Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174196 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ibrahim
"ABSTRAK
Latar belakang
Lulusan fakultas kedokteran harus mampu bertugas sebagai dokter layanan primer, sesuai Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Karena itu, ilmu kedokteran komunitas mempunyai posisi strategis dalam menyelesaikan masalah kesehatan. Kebutuhan dokter layanan primer akan kompetensi ilmu kedokteran komunitas seharusnya sesuai dengan kompetensi yang diberikan melalui kurikulum fakultas kedokteran. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kesesuaian kompetensi ilmu kedokteran komunitas yang ada dalam SKDI dengan kebutuhan dokter puskesmas dan kompetensi ilmu kedokteran komunitas yang tertuang dalam kurikulum Program Studi Kedokteran Universitas Batam (Prodi KUB)
Metode
Desain penelitian potong lintang dilaksanakan menggunakan kuesioner dengan skala Likert, untuk mengetahui kesesuaian tujuh belas (17) kompetensi kedokteran komunitas dalam SKDI dengan kebutuhan kompetensi kedokteran komunitas di puskesmas. Selain itu, jugadianalisis kesesuaian kompetensi ilmu kedokteran komunitas SKDI dalam Prodi kedokteran KUB oleh suatu tim ahli. Hasil kuesioner kebutuhandihubungkan dengan hasil analisis kurikulum tim.
Hasil
Dari 84 dokter puskesmas ada 72 (85,7%) memenuhi syarat. Kompetensi dalam Prodi KUB telah mencakup ke tujuh belas butir kompetensi ilmu kedokteran komunitas SKDI dengan pencapaian kompetensi antara 2-4. Dokter puskesmas membutuhkan semua kompetensi dalam SKDI dengan nilai Likert antara 4,50 – 5,00 dari penilaian 1-6. Didapat korelasi positif lemah tidak bermakna, antara kompetensi kedokteran komunitas dalam kurikulum Prodi KUB dengan kebutuhan kompetensi yang dirasakan dokter puskesmas (r= 0,267; p = 0,30).
Simpulan
Kompetensi kedokteran komunitas kurikulum Prodi KUB telah sesuai dengan materi kompetensi SKDI. Kebutuhan kompetensi kedokteran komunitas yang dirasakan dokter puskesmas belum ditunjang dengan tingkat kompetensi dalam kurikulum Prodi KUB.

ABSTRACT
Background
A medical graduate should be able to carry out duties as a primary care phycisian in accordance with Indonesian Competency Standard (ICS). In line with this, the role of community medicine (CM) science is strategic in resolution of health problems especially in the health center. Community Medicine competency is gained from the medical school curriculum. This study aim to asses the relevance between CM competency in curriculum of Faculty of Medicine in Batam (KUB) to the needs of primary health care doctor in carrying out the task in health center.
Method
A cross sectional study with questionaire (Likert scale 1-6) used to determine the compatibility of primary care doctor needs of CM competency with the seventeen competencies in ICS. The relevance of CM competencies in the KUB curriculum with the ICS was also analyzed by an expert team from KUB. The result of the questionaire then was correlate with the analysis result of the team.
Result
Among 84 health center doctors in Batam, 72 (85,7%) were elligible for this study. Respondents mentioned that all CM competencies in the ICS were needed in their role in health center, with a range of 4.5 – 5.0 Likert scale. Analysis of KUB curriculum reveal that all CM competencies in ICS were covered, and the level varies between 2-4. There was a positive weak, not significant correlation between the need of CM according to the doctors and the competencies in the KUB curriculum (r= 0,267; p = 0,30).
Conclusion
Community Medicine competency in KUB curriculum is in conformity with the ICS. High need of CM competency felt by the primary doctor in Batam has not been supported by the curriculum above.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farmer, R.D.T.
