Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171974 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratnayani
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai ekspresi sitoglobin (Cygb) dan kaitannya dengan stres oksidatif dalam darah dan jaringan otak penderita strok hemoragik. Penelitian bersifat observasional laboratorik dan pengambilan sampel berdasarkan metode consecutive sampling. Sampel berasal dari darah dan jaringan otak penderita strok hemoragik yang menjalani operasi kraniotomi di rumah sakit Cipto Mangunkusumo dan rumah sakit di sekitarnya. Terhadap darah dan jaringan otak ini dilakukan analisis ekspresi mRNA Cygb, protein Cygb, aktivitas spesifik katalase (CAT) dan kadar MDA. Dalam penelitian ini digunakan darah subyek normal sebagai kontrol. Pengukuran ekspresi mRNA Cygb dilakukan dengan menggunakan real time RT-PCR Mini Opticon (BioRad), pengukuran kadar protein Cygb dilakukan dengan metode ELISA, aktivitas CAT diukur menggunakan metode Aebi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan ekspresi mRNA Cygb jaringan otak 1.24 kali dibandingkan darah penderita strok hemoragik dan peningkatan ekspresi mRNA Cygb darah penderita strok hemoragik 6.15 kali terhadap darah kontrol. Selain itu juga terjadi peningkatan kadar protein Cygb plasma penderita strok hemoragik dibandingkan plasma kontrol dan peningkatan secara signifikan kadar protein Cygb jaringan otak penderita strok hemoragik dibandingkan plasmanya. Pada jaringan otak penderita strok hemoragik juga terjadi peningkatan signifikan aktivitas spesifik katalase dibandingkan plasmanya. Peningkatan Cygb dan aktivitas spesifik CAT pada jaringan otak kemungkinan disebabkan oleh karena perannya sebagai radical scavenger dalam mengatasi stres oksidatif yang terjadi akibat strok hemoragik.

ABSTRACT
The study on expression of cytoglobin (Cygb) and its relation to oxidative stress in brain and blood of hemorrhagic stroke patients has been done. This is a laboratory observational study with consecutive sampling method. Blood and brain tissue from hemorrhagic stroke patients who underwent craniotomy surgery at Cipto Mangunkusumo hospitals and nearby hospitals are used as samples. The expression of Cygb mRNA and protein, specific activity of catalase and MDA level were measured in blood and brain tissue as parameters. The blood from normal subjects are used as a control. Cygb mRNA expression was analyzed using real time RT-PCR Mini Opticon (BioRad), Cygb protein are determined using ELISA method and specific activity of catalase are measured using Aebi method. The results showed that expression of Cygb mRNA in brain tissue was increased 1.24 folds compared to blood in hemorrhagic stroke patients and expression of Cygb mRNA in patient’s blood was increased 6.15 folds compared to control blood. There was also an increase of plasma Cygb proteins of hemorrhagic stroke patients compared to control plasma and significantly increased level of Cygb proteins in hemorrhagic stroke patients compared to its plasma. The specific activity of catalase in brain of hemorrhagic stroke patient was also significantly increased compared to its plasma. It is suggested that increasing expression of Cygb and specific activity of catalase in brain tissue is caused by its activity as a radical scavenger to overcome oxidative stress present in hemorrhagic stroke.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T59179
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atika Dian Larasati
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara keberfungsian keluarga dan coping stres pada mahasiswa Universitas Indonesia tahun pertama. Sebanyak 315 responden mengisi kuesioner alat ukur keberfungsian keluarga (FACES-II dan Family Communication Scale) dan coping stres (Brief COPE). Pada penelitian ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memiliki keberfungsian keluarga yang cukup baik dan coping stres yang cukup adaptif. Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara keberfungsian keluarga dan coping stres (r = .133, p < .05).

