Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 100452 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rajasa Herwandar Sastrasupena
"Di Indonesia, masalah penyakit kanker merupakan masalah yang terus melonjak luar biasa, dalam jangka waktu 10 tahun terlihat bahwa peringkat kanker sebagai penyebab kematian naik dari peringkat dua belas menjadi peringkat empat ditahun 2005. Tumor di bidang urologi merupakan penyakit keganasan yang penting pada penyakit tumor secara keseluruhan, dan masih banyak masyarakat yang sulit untuk mencapai lokasi rumah sakit yang tersedia spesialisasi dibidang urologi baik karena faktor biaya, sulitnya trasportasi, jarak yang sangat jauh dan lainya.
Sebuah studi klinis prospektif yang dilakukan di bangsal urologi RS Dr. Sardjito Yogyakarta, kami mempelajari pasien urologi yang datang untuk berobat lebih dari 1 kali kunjungan setelah adanya gejala awal atau terlambat datang untuk berobat pada periode Juni 2012 – Januari 2013. Pengambilan Sampel dilakukan dengan Mengumpulkan data pasien sebanyak 40 orang dengan diagnosis keganasan di bidang urologi yang dirawat dan kontrol ke poli urologi, kemudian dilakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner penelitian.
Penelitian dilakukan dengan metode cross-sectional, dinilai rasio prevalen yaitu membandingkan antara jumlah subjek dengan penyakit pada suatu saat dengan seluruh subjek yang ada. Sebuah studi observasional untuk menentukan hubungan antara faktor resiko dan penyakit. Seluruh metode mempergunakan program statistik SPSS versi 17.
Dilakukan analisis bahwa pada uji hubungan antara lamanya pasien berobat dengan variabel yang dimiliki responden, didapatkan sebanyak 27.5% responden mengaku pernah berobat ke paramedik, 85% responden berobat ke dokter umum dan 77.5% responden pernah berobat ke dokter spesialis, setelah pasien berobat ke tenaga medis (paramedik, dokter umum).
Didapatkan hubungan antar lama berobat dengan jumlah kunjungan p=0.037, didapatkan hubungan bermakna antara lama berobat dengan kunjungan ke dokter spesialis (p=0.001), Didapatkan hubungan bermakna antara lama berobat dengan berobat ke paramedik dengan nilai p = 0.017.

In Indonesia, malignancy is an increasing problem over the years. In the past ten years, it is observed that cancer-related mortality is increasing, from 12th position to 4th at the year of 2005. Urological cancer is one of important malignancy, yet still a lot of patients suffering these diseases couldn’t have access to hospital with attending urologists, due to cost problems, transportation problem, and others.
In one prospective clinical trial done at urological ward at dr. Sardjito hospital, we studied urologic patients who seek for help more than once after their symptoms became apparent, or did not come until their disease reach late stage at periode June 2012 until January 2013. Total 40 inward or outward patients diagnosed with urological malignancy were collected during the research, and an interview using research questionnaire was conducted for each patient.
This is a cross-sectional research, an observational study to determine the relationship between a disease and its risk factor. In this study we assess prevalence ratio; we compared subject with a disease at one time to the population. The whole analysis is using SPSS version 17 software.
We analyzed the correlation between time needed by the patient before seek medical help doctors between variables acquired by them. We got the result that 27,5% patients respond that they did go to the doctors before, 85% of them went to the general practitioners, and 77,5% of them went to specialist after they went to GP.
