Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154750 dokumen yang sesuai dengan query
cover
David Hartono Chendra
"Dewasa ini kebutuhan akan bahan bakar minyak di Indonesia semakin meningkat. Namun, hal ini tidak disertai dengan peningkatan produksi minyak. Salah satu cara untuk memproduksi minyak adalah dengan menggunakan batubara lignit dalam proses gasifikasi untuk membentuk syngas yang kemudian digunakan untuk mensintesis bahan bakar. Untuk mendapatkan rasio H2/CO yang sesuai pada proses gasifikasi, diperlukan char yang memiliki luas permukaan yang besar. Char yang memiliki luas permukaan besar dapat dihasilkan dari proses pirolisis batubara lignit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi pirolisis yang terbaik untuk mendapatkan char dengan luas permukaan yang terbesar. Pada penelitian ini, pirolisis dilakukan dengan variasi suhu 700, 775, 800 °C dan laju pemanasan 3, 6, dan 9 °C.
Pada akhir penelitian, didapatkan bahwa laju pemanasan dan suhu akhir pirolisis memiliki korelasi positif dengan pengurangan massa char. Suhu akhir pirolisis memiliki korelasi positif dengan luas permukaan char dan laju pemanasan memiliki korelasi negatif dengan luas permukaan char. Akhirnya dihasilkan char dengan luas permukaan tertinggi yaitu 172 m2/gram dari pirolisis dengan suhu akhir 850 °C dan laju pemanasan 3 °C/menit.

Recently, Indonesia’s fossil fuels requirement is increasing. This increase is not accompanied by oil and gas production. One method to produce fuels is by gasifying lignite coal into synthetic gas and do a Fischer-Tropsch process on synthetic gas. To produce synthetic gas with convenient H2/CO ratio for Fischer-Tropsch process, the coal used must be has large surface area which can be achieved by pyrolysis process.
This research aims to identify the best condition that produces char with the largest surface area. Final temperature variation used is 700, 775, 850 °C with heating rate variation of 3, 6, and 9 °C/minute. In this research it was found that increase of final temperature and heating rate would increase weight loss of the char. Increase of final temperature would increase char surface area. Increase of heating rate would decrease char surface area.
At the end of the research, char with the largest surface area produced is 172 m2/gram which is produced in final temperature of 850 °C and heating rate of 3 °/minute.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53718
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky Kristanda Suwignjo
"Untuk memenuhi persyaratan bahan baku pembuatan bahan bakar cair sintetis (synfuel) melalui proses Fischer Tropsch, diperlukan proses gasifikasi batubara lignit yang menghasilkan gas sintesis dengan rasio H2/CO ≈ 2 dan yield gas yang tinggi. Metode gasifikasi kukus dapat meningkatkan komposisi H2 dalam gas sintesis. Energi aktivasi reaksi gasifikasi dapat diturunkan dengan menggunakan katalis K2CO3. Laju pemanasan terkontrol pada tahap pirolisis menentukan ukuran pori arang yang berpengaruh pada komposisi dan yield gas sintesis. Pada penelitian sebelumnya, rasio H2/CO tertinggi didapat dari kondisi suhu 750°C dan rasio massa kukus/arang 3,3 yaitu 1,682 dengan yield gas yang dihasilkan sebesar 0,60 mol/mol C.
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpankan arang batubara lignit hasil pirolisis dengan laju pemanasan terkontrol yang memiliki luas permukaan pori 172,5 m2/g bersama dengan katalis K2CO3 ke dalam reaktor unggun tetap. Rasio massa kukus/arang yang ditambahkan bervariasi 2,0; 3,0; 4,0 dan suhu gasifikasi 675, 750, 825⁰C.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi reaksi gasifikasi yang sesuai untuk produksi gas sintesis bahan baku proses Fischer Tropsch adalah reaksi gasifikasi berkatalis K2CO3 pada suhu 675°C dan rasio massa kukus/arang 2,0. Kondisi ini menghasilkan gas sintesis dengan rasio H2/CO 2,07 dengan yield gas 1,128 mol/mol C (45% konversi karbon). Keberadaan katalis K2CO3, suhu reaksi gasifikasi, dan rasio kukus/arang terbukti mempengaruhi rasio H2/CO gas sintesis yang dihasilkan.

