Vitamin D memiliki peran dalam implantasi plasenta dan meningkatkan sensitivitas insulin di sel target. Pada plasenta, VDR ditemukan di vili trofoblas, desidua, otot polos sel pembuluh darah plasenta, dan nukleus sel stroma vili plasenta. Melalui peningkatan sensitivitas insulin, vitamin D dapat memengaruhi kadar glukosa di jaringan plasenta. Insulin akan menstimulasi GLUT4 pada plasenta untuk pengambilan glukosa ke dalam sel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar vitamin D dan kadar glukosa dalam jaringan plasenta. Penelitian ini merupakan studi awal dengan desain potong lintang dengan sampel berupa 10 jaringan plasenta kehamilan normal. Setiap sampel diukur kadar vitamin D dan kadar glukosanya lalu dilakukan uji korelasi. Kadar vitamin D diukur dengan metode ELISA sedangkan kadar glukosa diukur dengan metode spektofotometri. Uji korelasi dilakukan dengan uji Pearson menggunakan SPSS versi 20. Hasil uji korelasi kadar vitamin D dan kadar glukosa menunjukkan kecenderungan korelasi positif lemah menuju sedang dengan korelasi Pearson r=0,397. Namun, hasil uji memberikan p=0,128 sehingga secara statistika tidak bermakna. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya dengan besar sampel minimal, yaitu 48 sampel.
Vitamin D has a role in placental implantation and increases insulin sensitivity in target cells. In the placenta, VDR is found in trophoblast villi, decidua, smooth muscle cells of the placental vessels, and nuclei of placental villous stromal cells. Through increased insulin sensitivity, vitamin D can affect glucose levels in placental tissue. Insulin stimulates GLUT4 on the placenta for glucose intake. This study aimed to determine the relationship of vitamin D levels and glucose levels in placental tissue. This study was a preliminary study with a cross-sectional design with a sample of 10 normal pregnancy placental tissues. Vitamin D levels were measured by the ELISA method while glucose levels were measured by spectrophotometric methods. Then performed a correlation test. Correlation test was carried out by Pearson test using SPSS version 20. The results of the correlation test of vitamin D levels and glucose levels showed a weak-to-moderate positive correlation with Pearson correlation r=0.397. However, the test results give p=0.128 that means statistically it’s not significant. The results of this study can be used as a reference for further research with a minimum sample size, which is 48 samples.
"Latar Belakang: Kehamilan merupakan suatu proses yang membutuhkan asupan seng yang adekuat guna menunjang kesehatan ibu dan janin. Defisiensi seng akibat kurangnya asupan dan bioavailabilitas seng dalam diet masih merupakan masalah di negara berkembang termasuk Indonesia.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat kadar seng serum dan hubungannya dengan asupan makanan dalam upaya perbaikan asupan seng pada kehamilan trimester tiga.
Desain: Penelitian dilakukan terhadap 51 subjek ibu hamil trimester tiga dengan menggunakan desain studi potong lintang dan consecutive sampling.
Hasil: Dari penelitian diperoleh hasil rerata kadar seng serum pada subjek penelitian adalah 39,32±6,28 µg/dl dengan frekuensi seng serum rendah dari normal sebesar 92,16%. Semua subjek penelitian tidak memenuhi asupan seng, serat, energi dan protein sesuai AKG. Asupan besi subjek penelitian melebihi AKG pada 96,1% subjek dan semua subjek memiliki rasio molar fitat lebih dari 15. Terdapat korelasi lemah yang tidak bermakna secara statistik antara asupan seng (r=0.068), besi (r=0,09), fitat (r=0,081), serat (r=0,026), energi (r=0,073) dan protein (r=0,033) dengan seng serum subjek penelitian.
Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan antara asupan seng, besi, fitat, serat, energi dan protein dengan seng serum subjek penelitian. Dibutuhkan edukasi tentang bahan makanan sumber yang baik untuk memperbaiki asupan seng, besi, fitat, serat, energi dan protein pada ibu hamil.
Background: Pregnancy is a process that requires an adequate zinc intake to support maternal and perinatal health. However, zinc deficiency due to inadequate intake and zinc bioavailability in diet still remain a problem in developing countries, including Indonesia.
Objective: The aim of this study is to investigate serum zinc levels and its relation to food intake in order to improve zinc intake in late pregnancy.
Design: The method used in this study was cross sectional, consecutive sampling on 51 late pregnancy subjects.
Results: The study results mean serum zinc level was 39.32±6.28 µg/dl with prevalence of serum zinc below normal 92.16%. All of the subjects did not meet the RDI of zinc, fiber, energy and protein. As 96.1% subjects meet the RDI of iron and all subjects had phytate-zinc molar ratio more than 15. There was a weak correlation that not statistically significant between the intake of zinc (r=0.068), iron (r=0.09), phytate (r=0.081), dietary fiber (r=0.026), energy (r=0.073) and protein (r=0.033) with serum zinc.
Conclusion:This study conclude that there was no association between intake of zinc, iron, phytate, dietary fiber, energy and protein with serum zinc level in late pregnancy. Pregnant women need a nutritional education about good food source to improve zinc, iron, dietary fiber, energy, and protein intakes.
"