 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mochamad Aldis Ruslialdi
"HIV/AIDS berdampak kepada peningkatan kerentanan terkena infeksi penyakit lain yang berujung kepada kematian. Menurut UNAIDS, Indonesia termasuk ke dalam daftar negara dengan kematian akibat AIDS tidak mengalami penurunan atau laju penurunannya kurang dari 25%. Penelitian ini merupakan penelitian observasional, dengan desain cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian dan faktor atau determinan utama yang berhubungan dengan kematian berkaitan AIDS pada pasien HIV/AIDS di unit rawat inap Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada tahun 2008-2012. Sampel penelitian ini sebanyak 207 pasien. Data pasien diambil dengan memanfaatkan data rekam medis pasien untuk melihat variabel independen yang terdiri dari jenis kelamin, umur, pekerjaan, kadar CD4, faktor risiko penularan, jumlah penyakit yang diderita, status gizi, riwayat gangguan syaraf pusat, riwayat konsumsi obat ARV, dan kondisi psikologis untuk nantinya dihubungkan dengan status kematian pasien HIV/AIDS. Analisis data dilakukan hingga analisis multivariat dengan model prediksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kematian AIDS sebesar 28,5%. Dari hasil analisis multivariat didapatkan 4 variabel yang berhubungan dengan kematian AIDS, yaitu status gizi kurang dari normal (OR=4,75) dengan 95% CI (2,278-9,917), riwayat gangguan syaraf pusat (OR=1,82) dengan 95%CI (1,025-3,251), jumlah penyakit yang diderita lebih dari 5 penyakit (OR=4,09) dengan 95%CI (1,854-9,043), dan kadar CD4. Kadar CD4 menjadi faktor paling berpengaruh terhadap kematian AIDS dengan nilai OR sebesar 5,9 dengan 95%CI 2,096-17,106. Dari hasil penelitian ini dapat direkomendasikan upaya peningkatan awarenessakan pentingnya kontrol kadar CD4 darah untuk pasien HIV/AIDS dan upaya pendukung lainnya untuk mencegah kematian AIDS seperti peningkatan kualitas gizi pasien AIDS, skrining dan deteksi dini gangguan syaraf pusat, dan pencegahan komplikasi penyakit

HIV/AIDS impact to increased susceptibility to other diseases infections which lead to death. The death of AIDS is also a problem, especially in Indonesia. According to UNAIDS, Indonesia is included in the list of countries where deaths from AIDS do not decline or rate of less than 25% of his descent. This research is observational research, design with cross sectional. This research aims to know the description and the main factors which related to mortality of AIDS HIV/AIDS in inpatient unit RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo in 2008-2012. The sample of this research are 207 patients. Data collected by utilizing the patient's medical record data to see the independent variables consisted of gender, age, job, CD4 levels, risk factors of transmission, the amount of illness suffered, nutritional status, history of central nervous disorders, drug consumption history ARV consumption, and psychological conditions to be linked with the status of a patient's death related with HIV/AIDS. The data analysis done to multivariate analysis with prediction model.
The results showed that the AIDS death prevalence reach up to 28.5%. The results of Multivariate analysis obtained 4 variables related to the death of AIDS, poor nutritional status (OR=4,75) with 95% CI (2,278-9,917), central nervous disorder history (OR=1,82) with 95% CI (1,025-3,251), the number of illnesses suffered more than 5 disease (OR=4,09) with 95% CI (1,854-9,043), and CD4 levels. CD4 levels became the most influential factors towards AIDS deaths with a value of 5, 9 OR and 95% CI (2,096-17,106). From the results can be recommended the efforts to increased awareness toward control CD4 blood levels for HIV/AIDS patients and other supporting efforts to prevent deaths of AIDS such as improved quality of nutrition AIDS patients, screening and early detection of central nervous disorders, and prevention of complications of the disease.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54451
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meiliyana
"Perilaku lelaki berhubungan seks tidak aman dengan lelaki merupakan perilaku yang cenderung tertutup dan sulit ditemui di populasi umum, dengan jumlah kaum LSL yang semakin meningkat dan prevalensi HIV dan IMS masih tinggi di kalangan LSL, penelitian terkait HIV pada LSL masih belum banyak ditemui di Indonesia, serta kejadian HIV yang merupakan salah satu masalah kesehatan yang timbul dengan berbagai faktor.
