Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 46005 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ade Rizki Setiadi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan menerapkan algoritma untuk verifikasi distribusi dosis dua dimensi berdasarkan citra Gafchromic Film EBT2. Kalibrasi dan percobaan dilakukan dengan menggunakan Varian Clinac Trilogy, Inc. Film yang telah disinar kemudian dipindai menggunakan scanner Epson Perfection V700 ke dalam format tagged image file (.TIFF ) dengan 300 dpi dan RGB 48 bit yang kemudian dianalisis dengan menggunakan algoritma in-house.
Lima kasus perencanaan IMRT yang dihitung TPS Eclipse ver.10 digunakan untuk mengevaluasi algoritma dosimetri film. Sebagai perbandingan, film dan MATRIXX diletakkan ke dalam tempat yang tersedia pada phantom multi Cube pada isosenter dengan SAD 100 cm dan ketebalan multi Cube 11 cm.
Untuk memvalidasi keakuratan algoritma in-house, dilakukan pengukuran distribusi dosis pada sudut gantri tetap di 0o dan sudut gantri sesuai perencanaan. Selain itu, dilakukan evaluasi dengan membandingkan gamma indeks dari film dosimetri dan MatriXX.
Hasilnya didapatkan rerata perbedaan dosis pada titik isosenter pada film yang dibandingkan dengan perhitungan TPS yakni sebesar 4.9 % untuk penyinaran sudut gantri sesuai perencanaan 2.6 % untuk sudut tetap 0o. Perbedaan gamma indeks untuk detektor 2D array Matrixx, yang diolah dengan software OmniPro I'mRT, dibandingkan film dosimetri didapatkan sebesar -0.85 % untuk penyinaran pada sudut gantri tetap 0o dan -4.53 % untuk sudut gantri sesuai perencanaan.

This study was aimed to develop and implement in–house algorithm to verify two-dimensional dose distribution based on Gafchromic film EBT2. The calibration and experiments were done using Clinac Varian Trilogy, Inc. The exposed films were scanned using Epson Perfection V700 scanner into the tagged image file format (.TIFF) with 300 dpi and RGB 48 bit and then analyzed using in-house algorithm.
Five cases IMRT planning which was calculated TPS Eclipse ver. 10. are used for evaluated the film dosimetry algorithm. For comparison, film and MatriXX were laid in the space on the Multi Cube phantom at the isocenter with SAD 100 cm and 11 cm Multi Cube thickness.
To verify the accuracy of in-house algorithm, we measured the dose distribution for fixed gantry angle of 0o and real gantry irradiation. Furthermore, we evaluated and compared the gamma index of film dosimetry and detector measurements.
The result is the average of dose differences at isocenter point on the film compared to TPS calculation spans of 4.9 % and 2.6 % for real gantry irradiation and fixed angle 0o irradiation, respectively. On the other hand, differences of gamma index for 2D array Matrixx detector OmniProI'mRT software compared to film dosimetry was found at -0.85 % and -4.53 % for fixed 0o gantry angle and real gantry planning irradiation.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S53519
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pamungkas Hudigomo
"Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengimplementasikan film Gafchromic XR-RV3 untuk verifikasi dosis radioterapi pada IMRT dan VMAT. Evaluasi dosis pada target ditentukan dengan meletakkan film Gafchromic XRRV3 dan EBT2 padqa slab fantom Rando Alderson. Percobaan dilakukan dengan menggunakan Varian Clinac Trilogy, Inc. Proses simulasi terlebih dahulu dilakukan pada fantom Rando Alderson bagian thorax dan pelvis di CT simulator Phillips, Inc. Dua kasus perencanaan IMRT dan VMAT dibuat menggunakan TPS Eclipse ver. 10. Film Gafchromic yang telah dipapar kemudian dipindai menggunakan scanner Epson Perfection V700 ke dalam format tagged image file (.TIFF) dengan 72 dpi dan RGB 48 bit yang kemudian dianalisis menggunakan algoritma in-house yang telah dikembangkan oleh penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini dilakukan perbandingan pengukuran distribusi dosis pada film Gafchromic XR-RV3 dan EBT2 untuk mendapatkan dosis rata-rata dalam bentuk kurva histogram. Hasil penelitian ini memiliki persentase kesalahan terhadap dosis preskripsi pada kasus kanker prostat sebesar -4.85% pada film Gafchromic EBT2 dan -1.94% pada film Gafchromic XR-RV3 dengan teknik penyinaran IMRT, sedangkan untuk teknik penyinaran VMAT sebesar -4.48% pada film Gafchromic EBT2 dan -7.47% pada film Gafchromic XR-RV3. Di sisi lain, persentase kesalahan terhadap dosis preskripsi pada kasus kanker paru-paru dengan teknik penyinaran IMRT adalah 14.47% pada film Gafchromic EBT2 dan -4.37% pada film Gafchromic XR-RV3, sedangkan untuk teknik penyinaran VMAT sebesar 51.64% pada film Gafchromic EBT2 dan -28.07% pada film Gafchromic XR-RV3.

