Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 211346 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhamad Alfin Hanif
"PENDAHULUAN: Eksaserbasi PPOK berhubungan dengan mortalitas yang tinggi pada penyakit ini. Hiperinflasi statik berimplikasi klinik penting pada pasien PPOK. Rasio kapasitas inspirasi/kapasitas paru total sebagai parameter hiperinflasi paru adalah predictor kematian pada pasien PPOK. Skor CURB-65 juga terbukti efektif untuk memprediksi kematian pasien PPOK dalam 30 hari pasca eksaserbasi namun tidak untuk 1 tahun. Kombinasi skor CURB-65 dan KI/KPT diharapkan dapat memprediksi kematian pada PPOK lebih tepat.
METODE: Kita mengumpulkan 71 subjek PPOK eksaserbasi akut di IGD atau poli rawat jalan dan menghitung skor CURB-65. Setelah stabil, kita ukur rasio KI/KPT subjek. Skor dibagi 2 menurut risiko, yaitu risiko rendah, yaitu < 2 dan risiko tinggi yaitu ≥ 2. Setelah pengamatan satu tahun, dilakukan uji statistik antara skor kombinasi CURB-65+KI/KPT dengan mortalitas subjek dalam satu tahun. Penelitian ini juga mencoba menghubungkan skor gabungan CURB-65+KI/KPT dengan frekuensi eksaserbasi dalam satu tahun. Terakhir peneliti juga mencari factor predictor hiperinflasi paru.
HASIL: Seluruh subjek dalam penelitian ini masih hidup setelah diikuti selama satu tahun. Subjek yang mengalami eksaserbasi 2 kali atau lebih dalam satu tahun adalah 53.5%. Tidak terdapat hubungan antara CURB-65+KI/KPT dengan frekuensi eksaserbasi (p = 0.196). Indeks massa tubuh atau IMT (p = 0.010, R = 0.304), VEP1 (p = 0.042, R = -0.243), VEP1% prediksi (p = 0.024, R = -0.268), dan frekuensi napas (p = 0.013, R = 0.293) berhubungan dengan frekuensi eksaserbasi. Kita juga menemukan bahwa IMT (p = 0.035, RR = 3.05) dan VEP1% prediksi (p = 0.025, RR = 3.26) adalah factor prediktor hiperinflasi paru.
KESIMPULAN: Tidak terdapat mortalitas pasien PPOK dalam satu tahun pengamatan. Tidak terdapat hubungan antara CURB-65+KI/KPT dengan frekuensi eksaserbasi. Indeks massa tubuh (IMT), VEP1, VEP1% prediksi dan frekuensi napas berhubungan dengan frekuensi eksaserbasi dalam satu tahun. Indeks massa tubuh dan VEP1% prediksi adalah factor prediktor hiperinflasi paru pada pasien PPOK.

ARATIONALE: Acute exacerbation of COPD was associated with higher mortality of this disease. Static lung hyperinflation has important clinical consequences in patients with COPD. The power of lung hyperinflation as measured by the inspiratory capacity–to-total lung capacity ratio (IC/TLC) was an independent risk factor for mortality in cohort study of patient with COPD. The CURB-65 score was proved as effective tool in predicting early mortality in acute COPD exacerbations, but not in one year. We hypothesized combination score of CURB-65 and IC/TLC in prospective study can predict mortality of COPD precisely.
METHODS: We recruited 71 COPD patients suffering acute exacerbation. We divided the subjects into 2 groups according to the score of combination of CURB-65 and IC/TLC. First group was low risk group with score less than 2 (< 2) and the second was high risk group with score 2 and more (≥ 2). IC/TLC was measured when the COPD patient in stable condition after exacerbation. After one year of evaluation, the association between combination score of CURB65 plus IC/TLC and the mortality in 1 year was analyzed using Chi Square test. We also tried to find relationship between combination score CURB-65 plus IC/TLC with frequency of COPD exacerbation in 1 year. At last, another aim of this study was finding the factors predicting lung hyperinflation.
RESULTS: All the subject were alive in 1 year follow up. Subject who suffered acute exacerbation 2 times or more in 1 year were 53.5%. There was no relationship between CURB-65+IC/TLC (p = 0.196) with frequency of exacerbation. Body mass index or BMI (p = 0.010, R = 0.304), FEV1 (p = 0.042, R = -0.243), FEV1% prediction (p = 0.024, R = -0.268), and respiratory rate (p = 0.013, R = 0.293) were correlated with frequency of exacerbation. We also found that BMI (p = 0.035, RR = 3.05) and FEV1% prediction (p = 0.025, RR = 3.26) were the prediction factors for lung hyperinflation.