To fulfill the requirement for synfuel production raw material through Fischer Tropsch process, a lignite coal gasification technology is needed to supply high yield of syngas with H2/CO ratio ≈ 2. Steam gasification is able to increase H2 composition in syngas. Activation energy of gasification can be decreased by using K2CO3 catalyst. Controlled heating rate in pyrolysis step determines the surface area of char which will give effect to the composition and production yield of syngas. In previous research, the highest H2/CO ratio (1.68) and yield (0.60 mole/mole C) is obtained from 750 oC gasification temperature with steam/char mass ratio 3.3.
This research was done by feeding the lignite coal char from controlled heating rate pyrolysis step which has surface area 172.5 m2/g and K2CO3 catalyst in fixed bed reactor. Steam/char mass ratio used in this research is varied from 2.0; 3.0; 4.0 and the gasification temperature is varied from 675, 750, 825 oC.
The result of this research showed that the appropriate K2CO3 catalytic steam gasification condition to produce syngas for Fischer Tropsch material is at 675 oC with 2.0 steam/char mass ratio. This condition obtained syngas with 2.07 H2/CO ratio and 1.13 mole/mole C gas yield (45 % carbon conversion). The addition of K2CO3 catalyst, gasification temperature, and steam/char ratio was proved to influence the syngas H2/CO ratio.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53642
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellen Dawitri
"Produksi tembakau selama ini digunakan untuk bahan baku dalam industri rokok yang merupakan salah satu industri yang terus meningkat tiap tahunnya. Pada tahun 2011, produksi rokok di Indonesia mencapai 270,3 milyar batang. Hal ini menjadikan tembakau sebagai salah satu komoditi yang sangat penting di tanah air. Tembakau yang selama ini hanya diketahui fungsi utamanya sebagai bahan baku rokok, ternyata memiliki potensi lain sebagai biopestisida yang aman terhadap lingkungan. Selama ini pestisida yang digunakan untuk mencegah hama dan penyakit pada tanaman, kebanyakan meninggalkan residu di dalam tanah dan pada gilirannya dapat mencemari lingkungan perairan dan tanah.
Penelitian ini memproduksi pestisida dan meneliti kandungan dan sifat biopestisida yang dihasilkan dari pirolisis tembakau. Pirolisis dilakukan pada tekanan atmosfir. Uji kandungan dianalisis dengan metode GC-MS. Hasilnya, terdapat kandungan nikotin, d-limonene, indol, dan pyridine yang merupakan bahan aktif dalam pestisida. Senyawa yang paling dominan pada bio-oil adalah nikotin dengan jumlah 31,5%. Biopestisida yang diuji ke serangga dan tanaman terbukti efektif untuk membunuh serangga, namun tetap aman bagi tanaman.

Tobacco has been used as main raw material in the cigarette, and the industry is one industry that continues to increase each year. In 2011, cigarette production in Indonesia had reached 270.3 billion cigarettes. This makes tobacco as one of the most important commodities in the country. Tobacco is so far only known as a raw material cigarette, appeared to have another potential as an environmentally safe biopesticide. Pesticides used to prevent pests and diseases in crops, mostl y leave residues in the soil and in turn can contami nate water and soil.