The aim of this research was to examine the relationship between family functioning and coping stress among Universitas Indonesia’s first-year college students. A total of 315 respondents complete questionnaires on family functioning (FACES-II and Family Communication Scale) and coping stress (Brief COPE). In this research, the result points out that the respondents have moderate family functioning and moderately adaptive coping stress. The result of this research also indicates a positive and significant relationship between family functioning and coping stress (r = .133, p < .05)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57268
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariati Kusmiasih
"ABSTRAK
Saat ini jumlah penderita gagal ginjal di seluruh dunia semakin meningkat. Dari
gagal ginjal dini yang membutuhkan pengobatan untuk waktu sementara sampai
gagal ginjal kronis tahap akhir (terminal) yang memerlukan terapi pengganti
ginjal seumur hidupnya, yaitu hemodialisis atau transplantasi ginjal. Pada
penderita gagal ginjal terminal yang melakukan transplantasi ginjal, penulis
menemukan adanya tahapan penderitaan yang menimbulkan stres, yaitu: tahap
gejala awal, tahap diagnosis, tahap dialisis, tahap pencarian donor ginjal, tahap
transplantasi ginjal, tahap adaptasi, dan tahap pemulihan. Pada setiap tahap ada
stres yang terjadi dan coping yang dilakukan oleh penderita gagal ginjal terminal
yang melakukan transplantasi ginjal. Untuk mengatasi stres yang terjadi sejak
tahap gejala awal hingga tahap pemulihan, diperlukan keterampilan coping untuk
mengatasi stres tersebut. Penelitian ini, bertujuan untuk mengungkap stres dan
perilaku coping yang dilakukan oleh penderita gagal ginjal terminal sejak tahap
gejala awal hingga tahap pemulihan. Metode penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan mengajukan kasus sebanyak 3 orang. Alat ukur yang
dipakai pada penelitian ini adalah wawancara mendalam dan observasi sebagai
pendukung data. Dari penelitian yang dilakukan, penulis menemukan berbagai
stres dan coping yang dialami oleh penderita gagal ginjal terminal yang
melakukan transplantasi ginjal. Stres yang terjadi pada umumnya berasal dari pai n
& discomfort, frustration, atvciety, dan conflict. Sedangkan coping yang dilakukan
oleh penderita gagal ginjal terminal yang melakukan transplantasi ginjal untuk
mengatasi stres yang terjadi adalah Problem-Focnsed Coping dan Appraisal-
Focused Coping, dan Emotion-Focused Coping. Namun, jenis coping yang sering
dipergunakan oleh penderita gagal ginjal yang melakukan transplantasi ginjal
adalah Problem-Focnsed Coping. Hal ini menunjukkan bahwa ada kecenderungan
pada penderita gagal ginjal terminal yang melakukan transplantasi ginjal menjadi
lebih rasional dalam menghadapi penderitaannya dan dapat melakukan peredaman
emosi. Sehubungan dengan adanya keterbatasan dalam penelitian ini, disarankan
untuk dilakukan penelitian lanjutan guna melengkapi keperluan studi ilmiah."
2004
S3345
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dona Novia Ujiaryani
"Pekerja anak dapat dikatakan telah menjadi masalah sosial yang serius, yang dihadapi tidak hanya oleh Indonesia saja, tapi juga banyak negara lainnya di dunia, meskipun berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, bahkan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk mengatasi masalah ini.
Hasil dari beberapa studi menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan yang dilakukan oleh para pekerja anak tersebut mengandung risiko fisik dan psikologis yang dapat merugikan perkembangan mereka Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran stres pada pekerja anak perempuan dan perilaku coping para pekeija anak perempuan tersebut untuk mengatasi stres yang mereka hadapi. Oleh karena stres dan perilaku coping merupakan sesuatu yang bersifat individual, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pengambilan sampel kasus tipikal. Dengan demikian, kasus yang diambil adalah kasus yang dianggap mewakili kelompok normal dari fenomena yang diteliti. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan selama wawancara berlansung, data kontrol, alat perekam, dan alat tulis.
Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa keempat subyek dalam penelitian ini mengalami stres. Sedangkan reaksi yang timbul dan taraf yang dirasakan berbeda-beda Demikian pula perilaku caping yang ditampilkan.
