Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 42196 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dede Lia Marlia
"Latar belakang. Diare masih merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi pada anak, dan efeknya akan meningkat pada diare melanjut. Eksresi yang meningkat dan malnutrisi menimbulkan defisiensi makro dan mikronutrien, zinc salah satunya. Defisiensi zinc merupakan masalah global terutama di negara berkembang.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah defisiensi zinc sebagai faktor risiko diare akut menjadi diare melanjut.
Metode. Penelitian ini merupakan uji potong lintang dan kohort yang dilakukan di RSCM, dan tiga rumah sakit umum daerah pada anak usia > 1 bulan - 60 bulan. Kriteria inklusi meliputi pasien dengan diare akut kurang 7 hari. Kriteria eksklusi meliputi gizi buruk, diare berdarah dan subjek dengan penyakit penyerta dan keganasan. Pengumpulan sampel darah untuk pemeriksaan kadar zinc serum.
Hasil. Sembilan puluh sembilan subjek dilakukan analisis. Usia terbanyak adalah 12-36 bulan, dengan lelaki berbanding perempuan 1,3:1. Lebih dari 90% pendidikan ibu adalah rendah dan pendapatan orangtua 90,0% rendah. Prevalens defisiensi zinc adalah 20,2%. Tidak terdapat hubungan antara defisiensi zinc dengan usia, status nutrisi, riwayat diare berulang, pendidikan ibu dan pendapatan orangtua. Insidens diare melanjut sebesar 25,3%. Defisiensi zinc bukan merupakan faktor risiko diare akut menjadi diare melanjut RR 1,82 (IK 95% 0,633-5,260) dengan p 0,261. Riwayat diare berulang merupakan faktor risiko diare akut menjadi diare melanjut RR 3,4 kali (IK95% 1,3-9,5 dengan p 0,013).
Simpulan. Defisiensi zinc bukan merupakan faktor risiko diare akut menjadi diare melanjut. Riwayat diare berulang berisiko untuk terjadinya diare akut menjadi diare melanjut.

Background. Acute diarrhea is one of the causes of high morbidity and mortality in children, and its morbidity and mortality is increasing in prolonged diarrhea. Prolonged diarrhea might continue to persistent diarrhea and malnutrition due to macro- and micronutrient deficiency, such as zinc. Recently, zinc deficiency has become a global health problem in developing countries, such like Indonesia.
Objectives. This study aimed to identify whether zinc deficiency is one of risk factors of prolonged diarrhea and to evaluate the level of zinc in prolonged diarrhea compare to acute diarrhea.
Method. This study is a cross-sectional and cohort studies, underwent at Cipto Mangunkusumo Hospital and three other general hospitals in West Java. The study was performed in children aged > 1 month – 60 months old. The inclusion criteria were acute diarrhea less than 7 days. The exclusion criteria were severe malnutrition, bloody diarrhea and subjects having concomitant diseases. Blood samples were withdrawn for serum zinc measurement.
Results. There were ninety-nine subjects participated in this study. The majority subjects aged 12-36 months old, with boy:girl ratio = 1.3:1. More than 90% subjects had low educated mothers and came from low income families (90.0%). The prevalence of zinc deficiency in this study was 20.2%. There were no correlation between zinc deficiency and age, nutritional status, recurrent diarrhea, mother's education level, and family income. The incidence of prolonged diarrhea was 25.3%. Zinc deficiency was not a risk factor for prolonged diarrhea [RR 1.82 (95%CI 0.633-5.260), p=0.261]. The history of recurrent diarrhea was a risk factor for prolonged diarrhea [RR 3,4 (95%CI 1.3-9.5, p=0.013)].