This study observed the manufacture of pesticides and biopesticides properties by the pyrolysis of tobacco. Pyrolysis performed at atmospheric pressure. Composition of bio-oil was analyzed by GC-MS method. As a result, there are nicotine, d-limonene, indole, and pyridine which is the active ingredient in the pesticide. The most dominant compounds in bio-oil is the amount of nicotine with amount of 31.5%. Biopesticides are tested to insects and plants proved effective at killing insects, but still safe for plants.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52599
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Banu Nursanni
"Bioetanol dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar nabati (BBN) dan keperluan industri. Sebagai BBN, konsentrasi bioetanol yang digunakan harus tinggi yaitu ≥ 99,5%. Konsentrasi etanol yang dihasilkan pada fermentasi hanya 8 - 12% sehingga diperlukan proses pemisahan etanol dengan air. Pemisahan dengan distilasi konvensional hanya menghasilkan etanol dengan konsentrasi 95,6%. Sehingga dibutuhkan proses pemurnian untuk mendapatkan etanol absolut. Metode pemurnian yang dipilih pada penelitian ini adalah permeasi uap. Kondisi operasi yang divariasikan adalah konsentrasi umpan (20, 30, 40, 70, 90%) dan suhu umpan (90, 100, dan 110°C, pada konsentrasi umpan 20%). Kinerja membran yang dianalisa adalah selektivitas dan fluks massa permeat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi 70% (suhu indikator = 100°C) memiliki kinerja membran yang lebih baik dibandingkan variasi lainnya. Konsentrasi etanol pada retentat, selektivitas, dan fluks massa permeat pada variasi 70% yaitu 94%, 1,2381 dan 0,0096 kg/m2.mnt. Semakin tinggi konsentrasi dan suhu umpan mengakibatkan selektivitas semakin tinggi dan fluks massa permeat semakin rendah. Pada variasi suhu umpan 110°C tidak mengalami pemisahan dan nilai fluks massa permeat mengalami penurunan drastis.

Bioethanol can be used for biofuels (BBN) and industrial use. As a biofuel, ethanol concentration used should be as high as ≥ 99.5%. Concentration of ethanol produced in fermentation only 8-12% that is needed to process the ethanol-water separation. Separation by conventional distillation to produce ethanol with a concentration only 95.6%. So that the purification process is needed to get absolute ethanol. Purification method chosen in this study is the vapor permeation. Operating conditions be variated are feed concentrations (20, 30, 40, 70, 90%) and feed temperature (90, 100, and 110°C, the feed concentration of 20%). The performance of membrane being analyzed is selectivity and permeate mass flux.
The results showed that the variation of 70% (temperature of indicator = 100°C) membrane has a better performance than the other variation. The concentration of ethanol in the retentate, selectivity, and permeate mass flux variations at 70% is 94%, 1.2381 and 0.0096 kg/m2.mnt. The higher the concentration and temperature of the feed resulted in higher selectivity and lower permeate mass flux. At temperature of the feed variations 110°C is not had separation and permeate mass flux values decreased drastically.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52561
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samhani Mahendra Wijaya
"Eceng gondok merupakan gulma perairan, namun memiliki kadar selulosa cukup tinggi. Selulosa eceng gondok merupakan sumber potensial bahan baku alternatif pembuatan carboxymethyl cellulose (CMC) pengganti kayu. Selulosa eceng gondok dicampurkan dalam campuran pelarut isopropanol-etanol. Kemudian dilanjutkan dengan mereaksikan selulosa eceng gondok dengan NaOH dan ClCH2COONa. Proses netralisasi dilakukan dengan menggunakan asam asetat dan etanol 96 % serta pengeringan dalam oven. Karakterisasi CMC optimum yang dihasilkan memiliki derajat substitusi (DS) 1,65 dan tingkat kemurnian 93,16 % pada kondisi konsentrasi NaOH 10 %, dengan komposisi media reaksi Isopropanol-Etanol 80 ml:20 ml.