There is a correlation between time needed by patient to seek for medical help and visiting frequency (p=0,037). There is also a correlation between time needed by patient to go to the doctor and visiting frequency to urologists (p=0,001) and paramedics (p=0,017.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T58545
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Joko Purwanto
"Self-care pasien gagal jantung merupakan fokus utama strategi non farmakologi dalam menurunkan angka morbiditas, mortalitas, rehospitalisasi dan meningkatkan kualitas hidup. Kemampuan self-care pasien jantung masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengenali faktor yang berhubungan dengan kemampuan self-care pasien gagal jantung. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yang melibatkan 132 responden. Analisa data menggunakan analisis deskriptid, uji Chi Square dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki kemampuan self-care maintenance yang tidak adekuat, tetapi memiliki kemampuan self-care monitoring dan self-care management yang adekuat. Karakteristik sosisodemografik responden menunjukkan bahwa sebagian besar dewasa akhir yang berumur 46-65 tahun, laki laki, berpendidikan tinggi, penghasilan yang cukup; dan secara karakteristik klinis memiliki derajat gagal jantung kelas fungsional NYHA 2, FEVki > 50 %, lama sakit > 3 tahun dan memiliki ko-morbid ringan. Sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan baik, efikasi diri adekuat, tidak depresi dan dukungan pelaku rawat di keluarga yang adekuat. Terdapat hubungan yang signifikan antara derajat gagal jantung, lama sakit, ko-morbid dan efikasi diri dengan kemampuan self-care maintenance, dimana derajat gagal jantung adalah faktor yang paling dominan. Terdapat hubungan yang bermakna antara derajat gagal jantung, ko-morbid, pengetahuan dan dukungan pelaku rawat di keluarga dengan kemampuan self-care monitoring, dimana faktor yang paling dominan adalah derajat gagal jantung. Terdapat hubungan yang bermakna antara efikasi diri dan dukungan pelaku rawat di keluarga dengan kemampuan self-care management, dimana efikasi diri adalah faktor yang paling dominan. Perlunya dilakukan intervensi keperawatan spesifik terkait gagal jantung pada pasien untuk meningkatkan kemampuan self-care.

Self-care of heart failure patients is a main focus of non-pharmacological strategies to decrease morbidity, mortality, rehospitalization, and improve quality of life. Self-care ability of heart failure patients is still low. This study aims to identify factors related to self-care ability of patients with heart failure. This is a quantitative study with a descriptive analytic design using a cross sectional approach involving 132 respondents. Data were analyzed using descriptive analytic, Chi Square and logistic regression test. The results showed that most of the respondents have inadequate self-care maintenance, but have adequate self-care monitoring and self-care management abilities. Sociodemographic characteristics indicated that most of the respondents are late adulthood aged 46-65 years, male, have a fairly high income; and clinically characterized by a degree of heart failure NYHA functional class 2, LVEF > 50%, duration of illness > 3 years and have mild co-morbidities. Most of the respondents have a good level of knowledge, adequate self-efficacy, are not depressed and have adequate support from caregivers in their families. There is a significant relationship between the degree of heart failure, duration, co-morbidities and self-efficacy with self-care maintenance ability, whereas the degree of heart failure is the most dominant factor. There is a significant relationship between the degree of heart failure, co-morbidities, knowledge and support of caregivers in the family with the self-care monitoring ability, meanwhile the most dominant factor is the degree of heart failure. There is a significant relationship between self-efficay and caregiver support in the family with self-care management ability, and self-efficacy is the most dominant factor. Specific nursing interventions related to heart failure need to be carried out to improve self-care abilities."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Nuryanto
"Latar Belakang. Di Indonesia, insiden tumor ginjal menempati urutan ketiga keganasan saluran urogenital pada laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik demografi, tampilan klinis, laboratorium, staging dan penatalaksanaan yang dilakukan di Di RSUP Dr. Sardjito.
Metode. Sebuah studi prospektif pada subyek 105 pasien yang didiagnosis tumor ginjal antara tahun 2009 sampai 2013. Pasien dibagi menjadi 2 grup berdasarkan usia : (1) anak, dan (2) dewasa.
Hasil. Selama 5 tahun, ditemukan 105 pasien tumor ginjal, anak 41 orang dan dewasa 57 orang. Rata-rata usia pasien tumor ginjal anak adalah 3,76 ± 2,54 tahun, dan rasio laki-laki : perempuan 1,56 : 1. Rata-rata usia pasien tumor ginjal dewasa adalah 49.51±14.08 tahun. Rasio laki-laki : perempuan adalah 1,48 : 1. Tumor paling sering pada anak adalah nefroblastoma 39 kasus (95,1%) dengan keluhan tersering adalah massa (100%). Tumor paling sering pada dewasa adalah RCC, 26 kasus (46,6%), dengan keluhan terbanyak nyeri pinggang 22 kasus (84,6%), keluhan massa 21 kasus (80,8%), hematuria 14 kasus (53,8%).
Kesimpulan. Terjadi penurunan kasus nefroblastoma dan peningkatan kasus RCC di RSUP Dr. Sardjito dalam 5 tahun terakhir. Mayoritas pasien RCC pada dekade 4-5 dan nefroblastoma pada usia 3 tahun, dengan rasio laki-laki:perempuan masing-masing 1,56:1 dan 1,48:1.