Disarankan untuk meneliti kembali para pekerja anak dengan usia, latar belakang pekerjaan, dan jenis kelamin yang berbeda Sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih baik menganai stres dan perilaku coping mereka."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3203
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gumgum Gumilar Fajar Rakhman
"Bekerja memiliki pengaruh yang besar pada identitas dan persepsi diri serta
harga diri individu (Feldman,1989, Perlmutter dan HaI|_1985). Tidak adanya
pekerjaan yang dilakukan membuat seseorang kehilangan identitas din dan
aspek Iain dalam hidupnya akan terpengaruh secara negatif. Selain itu,
konsekuensi terpenting dari situasi menganggur adalah hilangnya harga diri.
Melihat pentingnya harga diri dalam proses mencari pekeijaan dan dampak
psikologis yang terjadi pada pengangguran terutama kemampuan protektif
yang rendah terhadap sires, peneliti ingin melihat gambaran harga diri dan
iuga hubungannya dengan kemampuan mengatasi keadaan yang menekan
(stres) dari kondisi dirinya yang menganggur.Besarnya dampak keadaan tidak
memiiiki pekerjaan atau menganggur membuat individu atau penganggur
akan berada dalam keadaan stres atau tertekan. Salah satu karakteristik
individu yang diasumsikan memiliki kaitan yang kuat dengan kondisi stres
adaiah pola pengendalian atau disebut locus of control (Parkes,1994).
Perbedaan penghayatan stres antara individu yang memiliki locus of control
internal dan individu yang memiliki locus of control ekstemal selanjutnya juga
mempengaruhi coping atau usaha untuk menghadapi sires. Folkman dan
Lazarus (1984) mereka memberikan batasan coping yang iebih luas meliputi
strategi kognitif dan tingkah Iaku mengatasi suatu situasi yang dapat
menimbulkan sires (probiem~focused coping) dan yang disertai emosi-emosi
negatif (emotion-focused coping) (Aldwin & Revenson,1987). Atwater (1983)
menyatakan bahwa semakin individu memaharni dan mendekatkan situasi
stres pada dasar-dasar pemecahan masalah maka semakin besar
kesempatannya untuk berhasii pada coping terhadap masalahnya. Dari
paparan di atas_ peneliti ingin melihat gambaran locus of control yang dimiliki
oleh pengangguran tamatan Sekolah Menengah Kejuruan dan hubungannya
dengan kemampuan coping yang dimiliki oleh pengangguran Tamatan
Sekoiah Menengah Kejuruan. Peneliti juga ingin melihat sumbangan harga
diri dan locus of control pada strategi coping pada pengangguran Sekoiah
Menengah Kejuruan Untuk menjawab hal tersebut, penulis menyebarkan 200 kuesioner yang
terdiri dari alat ukur harga diri dari Rosenberg, alat ukur Locus of Control dari
IPC Leverson dan Ways of Coping Scale dari Folkman dan Lazarus dengan
menggunakan skala yang memiliki beberapa alternatif pilihan. Dengan
menggunakan teknik korelasi diketahui bahwa terdapat hubungan signinkan
yang negatif antara harga diri dan locus of control dengan emotion focused
coping (r = -0,227 dan -0267). Hal ini berarti bahwa semakin tinggi harga diri
dan locus of control yang internal maka subyek semakin rendah
menggunakan strategi emotion focused coping. Sumbangan variabel harga
diri dan locus of control signiikan terhadap strategi coping."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T34231
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Dwi Ariyanti
"ABSTRAK
Masa perpindahan dari SD ke SMP umumnya berkaitan dengan perubahan pada
lingkungan sekolah, aktifitas akademis, dan aktifitas sosial, perubahan-perubahan
tersebut dihadapi oleh siswa remaja awal bersamaan dengan perubahan yang
berasal dari dalam dirinya karena masa pubertas. Bagi kebanyakan siswa remaja
awal kondisi tersebut bisa menjadi pemicu munculnya stress (stressor). Dalam
menghadapi stress setiap siswa memiliki perbedaan karena disebabkan oleh
kemampuan coping yang dimilikinya dan dukungan sosial yang diterimanya.