Oxford: Blackwell, 1977
362.104 25 FAR l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ansari Adista
"Latar Belakang:Presentasi kasus merupakan bagian dari experiential learning dalam Kolb's learning cylce yaitu dalam fase refleksi. Pelaksanaan presentasi kasus saat ini tidak optimal sehingga terjadi penurunan kualitas. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan persepsi antara peserta didik dan dosen klinik mengenai manfaat pelaksanaan presentasi kasus. Penelitian ini menggali secara mendalam proses pelaksanaan presentasi kasus dan mengidentifikasi kendala pelaksanaannya di rumah sakit pendidikan FK Unsyiah.
Metode: Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif, dengan rancangan studi kasus. Penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam terhadap 6 koordinator pendidikan dan 18 dosen klinik, Focus Group Discussion FGD terhadap 57 peserta didik, studi dokumen dan observasi dari 6 Bagian yang diteliti, yaitu Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Kesehatan Anak, Ilmu Bedah, Obstetri dan Ginekologi, Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dan Ilmu Penyakit Saraf. Data dianalisis melalui tiga tahapan yang meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil: Presentasi kasus merupakan metode pembelajaran yang sangat bermanfaat bagi peserta didik dan dosen klinik. Namun, dalam pelaksanaannya terdapat kendala yang dapat mempengaruhi kualitas presentasi kasus. Kendala utama yang teridentifikasi dari dosen klinik adalah kurangnya waktu yang dialokasikan untuk pelaksanaan presentasi kasus. kendala dari peserta didik yaitu kesungguhan dalam mengerjakan dan pemahaman mengenai manfaat terhadap presentasi kasus. Kendala sarana dan prasarana berupa ruangan diskusi yang masih kurang serta format penyusunan dan format penilaian belum dimiliki oleh seluruh Bagian. Kendala dari rumah sakit berupa variasi kasus yang kurang bervariasi karena sistem rujukan bertingkat.
Kesimpulan: Kendala dalam pelaksanaan presentasi kasus harus menjadi bahan evaluasi bagi pengelola program pendidikan profesi dokter, agar manfaat presentasi kasus dapat maksimal diraih oleh peserta didik tahap klinik.

Background: Case presentation is a part of reflection in experiential learning in Kolb rsquo s learning cycle. Literatures demonstrates many benefits that students can reach with a good case presentation. But, there is a mismatch between clinical educators rsquo expectation and students rsquo perceptions of case presentation, so that the students cannot obtain an optimum benefits of case presentation. This research was conducted to explore in depth process of case presentation implementation and also to identify its implementation barriers in teaching hospital of Unsyiah Medical School.
Methods: Qualitative research with case study design was used for this research. Study casetheme used is case presentation implementation in Dr.Zainoel Abidin teaching hospital Banda Aceh. Data were taken using in depth interview with 6 education coordinators and 18 clinical teachers, focus group discussions with 57 students, observation, and documentation studies, from six departments. Followed by analysis through three stages including data reduction, data presentation, and conclusions.
Results: Case presentation is an useful and effective teaching method in clinical eduation. But, there were various barriers from clinical teacher, students, teaching hospital and learning support that can influence the benefit of case presentation identified. Factors identified in the clinical teachers are lack of time allotted. Factors identified in the students are lack of preparations about case presentation, and also lack understanding about case presentation method. Factors identified in the teaching hospitals are less variation of patients in some cases. Means of learning support in the form of modules containing learning outcomes and objectives clearly, form of assessment and also comfortable rooms supporting case presentation is yet exist.