Background. In Indonesia, the incidence of kidney tumor was in the 3rd rank after prostate and bladder cancer among the urogenital cancer in men. The objective of this study is to describe demographic characteristic, clinical feature, and treatment of kidney tumor in Dr. Sardjito Hospital Yogyakarta.
Methods. A prospective study of 105 subjects whom were diagnosed as kidney tumor between year 2009 to 2013. The subjects were cathegorized into two groups according their age: (1) children, and (2) adults.
Results. There were 105 cases of kidney tumor found over the past 5 years, 41 children cases and 57 adult cases. Mean age of the children was 3,76 ±2,54 years old, and male:female ratio 1,56:1. Mean age of adults were 49,51±14,08 years old. Male:female ratio 1,48:1. Majority of tumor in children were nephroblastoma about 39 cases (95,1%) with symptoms most profound were abdominal mass (100%). Majority of kidney tumor found in adults were RCC (26 cases [46,6%]), with symptoms flank pain (22 cases [84,6%]), palpable mass (21 cases [80,8%]), hematuria (14 cases [53,8%]).
Conclusion. The number of nephroblastoma cases were decreased, meanwhile there was an increase in RCC case number in Dr. Sardjito Hospital for the past 5 years. Majority of RCC patients were in decade 5-6, while in nephroblastoma patients, the majority were 3 years old, with the ratio of male:female 1,56:1 and 1,48:1 respectively.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ajib Diptyanusa
"Status imunodefisiensi pada individu yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dapat mengakibatkan adanya peningkatan risiko infeksi, salah satunya adalah diare kronis yang disebabkan oleh Cryptosporidium spp. dan Giardia duodenalis. Pada populasi anak, infeksi tersebut dapat berdampak pada gangguan fungsi kognitif dan tumbuh kembang. Gambaran beban kedua penyakit tersebut masih belum jelas, sehingga diagnosis dan tata laksana menjadi terhambat. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi prevalensi, mendeskripsikan karakteristik klinis, dan mengidentifikasi faktor risiko infeksi Cryptosporidium dan Giardia pada anak yang terdiagnosis HIV. Penelitian bersifat potong lintang pada anak terdiagnosis HIV berusia 6 bulan hingga <18 tahun di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta selama tahun 2021. Penegakan diagnosis infeksi Cryptosporidium dan Giardia adalah berdasarkan hasil pemeriksaan PCR feses setelah diskrining secara mikroskopis dan pemeriksaan coproantigen. Karakteristik klinis dan identifikasi faktor risiko didapatkan dari data rekam medis dan pengisian kuesioner oleh pasien/walinya. Dari total 52 subjek, prevalensi kriptosporidiosis adalah 42,3%, sedangkan prevalensi giardiasis adalah 3,8%. Tidak ditemukan infeksi ganda Cryptosporidium spp. dan G. duodenalis. Gejala yang paling banyak dilaporkan adalah penurunan berat badan (19/52; 36,5%) dan diare (11/52; 21,2%). Analisis multivariat menunjukkan bahwa adanya gejala diare (AOR 6,5; 95%CI 1,16–36,67), sumber air minum air sumur (AOR 6,7; 95%CI 1,83–24,93), dan air minum yang tidak direbus (AOR 5,8; 95%CI 1,04–32,64) merupakan faktor risiko independen kejadian kriptosporidiosis pada studi ini. Penelitian ini menunjukkan tingginya prevalensi kriptosporidiosis asimtomatik dengan faktor prediktor adanya diare, sumber air minum berupa air sumur, dan air minum yang tidak direbus, sedangkan prevalensi giardiasis rendah dengan gejala yang tidak spesifik.