The research aims to implement Gafchromic XR-RV3 films in order to verify the dose of radiotherapy on IMRT and VMAT. The evaluation of targeted dose is determined by putting films of Gafchromic XR-RV3 and EBT2 on Rando Alderson slab fantom. The experiment was performed with Varian Clinac Trilogy, Inc. The simulation process was initially conducted on thorax and pelvis on Phillips Inc.’s CT Simulator. Two cases of IMRT and VMAT plans were made using Eclipse TPS ver. 10. Exposed Gafchromic films then scanned using Epson Perfection V700 into (.TIF) format in 72 dpi and RGB 48 bit which was analyzed by in-house algorithm that had been developed on a previous research. The comparison between EBT2 and XR-RV3 Gafchromic films were used to obtain average dose in the form of histogram curve. The percentage of errors in the case of prostate cancer toward the planned dose were -4.85% in EBT2 Gafchromic films and -1.94% in the XR-RV3 Gafchromic films on IMRT technique, whereas for VMAT were -4.48% on EBT2 Gafchromic films and -7.47% on XR-RV3 Gafchromic films. On the other hand, the percentage of errors in the case of lung cancer toward the planned dose with IMRT technique were 14.47% on EBT2 Gafchromic films and -4.37% on XR-RV3 Gafchromic films, while for VMAT were 51.64% on EBT2 Gafchromic films and -28.07% on XR-RV3 Gafchromic films.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57739
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luqyana Adha Azwat
"Optimasi dosis radiasi pada perencanaan klinis menggunakan Treatment Planning System (TPS) untuk pasien radioterapi sangat penting untuk mencapai keseimbangan antara efektivitas terapi dan keselamatan pasien. Namun, proses ini memakan waktu dan sangat bergantung pada keahlian fisikawan medis. Pada penelitian ini dilakukan prediksi dosis menggunakan machine learning pada Planning Target Volume (PTV) dan Organ at Risk (OAR) untuk kasus kanker otak dengan teknik perencanaan Volumetric Modulated Arc Therapy (VMAT). Data DICOM perencanaan di ekstraksi menggunakan 3D slicer untuk mendapatkan nilai radiomic dan dosiomic yang akan digunakan pada penelitian ini dengan menggunakan model algoritma random forest. Hasil evaluasi model menunjukkan bahwa peforma model random forest dalam memprediksi dosis memiliki nilai Mean Square Error (MSE) sebesar 0,018. Nilai Homogeneity Index (HI) dan Conformity Index (CI) untuk data klinis adalah 0,136±0,134 dan 0,939±0,131 secara berturut-turut, sementara hasil prediksinya adalah 0,136±0,039 dan 0,949±0,006, dengan nilai p-value untuk fitur PTV dan OAR > 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model random forest efektif dalam memprediksi dosis untuk PTV kanker otak dan OAR, dan dapat digunakan sebagai referensi dalam proses perencanaan.