Penelitian dilakukan pada partisipan sebanyak 106 orang yang berasal dari SMP N
2 Depok, dan memiliki karakteristik anak laki-laki maupun anak perempuan yang
sedang menjalani semester pertama sekolah. Seluruh partisipan diukur mengenai
pengalaman stress menggunakan Perceived Stress Scale (Cohen, Kamarck, &
Mermelstein, 1983), pengalaman stressor menggunakan lembar checklist,
penggunaan strategi coping menggunakan Cope Scale (Carver, Scheier, &
Weintraub, 1989), dan dukungan sosial menggunakan Social Support
Questionnaire for Children (Gordondise, 2011). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa semua partisipan mengalami stress namun pada tingkat yang berbeda-beda,
situasi khawatir dengan hasil raport jelek merupakan salah satu situasi yang
banyak dialami siswa sekaligus dianggap sebagai stressor, strategi coping terpusat
emosi sering digunakan oleh paling banyak partisipan, dan dukungan sosial yang
sangat sesuai ialah dari orang tua baik dalam bentuk instrumental maupun
emotional. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu seluruh pihak
yang terlibat dalam tumbuh kembang siswa remaja awal untuk bisa lebih
memahami pengalaman stress, stressor, strategi coping, serta dukungan sosial
pada siswa remaja awal di SMP.

ABSTRACT
The transition from elementary school to junior high school is generally
associated with changes in the school environment, academic activities, and social
activities, the changes faced by students in conjunction with the change that
comes from within him or her because of the onset of puberty. For most students
these conditions could trigger the emergence of stress (stressors). In the face of
stress every student has a different because their own capability of coping and
social support their received. Participants totaled 106 people from SMP N 2
Depok, and has the characteristics of boys and girls who are undergoing the first
semester of school. All participants were measured on experience of stress using
the Perceived Stress Scale (Cohen, Kamarck, & Mermelstein, 1983), the
experience of stressor using a checklist sheet, the use of coping strategies using
the Cope Scale (Carver, Scheier, & Weintraub, 1989), and social support using
Social Support Questionnaire for Children (Gordondise, 2011). The results
showed that all participants experienced stress but on a different level, the
situation concerned with the results of bad report cards is one of the situations
experienced by most students at once regarded as a stressor, coping strategies
centered emotions often used by most participants, and social support particularly
appropriate is from parents in the form of instrumental and emotional. From the
results of this research can help all parties involved in the development of early
adolescent students to better understand the experience of stress, stressors, coping
strategies, and social support on early adolescent students in junior high school."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S54496
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Sari
"Respon inhibisi merupakan salah satu komponen dari fungsi eksekutif yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya respon inhibisi, individu mampu untuk mengendalikan tingkah laku yang kurang sesuai dengan situasi dan sebagai gantinya memunculkan tingkah laku yang lebih adaptif terhadap situasi tersebut. Stres sebagai hal yang sering ditemui setiap hari menjadi salah satu faktor yang memengaruhi respon inhibisi. Stres terjadi saat hubungan antara individu dengan lingkungannya tidak seimbang, dan individu menilai ketidakseimbangan tersebut membebani atau melebihi kapasitas dirinya sehingga mengganggu kesejahteraan psikologis individu. Penelitian-penelitian terdahulu masih menyatakan hasil yang tidak konsisten dan berbeda terkait pengukuran pengaruh stres terhadap respon inhibisi.
Pada penelitian eksperimental ini, peneliti ingin menguji seberapa jauh stres akut dapat memengaruhi respon inhibisi, efek strategi coping adaptif terhadap respon inhibisi, dan juga peran strategi coping adaptif sebagai moderator. Partisipan penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Indonesia yang berusia 18-25 tahun. Stop-Signal Task digunakan untuk mengukur respon inhibisi pada individu yang telah terpapar oleh stres akut menggunakan Computerized Paced Auditory Serial Addition Task PASAT-C n=38 dan yang tidak terpapar stres akut n=38. Tingkat coping adaptif sebagai moderator diukur menggunakan skala adaptif dari Brief COPE pada seluruh partisipan.