Conclusion. In this study, zinc deficiency was not the risk factor for prolonged diarrhea. History of recurrent diarrhea was the risk factor for prolonged diarrhea.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dedy Rahmat
"Diare merupakan masalah global karena menyebabkan tingginya angka kesakitan dan kematian pada bayi dan anak. Diare yang belangsung 7 - 13 hari disebut diare melanjut, dan akan meningkatkan risiko terjadinya diare persisten 6 kali lebih tinggi.Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor risiko terjadinya diare melanjut pada anak < 2 tahun, membuat dan menerapkan sistem skor untuk memprediksi kejadian diare melanjut, dan mengetahui apakah faktor etiologi diare persisten telah ditemukan pada diare melanjut.Suatu penelitian operasional dengan rancangan nested case control, pada anak < 2 tahun dengan diare akut yang dirawat di ruang rawat inap RSUP Fatmawati. Subjek direkrut dengan metode consecutive sampling pada September 2015 - Maret 2016. Subjek dieksklusi bila mendapat pengobatan imunosupresi, menderita HIV, penyakit metabolik, penyakit keganasan, mengalami disentri, mengalami diare saat dirawat di rumah sakit, ada penyakit penyerta, dan subjek pasca mengalami operasi pada organ saluran cerna. Evaluasi luaran penelitian dilakukan sejak subjek masuk perawatan di rumah sakit sampai subjek pulang rawat.Sebanyak 62 subjek untuk tiap kelompok kasus dan kontrol mengikuti penelitian. Seluruh faktor risiko dianalisis secara bivariat dan multivariat regresi logistik. Faktor risiko terjadinya diare melanjut yang didapatkan adalah riwayat penggunaan antibiotik, defisiensi seng, leukosit tinja, peningkatan kadar AAT tinja dan malnutrisi. Model skor prediksi diare melanjut terdiri dari 2 model. Model 2 lebih dapat diterapkan di fasilitas kesehatan primer. Sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif, nilai duga negatif, rasio kemungkinan positif, dan rasio kemungkinan negatif dari validasi skoring model 2 berturut-turut adalah 73, 95, 94, 76, 14,6, dan 0,28. Area di bawah kurva ROC pada validasi 0,898. Faktor etiologi diare persisten telah ditemukan pada diare melanjut intoleransi laktosa, malabsorpsi lemak, dan infeksi Clostridium difficile .Sebagai simpulan, faktor risiko terjadinya diare melanjut pada anak < 2 tahun dengan diare akut yang berperan paling bermakna adalah riwayat penggunaan antibiotik, defisiensi seng, leukosit tinja, peningkatan kadar AAT tinja dan malnutrisi. Selain itu, faktor etiologi diare persisten telah ditemukan pada diare melanjut, dan model skor yang dibuat dapat dipertimbangkan digunakan dalam praktek klinik sehari-hari.

Diarrhea has been a global problem since it has high morbidity and mortality rate in infants and children. Diarrhea lasting for 7 ndash 13 days is called prolonged diarrhea, and the risk of progressing into persistent diarrhea will be 6 times higher. The aim of this study was to assess the risk factors for prolonged diarrhea in children below 2 years old, to establish and apply a scoring system to predict the occurence of prolonged diarrhea, and to determine whether the etiologic factor of persistent diarrhea have already been found in prolonged diarrhea. An operational study with a nested case control design, in children 2 years old with acute diarrhea hospitalized in the inpatient wards of Fatmawati Hospital. Subjects were recruited using the consecutive sampling method from September 2015 to March 2016. Subjects were excluded when they were receiving immunosupressive treatment, suffering from HIV, metabolic disease, malignancy, dysentery, just had diarrhea during hospitalization, comorbidities, and had underwent digestive surgery. Evaluation of the research outcome was started when the subject admitted to the hospital until the subject being discharged. The number of subjects included was 62 for each case and control group. All risk factors were analyzed using bivariate and multivariate logistic regression. We found that the risk factors for the occurrence of prolonged diarrhea are history of antibiotic use, zinc deficiency, fecal leukocytes, elevated level of stool AAT, and malnutrition. The prolonged diarrhea prediction score model had 2 models. Model 2 is more applicable in primary health care. The sensitivity, specificity, positive predictive value, negative predictive value, positive likelihood ratio, and negative likelihood ratio of scoring model 2 validation were 73, 95, 94, 76, 14.6, and 0.28 respectively. The area under the ROC curve for validation is 0.898. The etiologic factor of persistent diarrhea have already been found in prolonged diarrhea lactose intolerance, fat malabsorption, Clostridium difficile infection. In conclusion, the most significant risk factors for prolonged diarrhea in children below 2 years old are the history of antibiotic use, zinc deficiency, fecal leukocytes, elevated levels of stool AAT, and malnutrition. In addition, etiologic factors of persistent diarrhea have already been found in prolonged diarrhea and scoring model can be considered be used in daily clinical practice.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mida Arafina Nurdita