Optimizing radiation doses in clinical planning using a Treatment Planning System (TPS) for radiotherapy patients is crucial to achieving a balance between therapeutic effectiveness and patient safety. However, this process is timeconsuming and highly dependent on the expertise of medical physicists. In this study, dose prediction using machine learning for the Planning Target Volume (PTV) and Organ at Risk (OAR) in brain cancer cases was performed using the Volumetric Modulated Arc Therapy (VMAT) planning technique. DICOM planning data was extracted using 3D Slicer to obtain radiomic and dosiomic values, which were then used in this study with a random forest algorithm model. Model evaluation results showed that the random forest model's performance in predicting doses had a Mean Square Error (MSE) of 0.018. The Homogeneity Index (HI) and Conformity Index (CI) values for clinical data were 0.136±0.134 and 0.939±0.131, respectively, while the predicted results were 0.136±0.039 and 0.949±0.006, with p-values for PTV and OAR features > 0.05. Therefore, it can be concluded that the random forest model is effective in predicting doses for brain cancer PTV and OAR and can be used as a reference in the planning process."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oka Ananda Akbar
"TPS merupakan modalitas penting dalam perlakuan terapi karena salah satu fungsinya sebagai penyedia informasi dosis yang akan diterima target. Oleh karena itu jaminan kualitas TPS harus dilakukan untuk menjamin akurasi perhitungan dosis sehingga perlakuan terapi dapat bersifat optimal. Tujuan penelitian ini adalah melakukan verifikasi dosis kalkulasi TPS sebagai salah satu prosedur jaminan kualitas serta untuk mengetahui rentang deviasi jika terdapat perbedaan antara dosis kalkulasi dengan dosis pengukuran. Penelitian dilakukan menggunakan fantom CIRS 002LFC model toraks di dua center radioterapi dengan tahapan penelitian berdasarkan publikasi IAEA melalui TECDOC-1583. Pengukuran dosis titik menggunakan dosimeter bilik ionisasi 0.6 cm3, film gafchromic EBT3, dan TLD kemudian dosis pengukuran dibandingkan dengan dosis kalkulasi TPS. Hasil penelitian menunjukkan deviasi dosis pada seluruh kasus uji untuk kedua center radioterapi masih berada di dalam rentang tolerasi. Deviasi dosis di center radioterapi 1 bernilai 0.272.00% untuk bilik ionisasi 0.6 cm3, -0.081.79% untuk film gafchromic EBT3, dan -0.214.93% untuk TLD. Deviasi dosis di center radioterapi 2 bernilai -0.602.68% untuk bilik ionisasi 0.6 cm3, 0.151.75% untuk film EBT3, dan -3.906.30% untuk TLD. Nilai deviasi dosis yang tinggi umumnya diperoleh pada pengukuran dengan geometri kompleks seperti penggunaan blok, berkas tangensial, dan perputaran kolimator serta pengukuran pada material inhomogen (paru-paru dan tulang). Pengukuran di titik dengan perluasan penumbra (titik 10 kasus uji 6) gagal dilakukan menggunakan dosimeter bilik ionisasi namun menghasilkan deviasi yang rendah pada dua dosimeter lainnya. Kesimpulan dari penelitian in adalah semua unit TPS menunjukkan performa yang baik. Hasil pengukuran menunjukkan TLD merupakan dosimeter dengan akurasi dan presisi yang paling buruk. Tingkat akurasi keseluruhan dosimeter yang digunakan adalah film EBT3 dengan -0.05%, bilik ionisasi dengan -0.23%, dan TLD dengan -2.24%.