Desain penelitian ini adalah potong lintang, dengan menggunakan data sekunder Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) pada kelompok Lelaki suka Seks dengan Lelaki (LSL) di Indonesia Tahun 2011, Variabel dependen adalah kejadian HIV (+) dan variabel independennya meliputi karakteristik demografi (umur, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan), pengetahuan mengenai HIV-AIDS, perilaku (perilaku seksual dengan pasangan seks tetap, konsumsi napza, merasa berisiko tertular, riwayat mengalami gejala IMS), dan layanan klinik VCT. Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat dan analisis bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi LSL yang mengalami status HIV(+) sebesar 8,5%, rata-rata umur LSL yaitu 29 tahun, sebagian besar LSL berpendidikan SMU/sederajat sebesar 52%, sebagian besar bekerja sebagai karyawan sebesar 32,4%, dengan status belum kawin sebesar 77,5%. Proporsi LSL yang memiliki pasangan tetap sebesar 56,3%. Sebagian besar LSL tidak mengkonsumsi napza sebesar 89,6%, merasa berisiko tertular 64,5% dan sebesar 30,7% LSL pernah mengalami gejala IMS, serta sebagian besar reponden tidak di rujuk ke layanan VCT sebesar 77,2%.
Faktor-faktor yang ada hubungan bermakna dengan kejadian HIV (+) pada LSL adalah tingkat pendidikan, status belum kawin dibandingkan dengan status kawin, bekerja disalon/panti pijat yang dibandingkan karyawan, merasa berisiko tertular, dan layanan klinik VCT.

The behavior of men having unsafe sex with men is tend to be closed and difficult to find in the general population. With the increasing number MSM (Men who have Sex with Men) and prevalence of HIV and STI stil remains high among MSM, HIV-related research on MSM also not widely found in Indonesia, as well as the case of HIV is a health issues that causes with various factors.
The study design was cross-sectional, using secondary data Integrated Biological and Behavioral Surveillance (IBBS) in the group of Men who have Sex with Men (MSM) in Indonesia in 2011. The dependent variable is HIV (+) incidence and the independent variables include demographic characteristics (age, education, occupation, marital status), knowledge about HIV-AIDS, behavior (sexual behavior, drug consumption, perceive by risk of contracting, history of IMS symptoms) and VCT clinics services. Data analysis was performed by univariate and bivariate analysis.
The results showed that the proportion of MSM with HIV (+) status approximately 8.5% , the MSM average age is 29 years old, most of the MSM education was high school/equivalent was 52%, mostly working as an employee approximately 32.4%, unmarried status approximately 77.5%. The proportion of MSM who had a regular partner approximately 56.3 %. Most of the MSM do not consume drugs approximately 89.6%, perceive by risk of contracting approximately 64.5% and approximately 30.7% of MSM had experienced symptoms of IMS, as well as most of the respondents did not refer to the VCT service approximately 77.2%.
