Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53703 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vani Natasha
"Kebocoran mikro resin komposit proksimal seringkali terjadi pada dinding gingiva. Tujuan studi ini mengevaluasi efek komposit flowable sebagai lapisan antara untuk mengurangi kebocoran mikro pada dinding ginigva. Metode: 30 gigi premolar RA dipreparasi berbentuk boks, restorasi dilakukan pada kelompok 1 dengan resin komposit packable saja (kontrol). Kelompok 2 dengan RK flowable sebagai lapisan antara, setebal 1 mm dan komposit packable di atasnya. Kelompok 3, seperti kelompok 2 namun RK flowable sebagai lapisan antara setebal 2 mm. Setelah dilakukan siklus termal, kebocoran mikro diukur dari penetrasi zat warna metilen biru 1%. Analisis statistik dengan uji Kolmogorov-smirnov. Hasil: Kebocoran mikro pada kelompok 1 berbeda bermakna dengan kelompok 2 dan 3. Namun tidak terdapat perbedaan bermakna pada kelompok 2 dan 3 (p<0.05). Kesimpulan : Tingkat kebocoran mikro dinding gingiva paling sedikit pada restorasi RK proksimal dengan aplikasi RK flowable pengganti dentin setebal 1 mm namun, ketebalannya tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat kebocoran mikro secara statistik.

Microleakage of composite restoration in proximal often occurs on gingival wall. The purpose of this study is to evaluate the influence of flowable composite as intermediate layer to reduce microleakage on gingival wall. Materials and Method: Thirty whole-extracted upper premolars were devided into 3 groups. Within a box-like cavities, the first group is restored with packable composite only. Group 2 were restored with flowable composite with 1 mm thickness then restored with incrementally packable composite. Group 3 were restored like group two with flowable composite thickness were 2mm. After thermocycling, the penetration of 1% methylene blue was investigated along the gingival wall. The data were analyzed with Kolmogorov-smirnov test. Results: There were significant difference between group 1 with group 2 and 3. No significant difference found between Group 2 and Group 3. Conclusion: Flowable composite as intermediate layer has influence in reducing the microleakage of gingival wall on proximal composite restoration. Nonetheless the thickness of flowable composite has no influence."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talia Andam Sadikin
"Latar Belakang: Restorasi resin komposit masih memiliki kekurangan, yaitu terjadinya kebocoran mikro akibat kontraksi saat polimerisasi sehingga dapat menyebabkan kegagalan restorasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan tingkat kebocoran mikro dinding restorasi kelas I antara RK packable (RP) dan RK flowable dengan kandungan filer tinggi (RF).
Metode: Kavitas kelas I dipreparasi pada tiga puluh dua gigi premolar kemudian dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama ditumpat dengan RP, kelompok kedua dengan RF, keduanya ditumpat secara inkremental. Selanjutnya spesimen dilakukan uji thermocycling dan diikuti perendaman dalam biru metilen 1% selama 24 jam. Gigi kemudian dibelah bukolingual dan diamati menggunakan mikroskop stereo pembesaran 14x dan dinilai dalam skala ordinal (0-4). Analisis statistik dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara Kelompok RP dan RF (p=0,699).
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kebocoran mikro menggunakan RP maupun RF yang ditumpat secara inkremental. Namun secara substansi, RF menunjukkan kebocoran mikro lebih sedikit dibandingkan dengan RP.

Background: Composite resins undergo contraction during polymerization which may result in microleakage and leads to restoration failure. The purpose of this study is to analyze the microleakage of Class I restorations that were filled with packable composite (RP) and high filler flowable composite (RF) incrementally.
Methods: Standardized Class-I cavities were prepared on 32 extracted human premolars and randomly assigned into two groups. The first group were filled with RP and the second group were filled with RF. The specimens were subjected to thermocycling, followed by immersion in 1% methylene blue dye for 24 hours. The teeth were sectioned bucco-ligually and evaluated for microleakage under 14x magnification stereomicroscope and scored in ordinal scale (0-4). Statistical analysis was performed with the Kolmogorov-Smirnov test.
Results: There was no significant difference between group RP and RF (p=0.699).
Conclusion: There is no significance difference between microleakage by RP and RF. But substantially, RF provided less microleakage than RP.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Mariani
"Latar Belakang: Kebocoran mikro tepi restorasi resin komposit dapat menyebabkan terjadinya perubahan warna dan karies sekunder. Salah satu upaya menguranginya adalah teknik rebonding pasca finishing dan polishing.