TPS is an important modality in therapy planning since it provides calculated dose information that will be received by target. Thus TPS quality assurance must be conducted to ensure the accuracy of dose calculation hence optimal therapy treatment could be achieved. The aim of this study is to verify TPS calculated dose as one of quality assurance procedures and also to know the deviation range if there are differences between calculated and measured dose. This study was performed using phantom CIRS thorax model 002LFC on 2 radiotherapy centers. The method of this study is based on IAEA TECDOC-1583. Point dose measurement was accomplished using 0.6 cm3 ionization chamber, gafchromic EBT3 film, and TLD then the measured dose was compared to calculated dose. The result of this study showed that the dose deviation of entire test cases on both radiotherapy centers are still below agreement criterion. Dose deviations on first radiotherapy center are 0.272.00% for 0.6 cm3 ionization chamber, -0.081.79% for gafchromic EBT3 film, and -0.214.93% for TLD. Meanwhile, dose deviations on second radiotherapy center are -0.602.68% for 0.6 cm3 ionization chamber, 0.151.75% for gafchromic EBT3 film, and -3.906.30% for TLD. Dose deviation out of agreement criterion generally discovered on measurement with complex geometry such as blocked field, tangential field, collimator rotation and measurement on inhomogen materials (lungs and bone equivalent) as well. Measurement on widening penumbra (point 10 test case 6) was failed to be conducted using ionization chamber yet yield dose deviation below agreement criterion with two others dosimeters. The conclusion of this study is all TPS units that were involved showed good performance of dose calculation. Measurement results also conclude that TLD is a dosimeter with the worst accuracy and precision. The accuracy order of dosimeters used in this study is gafchromic EBT3 film with -0.05%, ionization chamber with -0.23%, and TLD with -2.24%.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65043
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margo Setiawan
"Telah dilakukan penelitian brakiterapi LDR dengan sumber Ir 192 dengan menggunakan dosimeter film Gafchromic EBT-2 dengan perlakuan di medium air dan diudara, berdasarkan kalibrasi dari penelitian sebelumnya piksel value yang didapat dari pembacaan scanner diinterpolasi menjadi nilai dosis absolute. Protokol AAPM TG 43 digunakan sebagai acuan untuk menentukan persentase distribusi dosis pada setiap titik dan menjadi acuan sebagai penentu fungsi geometri sebagai faktor koreksi sumber dan fungsi dosis radial sebagai faktor koreksi atenuasi dan hamburan pada setiap titik tersebut. Telah dilakukan penelitian brakiterapi LDR dengan sumber Ir 192 dengan menggunakan dosimeter film Gafchromic EBT-2 dengan perlakuan di medium air dan diudara, berdasarkan kalibrasi dari penelitian sebelumnya piksel value yang didapat dari pembacaan scanner diinterpolasi menjadi nilai dosis absolute. Protokol AAPM TG 43 digunakan sebagai acuan untuk menentukan persentase distribusi dosis pada setiap titik dan menjadi acuan sebagai penentu fungsi geometri sebagai faktor koreksi sumber dan fungsi dosis radial sebagai faktor koreksi atenuasi dan hamburan pada setiap titik tersebut."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S29461
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Fergiawan
"Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik dosimetri dari film gafchromic XR-RV3 yang memiliki sensitifitas terhadap rentang dosis 1 cGy hingga 30 Gy serta membandingkannya dengan film EBT2 dengan rentang dosis 1 cGy hingga 40 Gy untuk verifikasi dosis pada Radioterapi. Karakteristik film seperti respon terhadap dosis tinggi, pengaruh energi serta orientasi film menjadi fokus penelitian. Pengukuran dilakukan menggunakan energi Megavoltage x-rays (6 MV dan 10 MV), dan Cobalt 60 yang sudah dikalibrasi sesuai dengan protokol dosimetri IAEA TRS-398. Respon film pada masing-masing energi diukur pada rentang dosis 50 cGy hingga 10 Gy. Pemindaian pada