Conclussion: There are various barrier factors of case presentation implementation which have been identified in this qualitative study. This barriers must becoming parameters on monitoring and program evaluation to improve the quality of a case presentation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Revalita Wahab
"ABSTRAK
Latar belakang : Salah satu bentuk sistem bimbingan dan dukungan yang dapat diberikan dalam bentuk personal tutor atau mentor atau penasihat akademik atau pembimbing akademik (PA). Peran PA akan efektif apabila PA berkomitmen, mempunyai motivasi diri, antusias, dapat menyediakan waktu untuk mahasiswa, menjadi pendengar yang baik, dapat dipercaya dan menjaga kerahasiaan masalah yang dihadapi mahasiswa. Hubungan antara PA dan mahasiswa bimbingannya/ mentoring terjalin baik akan mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan mentoring. Fakultas Kedokteran (FK) Trisakti mempunyai pengajar yang ditunjuk sebagai PA. Sayangnya FK Trisakti belum mempunyai program untuk memonitor pelaksanaan mentoring dan evaluasi juga belum pernah dilakukan pada program ini. Karakteristik PA di FK Trisakti juga belum diketahui. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu penelitian untuk melihat pelaksanaan mentoring di FK Trisakti. Penelitian ini juga akan mengetahui karakteristik PA di FK Trisakti, pemahaman peran PA oleh PA dan mahasiswa serta harapan mahasiswa terhadap peran PA dalam proses pembelajarannya. Metode : Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan rancangan fenomenologi. Dari data yang dikumpulkan, peneliti juga akan mempelajari karakteristik PA yang terdapat di FK Trisakti. Informan penelitian terdiri dari 39 mahasiswa dan 10 PA di FK Trisakti. Informan mahasiswa terdiri dari angkatan 2009- 2012 FK Trisakti. Data diambil dengan wawancara mendalam pada PA dan focus group discussion pada mahasiswa. Data yang diambil dianalisis melalui tiga tahapan yang meliputi reduksi data, penyajian data dan kesimpulan atau verifikasi. Uji kredibilitas data dilakukan dengan triangulasi tehnik, sumber, member check dan studi dokumentasi. Hasil : Didapatkan dalam penelitian ini beberapa tema yaitu karakteristik PA, pemahaman terhadap peran PA, kendala dalam pelaksanaan mentoring dan saran untuk meningkatkan pelaksanaan mentoring. Diskusi : Frekuensi pertemuan dapat dijadikan tolok ukur untuk menilai komitmen antara PA dan mahasiswa. Semakin sering pertemuan antara PA dan mahasiswa akan lebih mendekatkan kedua belah pihak dan waktu pertemuan sebaiknya tidak terbatas ruang dan waktu. Komunikasi yang dilakukan sebaiknya adalah komunikasi langsung dan tidak langsung. Komunikasi sebaiknya bersifat dua arah sehingga terjadi pemahaman yang sama antara PA dan mahasiswa bimbingannya dan terjalin komunikasi yang efektif. Kepercayaan mahasiswa tidak terlalu tinggi terhadap PA. Sifat PA yang membuka rahasia mahasiswa bimbingannya dapat menimbulkan rasa tidak percaya. PA dan mahasiswa tidak boleh ada jarak, tidak boleh ada batasan untuk mahasiswa menghubungi PA mereka. Perbedaan gender tidak dipentingkan dalam proses mentoring. Pemahaman akan peran PA cukup baik dipahami oleh PA dibandingkan pemahaman mahasiswa. Pelatihan dan sosialisasi tentang peran PA sebaiknya dilakukan ketika seorang pengajar ditunjuk sebagai PA sehingga pemahaman mahasiswa dan pengajar akan peran PA dapat dipahami dengan baik. Sistem bimbingan dan konseling di tingkat fakultas sebaiknya dimiliki oleh setiap fakultas kedokteran. Kesimpulan : Mentor di FK Trisakti mempunyai karakteristik komitmen yang baik, komunikasi yang dilakukan secara langsung dan tidak langsung, pemberian umpan balik telah diberikan, tidak mementingkan perbedaan gender dalam proses mentoring dan kepercayaan mahasiswa terhadap PA masih rendah.