Tujuan: Menganalisis kebocoran mikro tepi restorasi resin komposit setelah dilakukan teknik rebonding menggunakan surface sealant dan bonding agent.
Metode: 60 gigi premolar dipreparasi pada bagian bukal dengan diameter kavitas 3mm dan kedalaman 2mm. Sampel penelitian dibagi menjadi dua kelompok secara acak untuk dilakukan rebonding. Kelompok 1 dilakukan rebonding menggunakan surface sealant dan kelompok 2 menggunakan bonding agent. Pengukuran penetrasi zat warna biru metilen 1% dilakukan setelah thermocycling.
Hasil: Terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) antara jenis bahan rebonding dengan skala kebocoran, dimana kebocoran mikro tepi restorasi paling sedikit terdapat pada kelompok 1 dibandingkan kelompok 2.
Kesimpulan: Prosedur rebonding dengan aplikasi surface sealant dapat menutup kebocoran mikro pada tepi restorasi resin komposit pasca finishing dan polishing lebih baik dibandingkan aplikasi bonding agent.

Background: Microleakage at the marginal area of composite resin restoration can lead to discoloration and secondary caries. Performing rebonding after finishing and polishing can reduce microleakage of composite resin restoration.
Aim: The aim of this study was to analyse the microleakage of composite resin restoration after rebonding with surface sealant and bonding agent.
Methods: Cavity preparation was performed on the buccal side of sixty human premolar teeth with 3mm diameter and 2mm depth. Samples were randomly divided into two groups for rebonding with different materials. Samples in group 1 were rebonded with surface sealant, while samples in group 2 using bonding agent. The microleakage was measured using 1% methylene blue after thermocycling procedure.
Results: Group 1shows less microleakage than group 2, statistic analysis show significant difference between the two groups ( p<0.05).
Conclusion: Rebonding procedure with surface sealant can reduce marginal microleakage in composite resin restoration better than bonding agent.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Kusumawardani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh durasi penyinaran dengan LED terhadap kebocoran tepi mikro restorasi resin komposit bulk-fill. Tiga puluh gigi premolar dipreparasi pada permukaan oklusal dengan panjang 4 mm, lebar 3 mm, dan kedalaman 4 mm yang disesuaikan dengan anatomi masing-masing gigi. Spesimen dibagi menjadi tiga kelompok secara acak berdasarkan durasi penyinaran 10 detik, 20 detik, dan 30 detik. Pengukuran kebocoran tepi mikro dilakukan menggunakan metode penetrasi zat warna, larutan methylene blue 1. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji statistik Kruskal-Wallis. Hasil analisis tidak menunjukan perbedaan bermakna p>0,05 pada semua kelompok. Durasi penyinaran tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kebocoran tepi mikro restorasi resin komposit bulk-fill.

This aims to evaluate the influence of different exposure time on its microleakage. Cavity preparation was perfomed on the occlusal side of thirty human premolar teeth with 4 mm length, 3 mm width, and 4 mm depth. Specimen were randomly divide into three groups according to exposure times 10s, 20s, and 30s. The microleakage was measured using 1 methylene blue. Data were statistically analyzed by Kruskal Wallis. The result showed insignificant differences in all groups p 0,05. Exposure times was not significantly affected the microleakage of bulk fill composite resin restoration. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewa Ayu Nyoman Putri Artiningsih
"This research was carried out to study the difference in the antibacterial capacity of two kinds of filling materials, namely amalgam and composite resin, on S. mutans KPSK2 bacteria with different times of treatment. In total, 48 amalgam and composite resin samples each were prepared and then divided into four groups of treatment. Of each group, 6 samples were used to count the number of bacterial colonies and 6 samples to count the right obstacle zone. The results show that the best antibacterial capacity of composite resin occured within one week, while for amalgam the best performance appears within one day. The antibacterial capacity of flourine containing composites is stronger than that of amalgam for a time of 1 to 2 weeks."
Jakarta: Journal of Dentistry Indonesia, 2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lumban Gaol, Refelina Evelina Margaretha
"Latar Belakang: CBCT dapat mengukur ketebalan tulang mandibula dan ketebalan nervus alveolaris inferior yang dekat dengan kanalis mandibularis pada gigi M1 M2 M3 sehingga mampu mencegah kerusakan pada nervus alveolaris inferior.