masing-masing film menggunakan EPSON Perfection V700 flatbed scanner, mode transmisi untuk film EBT2 dan mode refleksi untuk film XR-RV3, 48 bit color, dan resolusi spasial 75 dpi. Data yang diperoleh dianalisa menggunakan software FilmQA Pro, ROI berukuran 3 x 3 cm2 pada bagian tengah dari film untuk memperoleh nilai pixel rata-rata. Untuk masing-masing nilai pixel yang diperoleh dari masing-masing film selanjutnya ditentukan nilai rata-rata net Optical Density (netOD). Respon bacaan film EBT2 dan XR-RV3 pada rentang energi yang berbeda menunjukkan pengaruh energi yang rendah dengan deviasi rata – rata sebesar ±1%. Hasil perbandingan karakteristik respon bacaan film EBT2 dan XR-RV3 untuk masing-masing modalitas energi berbeda menunjukkan deviasi sebesar ±3%. Pengujian respon bacaan film XR-RV3 pada sisi orientasi yang berbeda tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan deviasi rata – rata sebesar 0.2%. Hasil evaluasi profil berkas menggunakan film XR-RV3 menunjukkan jumlah noise (disturbance) yang lebih banyak dibandingkan dengan EBT2. Pengukuran nilai simetris dan kerataan berkas pada rentang energi Cobalt-60 menunjukkan penyimpangan yang cukup besar pada posisi film horizontal terhadap sumbu utama berkas yaitu diatas 30%. Pengujian sensitifitas respon bacaan film XR-RV3 pada dosis tinggi dan dosis rendah menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan film EBT2.

The purpose of this study is to compare the dosimetry characterization of XR-RV3 film with its sensitivity to dose levels from 1 cGy to 30 Gy and EBT2 film with its sensitivity to dose levels from 1 cGy to 40 Gy for dose verification in radiation therapy. The characteristics of film such as response at high dose levels, energy dependence and side orientation dependence to scanner were the main focus of this study. The film response to each energy (foton 6 MV, 10 MV and Cobalt-60) was measured over the dose levels from 50 cGy to 10 Gy and the output source were calibrated following IAEA TRS-398 Dosimetry Protocol. Each film piece was scanned using EPSON Perfection V700 flatbed scanner, 48-bit color, 75 dpi spatial resolution, Transmission mode for EBT2 film and Reflection mode for XR-RV3 film. The data were analyzed using FilmQA Pro Software and for each scanned image, a ROI size 3 x 3 cm2 at the field center was selected to obtain the mean pixel value. Furthermore, the pixel value from each film were calculated to find the average of net Optical Density (netOD). From this study, the result revealed that there was no significant difference in characteristics response between XR-RV3 and EBT2 film with standar deviation of ±3%. The energy dependence of XR-RV3 and EBT2 film was found to be relatively small within measurement uncertainties ±1%. The dependence of XR-RV3 film side orientation is negligibly small with the standard deviation of 0.2%. The result of beam profile dosimetry evaluation using XR-RV3 showed more amount of noise or disturbance than EBT2 film. The measurement of beam symmetry and beam flatness on energy range of Cobalt-60, showed a significant error of film in horizontal position at central axis beam that was above 30%. In addition, the sensitivity of response XR-RV3 film at high and low dose shown better result than EBT2 film.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57939
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herdi Kustriyadi
"Citra yang dihasilkan dari teknologi pencitraan flat panel yang terintegrasi dengan pesawat LINAC adalah kV-CBCT utamanya digunakan untuk verifikasi posisi pasien secara volumetric. Oleh karena itu, citra volumetrik dapat dibuatkan perencanaan ulang di Radioterapi. Perencanaan radioterapi berdasarkan citra volumetric kV-CBCT dilakukan dengan mengunakan acuan kurva kalibrasi dari CIRS 062M dan membandingkan dengan citra yang dihasilkan Fan Beam CT dari GE BrightSpeed. Evaluasi dilakukan pada organ pelvis dan organ kepala masing-masing sebanyak 5 pasien. Dosis yang dihasilkan Treatment Planning System berbasis citra Fan Beam CT menjadi acuan dalam penelitian ini.