ABSTRACT
Background : One of the formation of student support and guidance would be given as a private tutorial formation or mentoring or mentor or even academic guide. The Role of mentor will be effective if they have commitment, self motivation, enthusiasm, ability to serve for the mentee in time, being a good listener, trustable, and keeping in straight all the mentees secrecy. In relationship between mentors and their mentee will be a beneficial for the succeed of mentoring process.Trisakti Medical School has not performed a program to observe the implementation of mentoring and its evaluation also has not been implemented on it. Mentor characteristic in Trisakti Medical School has not been recognized. Therefore, it is an necessary to perform a research for evaluating the mentoring process in Trisakti Medical School. This research will recognize the mentor characteristic in Trisakti Medical School. Understanding the mentor role by mentor and mentees, also mentee expectation on mentor role in learning process . Method : The type of research that had been used is qualitative with phenomenology design. Refer to data that had been collected by researcher will also learn the mentor characteristic in Trisakti Medical School. The research informant is 39 mentees and 10 mentors in Trisakti Medical School. Mentee as informant are in a period of year of study of 2009 – 2012 , basically pointed to maximal variation sampling . Data taken by indepth interview on mentor and focus group discussion on mentees. Data analyzed by three phases that include of data reduction, data serving and its summary or verification. Credible test had been performed by using triangulation technique, source, member check and documentation study. Result : Found in this research, there are subjects such as mentor characteristic, understanding of mentor role, the obstacle on conducting of mentoring and suggestion to enhance the mentoring implementation. Discussion : Counseling frequency could be guidance for measuring the commitment between mentor and mentee. As the most frequent of session between mentor and mentee as the closest they are belong to each other and counseling session would be better not to have a limitation in time. The communication should be done directly and indirectly. Communication should be performed on a-two way communication so that there is same condition in understanding between mentor and mentee for effective communication. The trust in mentor is not that high on mentee. The condition when a mentor who share out the mentee secret could be untrusted mentor. There is no gap between mentor and mentee, and no limitation for mentee to get connection to their .mentor.Gender differentiation is not so important in mentoring process. Understanding the role of mentor is well known on mentor than mentee. Training and promoting for the role of mentor should be done once a mentor is designated therefore the role of mentor is well understood. Counseling and guidance system in a level of faculty should be belong to every school of medicine. Conclusion : Mentor in medical faculty Trisakti : has a good commitemt, the communication has been done good direct and indirectly, the feedback has been given to mentees, gender differentiation in not important in mentoring process and the trust in mentor is not that high in mentee."
2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarifah Nora Andriaty
"Latar Belakang. Pendidikan yang baik sangat dibutuhkan untuk meningkatkan sumber daya manusia di bidang kedokteran dan pelayanan kesehatan di Indonesia. Uji Kompetensi (UK) berperan sebagai instrumen penilaian lulusan dokter yang memenuhi Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI). Penelitian ini mempunyai fokus dalam mengeksplorasi kemungkinan penyebab kegagalan mahasiswa FK Unaya dalam menghadapi uji kompetensi sehingga hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan dalam usaha peningkatan kualitas lulusan.
Metode. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan rancangan studi kasus. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan Focus Group Discussion (FGD) terhadap mahasiswa yang lulus dan tidak lulus uji kompetensi dan wawancara mendalam terhadap pemangku kepentingan, staf pengajar preklinik dan klinik.
Hasil. FGD dilakukan sebanyak 5 kali dan 3 wawancara mendalam terhadap pemangku kepentingan, 6 wawancara mendalam terhadap staf pengajar. Setelah data dianalisis dengan pendekatan tematik diperoleh faktor yang mempengaruhi uji kompetensi mahasiswa FK Unaya yaitu 1. Faktor yang potensial mempengaruhi keberhasilan uji kompetensi dari segi proses pendidikan terdiri dari faktor akademik (karakteristik pembelajar orang dewasa, materi pembelajaran, pengajaran dan pembelajaran, sumber daya, evaluasi hasil) dan faktor non akademik (motivasi) 2. Faktor yang potesial mempengaruhi uji kompetensi saat pelaksanaan ujian terdiri dari faktor akademik (metode belajar, materi ujian yang tidak dikuasai, bentuk soal kasus) dan faktor non akademik (internal: karakteristik pembelajaran orang dewasa, motivasi, konsentrasi, kesehatan; eksternal: metode Computer Based Test, lingkungan belajar)
Kesimpulan. Faktor yang potensial menentukan kelulusan mahasiswa yang lulus uji kompetensi adalah mahasiswa yang lulus memiliki karakteristik pembelajar dewasa dan memiliki motivasi untuk lulus uji kompetensi.