Immunodeficiency in individuals infected with Human Immunodeficiency Virus (HIV) may lead to increased risk of infection, particularly chronic diarrhea caused by Cryptosporidium spp. and Giardia duodenalis. These parasitic infections may cause long-term impact in children, including impaired growth and cognitive function. Actual disease burden is not well studied, hence delay in diagnosis and patient management. Current study aimed to estimate prevalence of cryptosporidiosis and giardiasis, to describe their clinical characteristics, and to identify risk factors of disease transmission in pediatric HIV patients. The cross-sectional study involved participants of children aged 6 months through 18 years with confirmed HIV infection in Sardjito General Hospital, Yogyakarta. Diagnosis of cryptosporidiosis and giardiasis was made using PCR after being screened with microscopic and coproantigen examinations. Clinical characteristics and risk factors were obtained from medical records and structured questionnaires. A total of 52 participants were included in the final analysis. The prevalence of cryptosporidiosis was 42.3%, while prevalence of giardiasis was 3.8%. There was no mixed infection observed. Most frequently reported symptoms include weight loss (19/52; 36.5%) and diarrhea (11/52; 21.2%). Multivariate analysis identified the following variables as independent risk factors of cryptosporidiosis: presence of diarrhea (AOR 6.5; 95%CI 1.16–36.67), well water as drinking water source (AOR 6.7; 95%CI 1.83–24.93), drinking untreated water (AOR 5.8; 95%CI 1.04–32.64). Current study showed the prevalent asymptomatic cryptosporidiosis with risk factors including diarrhea, well water for drinking, and drinking untreated water, whereas prevalence of giardiasis was found to be low with nonspecific symptoms."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gede Eka Rusdi Antara
"ABSTRAK
Nama : Gede Eka Rusdi AntaraProgram Studi : Kajian Administrasi Rumah SakitJudul : Analisa Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Keterlambatan Tindakan Operasi Delay To Operation di Instalasi Rawat Darurat RSUP Sanglah Desember2017-Februari 2018Pembimbing : Prof. dr. Amal Chalik Sjaaf, SKM, Dr.PHPelayanan pembedahan merupakan pelayanan kesehatan di rumah rumah sakit yang dapatmenggambarkan mutu rumah sakit. Peningkatan jumlah kunjungan, ketersediaan sarana danprasarana, ketersediaan sumber daya manusia serta lamanya waktu yang diperlukan untukmemperoleh persetujuan untuk tindakan operasi dari pasien dan keluarga dapat menyebabkanwaktu tunggu tindakan operasi menjadi panjang.Penelitian ini menggunakan rancangan mix method yaitu kuantitatif dan kualitatif. Penelitiankuantitatif merupakan penelitian observasional analitik cross sectional. Penelitian ini melibatkan54 responden pada penelitian kuantitatif dan 7 informan pada penelitian kualitatif.Hasil penelitian menunjukkan kejadian bed block sebanyak 38,9 dan tidak terjadi bedblock61,1 . Persetujuan operasi diperoleh dalam waktu ge; 1 jam dari 17 responden 31,5 danpersetujuan operasi yang diperoleh dalam waktu < 1 jam sebanyak 37 responden 68,5 . Alatdan sarana didapatkan tidak lengkap 5,6 dan lengkap 94,4 . Waktu tunggu tindakan operasiyang ge; 5 jam dikategorikan delay sebanyak 33,3 , waktu tunggu tindakan operasi yang < 5 jamdikategorikan tidak delay sebanyak 66,7 . Analisis bivariat dengan Chi Square menunjukkanpvalue 0,000 untuk hubungan antara bed block dengan keterlambatan operasi, p-value 0,000 untukhubungan antara persetujuan operasi dengan keterlambatan operasi, p-value 0,012 hubungan alatdan sarana dengan keterlambatan operasi. Faktor yang paling berpengaruh adalah persetujuanoperasi dengan p-value 0,005 dengan regresi logistik.Dari penelitian ini dapat disimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara bed block,persetujuan operasi serta alat dan sarana terhadap keterlambatan operasi. Hasil penelitian ini dapatdijadikan pedoman dalam penyusunan strategi peningkatan kualitas pelayanan pembedahan diInstalasi Rawat Darurat.Key words: bed block, sumber daya manusia, persetujuan operasi, alat dan saranaoperasi, keterlambatan tindakan operasi

ABSTRACT