Analisis statistik menggunakan Analysis of Covariance ANCOVA dengan desain 2x2 factorial ANCOVA. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa 1 stres akut tidak memengaruhi respon inhibisi, 2 strategi coping adaptif tidak memengaruhi respon inhibisi, dan 3 strategi coping adaptif tidak memoderasi pengaruh stress akut terhadap respon inhibisi, setelah mengontrol perbedaan jenis kelamin dan tingkat stres kronik.

Response inhibition as a component of executive function plays a very important role in humans 39 everyday life. It allows people to inhibit inappropriate behaviors, and thus behave more adaptively in the environment. Past studies suggest that stress that is experienced daily can affect response inhibition, but have not reached a consensus about the direction of the effect. That is, while some studies suggest a facilitating effect of stress on response inhibition, other studies found the opposite.
This experimental study aimed to examine the effect of acute stress on response inhibition, as well as the possible moderating effect of adaptive coping on the effect of stress on response inhibition. Participants are university students aged 18 25 years old. A total of 76 participants were randomly assigned to either experiment n 38 or control group n 38. In order to induce acute stress in the experiment group, the Computerized Paced Auditory Serial Addition Task PASAT C was used. Stop Signal Task was used to measure response inhibition in both groups. Participants adaptive coping level was assessed using the adaptive scale of Brief COPE.
2x2 factorial ANCOVA design was used as statistic analysis. Results showed that neither acute stress nor adaptive coping affect response inhibition. It was also found that adaptive coping did not moderate the effect of acute stress on response inhibition even after controlling for sex and chronic stress level.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Prasetio
"Berkembangnya dunia Kepolisian dari waktu-kewaktu baik secara organisasi maupun personil dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam kehidupan masyarakat (Rianto, 1999). Apalagi ditambah dengan berpisahnya Polri dari ABRI, membuat tugas dan tanggung jawab Polri semakin berat. Sehingga Polri harus mampu menjadi ujung tombak dalam menegakkan hukum (Djamin, 2001).
Kepolisian merupakan suatu lembaga yang bertugas menjaga keamanan negara dan menegakkan hukum yang terdiri dari lima fungsi teknis kepolisisan, diantaranya adalah fungsi Sabhara (Samapta Bhayangkara), fungsi Lantas (Lalu Lintas), fungsi Bimmas (Bimbingan Masyarakat), fungsi Reserse dan fungsi Inteligen. Kelima fungsi ini tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu kesatuan yang sangat diperlukan untuk membangun polisi yang ideal. (Wangsa, 1994).
Yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah fungsi Sabhara, karena tugas Sabhara adalah melaksanakan fungsi kepolisian yang bersifat preventif atau pencegahan, menangkal segala bentuk pelanggaran dan tindak kriminalitas serta melaksanakan tindakan represif tahap pertama terhadap segala bentuk pelanggaran dan tindak kejahatan dan ketertiban masyarakat, melindungi keselamatan orang, benda dan masyarakat serta memberikan perlindungan dan pelayanan kepada masyarakat (Wangsa, 2003).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber stres fisiologis merupakan sumber stres yang paling menonjol dan paling potensial sebagai penyebab timbulnya stres pada anggota Sabhara Polda Metro Jaya dalam menangani aksi unjuk rasa di Jakarta. Sumber stres psikologis merupakan faktor yang mempunyai banyak peristiwa atau kejadian yang dapat menimbulkan stres, tetapi potensi untuk menyebabkan stres tidak saekuat sumber stres fisiologis. Namun demikian sumber stres psikologis tetap lebih potensial menimbulkan stres dibandingkan sumber stres dari keluarga, stresor lingkungan, dalam diri serta komunitas dan pekerjaan.