Tujuan: Memperkirakan ukuran ketebalan tulang mandibula dari apical gigi M1 M2 M3 tepat dekat kanalis mandibularis dengan CBCT sehingga dapat menentukan ketepatan dalam mendiagnosis, serta mencegah kerusakan pada nervus alveolaris inferior, mendapat kanposisi yang tepat dari M3 impaksi dan memberikan informasi yang detail mengenai anatomis struktur jaringan sekitarnya dengan kanalis mandibularis, adanya gambaran koronal, apikal, sagital dapat mengukur ketebalan tulang terutama daerah bukal dari nervus alveolaris inferior.
Material dan metode: penelitian dilakukan di RSGM Ladokgi TNIAL R.E Martadinata antara September - November2014 dengan merekap data dari kartu status pasien rontgen foto CBCT. Usia pasien 14-60 tahun jumlah pasien 32 org laki-laki 14 perempuan 18 kriteria inklusinya berupa gambar CBCT kualitas dan densitas, kontrasnya baik. Adanya gigi M1M2M3 dekat dengan canalis mandibularis. Data penelitian ini menggunakan t-test analysis.
Hasil: Adanya perbedaan significant antara ketebalan tulang laki-laki lebih tebal dari perempuan (p<0,5) dari hasil t test.
Kesimpulan: Bahwa ketebalan tulang lakilaki lebih tebal dari perempuan.

Aim: To measure side bone thickness of the mandible from apical teeth M1 M2 M3 right of canalis mandible by using CBCT. The accuracy diagnosis can be achieved long with preventing nervus demage. To give right information of M3 based on anatomical structure of surrounding tissue around canalis mandible. To the give the coronal, apical as well as features sagital future. Thus the bone thickness can be calculated correctly.
Material and methods: the study was perfomed at RSGM Ladokgi TNI AL RE Mardinata during periode January with age patient 14-60 years old. Total patient 32 male14 female 18 CBCT feature. The inclusive patient are quality, contrast, and density of CBCT picture, M1 M2 M3 tooth near canalis mandible. The calculation was using t-test analysis.
Result: there is a significant differencess between the bone thickness accuracy male and female (p<0,05). The bone thickness on male was thicker than female.
Conclusion: from the result we conclude thet the bone thickness of male thicker the female.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Chairul Maulidi
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pada hasil pengisian saluran akar di 1/3 apeks, akibat pengambilan sebagian gutaperca untuk ruang pasak. Pengambilan dilakukan pada hari ke-1, hari ke-3, dan hari ke-7 setelah pengisian saluran akar, dengan menggunakan semen saluran akar yang berbeda. Enam puluh enam akar gigi saluran akar tunggal, lurus, foramen apeks tertutup, dipreparasi secara step-back panjang 11 mm dengan file terbesar no. 60, dan step-back sampai no. 80. Foramen di apeks diseragamkan dengan menembuskan file no. 25 panjang 12 mm saluran akar diisi dengan teknik kondensasi lateral masing-masing 30 akar gigi menggunakan AH-26 dan 30 akar lainnya dengan endomethasone, dan masing-masing waktu pengambilan dilakukan pada 10 akar gigi. Pengaruh akibat pengambilan gutaperca dilihat berdasarkan kebocoran pengisian saluran akar yang diukur dari perembesan zat warna tinta cina dengan waktu perendaman 7 hari. Perendaman dengan tinta cina dilakukan setelah pengambilan gutaperca, sementara itu sampel direndam dalam aquadest sampai saat akan dilakukan pengambilan. Evaluasi dengan mikroskop stereo, terlebih dahulu sampel dibelah memanjang. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini yaitu ada pengaruh waktu pengambilan sebagian gutaperca untuk ruang pasak. Kebocoran pada penggunaan semen saluran akar AH-26 lebih besar daripada endomethasone, kebocoran paling besar terjadi pada pengunaan semen saluran akar AH-26 pengambilan hari ke-1, sedang pengambilan pada hari ke-3 dan ke-7 pada penggunaan kedua macam semen saluran akar tersebut tidak berbeda bermakna.
"
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Brushing teeth with toothpaste is the most effective method of removing plaque, preventing dental caries and repairing
early caries. This research aims to conduct an efficacy test of toothpaste containing nano calcium as an active ingredient
in repairing early caries over two weeks. A double-blind randomized parallel group clinical trial was conducted.