CONCLUSIONS: there is no mortality of COPD patient in one year. There is no relationship between CURB-65+IC/TLC with the frequency of exacerbation. Body mass index (BMI), FEV1, FEV1% prediction, and respiratory rate are correlated with frequency of exacerbation. Body mass index (BMI) and FEV1% prediction can predict the lung hyperinflation.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Sri Hastuti
"Pendahuluan : PPOK eksaserbasi akut dikaitkan dengan risiko kematian yang tinggi. Sebuah studi prospektif menemukan bahwa skor CURB-65 berhubungan dengan kematian pada PPOK eksaerbasi akut. Komorbiditas seperti penyakit kardiovaskular adalah penyebab utama kematian pada PPOK derajat sedang dan berat. Hipotesis kami modifikasi skor CURB-65 skor (CURB-65 ditambah komorbid kardiovaskular) dapat memprediksi risiko kematian pada PPOK eksaserbasi akut.
Metode : Kami melakukan analisis secara prospektif dalam 1 tahun untuk mortalitas dan faktor-faktor yang mempengaruhi potensi kematian pada pasien PPOK eksaserbasi akut antara Maret dan November 2012. Modifikasi skor CURB-65 dihitung dari penilaian awal saat pasien masuk ke IGD atau poli asma/PPOK di RSUP Persahabatan Jakarta. Skor terdiri dari satu poin untuk variabel confusion, urea> 7 mmol / L, frekuensi napas ≥ 30/min, tekanan darah sistolik <90 mmHg atau tekanan darah diastolik <60 mmHg, usia ≥ 65 tahun dan penyakit kardiovaskular (dinilai dengan EKG dan ekokardiografi). Setelah 12 bulan evaluasi, dilakukan analisis hubungan antara modifikasi skor CURB-65 dan risiko kematian menggunakan uji Chi Square, uji Fisher dan Kolmogorov Smirnov.
Hasil : Terdapat 76 subjek penelitian. Angka kematian selama 30 hari adalah 9,2% dan dalam satu tahun adalah 27,6%. Prevalensi penyakit kardiovaskular adalah 63,2%. Terdapat hubungan yang bermakna antara status merokok, frekuensi napas dan modifikasi skor CURB-65 dengan risiko mortalitas dalam 30 hari pasca eksaserbasi. Terdapat hubungan yang bermakna antara status merokok, IMT, lama PPOK, derajat PPOK, VEP1%, APE dan frekuensi napas dengan risiko mortalitas dalam 6 bulan. Terdapat hubungan yang bermakna antara status merokok, IMT, lama PPOK, derajat PPOK, VEP1%, APE dan frekuensi napas, komorbiditas kardiovaskuler dan modifikasi skor CURB-65 dengan risiko mortalitas dalam 12 bulan. Modifikasi skor CURB-65 ≥ 2 dapat digunakan sebagai titik potong untuk memprediksi mortalitas dalam 12 bulan pasca PPOK eksaserbasi akut.
Kesimpulan : Angka mortalitas dalam satu tahun pada PPOK pasca eksaserbasi cukup tinggi. Modifikasi skor CURB-65 dapat memprediksi mortalitas dalam dalam 1 tahun pada PPOK eksaserbasi. Skor ini mungkin berguna dalam memprediksi prognosis untuk pasien PPOK dan menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan pengobatan secara optimal.

Introduction : Acute exacerbation of COPD (AECOPD) is associated with a high risk of mortality. A prospective study found that CURB-65 score was associated with mortality in AECOPD. Comorbidity such as cardiovascular disease is major causes and, in mild-to-moderate COPD, are the leading causes of mortality. We hypothesized a risk-prediction model using modification of CURB-65 score (CURB-65 with cardiovascular disease) can predicted risk of death in AECOPD.
Methods: We investigated prospectively the 1-year mortality rate and potential determinants of mortality for all patients admitted to the hospital with an AECOPD between March and November 2011. The modification of CURB-65 Score were calculated from information obtained at initial hospital presentation. The modification of CURB-65 Score are one point each for Confusion, Urea > 7 mmol/L, Respiratory rate ≥30/min, Sistolic Blood pressure < 90 mmHg or diastolic blood pressure < 60 mmHg, age ≥ 65 years and present of cardiovascular disease (use echocardiography). After 12 months of evaluation, the relation between modification of CURB-65 score and risk of mortality will analyze using Chi Square test, Fisher?s test and Kolmogorov Smirnov.