"Penyakit Diare merupakan penyakit menular dan menempati urutan kedua penyebab kematian anak balita di dunia. Di Indonesia, khususnya Jawa Barat adalah wilayah endemis untuk diare, Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dengan prevalensi diare balita yang cukup tinggi. Puskesmas Purwasari merupakan puskesmas dengan kasus diare balita tertinggi di Kabupaten  Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko (karakteristik balita, karakteristik ibu, dan sarana sanitasi) kejadian diare balita di Wilayah Kerja Puskesmas Purwasari Kabupaten Bogor tahun 2022. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kasus-kontrol dengan sampel 53 kasus dan 53 kontrol. Analisis data dilakukan menggunakan uji chi-square dan regresi logistik model prediksi. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara pemberian ASI Eksklusif (0,28; 0,11-0,67), pemberian imunisasi campak (0,18; 0,08-0,42), pengetahuan (0,16; 0,07-0,38), perilaku pembuangan tinja balita (0,18; 0,07-0,46), dan sarana jamban (0,32; 0,14-0,72) dengan kejadian diare pada balita. Variabel yang diprediksi paling berpengaruh terhadap terjadinya diare balita di wilayah kerja Puskesmas Purwasari adalah variabel pengetahuan (9,76; 2,78 - 34,21).

Diarrhea is an communicable disease and ranks the second cause of death for children under-five in the world. In Indonesia, especially West Java, which is an endemic area for diarrhea, Bogor is one of the districts with a fairly high prevalence of diarrhea in children under-five. Purwasari Community Health Center is a health center with the highest cases of diarrhea in children under-five in Bogor Regency. This study aims to analyze the risk factors (characteristics of children under-five, characteristics of mothers, and sanitation facilities) for the incidence of diarrhea in children under-five in the Purwasari Public Health Center, Bogor Regency in 2022. This study used a case-control research design with a sample of 53 cases and 53 controls. Data analysis was performed using chi-square test and logistic regression predictive model. The results showed that there was a relationship between exclusive breastfeeding (0,28; 0,11-0,67), measles immunization (0,18; 0,08-0,42), knowledge (0,16; 0,07-0,38), toddler stool disposal behavior (0,18; 0,07-0,46), and latrine facilities (0,32; 0,14-0,72) with the incidence of diarrhea in children under-five. The variable that is predicted to have the most influence on the occurrence of diarrhea under five in the working area of ​​the Purwasari Health Center is the knowledge variable (9,76; 2,78 - 34,21)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Intan Puspita
"Diare masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia karena menjadi salah satu penyebab utama kematian pada balita. Tingkat kejadian diare pada balita di Jawa Barat, khususnya di Kota Bogor masih cukup tinggi. Diare juga termasuk dalam 10 penyakit menular terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Sindang Barang, Kecamatan Bogor Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara cakupan pemberian ASI eksklusif, penggunaan air bersih, mencuci tangan dengan sabun, penggunaan jamban sehat, dan kepadatan penduduk terhadap kejadian diare pada balita di Puskesmas Sindang Barang tahun 2019-2022. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi time trend serta analisis spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel pemberian ASI eksklusif (p = 0,000), penggunaan air bersih (p = 0,045), penggunaan jamban sehat (p = 0,006), dan kepadatan penduduk (p = 0,007) dengan kejadian diare pada balita. Sementara untuk variabel mencuci tangan dengan sabun menunjukkan hubungan yang tidak signifikan dengan kejadian diare pada balita. Berdasarkan peta analisis spasial tidak terlihat pola yang konsisten. Namun, kejadian diare pada balita cenderung lebih sering terjadi di wilayah kelurahan dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang lebih intensif dalam pencegahan dan pengendalian diare, terutama di wilayah kelurahan dengan kepadatan penduduk yang tinggi.