Water hyacinth is an aquatic weed, but has a high cellulose content. Water hyacinth cellulose is a potential source for alternative materials of carboxymethyl cellulose (CMC) as wood substitutes. Water hyacinth cellulose mixed in a solvent mixture of isopropanol-ethanol. Then reacting cellulose with NaOH and ClCH2COONa. Neutralization process using acetic acid and 96% ethanol and drying in the oven. Optimum characterization of the resulting CMC has a degree of substitution (DS) of 1.65 and a purity level of 93.16% on condition 10% NaOH concentration and the composition of the reaction media is Ethanol Isopropanol 20 ml: 80 ml."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52756
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Anis Hidayah
"Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan gulma perairan karena mengganggu ekosistem air. Untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan berbagai upaya dilakukan salah satunya dengan pembuatan Carboxymethyl Cellulose (CMC). Potensi eceng gondok menjadi CMC cukup besar karena kandungan selulosanya yang cukup tinggi. Proses pembuatan CMC ini diawali dengan isolasi selulosa eceng gondok kemudian mereaksikannya dengan NaOH pada berbagai variasi konsentrasi 10% dan 35% dan ClCH2COONa dalam suatu media reaksi. Pada penelitian ini digunakan campuran pelarut isopropanol-isobutanol sebagai media reaksi dengan variasi komposisi 20:80. 40:60, 50:50, 60:40, 80:20. Dari penelitian diperoleh CMC dengan kondisi optimum pada konsentrasi NaOH 10% dengan kemurnian tertinggi 90,9% pada komposisi alkohol 80:20 dan viskositas tertinggi 157,5 cP pada komposisi alkohol 50:50.

Water hyacinth is one of aquatic weeds because its disturb aquatic ecosystem. Many efforts were made to reduce the negative impact of these plants, which one of them with manufacturing of Carboxymethyl Cellulose (CMC). Water hyacinth has high potential to be CMC because it cellulose content is very high. CMC manufacture process start with cellulose isolation and reacting it cellulose with NaOH and NaMCA in isopropanol-isobutanol as reaction medium. Experiment variation are NaOH concentration at 10% and 35% w/v and isopropanol-isobutanol composition at 20:80, 40:60, 50:50, 60:40, and 80:20. From this experiment, optimum condition of CMC production is 10% w/v NaOH concentration with maximum viscosity 157,5 cP at 80:20 alcohol composition and maximum purity 90,9% at 50:50 alcohol composition."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53699
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puri Wulandari R.
"Ester asam lemak glukosa dapat diperoleh melalui reaksi esterifikasi antara glukosa dengan asam lemak hasil hidrolisis minyak sawit. Pada penelitian ini, reaksi esterifikasi dilakukan secara enzimatik menggunakan katalis lipase Candida rugosa E.C.3.1.1.3 yang terimobilisasi pada nanopartikel Fe3O4-kitosan. Nanopartikel Fe3O4-kitosan disintesis menggunakan metode kopresipitasi antara Fe3+ dan Fe2+, kemudian dikarakterisasi menggunakan FTIR (Fourier Transform Infra Red) dan FESEM (Field Emission Scanning Electron Microscopy). Proses imobilisasi lipase pada nanopartikel Fe3O4-kitosan menggunakan metode ikat silang dengan glutaraldehida sebagai agen pengikat silang. Hasil imobilisasi lipase dianalisis menggunakan FESEM. Analisis dengan FESEM menunjukkan bahwa ukuran rata-rata partikel Fe3O4-kitosan yang dihasilkan berkisar 35 nm. Persen loading imobilisasi lipase yang diperoleh adalah 84,80%. Aktivitas hidrolisis lipase terimobilisasi sebesar 5,61 U/mg dengan aktivitas spesifik 0,374 U/mg, serta efisiensi imobilisasi sebesar 14,22%. Dari hasil reaksi esterifikasi diperoleh persen konversi asam lemak sebesar 2,92; 3,33; 3,75; 5,83; dan 8,75 pada penggunaan enzim terimobilisasi berurutan sebesar 5, 10, 20, 30, dan 40% massa substrat.