Factors that not have significant correlation with the incidence of HIV (+) on MSM is: level of education, unmarried status compared with marital status, work at salon / massage parlor compared by office employees, perceive by risk of contracting , and the VCT clinic services.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54551
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irsanty Collein
"Penelitian ini bertujuan memperoleh pemahaman mendalam tentang makna spiritualitas pada klien HIV/AIDS dalam konteks asuhan keperawatan.Rancangan penelitian ini adalah kualitatif fenomenologi dengan desain deskriptif eksploratif. Penelitian ini memperoleh lima tema yaitu (1) mendekatkan diri kepada Tuhan, (2) menghargai hidup pasca diagnosis HIV, (3) butuh dukungan dari orang terdekat, (4) mempunyai harapan untuk kehidupan yang lebih baik di hari depan,dan (5) kebutuhan spiritual yang tidak terpenuhi. Sebanyak 7 partisipan berpartisipasi menceritakan pengalamannya. Metode wawancara mendalam dan pengamatan lapangan merupakan alat bantu pengumpulan data. Data di analisis menggunakan metode Collaizi (1978). Hasil penelitian menyarankan perawat perlu melakukan pengkajian spiritual pada klien HIV/Aids selama di rawat di RS sehingga perawat dapat memberikan intervensi keperawatan yang tepat untuk membantu klien

This study aims to explore the meaning of spirituality in HIV / AIDS patients in the nursing care at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. This research is a qualitative research phenomenology design with descriptive explorative. There were five themes in this research including more attach to God, respect for life after HIV diagnosis, need a support system, hope for a better life and patient's spiritual need?s were not fulfilled. Seven participants were recruited in this study 7 participants.In-depth interviews, field note and the observation sheet were used to collect data. The seven procedural steps proposed by Collaizi (1978) were utilized in data analysis.The result suggested nurses are supposed to make an assessment for spiritual needs as a nursing intervention and optimize nursing curriculum."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T29407
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ainum Jhariah Hidayah
"Penyakit infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) sampai sekarang masih menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk di Indonesia. Progresivitas penyakit pada pasien HIV/AIDS dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain faktor usia, genetik, penyakit infeksi lain seperti tuberkulosis dan hepatitis, faktor gizi, status imunologi dan lain-lain. Adanya pengobatan ARV belum mampu menyembuhkan penyakit namun mampu mengontrol progresivitas penyakit HIV dan AIDS dengan menekan replikasi virus, mengurangi timbulnya infeksi oportunistik. Walaupun program ini telah dilaksanakan, namun kematian akibat HIV tetap saja terjadi terutama pada tahun pertama pengobatan ARV.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prediktor yang berhubungan dengan kematian pada pasien HIV-AIDS yang mendapatkan terapi ARV di RS dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2008-2012. Desain studi yang digunakan adalah kohort retrospektif dengan menggunakan data register ART dan Rekam Medik. Sampel berjumlah 396 pasien HIV yang menggunakan ARV. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Regresi Cox.
Hasil analisis multivariat menunjukkan prediktor kematian pasien HIV-AIDS yang mendapatkan ARV adalah status fungsional baring (RR=2,34, 95% CI:1,32-4,11), kategori IO berat (RR=2,11, 95% CI:1,26-3,54), dan status anemia (RR=2,56, 95% CI:1,74-3,77). Diperlukan perhatian khusus dan pemantauan bagi pasien HIV-AIDS yang menggunakan ARV dengan status fungsional baring, anemia, dan memiliki infeksi oportunistik yang berat.

Human Immunodeficiency Virus (HIV) is still an issue in health sector in the world, particularly in Indonesia. Progression of disease is influenced by various factors including age, genetic, and other infectious diseases such as tuberculosis and hepatitis, nutritional factors, and immunological status. ARV therapy has not been able to cure the disease yet is able to control the progression of HIV/AIDS by suppressing viral replication which reduce the incidence of opportunistic infections. Although the program has been implemented, the deaths from HIV continue to occur, especially in the first year of ARV treatment.
This study aims to investigate the predictors related to death in HIV-AIDS patients with ARV therapy in Dr. H. Marzoeki Mahdi Hospital in Bogor in 2008-2012. The study design was retrospective cohort using ART registration data and Medical Record. Number of samples were 396 HIV patients with ARV therapy. Data analysis was performed using Cox Regression.