Diarrhea remains a health issue in Indonesia as it is one of the leading causes of death among toddlers. Diarrhea remains highly prevalent among toddlers in West Java, specifically in Bogor City. Diarrhea is also among the top ten most common infectious diseases in the working area of Sindang Barang Public Health Center, West Bogor District. This study aims to investigate the correlation between the coverage of exclusive breastfeeding, use of clean water, handwashing with soap, use of healthy latrines, and population density with the incidence of diarrhea in toddlers in Sindang Barang Public Health Center 2019-2022. The study uses ecological time trend study methods and spatial analysis. The results reveal a significant relationship between variables such as exclusive breastfeeding (p = 0.000), use of clean water (p = 0.045), use of healthy latrines (p = 0.006), and population density (p = 0.007) with the incidence of diarrhea in toddlers. However, handwashing with soap does not show a significant relationship with the incidence of diarrhea in toddlers. The spatial analysis map does not exhibit a consistent pattern. However, the occurrence of diarrhea in toddlers tends to be more frequent in urban village areas with high population density. Therefore, more intensive efforts are required for the prevention and control of diarrhea, especially in densely populated urban village areas."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edip Isna Yuana
"Diare merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi penyebab utana morbiditas dab mortalitas bagi bayi dan anak di seluruh dunia. Di DKI Jakarta khususnya wilayah Jakarta Timur memiliki angka kasus diare tertinggi yaitu Kecamatan Cakung yaitu 5179 kasus Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi kejadian diare berdasarkan faktor anak dan faktor ibu. Penelitian ini menggunakan data primer, menggunakan disain penelitian Cross sectional. Dengan jumlah sampel 96 ibu yang membawa balita berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Cakung. Hasil menunjukkan bahwa kejadian diare adalah 46,9%. Kejadian diare memiliki hubungan yang bermakna dengan riwayat pemberian ASI eksklusif (PR 3,432 (CI 95% 1,474 ? 7,991), status imunisasi campak (PR 7,692 (CI 95% 0,88 ? 66,56), pengetahuan ibu (PR 7,196 (CI 95% 2,915 ? 17,76), dan perilaku mencuci tangan ibu (PR 2,489 ( CI 95% 0,995 ? 6, 228).

Diarrhea is one of the health problems are a major cause of morbidity and mortality for infants and children around the world. In Jakarta, especially East Jakarta has the highest number of cases of diarrhea Puskesmas Cakung ie 5179 cases. This study aims to determine the distribution of the incidence of diarrhea by factors child and maternal factors. The research using a cross sectional study design. With a total sample 96 mothers carrying toddlers visiting Puskesmas Cakung. Results showed that the incidence of diarrhea was 46.9%. The incidence of diarrhea has a significant relationship with a history of exclusive breastfeeding (PR 3.432 (95% CI 1.474 to 7.991), measles immunization status (PR 7.692 (95% CI 0.88 to 66.56), knowledge of mothers (PR 7.196 (CI 95 % 2.915 to 17.76), and the mother's hand washing (PR 2.489 (95% CI 0.995 to 6, 228)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Myranda Zahrah Putri
"Diare adalah salah satu penyakit infeksi saluran cerna dengan gejala buang air besar tiga kali atau lebih dalam sehari dalam bentuk cair. Prevalensi diare pada anak balita di Indonesia 2017 adalah 14,3%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa yang terkait dengan inang dan lingkungan yang terkait dengan diare pada anak di bawah lima tahun di Indonesia pada tahun 2017. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. Desain penelitian ini adalah analitik cross-sectional dengan sampel penelitian ini adalah semua anak berusia 0-59 bulan di Indonesia dari SDKI 2017. Variabel independen dari penelitian ini adalah faktor tuan rumah seperti usia anak, berat lahir, status vaksinasi campak, suplementasi vitamin A, perilaku mencuci tangan dan faktor lingkungan seperti fasilitas toilet dan sumber air minum. Sedangkan variabel dependennya adalah prevalensi diare pada anak balita.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa faktor inang yang terkait dengan diare pada anak balita adalah usia anak (p = 0,000; 95% CI = 1,92-2,72); status vaksinasi campak (p = 0,003; POR = 1,17; 95% CI = 1,05-1,32), pemberian ASI eksklusif (p = 0,000; POR = 1,37; 95% CI = 1,24-1, 52) dan suplementasi Vitamin A (p = 0,000; POR = 1,37; 95% CI = 1,23-1,58). Oleh karena itu, faktor lingkungan yang terkait dengan diare pada anak balita adalah sumber air minum (p = 0,017; POR = 1,19; 95% CI = 1,03-1,37). Kita perlu meningkatkan kesadaran di antara orang-orang untuk memberikan ASI eksklusif, Vitamin A dan imunisasi; juga meningkatkan cakupan program pengendalian dan pencegahan diare oleh pemerintah sehingga kami dapat mengurangi jumlah kasus diare di Indonesia.