Hasil dosis citra kV-CBCT menunjukkan bahwa perbedaan dosis rata-rata Planning Target Volume (PTV) dan Organ At Risk di bawah 5% sedangkan untuk kasus organ kepala perbedaan dosis untuk PTV dan OAR adalah di atas 5%. Selain itu penilaian distribusi dosis melalui perangkat lunak verisoft 3.1 dilakukan menggunakan parameter dose to agreement (DTA) 2 mm dan dose difference 2% dengan nilai toleransi 90. Hasilnya untuk organ pelvis lolos namun tidak demikian untuk otgan kepala. Hal ini disebabkan fiksasi yang digunakan untuk immobilisasi organ kepala nilai densitasnya terhitung sama dengan jaringan tubuh manusia akibat dari artefak dan beam hardening yang dihasilkan oleh teknologi pencitraan kV-CBCT.

The resulting image of the flat panel imaging technology that is integrated with the aircraft linac kV-CBCT is mainly used for the verification of the patient position volumetric. Therefore, the volumetric image can be re-created in radiotherapy planning. Radiotherapy planning based on kV-CBCT volumetric image is done by using a reference calibration curve of CIRS 062M and compare with the resulting image of Fan Beam CT GE BrightSpeed. Evaluation is done on the pelvic organs and organ head respectively by 5 patients.
The resulting dosebased Treatment Planning System Fan Beam CT image of a reference in this study. Results kV-CBCT dose images showed that the average dose difference Planning Target Volume (PTV) and organs at Risk under 5%, while in the case of organ head difference for the PTV and OAR dose is above 5%. In addition to the assessment of dose distributions through 3.1 software verisoft done using parameter dose to agreement (DTA) 2 mm and dose difference of 2% with a tolerance value of 90. The result for the pelvic organs slip but not so for otgan head. This is due to the fixation of the organs used for immobilizing the head value equal to the calculated density of body tissue and the effect of beam hardening artifacts produced by the kV-CBCT imaging technology.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S47111
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Fadli
"Telah dilakukan pengukuran distribusi dosis dan fungsi dosis radial pada medium air dan udara dari sumber Iridium 192 HDR Brakiterapi, dengan menggunakan film Gafchromic tipe EBT 2. Proses radiasi dilakukan dengan menempelkan film ke aplikator selama 30 detik pada medium udara, dan 35 detik pada medium air. Film Gafchromic kemudian discan untuk mendapatkan nilai pixel value. Nilai pixel vaue akan dikalibrasi ke dalam dosis. Distibusi dosis yang telah didapatkan, dapat digunakan untuk mencari nilai fungsi dosis radial. Perhitungan fungsi dosis radial berdasarkan parameter dosimetri AAPM-TG 43.

Measurement dose distribution and radial dose function in the medium of Water and air from the source of Iridium 192 HDR brachytherapy, using EBT film Gafchromic type 2. Radiation processes carried out by gluing the film to the applicator for 30 seconds in the air medium, and 35 seconds in the Water medium. Gafchromic film then scanned to obtain the value of pixel value. Pixel value will be calibrated to the dose. Dose distribution has been obtained, can be used to search for radial dose function values. Radial dose function calculation based dosimetry parameters AAPM TG-43."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S29392
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Allam Ubaidillah
"Pergerakan pernafasan manusia, sesuai dengan mengembang dan mengempisnya paru-paru mengakibatkan bergerany tumor ke arah sumbu x, y, dan z dengan asumsi mereka adalah arah sumbu Inferior-Superior, kiri-kanan, dan Anterior-Posterior. Selain bergerak secara linear, tumor juga berputar dengan sudut putar. Tujuan dari penelitian ini adalah mengimprovisasi sistem gerak pada fantom toraks dinamik in-house dengan mengambahankan satu buah arah gerak menggunakan tiga buah stepper motor. Sehingga dilakukan rancang bangun sistem penggerak fantom toraks dinamik in-house dengan 3 degree of freedom. Hasil verifikasi sistem penggerak memperlihatkan bahwa ketiga jenis stepper motor, yang digunakan cocok, layak, dan cukup presisi untuk digunakan sebagai alat penggerak. Jika dibandingkan dengan literatur, alat penggerak yang digunakan cukup berbeda karena berbeda ukuran ulir dan besarnya gear of ratio.