Background. Good education is strongly needed in order to improve human resources in the field of medicine and health service in Indonesia. License examination (UK) plays a role as an instrument to asses medical students competence, however the number of Unaya's students who pass the exam is still low. This research focused on exploring the possible causes of Unaya's medical students failure in the license examination. This research can be used to improve the quality of the graduates.
Method. This is a qualitative research using case study design. A series of focus group discussions (FGDs) to the students who passed and failed in the license examination and in depth interviews to the stakeholders, preclinical and clinical teachers were completed.
Result. Five FGDs involving 13 students who passed and 12 students who failed the license examination, were conducted. Three in depth interviews to the stake-holders and 6 in depth interviews to the medical teachers were also completed. Following a thematic analysis, the results are 1. Potential factors from the education process that may influence outcomes of license examination: academic factors (adult learner, content, teaching and learning, resources, and student evaluation) and non academic factor (motivation). 2. Potential factors that may influence during the examination, are: academic factors (learning method, knowledge, MCQ format) and non-academic factors (internal: adult learner characteristic, motivation, concentration, health; and external: assessment method, learning environtment).
Conclusion. Educational process and test preparation have important roles in the competency test result. Despite some obstacles in educational process in FK Unaya, there were still a few students who could pass the exam which might be due to their adult learner characteristics and self motivations.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farmer, Richard
Oxford: Blackwell, 1983
362.104 25 FAR l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yoanita Widjaja
"Latar Belakang: Umpan balik merupakan komponen penting dalam pendidikan kedokteran yang dapat meningkatkan pembelajaran. Umpan balik pada tahap akademik memegang peran penting dalam pembelajaran konsep dasar untuk persiapan tahap klinik. Banyak faktor yang mempengaruhi efektivitas proses umpan balik ini, salah satu di antaranya yaitu aspek budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi aspek budaya dalam proses umpan balik pada peserta didik dan staf pengajar di pendidikan kedokteran tahap akademik.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Pengumpulan data dilakukan selama bulan Februari sampai Maret 2016 melalui Focus Group Discussion (FGD) peserta didik angkatan 2009 hingga 2014, observasi latihan KKD dan wawancara mendalam staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (FK UNTAR). Hasil FGD dan wawancara dituliskan dalam bentuk transkrip verbatim, kemudian dilanjutkan dengan analisis tematik dan koding. Analisis hasil observasi dilakukan dengan analisis tematik. Selanjutnya dilakukan reduksi dan penyajian data.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan banyaknya faktor yang berperan dalam proses umpan balik, baik pada saat pencarian maupun pada saat penerimaan dan pemberian umpan balik yang selanjutnya akan menentukan efektivitasnya. Aspek budaya berperan dalam beberapa hal. Budaya collectivism, high power distance dan sopan santun berperan dalam perilaku mencari umpan balik. Budaya femininity, masculinity pada peserta didik, serta terdapatnya kompetensi budaya pada staf pengajar dan dipegangnya prinsip pendidikan nasional Indonesia, Tut Wuri Handayani, berkontribusi dalam efektivitas umpan balik.
Kesimpulan: Aspek budaya memegang peran penting dalam proses umpan balik. Peran budaya tampak pada perilaku mencari umpan balik dan merupakan faktor penting untuk meningkatkan efektivitas umpan balik. Institusi perlu meningkatkan kemampuan staf pengajar dan peserta didik dalam memaknai proses umpan balik yang sadar budaya. Kompetensi budaya merupakan salah satu kemampuan yang dapat mendukung hal tersebut. Selain itu, institusi perlu menyusun kebijakan untuk membudayakan umpan balik pada lingkungan pendidikan kedokteran.

Background: Feedback is an important element in medical education since it can improve learning. Feedback has a significant role in learning in basic concepts during undergraduate medical program as a preparation for learning in the clinical years. A lot of factors influencing feedback process effectiveness, one of them is cultural aspect. This research was aimed at exploring cultural aspect related to feedback process within medical students and faculty in undergraduate medical education program.