Diarrhea is a digestive tract disease with symptoms of bowel movements three or more times a day in liquid form. The prevalence of diarrhea in children under five in Indonesia 2017 is 14.3%. The purpose of this study is to identify what factors are related to the host and environment associated with diarrhea in children under five in Indonesia in 2017. This study uses secondary data from the Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) 2017. Design This study is a cross-sectional analytic with the sample of this study are all children aged 0-59 months in Indonesia from SDKI 2017. The independent variables of this study are host factors such as the child's age, birth weight, measles vaccination status, vitamin A supplementation, behavior hand washing and environmental factors such as toilet facilities and drinking water sources. While the dependent variable is the prevalence of diarrhea in children under five.
The results of the bivariate analysis showed that the host factors associated with diarrhea in children under five were the age of the child (p = 0,000; 95% CI = 1.92-2.72); measles vaccination status (p = 0.003; POR = 1.17; 95% CI = 1.05-1.32), exclusive breastfeeding (p = 0,000; POR = 1.37; 95% CI = 1.24-1 , 52) and Vitamin A supplementation (p = 0,000; POR = 1.37; 95% CI = 1.23-1.58). Therefore, the environmental factors associated with diarrhea in children under five are drinking water sources (p = 0.017; POR = 1.19; 95% CI = 1.03-1.37). We need to increase awareness among people to provide exclusive breastfeeding, Vitamin A and immunizations; also increasing the scope of diarrhea control and prevention programs by the government so that we can reduce the number of cases of diarrhea in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahrina Indah Pratiwi
"Penanganan diare akut primer pada anak yang tidak tepat merupakan penyebab banyaknya kasus kematian pada anak terutama usia kurang dari 5 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerasionalan penggunaan obat di Perawatan Ilmu Kesehatan Anak WAT IKA RSPAD Gatot Soebroto sehingga dapat meminimalisir penggunaan obat yang tidak rasional. Desain studi menggunakan studi cross-sectional, hasil penelitian dijelaskan secara deskriptif. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif menggunakan data rekam medis pasien. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh data pasien anak usia 0 ndash;18 tahun yang menderita diare akut primer. Penelitian dilakukan terhadap 81 data rekam medis yang memenuhi kriteria inklusi. Analisis dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif dinyakatan dalam satuan DDD dan DDD/100 beds/hari dan analisis kualitatif dinyatakan dalam segmen DU90. Berdasarkan hasil analisis, prevalensi pasien yang menderita diare terbanyak pada pasien laki- laki, dengan rentang umur >1 bulan ndash;2 tahun. Kuantitas obat diare berdasarkan nilai DDD dan DDD/100 beds/hari didapatkan nilai DDD terbesar adalah Zink 24,54 dan nilai DDD/100 beds/hari terbesar adalah Seftazidim 41,67 . Kualitas penggunaan obat diare pada pasien anak di Perawatan Ilmu Kesehatan Anak WAT IKA RSPAD Gatot Soebroto perlu lebih dikaji kembali. Penggunaan obat diarenya sudah 100 sesuai dengan Formularium Nasional.

Improper treatment of acute primary diarrhea in children is the cause of many death cases in children especially under the age of 5 years. This research aimed to know the rationality of diarrhea drug utilization in Pediatric Healthcare Science WAT IKA RSPAD Gatot Soebroto so it could minimize irrational drugs utilization. The study design used a cross sectional study, the results of the study were described descriptively. Data was collected retrospectively from patient medical record data. The samples in this study were all data of pediatric patients ages 0 18 years with acute primary diarrhea. The study was conducted on 81 medical records that met the inclusion criteria. Analyses were performed quantitatively dan qualitatively. Quantitative analysis is expressed in units of DDD and DDD 100 beds day. Qualitative analysis is expressed in the DU90 segment. Based on the analysis, the most prevalence of diarrhea in male, with an age range 1 month 2 years. The largest DDD value was Zink 24.54 and the largest DDD 100beds day value was Ceftazidime 41,67. The quality of antidiarrheal drugs use in pediatric patients need more improvement. The use of antidiarrheal drugs in in Inpatient of Pediatric Healthcare Science WAT IKA RSPAD Gatot Soebroto is compliance with the national formulary 100.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68620
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuni
"Diare merupakan penyebab utama kematian balita usia di bawah 5 tahun di Indonesia. Mikroorganisrne penyebab utama sebagian besar penderita diare akut adalah rotavirus. Diare akut dapat menyebabkan kematian dikarenakan keparahan gejala klinis yang dialami penderita seperti dehidrasi, muntah dan demam. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi gejala klinis terhadap penyebab diare akut rotavirus di Kota Mataram tahun 2009. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan disain studi cross sectional.