The movement of respiration on human according to their lungs expansion and deflation results in the movement of tumor in x, y, and z axis, with assumption that they move in Superior-Inferior, Left-Right, and Anterior-Posterior axis, respectively. Other than linear movement, tumor could also move rotationally. The purpose of this study is in improvisation the system movement on Dynamic Thorax Phantom In-house by adding new type of movement with the help of three stepper motor. Therefore, this study is going to design and create system movement for Phantom Thorax Dynamic In-house with 3 degree of freedom. The results of the verification of the systems shows that all three stepper motors are suitable and precise enough to be used in this new systems. If the results are compared by literature that are used, there might be difference in how much steps are required to create a certain amount of movement, this happen because of the different type of stepper motor that are used with different kind of lead gear and gear of ratio."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Handryanto
"ABSTRAK
Micro-milling adalah pemesinan milling dalam skala mikro, dimana terdapat beberapa kesulitan dalam konversi dari skala makro ke skala mikro. Produk berskala mikro belakangan menjadi kebutuhan di bidang kesehatan, energi, manufaktur, bahkan pertahanan Pada umumnya untuk pemesinan pada micro-milling digunakan mata pahat dengan diameter kurang dari 600 μm sampai dengan 100 μm.Penelitian yang dilakukan adalah pembuatan tekstur permukaan (micro-texture) produk mikro berbasis dari citra 2D. Proses dilakukan dengan melakukan rekayasa terhadap suatu citra dimana nilai intensitas warna menjadi nilai level ketinggian. Pada perancangan tool path, dilakukan proses gouging avoidance untuk menhindari terjadinya over cut pada saat pemesinan. Nilai intensitas tersebut yang dijadikan kumpulan CL-Point yang selanjutnya akan dikonversi menjadi NC-File untuk dilakukan pemesinan.Pemesinan menggunakan benda kerja berbahan material aluminium A1100 dengan ukuran 3 x 3 x 3 mm. Dengan tingkat kekerasan 28 HRC, ini menjadi pertimbangan dalam penentuan kedalaman pemakanan (Depth of Cut) dan kecepatan pemakanan (Feed rate). Sebagai masukan data yang menjadi CL-File digunakan citra berukuran resolusi 150 x 127 piksel dan 300 x 254 piksel. Dengan metode rekayasa citra telah dapat dihasilkan 2 micro-texture part berbeda dengan menggunakan metode ini.

abstract
Nowadays, micro products become more demanding in several aspects such as health, energy, manufacturing, even military. One of ways to produce micro products is by using micro-milling process. Micro-milling is machining in micro scale. In general, micro-milling uses cutting tool with diameter less than 600 μm. In some micro products, texturing of the part surface maybe needed. This research conducted the manufacture of micro-texture of micro part based on 2D image. The color intensity values of 2D image were converted or mapped into the contour of the texture of micro product in Cartesian domain. Then, toolpaths are generated based on the contour values with gouging avoidance. The CL-point of generated toolpaths were then post processed into NC-point also known as NC-file. The workpieces used for this micro-texturing are using Aluminium A1100 material size of 3 x 3 x 3 mm dimension. The hardness of this material is 28 HRC, which is for determine the dept of cut and feed rate. The toolpaths generated on different size of image resolution 150 x 127 pixels and 300 x 254 pixels. Two different workpieces were successfully produced using the above developed method."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42778
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>