Glucose fatty acid esters could be produced by esterification reaction between palm oil fatty acid and glucose. In this study, esterification reactions were carried out enzymatically using immobilized Candida rugosa lipase E.C. 3.1.1.3 on Fe3O4-chitosan nanoparticles. Fe3O4-chitosan nanoparticles were synthesized by co-precipitation method between Fe3+ and Fe2+ and then characterized using FTIR (Fourier Transform Infra Red) and FESEM (Field Emission Scanning Electron Microscopy). The process of lipase immobilization on Fe3O4-chitosan nanoparticles was using crosslinking method with glutaraldehyde as crosslinking agent. The immobilization lipase obtained was analyzed by FESEM. FESEM analysis showed that the average particle size of Fe3O4-chitosan nanoparticles produced was around 35 nm. Loading percentage of immobilized lipase was 84,80%. Hydrolysis activity of immobilized lipase was 5,61 U/mg with specific activity 0,374 U/mg and efficiency immobilization was 14,22%. The percentage of fatty acid conversions obtained from this study were 2,92; 3,33; 3,75; 5,83; 8,75 by using immobilized lipase each around 5, 10, 20, 30, 40% of substrate mass."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S52825
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktavia Mandalena
"Ester glukosa dapat disintesis secara enzimatik menggunakan lipase Candida rugosa. Pada penelitian ini digunakan lipase Candida rugosa EC 3.1.1.3 yang diimobilisasi pada nanopartikel magnetik Fe3O4. Nanopartikel Fe3O4 disintesis dengan metode kopresipitasi menggunakan NaOH sebagai agen pengendap. Lipase diimobilisasi pada kondisi pH 7,0 dan suhu 4 oC. Nanopartikel Fe3O4 yang disintesis dan hasil imobilisasi lipase Candida rugosa pada nanopartikel dikarakterisasi menggunakan Field Emission Scanning Electron Microscopy (FESEM). Lipase terimobilisasi ditentukan nilai persen loading, nilai aktivitas hidrolisis, dan nilai aktivitas spesifiknya. Reaksi esterifikasi menggunakan lipase Candida rugosa terimobilisasi pada nanopartikel Fe3O4 dilakukan pada suhu 4 oC selama 20 jam. Selanjutnya dilakukan uji emulsifier terhadap produk esterifikasi yang dihasilkan. Nilai persen loading lipase terimobilisasi pada nanopartikel magnetik Fe3O4 adalah sebesar 58,53%. Aktivitas hidrolitik lipase terimobilisasi adalah sebesar 7,13 U/mL dan aktivitas spesifik lipase terimobilisasi adalah sebesar 0,47 U/mg, sedangkan aktivitas spesifik lipase bebas adalah sebesar 2,58 U/mg. Terjadi penurunan aktivitas spesifik lipase sebesar 81,22%. Nilai persen konversi asam lemak yang didapat setelah reaksi esterifikasi adalah 3,33%. Analisis produk esterifikasi dengan FT-IR menunjukkan adanya puncak serapan gugus karbonil ester (C=O) pada bilangan gelombang 1740 cm-1. Hasil uji emulsi sederhana terhadap produk ester menunjukkan produk ester yang dihasilkan terbukti dapat bertindak sebagai emulsifier.

Ester glucose could be synthesized enzymatically using Candida rugosa lipase. In this study, Candida rugosa EC 3.1.1.3 lipase was immobilized on magnetic Fe3O4 nanoparticles. Magnetic Fe3O4 nanoparticles was synthesized using coprecipitation method. Fe3O4 nanoparticles which had been synthesized and the immobilized lipase were characterized using FESEM. The immobilized lipase was determined its loading percentage, hydrolytic activity, and specific activity. Esterification reaction using immobilized lipase was carried out at 4 OC for 20 hours. The loading percentage of immobilized lipase on magnetic Fe3O4 nanoparticles was 58.53%. The hydrolytic activity of the immobilized lipase was 7.13 U/mL with spesific activity of 0.47 U/mL. Thus the specific activity of the immobilized lipase was decreased up to 81.22%. The percentage of fatty acids conversion in esterification reaction was 3,33%. The characterization of synthesized product with FT-IR showed that product exhibit the absorption group at 1740 cm-1. The synthesized product was then examined by simple emulsion test and was proved to be an emulsifier."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S52795
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Viona
"Penambahan platina ke dalam titania nanotube arrays dengan menggunakan metode reduksi kimia untuk produksi hidrogen dari gliserol telah dilakukan. Pemilihan metode penyisipan dopan antara reduksi kimia dan fotodeposisi telah diinvestigasi terlebih dahulu dengan menggunakan titania nanopartikel. Metode reduksi kimia memiliki dispersi 82,67%, sedangkan metode fotodeposisi sebesar 47,78%. Karakterisasi FESEM menunjukkan titania nanotube arrays dengan anodisasi ultrasonic bath selama 90 menit menghasilkan ketinggian film mencapai 7 μm. Morfologi titania nanotube arrays menghasilkan hidrogen tujuh kalinya dibandingkan morfologi nanopartikel. Penambahan dopan dengan metode reduksi kimia ke dalam titania nanotube arrays dilakukan dengan memasukkan plat titania berukuran 3,5 x 3,5 cm ke dalam larutan H2PtCl6 dengan konsentrasi tertentu, kemudian ditambahkan NaBH4 sebagai agen pereduksi. Penambahan Pt ke dalam titania nanotube arrays mampu meningkatkan produksi hidrogen, yang terbukti menghasilkan hidrogen 1,7 kalinya dibandingkan dengan titania nanotube arrays tanpa Pt atau 13 kalinya dibandingkan dengan titania nanopartikel tanpa Pt.