Hasil penelitian menunjukan faktor gejala klinis yang paling dominan dalam memprediksi penyebab diare akut rotavirus adalah dehidrasi, muntah dan demam. Umur merupakan faktor resiko yang rnempengaruhi kejadian diare akut rotavirus. Uji diagnostik gejala klinis diare akut rotavirus terhadap gold standar PCR rotavirus menunjukan bahwa pada balita yang mengalami diare dengan penyebab rotavirus dan berumur 1-5 bulan 81 % dapat diprediksi melalui gejala klinis demam (sensitivitas 81%). Sedangkan untuk balita yang mengalami diare akut dengan penyebab rotavirus dan berumur 6 -11 bulan 83% (sensitivitas 83%) dapat diprediksi melalui gejala klinis muntah. Sedangkan kombinasi gejala klinis balita yang mengalami diare akut dengan penyebab rotavirus dan berumur 6 - 11 bulan 79 % (sensitivitas 79%) dapat dideteksi melalui kombinasi gejala klinis dehidrasi dan muntah.
Kesimpulan: gejala klinis dehidrasi, muntah dan demam dapat memprediksi diare akut rotavirus.

Diarrhea is a major cause of death of children under 5 years in Indonesia. The main microorganisms that cause acute diarrhea is rotavirus. The death of patients with acute diarrhea is due to the severity of clinical symptoms such as dehydration, vomiting and fever. This aim of this studyis to predict the clinical symptoms related with acute diarrhea which rotavirus as a single causative agent. Population of this study were acute diarrheal patients from Mataram in 2009. The research method used was quantitative with a cross sectional study design.
The results showed that clinical factors which can be used to predict that rotavirus as a causative agent are dehydration, vomiting and fever. Age is a risk factor affecting the incidence of acute rotavirus diarrhea. Diagnostic test of clinical symptoms and the gold standard PCR showed that 81% cases of rotavirus diarrhea on infant aged 1-5 months can be predicted by clinical symptoms of fever. As for the toddler who suffered from acute diarrhea by rotavirus (age 6 -11 months), 83% cases can be predicted by clinical symptoms of vomiting. Moreover, the combination of clinical symptoms (dehydration and vomiting) could detect 79% infants (6-11 months) who had acute rotavirus diarrhea.
Conclusion: The clinical symptoms of dehydration, vomiting and fever can be used to predict acute rotavirus diarrhea.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Irasdinar Yugitama Irawan
"Diare merupakan penyebab kedua terbesar atas kematian pada anak di bawah lima tahun, dan telah membunuh sekitar 525.000 anak setiap tahunnya (WHO, 2017). Hasil Riskesdas tahun 2018 mengungkapkan bahwa prevalensi diare tertinggi ada pada kelompok umur 1-4 tahun. Kota Bogor merupakan salah satu kota di Jawa Barat dengan angka kejadian diare tertinggi. Pada tahun 2016 hingga 2017 terjadi peningkatan kasus kejadian diare di Kota Bogor dan kasus terbanyak di temukan di Wilayah Kerja Puskesmas Sempur yakni Kelurahan Sempur dengan mayoritas kejadian diare terjadi pada balita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Sempur Kota Bogor tahun 2019.
Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 135 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara menggunakan kuesioner. Variabel dependen dalam peneilitian ini adalah kejadian diare pada balita. Variabel independen terdiri dari karakteristik orang tua (Pendidikan, pendapatan, pengetahuan, dan perilaku mencuci tangan), karakteristik balita (status gizi) dan faktor lingkungan (pengelolaan sampah rumah tangga, sumber air bersih, sumber dan pengelolaan air minum, sarana pembuangan tinja, dan SPAL).