Result: 76 patients have been collected. The mortality rate during 30 days was 9,2% and one-year mortality was 27,6%. The prevalence of cardiovascular disease was 63,2%. There was significant correlation between smoking status, respiratory rate and modification of CURB-65 score with 30 days risk of mortality. There was significant correlation between smoking status, BMI, duration of COPD, severity of COPD, FEV1%, PFR and respiratory rate with 6 months risk of mortality. There was significant correlation between smoking status, BMI, duration of COPD, severity of COPD, FEV1%, PFR and respiratory rate, cardiovascular comorbidity and modification of CURB-65 score with 12 months risk of mortality. Curb-65 Modifications score ≥ 2 can be used as a cut-off point for predicting mortality in 12 months in acute exacerbations of COPD.
Conclusion : 1-year mortality after AECOPD admission is high. The modification of CURB-65 score was effective in predicting mortality in our cohort of acute COPD exacerbations. This model may be useful in predicting prognosis for individuals and thus in guiding treatment decisions.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Ari Wijaya
"ABSTRAK
Pendahuluan
Faktor-faktor lingkungan seperti berbagai macam partikel dan gas dari emisi kendaraan seperti karbon dioksida, karbon monoksida, sulfur, benzen, nitrogen dioksida, nitrit oksid dan asap dipercaya memiliki peran yang bermakna dalam meningkatkan terjadinya penyakit pernapasan. Polisi lalu lintas yang bekerja di area lalu lintas yang padat selama beberapa tahun memiliki risiko terpajan polusi udara.
Tujuan
Studi ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faal paru dan faktor-faktor yang mempengaruhi pada polisi lalu lintas yang bekerja di wilayah Jakarta Utara.
Metode
Studi ini menggunakan metode potong lintang (cross-sectional study method). Polisi lalu lintas yang bekerja di wilayah jakarta Utara diwawancara menggunakan kuesioner yang berhubungan dengan kesehatan rerpirasi, gambaran klinis, pemeriksaan CO ekspirasi, foto toraks dan pemeriksaan faal paru dengan spirometri. Pengumpulan data dilakukan antara bulan Oktober 2012 hingga November 2012.
Hasil
Pada studi ini didapatkan dari 90 subjek kelompok umur paling banyak didapatkan pada usia 41-50 tahun (37.8%), memiliki status gizi over weight ( 55.6%) sebagian besar perokok ringan (47.8%). Kami menemukan kelainan faal paru berupa restriksi ringan 6.7%, restriksi sedang 1.1% dan obstruksi ringan 1.1 %. Variabel yang berpengaruh secara bermakna dengan faal paru adalah usia dan indeks massa tubuh (BMI) sedangkan kebiasaan merokok dan penggunaan masker secara statistik tidak ditemukan hubungan yang bermakna dengan faal paru.
Kesimpulan
Studi ini menunjukkan bahwa prevalens gangguan faal paru adalah 8.9% dan variabel yang berpengaruh adalah usia dan indeks massa tubuh.

ABSTRACT
Introduction:
Environmental factors such as various particles and gases from vehicular emission like carbon dioxide, carbon monoxide, sulphur, benzene, nitrogen dioxide, nitric oxide and black smoke are believed to play a significant role in the development of respiratory diseases. Traffic policemen who work in the busy traffic signal areas for years together are exposed to the risk of air traffic pollution.
Purposes:
This study was conducted profiles and factors influencing lung fuction of traffic pollution on traffic police working in North Jakarta Distric.
Method:
This study used cross-sectional study method. The traffic police working in North Jakarta Distric were given a predetermined respiratory health questionnaire, their clinical profile,CO expiration, chest x ray and lung functions were measured. We collected data within October 2012 until November 2012.
Result:
This study showed from 90 subject with predominant age group between 41-50 years old (37.8%), over weight (55.6%) and mild smoker (47.8%). We found that mild restriction 6.7%, moderate restriction 1.1% and mild obstruction 1.1% subject. There were statistically significant age (p=0.019) and BMI (p=0.012) but no statistically significant associated smoking (p=0.145) ,used masker (p=1.000) with lung function.
Conclusion:
Study found that the prevalence of decreased pulmonary function is 8.9% and only age and BMI were associated with lung function."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anugrah
"Latar belakang dan tujuan: Pengaruh dari pencemaran udara khususnya akibat kendaraan bermotor belum sepenuhnya dapat dibuktikan dan bersifat kumulatif. Tujuan penelitian umuk mengetahui kadar NO; dan SO; di lingkungan kerja SPBU dan mengetahui hubungan antara prevalens gangguan iimgsi pam dan gejala respirasi dengan faktor usia, indeks massa tubuh, masa kerja dan faktor kebiasaan merokok dan olahraga pada operator pompa bensin.