Name Gede Eka Rusdi AntaraProgramme Kajian Administrasi Rumah SakitTitle Analysis of Factors Causing Delay to Operation in Emergency DepartmentSanglah Hospital December 2017 February 2018Supervisor Prof. dr. Amal Chalik Sjaaf, SKM, Dr.PHSurgery is part of medical services that summarized the hospital performance. Increased hospitalvisits, unavailability of tools, unavailability of human resources, and times consumed to get patientagreement for surgery may causing delay to operation.This is mix method study, quantitative and qualitative. The quantitative study is observationalanalytic, cross sectional. This study includes 54 respondents in quantitative study and 7 informantsin qualitative study.The result showed bed block events is 38,9 . Agreement following informed consent is obtainedin ge 1 hour for 17 respondents 31,5 and 1 hour for 37 respondents 68,5 . Tools andequipment are complete and available in 94,4 cases and incomplete in 5,6 cases. Timeconsumed waiting for operation is categorized delay if ge 5 hours in 33,3 cases, categorized notdelay if 5 hours in 66,7 . Bivariate analysis using Chi Square showed p value 0,000 forcorrelation between bed block and delay to operation, p value 0,000 for correlation between timeconsumed to obtain agreement for surgery, p value 0,012 for correlation between tools andequipment with delay to operation. The most influencing factor is operation agreement with pvalue0,005 using logistic regression.From this study, we conclude there is significant correlation between bed block, time consumedfor obtain operation agreement, tools and equipment availability with delay to operation. Thisresult is a base in making strategy to improve quality of surgery services in emergency department.Key words bed block, human resources, operation agreement, tools and equipment, delay tooperation"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiani Dianingtyas
"Sejak tahun 2014, proses perencanaan dan pengadaan obat di seluruh fasyankes baik institusi pemerintah maupun swasta yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan harus berdasarkan katalog elektronik pemerintah. Ini merupakan upaya untuk membentuk sistem pengadaan sediaan farmasi yang lebih transparan, efektif dan efisien. Metode penelitian yang dipakai yaitu metode studi kualitatif melalui cara mengumpulkan data dengan observasi, wawancara mendalam, dan telaah dokumen. Penentuan informan dilakukan dengan purposive sampling. Masih banyak hambatan teknis yang dihadapi saat tahap persiapan dan pengadaan obat melalui e-catalogue. Meskipun kesesuaian peresepan obat dengan FORNAS sudah tinggi, namun sebanyak 21% jenis obat FORNAS tersebut tidak dapat diadakan melalui e-catalogue. Masih perlunya peningkatan jumlah jenis obat yang tersedia di e-catalogue, serta peningkatan kualitas informasi dan kualitas sistem khususnya dalam kemudahan penggunaan dan keandalannya untuk dapat meningkatkan efektivitas penggunaan infrastruktur yang telah ada.

Since 2014, the process of planning and procuring drugs in all health facilities, both government and private institutions in collaboration with BPJS Health, must be based on the government's electronic catalog. This is an effort to establish a pharmaceutical preparation procurement system that is more transparent, effective and efficient. The research method used is a qualitative study method by collecting data by observation, in- depth interviews, and document review. Determination of informants is done by purposive sampling. There are still many technical obstacles faced during the preparation and procurement stages of drugs through e-catalogue. Even though the suitability of drug prescriptions with FORNAS is already high, as many as 21% of FORNAS types of drugs cannot be procured through e-catalogue. It is still necessary to increase the number of types of drugs available in the e-catalogue, as well as to improve the quality of information and the quality of the system, especially in terms of ease of use and reliability, in order to increase the effectiveness of use of the existing infrastructure."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Candra Dewi
"Fungsi manajemen penting untuk mewujudkan pelayanan keperawatan yang bermutu. Penelitian cross sectional pada 77 perawat di IRNA I RSUP Dr. Sardjito ini bertujuan mengidentifikasi hubungan fungsi manajemen kepala ruang dan karakteristik perawat dengan penerapan keselamatan pasien dan perawat. Hasil membuktikan lima fungsi manajemen kepala ruang berhubungan dengan penerapan keselamatan pasien (p=0,000-0,032; α0,05), dengan faktor paling berpengaruh adalah fungsi pengendalian. Fungsi perencanaan, pengaturan staf, pengarahan, dan pengendalian berhubungan dengan penerapan keselamatan perawat (p=0,005-0,032; α0,05), dengan faktor paling berpengaruh adalah fungsi pengarahan. Pelatihan berhubungan dengan penerapan keselamatan pasien (p=0,048; α0,05). Kepala ruang perlu selalu meningkatkan fungsi pengendalian dan pengarahan.