The multivariate analysis showed that the predictors of deaths in HIV-AIDS patients with ARV therapy were functional baring status (RR = 2.34, 95% CI: 1.32-4.11), heavy IO category (RR = 2.11, 95% CI : 1.26-3.54), and anemia status (RR = 2.56, 95% CI: 1.74-3.77). Special attention and monitoring are required for HIV/AIDS patients taking antiretroviral medications with functional status of baring, anemia, and having severe opportunistic infections.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48422
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahyuni
"ABSTRAK
HIV/AIDS adalah masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatianyang sangat serius. Hal ini terlihat dari jumlah kasus HIV/AIDS yang setiap tahunnya meningkat secara signifikan. Di Cilegon pada awal tahun 2005 diketahui hanya terdapat 5 orang penderita, namun hingga tahun 2015 terdapat 460 penderita Kasus HIV 316 orang, dan AIDS 144 orang . Tujuan penelitian untuk mengetahui determinan status HIV/AIDS di fasilitas kesehatan Kota Cilegon. Populasi penelitian adalah seluruh pasien yang mengunjungi klinik IMS di fasilitas kesehatan Cilegon, sedangkan sampel adalah pasien yang mengunjungiklinik IMS di fasilitas kesehatan Cilegon pada periode penelitian dan bersedia diwawancara. Desain case control dengan sampel sebanyak 88 responden terdiri dari 44 kasus, dan 44 kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan melihat medical record di 10 fasilitas kesehatan Cilegon. Analisis dilakukan untuk melihat hubungan dan faktor yang paling dominan terhadap statusHIV/AIDS. Variabel dependent adalah status HIV/AIDS, sedangkan yang diduga sebagai determinan status HIV/AIDS adalah umur, status pernikahan, pekerjaan,pendidikan, riwayat IMS, perilaku seksual, penggunaan narkotika suntik danakses ke pelayanan kesehatan. Hasil analisis menunjukkan status pernikahanmemiliki nilai p 0,001. Sedangkan pengguna narkotika suntik memiliki nilai p0,008 dengan nilai OR 11,733. Pada uji interaksi semua variabel memiliki nilai p>0,05. Variabel yang berhubungan dengan status HIV/AIDS yaitu status pernikahan dan pengguna narkotika suntik, sedangkan variabel pendidikan,riwayat IMS, perilaku seksual dan akses ke pelayanan kesehatan adalah variabel confounding terhadap status HIV/AIDS. Pengguna narkotika suntik memiliki risiko 11 kali untuk terinfeksi HIV/AIDS. Dinas Kesehatan Cilegon dapat memberikan edukasi bagi penasun untuk tidak menggunakan jarum suntik secara bersama dan Komisi Penanggulangan AIDS dapat memfasilitasi penasun dengan menyediakan jarum suntik gratis yang disediakan di fasilitas kesehatan yang ditunjuk.

ABSTRACT
HIV/AIDS is public health problems that require very serious attention. This is visible from cases of HIV AIDS which increase significantly every years. In Cilegon early 2005 is known only 5 patient, but up to 2015 there are 460 patients HIV are 316 patients, and AIDS are 144 patients . This Study is knowing to determinant status of HIV AIDS in Cilegon health facilities. Population this study are all the patients who visiting sexually transmittes infection clinic, while thesampel are patients who visiting sexually transmitted infection clinik at the study periode and welcome to interviewed. Desain study case control with 88respondents, consist of 44 cases, and 44 control. Data collection with interview and saw the medical record in 10 health facilities at Cilegon. Analysis to see the relationship and dominant factor HIV AIDS status. Dependent variable is status of HIV AIDS, and variables which is to be expected determinan status ofHIV AIDS are age, marital status, work, education, history of sexually transmitted infections, sexual behavior, injection drug users, and acces to health services. The result is marital status has a p value 0,001. While injection drug users has a p value 0,008 with OR 11,733. On the interaction test, all of variable have p value 0,05. Variables associated with HIV AIDS are marital status and injection drug user rsquo s. And injection drug user rsquo s have a risk of 11 time to get HIV AIDS infected. Suggestion from this study is public health office can be educated for injection drug users do not use syringes in turn AIDS commission can be facilitate injection drug users to get a free syringe at a designated health facilities.