Menurut Carver (1989), sebagian besar stresor individu dapat menampilkan lebih dari satu strategi coping. Namun demikian, dalam keadaan tertentu salah satu strategi cenderung mendominasi, baik itu Problem-Focused Coping, Emotion-Fokused Coping, atau Maladaptive Coping. Keadaan ini juga berlaku pada anggota Sabhara Polda Metro Jaya dalam menengani aksi unjuk rasa di Jakarta. Anggota Sabhara yang bertugas di Polda Metro Jaya menggunakan ketiga strategi coping yang ada untuk mengatasi stres, namun Emotion-Focused Coping yang lebihbanyak digunakan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3399
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Kartina
"ABSTRAK
Stres mempunyai dampak yang berbeda pada setiap individu. Stres dapat
menjadi Eustres atau stres yang positifl dapat juga menjadi Distres atau sires yang
mengganggu kehidupan individu yang mcngalaminya. Pada lingkungan yang
mungkin menimbulkan Distres, yaitu teljadi pada jenis pekerjaan yang monoton,
menuntut kewaspadaan, serta yang memiliki disiplin dan resiko tinggi, membuat
beban petugas sangat berat . Seperti misalnya bertugas pada shM malam atau
apabila ada konflik antar WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan), adanya WBP
yang menderita sakit yang serius dan perilaku WBP yang tidak taat pada
peraturan.
Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa pctugas wanita mengalami
stres 57,7 % yang mengarah gcjala sakit kepala, mudah tersinggung, Iebih agresitl
schingga mempengaruhi pada kondisi kerja. Selain itu permasalahan yang ada di
Lapas (Lembaga Pemasyarakatan) yaitu kurang berjalarmya sistem rolling yang
menimbulkan kejenuhan bagi petugas wanita karena rata-rata bekerja di bagian
pngamanan lebih dari ll tahun. Disamping im juga kurang terbukanya pcluang
untuk penjenjangan karir dan tidak ada kriteria penilaian yang jelas untuk
meningkatkan karir. Maka penulis membuat program pelatihan penzmggulangan
stres kcrja dcngan strategi coping untuk mengurangi tingkat strcs pctugas wanita,
sehingga dapat menjaga ketertiban dan keamanan demi terciptanya kondisi Lapas
yang kondusif.
"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T34148
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tololiu, Tinneke A.
"ABSTRAK
Program latihan coping with stress merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan jiwa remaja berbasis komunitas yang dilaksanakan di sekolah. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran tentang pengaruh Program latihan coping with stress terhadap risiko bunuh diri pada remaja di SMP Kasih kota Depok. Desain penelitian adalah ?Quasi experimental pre-post test with control group?. Teknik Sampel adalah purposive sampling. Besar sampel untuk kelompok intervensi dan kelompok non intervensi masing-masing berjumlah 28 orang yang dibagi dengan teknik simple random sampling. Resiko bunuh diri pada remaja diukur dengan menggunakan Adolesence Depression Rating Scale (ADRS) kemudian dianalisis menggunakan statistik.
Hasil penelitian menunjukkan penurunan risiko bunuh diri lebih besar secara bermakna pada kelompok remaja yang dilatih dibandingkan dengan kelompok yang tidak dilatih (p-value<0,05). Program latihan coping with stress pada remaja, direkomendasikan untuk dilakukan pada tatanan pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat sebagai bentuk pelayanan kesehatan jiwa berbasis sekolah.

ABSTRACT
Coping with stress exercise program is one form of mental health services, community-based youth held at the school. The purpose of this study is to get a view of the influence of coping with stress exercise program against the risk of suicide among adolescents in junior high school love of Depok. Design research is a "Quasi-experimental pre-post test with control group." The sample is a cluster sampling technique with a sample size of 56 junior high school adolescent students. This program aims to train youth to have self-defense capability so that when the stress remains at a low level without destructive behavior. Risk of suicide in adolescents measured by using Adolesence Depression Rating Scale (ADRS) and then analyzed using statistics.
The results showed a reduced risk of suicide significantly in the group of teenagers who were trained compared with those who were not trained (p-value <0.05). Coping with stress exercise program in adolescents, it is recommended to be done in order for mental health services in the community as a form of school-based mental health services.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T28468
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>