Management functions required to ensure nursing care quality. Cross-sectional study among 77 nurses in IRNA I RSUP Dr. Sardjito aims to identify the relationship of the head nurse management functions and nurse?s characteristics with the implementation of patient safety and nurse safety. Result showed that management function of the head nurse related to the implementation of patient safety (p=0,000-0,032; α 0,05), the most influential factor was controlling. Planning, staffing, directing, and controlling related to the implementation of nurse safety (p=0,005-0,032; α0,05), the most influential factor was directing. Training related to the implementation of patient safety. Improvement the function of controlling and directing was needed."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Yudha Rahman
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T56466
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Yudha Rahman
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T56466
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fadhil Ardiyansyah
"Latar belakang: Pembesaran Prostat Jinak (PPJ) merupakan masalah prostat yang umum terjadi pada laki-laki, Infeksi Saluran Kemih (ISK) dapat disebabkan oleh PPJ akibat dari obstruksi pada Bladder outlet, instrumentasi, bahkan akibat dari sistoskopi atau kateterisasi.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan pola kuman dan kuman terbanyak yang menyebabkan ISK pada pasien PPJ di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito
Metode: Data dikumpulkan secara retrospektif dari rekam medis pasien Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito mulai Januari 2001 sampai Desember 2011. Pola kuman dan sensitivitas obat dicatat.
Hasil: Terdapat 92 pasien dengan usia 46-95 tahun yang didiagnosis dengan PPJ dan Prostatitis. Didapatkan 81,40% merupakan bakteri gram negatif, 9,3% bakteri gram positif, dan 9,3% jamur. Kemudian didapatkan Streptococcusfaecalis (11,62%) merupakan bakteri gram positif terbanyak yang ditemukan di dalam kultur urin. Obat yang dipakai untuk sensitivitas melipuit : Amikacin, Ampicillin, Ampicillin/Sulbactam, Cefepim, Cefpiron, Ceftazidime, Ceftriaxone, Cefotaxime, Cefuroxime, Chloramphenicol, Fosfomycin, Gentamycin, Nalidixic acid, Imipenem, Netilmicin, Nitrofurantoin, Norfloxacin, Tetracyclin, Tobramycin, Vancomycine, Ciprofloxacine, Trimethoprim-Sulfamethoxazole.
Kesimpulan: Bakteri paling banyak yang ditemukan pada pasien dengan BPH adalah Pseudomonas aerogenosa (25.58%) dan bakteri yang paling jarang ditemukan adalah Citrobacterfreundii (2.32%). Menurut penelitian ini, 82.05% pasien BPH dengan infeksi saluran kemih sensitif terhadap pengobatan dengan Imipenem, diikuti dengan Amikacin (74.35%).

Background: Benign prostatic hyperplasia (BPH) is the most common condition in men with prostate problems. Urinary tract infection can be caused by BPH due to Bladder outlet obstruction, instrumentation either from cystoscopy or catheterization.
Objective: The aim of this study is to describe microorganism pattern and the most common caused urinary tract infection in BPH patient hospitalized in Dr. Sardjito general hospital.
Method: Data were retrospectively collected from Dr. Sardjito general hospital medical record patients from January 2011 to December 2011. Microorganism pattern and drug sensitivity data were collected.
Results: There were 92 patients age 46-95 years old diagnosed histophatologically as BPH and prostatitis. The 81.40% microorganism pattern were Gram negative bacteria, 9.3% Gram positive bacteria and 9.3% yeast. On the other hand , Streptococcus faecalis (11,62%)is the main gram positif bacteria found in the urine culture. The drug used for sensitivity including; Amikacin, Ampicillin, Ampicillin/Sulbactam, Cefepim, Cefpiron, Ceftazidime, Ceftriaxone, Cefotaxime, Cefuroxime, Chloramphenicol, Fosfomycin, Gentamycin, Nalidixic acid, Imipenem, Netilmicin, Nitrofurantoin, Norfloxacin, Tetracyclin, Tobramycin, Vancomycine, Ciprofloxacine, Trimethoprim, and Sulfamethocazole.
Conclusion: The most frequent bacteria found in BPH patients is Pseudomonas Aerogenosa (25.58%) and the least frequentbacteria is Citrobacter freundii (2.32%). According to this study, 82.05% UTI patients sensitive to Imipenem medication, followed by Amikacin (74.35%).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>