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku mencuci tangan orang tua secara statistik memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian diare pada balita (p value= 0,008; OR=3,261; 95% CI =1,425 – 7,462). Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai perilaku hidup bersih dan sehat dan peningkatan sanitasi lingkungan dalam rangka pencegahan diare pada balita.

Diarrhea is the second largest cause of death in children under five years, and has killed around 525,000 children each year (WHO, 2017). The results of the Riskesdas in 2018 revealed that the highest prevalence of diarrhea was in the age group 1-4 years. Bogor is one of the cities in West Java with the highest incidence of diarrhea. In 2016 until 2017 there was an increase in cases of diarrhea in Bogor and the most cases were found in Sempur with the majority of diarrhea occurring in toddlers. This study aims to determine the factors related with the incidence of diarrhea in toddlers in Sempur, Bogor 2019.
The study design used was cross sectional with a total sample of 135 respondents. Data collection is done by interview method using a questionnaire. The dependent variable in this study is the incidence of diarrhea in toddlers. The independent variables consist of parental characteristics (education, income, knowledge, and hand washing behavior), characteristics of toddlers (nutritional status) and environmental factors (management of household waste, sources of clean water, sources and management of drinking water, feces disposal facilities, and sewerage).
The results in this study indicate that parents hand washing behavior has a statistically significant relationship with the incidence of diarrhea in toddlers (p value = 0.008; OR = 3.261; 95% CI = 1.425 - 7.462). The effort that can be done is to provide education to the society regarding clean and healthy lifestyle and improving environmental sanitation in order to prevent diarrhea in toddlers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuraeni
"Angka kesakitan dan kematian akibat diare di Indonesia masih tinggi, prevalensi tertinggi pada balita (1-4 tahun). Kejadian diare pada balita (1-4 tahun) di wilayah Kecamatan Ciawi persentasenya selalu lebih tinggi dan setiap tahun mengalami kenaikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan, faktor ibu, dan faktor balita dengan kejadian diare di Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Metode penelitian kuantitatif dengan desain case control. Populasi penelitian adalah balita usia 12-59 bulan yang berada di Wilayah Kecamatan Ciawi.
Hasil penelitian menunjukkan: ada hubungan antara sumber air bersih (2,405; 1,23-4,69), sarana jamban keluarga (1,994; 1,07-3,73), pengelolaan sampah rumah tangga (5,920; 3,05-11,5), saluran pembuangan air limbah (4,195; 2,32-7,60), dan perilaku ibu (5,44; 2,97-9,97), dan tidak ada hubungan antara pendidikan ibu (1,67; 0,78-3,58), pengetahuan ibu (1,64; 0,93-2,89), dan status gizi (4,85; 1,02-4,69) dengan kejadian diare balita di Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Variabel yang diprediksi paling berpengaruh adalah pengelolaan sampah rumah tangga (5,399; 2,58-11,29).

Morbidity and mortality from diarrhea in Indonesia is still high, the highest prevalence in young children (1-4 years). Incidence of diarrhea in young children (1-4 years) in the percentage is always higher in Sub Ciawi and each year has increased. This study aims to know the associated of environmental factors, maternal factors, and toddler factor with the incidence of diarrhea in children under five years in Sub Ciawi, Bogor Regency, West Java Province 2012. The studied was a quantitative study with case control design. The population in this study are all of the childrens aged 12 month until 59 month are lived in Sub Ciawi, Bogor Regency, West Java Proviance.
The results of this study indicate that there was a significant correlation between source of clean water (2,405; 1,23-4,69), water closet medium (1,994; 1,07-3,73), household waste treatment (5,920; 3,05-11,5), waste water sewer (4,195; 2,32-7,60), and maternal behaviour (5,44; 2,97-9,97), and not correlation between maternal study (1,67; 0,78-3,58), maternal knowledge (1,64; 0,93-2,89), and nutrient status (4,85; 1,02-4,69) with the incidence of diarrhea among toddler in Sub Ciawi, Bogor Regency, West Java Proviance. The variable that predicted the most dominant cause of diarrhea among children under five (toddler) in Sub Ciawi is household waste treatment (5,399; 2,58-11,29).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>