Metode penelitian: Penelitian ini dilakukan di beberapa SPBU. Desain penelitian potong lintang. Populasi adalah operator pompa bensin, dengan besar sampel 196 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, kuesioner, analisa lingkungan dan pemeriksaan spiromeni.
Hasil penelitian: Kadar NO; dan SO; di semua SPBU masih di bawah nilai ambang batas. Prevalens gangguan fimgsi pam restriksi 23,4% dan gejala respirasi 20,4%. Terdapat hubungan bermakna antara gangguan fungsi pam restriksi dengan usia Z 41 tahun (OR = 3,42). Terdapat hubungan bermakna antara gejala respirasi dengan perokok tingan (OR : 4,32) dan status gizi obes (0P¢5,87) serta status gizi lebih (OR: 3,78).
Kesimpulan dan saran: Gangguan fungsi paru restriksi berhubungan dengan usia dan keluhan respirasi berhubungan dengan kebiasaan merokok dan status gizi obes dan lebih. Saran yang diajukan agar pemeriksaan bcrkala spirometri dan foto toraks perlu dilakukan untuk mendeteksi gangguan fimgsi pam lebih dini sehingga terhindar dari penyakit paru yang lebih berat.

Background and objectives : The influence of pollution, especially due to vehicle has not been fully proven and cumulative. The purpose of this study was to determine levels of NO2 and S02 at gas stations and knows the relationship between the prevalence of lung function disorders and respiratory symptoms by factor of age, body mass index, periods of working smoking habits and exercise.
Methods : This research was conducted at the gas stations using cross sectional design. Population are gasoline operator, 196 respondents. Data was collected by interviews, questionnaires, environmental analysis, spirometry.
Results : Levels of NO2 and S02 at all gas stations were below the threshold limit value. Prevalence of restriction lung disorder were 23 ,4% and prevalence of respiratory symptoms were 20,4%. There was association between restriction with age >41 years (OR = 3.42) and there were association between respiratory symptoms with light smokers (OR: 4.32), obese (OR;5,87) and also overweight (OR: 3,78).
Conclusions : Lung iimction disorder was associated with the age and respiratory symptoms were associated with smoking and body mass index (obese and overweight). Suggestions were proposed for periodic inspection spirometry and chest X-ray needs to be done to detect early lung disorder to avoid the worse lung disorder.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T32304
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Judhi Saraswati
"Asap rokok merupakan salah satu polutan dalam ruangan yang mengandung 4.000 jenis bahan kimia yang dapat membahayakan kesehatan tubuh. Asap rokok tidak hanya berbahaya bagi kesehatan orang yang merokok tetapi juga bagi orang- orang di sekitarya. Anak-anak merupakan kelompok yang berisiko. Dampak yang ditimbulkan dari asap rokok temebut salah satunya adalah gangguan saluran pcrnafasan, yaitu ISPA dan gangguan fungsi paru.
Prevalensi orang merokok dari tahun ke tahun meningkat yang berarti prevalensi perokok pasifjuga meningkat. Berdasarkan survei yang dilakukan Badan Litbangkes tahun 2002, anak-anak umur 0-14 tahun merupakan kclompok berisiko yang paling banyak. Berdasarkan data dari Puskesmas Kelurahan Grogol mcnujukkan bahwa ISPA menempati urutan pertama dibandingkan penyakit Iainnya dan data tcntang gangguan fungsi paru belum tersedia di Kelurahan Grogol.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai hubungan antara pajanan asap rokok di rumah dengan kejadian ISPA dan gangguan fungsi paru sehingga menjadi informasi yang bermanfaat untuk memutuskan strategi mcngatasi dampak asap rokok terhadap kesehatan. Penelitian ini bcrsifat deskriptif analilik dengan pendekatan Cross Sectional, yang dilakukan terhadap anak SD kelas IV dan V di Kelurahan Grogol denganjumlah sampcl 174 responcien. Respondcn merupakan siswa yang sehat pada saat dilakukan pcngukuran fimgsi paru dan tidak mengalami penyakit TB paru, asma dan bronkhitis.