"
2017
T47733
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Simarmata, Veronika Jenny
"Kasus AIDS semakin banyak terjadi di Indonesia dan diperburuk dengan berbagai macam penyakit infeksi komorbidnya. Hasil penelitian 108 pasien diperoleh 50,9% memiliki infeksi komorbid hepar. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional analitik dengan data sekunder rekam medik pasien rawat inap RSCM pada tahun 2010. Hasil beberapa faktor yang diteliti adalah responden laki-laki terbanyak (51 orang), rentang usia terbanyak 25-49 tahun (52 orang), dan faktor resiko penularan pada penggunaan jarum suntik (22 orang). Dengan chi-square diperoleh hubungan bermakna pada jenis kelamin (p<0,05). Ditinjau dari nilai index massa tubuh diperoleh rerata nilainya adalah 18,6 kg/m2, dan nilai rerata hitung CD4+ absolute sebesar 46 sel/dL, namun hanya nilai CD4+ absolute memiliki hubungan bermakna pada uji mann-whitney (p<0,05).

AIDS cases are increasing in Indonesia and this infections are so bad with comorbid infections. From the result of this study, there are 50.9% in 108 patients that have comorbid hepar infection. This study was designed by cross-sectional analytic metode by using medical records of patients hospitalized in RSCM in 2010. From the factors that studied, the results are respondents with hepar infection, most are male sex (51 people), in the range 25-49 years (52 people), and the risk factor in intravena drug using (22 people). With chi-square, sex is related with hepar infection in respondents (p<0,05). In Body Mass Index of the respondents, the mean of the value is 18,6 kg/m2, and the mean of CD4+ absolute value is 46 cells/dL, but only the value of CD4+ absolute has related with hepar infection in mann-whitney test (p<0,05)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Dewi Rosady
"Infeksi HIV menghasilkan radikal bebas yang merusak sel dan berbagai organ tubuh. Antioksidan berperan penting untuk mengatasi kerusakan akibat radikal bebas. Penelitian dengan desain potong lintang ini merupakan bagian dari penelitian bersama untuk mengetahui korelasi kadar antioksidan (beta karoten, vitamin C, E dan seng) dengan kadar SOD pada penderita HIV/AIDS di Pokdisus AIDS FKUI/RSUPNCM, Jakarta. Pengumpulan data dilakukan sejak akhir bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 dengan metode consecutive sampling, didapatkan 52 orang subyek memenuhi kriteria penelitian. Hasil penelitian menunjukkan median usia subyek 33 (24-40) tahun dengan 51,9% laki-laki. Sebanyak 94,2% subyek mendapatkan terapi anti retrovirus. Nilai median jumlah limfosit T CD4+ adalah 245 (50-861) sel/µL dan 63,5% subyek berada pada kelompok CDC II. Status gizi 84,6% subyek normal dan lebih dengan nilai median 21,4 (14,4-32,4) kg/m2. Nilai rerata asupan energi subyek 1850,8±454,6 kkal/hari, 76,9% subyek memiliki asupan energi kurang dari kebutuhan total harian. Nilai Median asupan lemak subyek 51,4 (22-129,4) gram/hari dan 63,5% subyek memiliki asupan lemak kurang dari energi total. Semua subyek memiliki asupan serat yang kurang dari angka kecukupan serat, nilai rerata asupan serat subyek adalah 8,6±3,6 gram. Nilai rerata asupan beta karoten subyek 10,92±4,37 mg/hari, 88,5% memiliki asupan beta karoten cukup. Nilai median kadar beta karoten subyek 0,21 (0,01-0,72) µmol/L dan 76,9% subyek memiliki kadar beta karoten rendah. Rerata kadar SOD subyek sebesar 1542,1±281 U/gHb dan 53,8% subyek memiliki kadar SOD normal. Tidak didapatkan korelasi bermakna antara kadar beta karoten dengan SOD pada penderita HIV/AIDS (r=-0,174, p=0,217).