Addition of platinum into titania nanotube arrays by chemical reduction to produce hydrogen from glycerol solution has been carried out. The selection methods of insertion dopant between chemical reduction and photodeposition have been investigated fotodeposisi advance using titania nanoparticles. Chemical reduction method has a dispersion of 82.67%, while fotodeposisi method 47.78%. FESEM characterization of titania nanotube arrays using ultrasonic bath anodization have film thickness reach 7 μm. Titania nanotube arrays produce hydrogen seven times compared with titania nanoparticle. Addition of dopants using chemical reduction method is done by entering titania foil sized 3.5 x 3.5 cm into a H2PtCl6 solution with specific concentration, then NaBH4 as reducing agent is added. The addition of Pt into titania nanotube arrays can increase the production of hydrogen, which is proven can generate hydrogen 1.7 times compared with titania nanotube arrays without Pt or 13 times compared with titania nanoparticle without Pt."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53623
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiskus Adithya Laksono Pribadi
"Penelitian ini menggunakan TEA sebagai senyawa untuk menyerap CO2 melalui hollow fiber membran kontaktor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan hollow fiber membran dalam menyerap CO2 menggunakan senyawa TEA melalui evaluasi perpindahan massa dan hidrodinamik. Pada penelitian ini, aliran gas CO2 mengalir di tube dan larutan TEA dengan laju alir yang bervariasi mengalir secara berlawanan di shell. Jumlah serat yang digunakan dalam percobaan adalah 50, 60 dan 70.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kenaikan koefisien perpindahan massa, flux dan absorpsi CO2 terjadi seiring kenaikan laju alir pelarut TEA. Koefisien perpindahan massa tertinggi yang dapat dicapai dalam penelitian ini adalah 0.02797 cm/s dan absorpsi CO2 sebesar 2.477 x 10-6 mol/s. Pada hidrodinamik menunjukkan bahwa ΔP akan meningkat seiring dengan peningkatan laju alir air. Friksi yang terjadi di dalam kontaktor terjadi pada laju alir rendah sehingga friksi yang tinggi terjadi pada aliran rendah.

This study uses TEA solution to absorb CO2 from the gas flow through the hollow fiber membrane contactor. The aim of this study is to evaluate the hollow fiber membrane performance to absorb CO2 using TEA through mass transfer and hydrodynamic studies. During the experiments, CO2 gas feed flow through tube, while the TEA solvent flow countercurrent in shell side with various flow rates. The numbers of fibers in this study are 50, 60 and 70.
The result of this study show that the mass transfer coefficient, fluxes and CO2 absorption increase with an increase of solvent flow rates. Mass transfer coefficient can achieve 0.02797 cm/s and CO2 absorption 2.477 x 10-6 mole/s. hydrodynamic studies show that the liquid pressure drops in contactor increase with increasing liquid flow rate. The frictions in the contractor exist at lower velocities, and therefore, the value of the friction is higher at lower velocities.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52548
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>