Variabel independen yang diteliti adalah pajanan asap rokok jumlah perokok, jumlah konsumsi rokok per hari dan waklu merokok) karakteristik reponden (jcnis kelamin dan status gizi), lingkungan rumah (kepadatan rumah, ventilasi, jenis lantai, jenis dinding dan kelembaban rumah) dan aktifitas rumah (bahan bakar memasak dan penggunaan anti nyamuk) sedangkan variabel dependen adalah [SPA dan gangguan fungsi paru. Pengukuran gangguan fungsi paru responden dilakukan dengan menggunakan spirometri. Sedangkan pengambilan data variabel independen pajanan asap rokok, karakteristik responden, Iingkungan rumah dan aktifitas rumah dengan kuisioner yang diisi oleh orangtua rcspondcn. Kunjungan ke rumah responden dilakukan untuk pengukuran data kelembaban dan ventilasi rumah Serta konfirmasi jawaban kuisioner melalui wawancara kepada orang tua responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi ISPA 67,8% sedangkan prevalensi gangguan fungsi paru anak SD di Kelurahan Grogol sebesar 20,7% dengan prevalcnsi restriksi 5,2% dan prevalensi obstruksi l4,9% Serta restriksi dan obstruksi sebmar 0,57%. Jumlah perokok dan penggunaan bahan hakar memasak terbukti bermakna lerhadap ISPA dan variabcl yang dominan mempcngaruhi ISPA adalah penggunaan bahan bakar memasak dcngan OR 2,735. Sedangkan variabel jenis kelamin terbukti bermakna terhadap gangguan fungsi paru dengan OR 2,|67. Perlu penelitian lebih Ianjut dengan jumlah sampel yang Iebih banyak dengan mengikuti perjalanan pajanan asap rokok dan variabel lainnya terhadap reponden (studi kohort) sehingga dapat diketahui pengaruh dari pajanan asap rokok dengan kejadian ISPA dan gangguan fungsi paru."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T32068
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi
"Praktik keperawatan residensi peminatan sistem respirasi yang dilakukan di Rumah Sakit Persahabatan diharapkan dapat meningkatkan pelayanan keperawatan pada pasien dengan masalah gangguan pernapasan. Selama menjalani proses residensi, residen berperan sebagai clinical nurse specialist yang bertugas sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung kepada pasien, konsultan keperawatan bagi staf keperawatan dan edukator bagi pasien, serta peneliti dalam meningkatkan mutu atau kualitas asuhan keperawatan melalui penerapan Evidence Based Nursing (EBN). Dalam memberikan asuhan keperawatan langsung kepada pasien, residen menerapkan teori keperawatan Calista Roy pada kasus kelolaan utama dengan diagnosa medis kanker paru T4N2M1b dan 30 kasus resume dengan masalah gangguan pernapasan. Pada kasus resume ini didapatkan diagnosa medis terbanyak adalah kanker paru, diagnosa keperawatan terbanyak pola napas tidak efektif dan bersihan jalan napas tidak efektif, dan intervensi keperawatan yang paling banyak adalah manajemen airway. Penerapan model adaptasi Roy menunjukkan peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dalam membantu individu, baik dalam kondisi sakit maupun pada proses penyembuhan dan peningkatan pemeliharaan kesehatan di setiap mode fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependen. Selama melakukan asuhan keperawatan, masalah keperawatan yang banyak muncul yaitu pada mode fisiologis berupa masalah gangguan oksigenasi. Hasil analisis praktik residensi keperawatan didapatkan bahwa asuhan keperawatan menggunakan pendekatan model adaptasi Roy bertujuan untuk membantu individu sedini mungkin beradaptasi terhadap stimulus baik stimulus internal maupun stimulus eksternal. Pada penerapan EBN residen melakukan penerapan progressive relaxation exercise untuk mengurangi gejala efek samping kemoterapi pada pasien kanker paru yang menjalani kemoterapi. Hasil penerapan EBN menunjukkan bahwa progressive relaxation exerciseberkontribusi dalam menurunkan gejala efek samping kemoterapi. Selain itu, residen bersama kelompok melakukan inovasi tentang perawatan pasien yang terpasang WSD yang mencakup pada skrinning awal, perawatan sebelum terpasang WSD, perawatan selama terpasang WSD, perawatan saat dan setelah pencabutan WSD. Tujuan dari inovasi ini untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan perawat dalam perawatan pasien yang terpasang WSD dan hasil akhirnya berupa booklet perawatan pasien yang terpasang WSD sebagai panduan dalam memberikan perawatan kepada pasien yang terpasang WSD.