Free radicals formed on the course of HIV infection can cause cellular and multiple organ damage. Antioxidants play an important role to minimize damage caused by these free radicals. This research is done using cross sectional design and is part of a joint study to assess the correlation between antioxidants (beta-carotene, vitamin C, E, and zinc) and SOD levels in HIV/AIDS patients at Pokdisus AIDS FKUI/RSUPNCM, Jakarta. The study is done from late February 2013 to March 2013 using consecutive sampling method, 52 subjects matched the study’s criteria. Study shows the age median value is 33 (24-40) years old, with 51.9% male. As much as 94.2% subjects were receiving anti retroviral therapy. Median value of CD4+ T lymphocyte count is 245 (50-861) cell/µL, 63.5% subjects belong in the CDC II category. Nutritional status for 84.6% subjects was normal and overweight with median value of 21.4 (14.4-32.4) kg/m2. Mean score for energy intake is 1850.8±454.6 kcal/day and as much as 76.9% subjects have energy intake less than total daily requirement. Median value of fat intake is 51.4 (22-129.4) grams/day and 63.5% subjects have fat intake less than total energy. All subjects were found to have fiber intake less than individual fiber requirement with mean score of 8.6±3.6 grams. Subjects’ mean score for beta-carotene is 10.92±4.37 mg/day and 88.5% of the subjects have adequate beta-carotene intake. Median value of beta-carotene level is 0.21 (0.01-0.72) µmol/L and 76.9% subjects have low beta-carotene level. SOD level mean score is 1542.1±281 U/gHb, 53.8% subjects had normal SOD level. This study found no significant correlation between beta-carotene and SOD levels in HIV/AIDS patients (r=-0.174, p=0.217)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofina Izzah
"Lelaki seks dengan lelaki (LSL) adalah populasi kunci terinfeksi HIV tertinggi di Indonesia terutama di DKI Jakarta pada tahun 2018. Namun, hingga tahun 2018, prevalensi HIV dari departemen kesehatan hanya mencapai 47% dari prediksi. Hal tersebut kemungkinan terjadi karena terdapat beberapa hambatan untuk mengakses VCT seperti tingkat pengetahuan dan stigma terkait HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan dan stigma terkait HIV/AIDS terhadap perilaku periksa VCT pada LSL di DKI Jakarta. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain deskriptif analitik korelasi secara cross sectional. Sampel yang diteliti berjumlah 86 orang dengan metode convenience sampling. Instrumen yang dipakai adalah instrumen pengetahuan terkait HIV/AIDS dan VCT, Stigma terkait HIV yang dimodifikasi, dan Perilaku periksa VCT. Hasil analisis Chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan terkait HIV/AIDS dan VCT dengan perilaku periksa VCT (p= 0,000; α= 0,05). Selain itu, juga terdapat hubungan antara stigma terkait HIV/AIDS dengan perilaku periksa VCT (p= 0,000; α= 0,05). Dukungan dan edukasi terkait HIV/AIDS dan VCT dapat menjadi rekomendasi bagi perawat dan mahasiswa keperawatan sebagai upaya promotif dan preventif untuk meningkatkan pengetahuan, mengurangi stigma yang ada, dan membangun kesadaran LSL untuk memanfaatkan VCT dengan baik.

Men who have sex with men (MSM) are the highest key populations infected with HIV in Indonesia, especially in DKI Jakarta in 2018. However, until 2018, the prevalence of HIV from Indonesian’s health department only reached 47% of predictions. That is probably due to several obstacles to accessing VCT such as the level of knowledge and stigma related with HIV/AIDS. This study aims to identify the relationship between knowledge and stigma related HIV/AIDS towards VCT behavior among MSM in DKI Jakarta. The method of this research is quantitative with descriptive analytic correlation design through cross sectional. The samples studied were 86 people with the convenience sampling method. The instruments used were knowledge instruments related to HIV/AIDS and VCT, HIV-related stigma which has been modified, and VCT check behavior. The results of Chi-square analysis showed that there was a relationship between knowledge related to HIV/AIDS and VCT towards VCT check behavior (p = 0,000; α = 0.05). In addition, there is also a relationship between the HIV/AIDS-related stigma towards VCT check behavior (p = 0,000; α = 0.05). HIV / AIDS and VCT support and education can be a recommendation for nurses and nursing students as promotive and preventive efforts to increase knowledge, reduce existing stigma, and build awareness of MSM to utilize VCT properly."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cambridge Independence Educational Publishers 1994,
362.19 Hiv
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>