Eighteen people were randomly assigned to use the test toothpaste, and eighteen others were assigned to use the control
toothpaste. Assessments of early caries with DIAGNOdent Pen were performed before and after two weeks of
toothpaste use. The results showed that the test toothpaste was more effective in repairing early caries over two weeks
than the control toothpaste. Toothpaste containing nano-calcium has the potential to accelerate the healing of early
dental caries.
Efikasi Pasta Gigi yang Mengandung Nano Kalsium dalam Memperbaiki Karies Dini. Menyikat gigi dengan pasta
gigi adalah cara mekanis yang paling efektif dalam menghilangkan plak, mencegah karies gigi dan memperbaiki karies
dini. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektifitas pasta gigi yang mengandung nano kalsium sebagai komponen
aktif untuk memperbaiki karies dini dalam dua minggu. Penelitian ini menggunakan disain double-blind randomized
parallel group clinical trial. Delapan belas orang secara acak diberikan pasta gigi yang diuji, dan delapan belas lainnya
diberikan pasta gigi kontrol. Pengukuran karies dini dilakukan dengan menggunakan DIAGNOdent Pen pada saat
sebelum dan sesudah dua minggu pemakaian pasta giginya. Hasilnya menunjukkan bahwa pasta gigi uji secara
signifikan efektif dalam memperbaiki karies dini dalam jangka waktu dua minggu, dibandingkan dengan pasta gigi
kontrol. Pasta gigi yang mengandung nano-calcium memiliki potensi yang tinggi dalam mempercepat penyembuhan
dari karies dini."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ami Amelya
"Ketepatan tepi servikal merupakan aspek yang penting pada perawatan dengan gigi tiruan cekat. Adaptasi tepi servikal yang buruk dapat menyebabkan terjadinya karies dan penyakit periodontal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa perbedaan ketepatan tepi servikal mahkota tiruan all-ceramichasil rekam digital scanner(CAD/CAM system) secara directyang direkam dalam mulut dan secara indirect yang direkam dari model kerja. Penelitian dilakukan pada 23 gigi posterior yang di preparasi untuk mahkota tiruan all-ceramic kemudian direkam secara direct dengan intraoral digital scanner dan dicetak untuk mendapatkan model kerja yang kemudian direkam dengan extraoral digital scanner. Sehingga didapatkan 46mahkota tiruan allceramic (Feldspathic ceramic, VITA Mark II, VITA Zahnfabrik) dibuat dengan sistem CAD/CAM CEREC 3D (Sirona). Ketepatan tepi didapat dengan mengukur potongan replika gigi hasil pencetakan ruang antara mahkota tiruan dengan gigi yang telah dipreparasi. Pengukuran dilakukan pada 4 titik dari 46 spesimen dengan Measuring microscopeMM-40 (Nikon, Japan) dengan perbesaran 50x. Hasil penelitian menemukan bahwaketepatan tepi servikal antara mahkota tiruan all-ceramichasil rekamdigital scannersecara direct dengan indirect memiliki perbedaan yang bermakna (P<0,05). Mahkota tiruan all-ceramic hasil rekam digital scanner secara direct memiliki ketepatan tepi yang lebih akurat (70,1μm ± 13,3) daripada indirect (82,3μm ± 12,2).

Marginal fit is an important aspect in treatment with fixed dental prosthesis. Poor marginal adaptation can result in dental caries and periodontal disease. The objective of this study was to analyze the marginal fit of all-ceramic crown fabricated from impression with direct digital scanner intraorally and indirect digital scanner extra orally from working model. 23 posterior tooth wereprepared for all ceramic crowns then scanned with intra oral digital scanner (direct) and impression were made for working model fabrication and then scanned with extra oral digital scanner (indirect).The total of 46 all-ceramic crowns (Feldspathic ceramic, VITA Mark II, VITA Zahnfabrik) were fabricatedwithCAD/CAM system CEREC 3D (Sirona). Marginal fit were evaluated from measuring the silicone replica of the gap between the intaglio of full veneer crown and the margin of the prepared tooth. The 46 specimen was examined using Measuring microscopeMM-40 (Nikon, Japan) with a magnification of 50x. Statistical differences were found between marginal fit of all-ceramic crown fabricated from impression with direct digital scanner and indirect digital scanner(P<0,05). All-ceramic crown fabricated from impression with direct digital scanner (70,1μm ± 13,3) were significantly more accurate than indirect digital scanner (82,3μm ± 12,2).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>