Residency nursing practice specializing in the respiratory system carried out at Persahabatan Hospital is expected can improve nursing care for patients with respiratory problems. During the residency process, residents act as clinical nurse specialists who provide direct nursing care to patients, nursing consultants for nursing staff and educators for patients, as well as researchers in improving the quality of nursing care through the application of Evidence Based Nursing (EBN). In providing direct nursing care to patients, residents apply Roy's adaptation model nursing theory to primary management cases with a medical diagnosis of T4N2M1b lung cancer and 30 resume cases with respiratory problems. In this resume case, the most common medical diagnosis was lung cancer, the most common nursing diagnosis was ineffective breathing patterns and airway clearance is ineffective, and the most common nursing intervention was airway management. The application of Roy's adaptation model shows the role of nurses as providers of nursing care in helping individuals, both in sick conditions and in the healing process and improving health maintenance in every physiological, self-concept, role and interdependent mode. During nursing care, nursing problems that often arise are in the physiological mode in the form of problems with oxygenation disorders. The results of the analysis of nursing residency practice showed that nursing care using the Roy adaptation model approach aims to help individuals adapt as early as possible to stimuli, both internal and external stimuli. In implementing EBN, residents apply progressive relaxation exercise to reduce the symptoms of side effects of chemotherapy in lung cancer patients undergoing chemotherapy. The results of applying EBN show that progressive relaxation exercise contributes to reducing the symptoms of chemotherapy side effects. Apart from that, the resident and the group innovated regarding the care of patients who had a WSD installed, which included initial screening, care before the WSD was installed, care while the WSD was installed, care during and after the WSD was removed. The aim of this innovation is to increase nurses' abilities and knowledge in caring for patients who have WSD installed and the final result is a patient care booklet with WSD installed as a guide in providing care to patients who inserted WSD."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Erlang Samoedro
"Latar belakang penelitian : Prevalens penyalahgunaan obat semakin tinggi di Indonesia dan menimbulkan pengaruh pada bidang kesehatan. Konsumsi zat dan obat ? obatan terlarang memiliki pengaruh pada kesehatan paru. Pemeriksaan fungsi paru pada pecandu menunjukkan hasil yang tidak jelas.
Metode penelitian : Studi deskriptif analitik yang melibatkan 144 subyek yang memenuhi kriteria inklusi. Foto toraks dilakukan untuk mengetahui status Tuberculosis paru dan dieksklusi bila terdapat gambaran TB paru. Subyek dilakukan pemeriksaan spirometri dan kuesioner.
Hasil penelitian : Seratus empat puluh empat subyek ikut dalam penelitian. Seratus dua puluh satu subyek adalah laki - laki, 128 subyek mempunyai hasil spirometri normal. Gambaran spirometri restriksi 3 orang dan obstruksi 1 orang. Terdapat korelasi antara penurunan VEP1/KVP dengan usia p=0,000 r=-0,454 (korelasi sedang), lama menghisap kanabis p=0,01 r=-0,345 (korelasi lemah), lama menghisap metamphetamin p=0,004 r=-0,25 (korelasi lemah), lama menggunakan heroin injeksi p=0,025 r= - 0,337 (korelasi lemah), lama merokok p=0,000 r=-365 (korelasi lemah) dan konsumsi rokok perhari p=0,04 r=-0,238 (korelasi lemah). Terdapat hubungan bermakna antara pengguna heroin injeksi dengan HIV OR 27,4 p=0,037 CI 95% 3,27-229,6.
Kesimpulan : Terdapat korelasi antara penurunan VEP1/KVP dengan usia, lama menghisap kanabis, lama menghisap metamphetamin, lama menggunakan heroin injeksi, lama merokok dan jumlah konsumsi rokok perhari. Pengguna heroin injeksi memiliki risiko HIV 27,4 kali.

Background: The increasing drug user prevalence in Indonesia affecting health sectors. The lungs health were affected by the use of illicit drug. Lung function test amongs drug users still unclear.
Methods: This descriptive analitic study involves 144 drug users whom met the inclusion criteria. Thorax foto was performed to find out the subject with Tuberculosis and exclude from the study. Subjects are then performed spirometry test and interviewed using questionaire.
Results: One hundred forty four subjects were included in this study. One hundred twenty one (84,03%) were male, 128 subjects were normal spirometry. Restriction were found in 14 subject and obstruction were found in 1 subject. There were corelation between VEP1/FVC with age p=0,000 r=-0,454 (moderate corelation), time using canabis p=0,01 r= -0,345 (weak corelation), time using metamphetamin inhalation p=0,004 r=-0,25(weak corelation), time using heroin injection p=0,025 r= - 0,337 (weak corelation), time using cigarette p=0,000 r=-0,365 (weak correlation), amount cigarette consume/day p=0,04 r=-0,238(weak correlation). There were relation between HIV and the heroin injection OR 27,4 p=0,037 CI 95% 3,27-229,6.
Conclusion: There were weak correlation between reduce FEV1/FVC with time of smoking, the amount of cigarette consume perday, time of canabis inhalation, time of metaphetamin inhalation, time of heroin injection . The heroin injection had 27,4 times higher risk for HIV."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martiem Mawi
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Ruang di sistem pernafasan yang tidak ikut dalam pertukaran gas disebut ruang rugi. Ruang rugi fisiologik terdiri dari ruang rugi anatomik dan ruang rugi alveolar. Pengukuran ruang rugi fisiologik mempunyai arti penting di klinik antara lain, rasioruang rugi fisiologik (V0) dan volume alun nafas (VT) merupakan indikator sensitif untuk gangguan perfusi paru, misalnya emboli paru.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai V pada orang normal dan penderita penyakit paru obstruksi menahun (PPOM), serta faktor yang mempengaruhinya. Penelitian dilakukan pada 30 pria sehat berumur 40 tahun ke atas dan 30 pria penderita PPOM dengan umur yang sama. Penderita PPOM terdiri dari kelompok bronkitis kronik dan asma kronik, serta kelompok bronkitis-emfisema dan emfisema. Dilakukan pengukuran volume alun nafas, tekanan CO2 darah arteri (P C02) dan tekanan CO2 rata-rata udara ekspirasi (PECO2). Pengukuran PEC02 dilakukan dengan cara baru, yaitu berdasarkan analisis kapnogram. Nilai VD diperoleh berdasarkan persamaan Bohr dari ketiga parameter di atas dikurangi dengan besarnya ruang rugi alat.
Hasil dan Kesimpulan: Nilai VD kelompok PPOM adalah 361,6 ± 91,6 ml (X ± SD), dan pada kelompok kontrol 201,03 ± 26,83 ml. Pada kelompok bronkitis kronik dan asma kronik, VD 381 ± 21,24 ml, tidak berbeda dari kelompok bronkitis-emfisema dan emfisema yaitu 344,43 ± 26,43 ml. Tidak ada hubungan antara VD dengan lama sakit maupun dengan FEV1 pada kelompok PPOM. Demikian pula antara kelompok bronkitis kronik dan asma kronik dengan kelompok bronkitis-emfisema dan emfisema. Penyakit paru obstruksi menahun menyebabkan peningkatan ruang rugi fisiologik. Pengukuran PECO2 dengan analisis kapnogram lebih praktis, hanya menggunakan satu macam alat, waktu pemeriksaan lebih singkat, dan hasil yang diperoleh ekivalen dengan cara konvensional. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 1990
T58403
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Theresia Sri Rezeki
"Masalah kesehatan respirasi merupakan masalah kesehatan yang penting karena prevalensinya cukup tinggi di Indonesia. Menurut WHO, beberapa masalah kesehatan respirasi yang prevalensinya cukup tinggi di Indonesia adalah pneumonia, tuberkulosis, asma dan PPOK. Dalam penelitian ini, masalah kesehatan respirasi dikaitkan dengan kepuasan terhadap pelayanan kesehatan.
Penelitian menggunakan desain cross sectional dan diadakan di Kelurahan Petamburan. Pengambilan data dilakukan sejak 21 Januari 2012 ? 26 Januari 2012 dengan melibatkan 109 responden yang dipilih dengan metode consecutive sampling. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara menggunakan kuesioner yang telah divalidasi sebelumnya.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi masalah kesehatan respirasi di lingkungan kumuh adalah 5,06%. Kepuasan terhadap pelayanan kesehatan tidak berhubungan dengan masalah kesehatan respirasi baik untuk kepuasan terhadap hubungan dokter-pasien (p=0,451), fasilitas pelayanan kesehatan (p=0,237) maupun sistem administrasi (p=0,219).

Respiratory disease is an important health problem due to its high prevalence in Indonesia. According to WHO, several respiratory diseases of which prevalence are high in Indonesia are pneumonia, tuberculosis, asthma, and COPD. The goal of this research is to find out the association between respiratory disease and the satisfaction toward health-service.
This research uses the cross sectional design. It was held in Petamburan from January 21st - January 26th in 2012 by involving 109 respondents, chosen by consecutive sampling method. The data was collected by interviewing all respondents with a quesioner that has been validated.
The result shows the prevalence of respiratory diseases in rural area is 5,06%. There's no association between satisfaction toward health-service and the existence of respiratory disease in rural area either satisfaction toward the relationship between doctor-patient (p=0,451), toward health-care facilities (p=0,237), or administration system (p=0,219).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Kurnia Sanie
"[ABSTRAK
Latar Belakang: Prevalens gangguan pernapasan dan fungsi paru meningkat pada pekerja pengumpul sampah. Belum terdapat data mengenai gangguan respirasi dan fungsi paru pada pemulung, khususnya di daerah Bantar Gebang, Bekasi.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Dilakukan pada pemulung yang bekerja dan tinggal di kelurahan Ciketing Udik, TPA Bantar Gebang, Bekasi pada bulan Januari - Maret 2014 dengan pengisian kuesioner, pemeriksaan spirometri, foto toraks dan CO udara ekshalasi.
Hasil: Jumlah sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi 108 subjek. Gangguan respirasi sebanyak 92 subjek (85,2%). Gangguan respirasi yang dikeluhkan meliputi batuk kronik 73 subjek, sesak napas 65 subjek, berdahak 57 dan mengi 19 subjek. Gangguan fungsi paru sebanyak 18 (16,7%) subjek berupa obstruksi ringan 3 (2,8%) subjek, restriksi ringan 11 (10,2%) subjek dan campuran 4 (2,8%) subjek. Kelainan foto toraks ditemukan 16 subjek (14,8%). Kadar CO udara ekspirasi berada pada 5-10 ppm sebanyak 46 (42.6%) subjek.
Kesimpulan: Terdapat gangguan respirasi dan fungsi paru pada pemulung di Bantar Gebang, Bekasi.

ABSTRACT
Background: The prevalence of respiratory disorders and lung function increases in waste collection workers. There has been no data on respiratory disorders and lung function in scavengers, especially in Bantar Gebang, Bekasi.
Methods: This study used a cross-sectional design to the scavengers who work and live in Ciketing Udik, Bantargebang, Bekasi. Conducted in January-March 2014, doing interview with questionnaires, spirometry examination, chest X-ray and CO exhalation.
Results: The number of samples that suitable with the inclusion criteria are 108 subjects. Respiratory disorders are 92 subjects (85.2%). The respiratory disorders consist of 73 subjects with chronic cough, 65 subjects due to shortness of breath, 57 with phlegm and 19 subjects wheezing. Lung function impairment consist of 18 (16.7%) subjects in the form of mild obstruction 3 (2.8%) subjects, mild restriction 11 (10.2%) subjects and mixed 4 (2.8%) subjects. Chest radiographic abnormalities found in 16 subjects (14.8%). Expiratory CO levels at 5-10 ppm are 46 (42.6%) subjects.
Conclusion: There is respiratory disorders and lung function impairments of the scavengers in Bantar Gebang, Bekasi.;Background: The prevalence of respiratory disorders and lung function increases in waste collection workers. There has been no data on respiratory disorders and lung function in scavengers, especially in Bantar Gebang, Bekasi.
Methods: This study used a cross-sectional design to the scavengers who work and live in Ciketing Udik, Bantargebang, Bekasi. Conducted in January-March 2014, doing interview with questionnaires, spirometry examination, chest X-ray and CO exhalation.
Results: The number of samples that suitable with the inclusion criteria are 108 subjects. Respiratory disorders are 92 subjects (85.2%). The respiratory disorders consist of 73 subjects with chronic cough, 65 subjects due to shortness of breath, 57 with phlegm and 19 subjects wheezing. Lung function impairment consist of 18 (16.7%) subjects in the form of mild obstruction 3 (2.8%) subjects, mild restriction 11 (10.2%) subjects and mixed 4 (2.8%) subjects. Chest radiographic abnormalities found in 16 subjects (14.8%). Expiratory CO levels at 5-10 ppm are 46 (42.6%) subjects.
Conclusion: There is respiratory disorders and lung function impairments of the scavengers in Bantar Gebang, Bekasi., Background: The prevalence of respiratory disorders and lung function increases in waste collection workers. There has been no data on respiratory disorders and lung function in scavengers, especially in Bantar Gebang, Bekasi.
Methods: This study used a cross-sectional design to the scavengers who work and live in Ciketing Udik, Bantargebang, Bekasi. Conducted in January-March 2014, doing interview with questionnaires, spirometry examination, chest X-ray and CO exhalation.
Results: The number of samples that suitable with the inclusion criteria are 108 subjects. Respiratory disorders are 92 subjects (85.2%). The respiratory disorders consist of 73 subjects with chronic cough, 65 subjects due to shortness of breath, 57 with phlegm and 19 subjects wheezing. Lung function impairment consist of 18 (16.7%) subjects in the form of mild obstruction 3 (2.8%) subjects, mild restriction 11 (10.2%) subjects and mixed 4 (2.8%) subjects. Chest radiographic abnormalities found in 16 subjects (14.8%). Expiratory CO levels at 5-10 ppm are 46 (42.6%) subjects.
Conclusion: There is respiratory disorders and lung function impairments of the scavengers in Bantar Gebang, Bekasi.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>