Method: A qualitative study using an ethnography approach was applied as a research method. Data collection was conducted between February and March 2016 through Focus Group Discussion (FGD) with 2009-2014 batch of medical, direct observation of skills teaching in clinical skills laboratory and in-depth interview with the faculty members of Faculty of Medicine Tarumanagara University. Thematic analysis and coding were used to analyze FGD and in-depth interview transcripts and also observational data. Data reduction and presentation were then conducted.
Results: The themes emerged are related to influencing factors in feedback-seeking behaviour, feedback process and feedback effectiveness. Cultural aspects play an important role at some points within the feedback process. Collectivism, high power distance and politeness are cultural aspects found in feedback-seeking behaviour. Femininity-masculinity in medical students along with cultural competence of faculty members and also the principle of ?Tut Wuri Handayani? (the identity of Indonesian national education) are contributing factors in feedback effectiveness.
Conclusion: Cultural aspects are the key to understand the influencing factors in feedback-seeking behaviour and feedback effectiveness. There is a need for medical education institution to encourage faculty and medical students‟ cultural awareness within the feedback process. Cultural competence is an important component fit for that purpose. Moreover, institution needs to set a policy in order to establish feedback culture in medical education.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T55671
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bastaman Basuki
Jakarta: UI-Press, 2002
PGB 0181
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhwan Rinaldi
"

Entrustable professional activities (EPA) adalah kerangka kerja asesmen dengan pemberian tanggung jawab dari staf pengajar kepada peserta didik untuk dilakukan tanpa supervisi setelah peserta didik memiliki kompetensi yang memadai. EPA diharapkan dapat menjembatani kinerja sehari-hari peserta didik, kompetensi yang dimiliki dan supervisi yang sesuai sehingga meningkatkan secara sinergis keselamatan pasien dan kualitas pendidikan. Tujuan penelitian adalah menetapkan aktivitas residen program pendidikan dokter spesialis penyakit dalam sebagai EPA dalam kurikulum pendidikan berbasis kompetensi program pendidikan dokter spesialis penyakit dalam Indonesia. Penelitian dilakukan dengan desain kualitatif yang meliputi telaah pustaka, panel ahli (expert panels) untuk menentukan daftar aktivitas residen program pendidikan dokter spesialis penyakit dalam Indonesia yang dapat ditetapkan sebagai EPA menggunakan kuesioner Taylor dkk, serta pengambilan kesimpulan pendapat pemangku kepentingan melalui metode Delphi terhadap butir EPA yang telah disusun menggunakan kuesioner Hauer et al. Diskusi paneh ahli penelitian ini menghasilkan  28 EPA terbaru melalui penilaian kelayakan EPA sebagai unit kerja, esensi, dan peran menggunakan kuesioner Taylor dkk.  Metode Delphi menetapkan 28 butir EPA dapat diterima (Content Validity Index ≥ 80%). Pada analisis statistik tidak didapatkan perbedaan bermakna. Akhir tahap pendidikan butir EPA menunjukkan sebagian besar variasi yang tidak berbeda bermakna antara keempat kelompok dalam menentukan akhir tahap pendidikan suatu butir EPA.

 


Entrustable professional activities (EPA) is an assessment framework where teaching staff gives students responsibility to be carried out without supervision after students have sufficient competence. EPA is expected to be able to bridge daily performance of students, their competencies, and appropriate supervision so as to synergistically improve patient safety and education quality. Objective of this study was to determine activities of internal medicine resident as EPA in the competency-based educational curriculum of Indonesian internal medicine specialist education program. The study used a qualitative design which included literature review, expert panels to determine list of resident activities in Indonesian internal medicine specialist education program that could be designated as EPA using questionnaire by Taylor et al and drawing conclusions on stakeholder opinions through Delphi method on EPA items. Expert panel discussion resulted in 28 new EPAs through assessment using questionnaire by Taylor et al. The Delphi method determines that 28 EPA items are acceptable (Content Validity Index ≥ 80%). In statistical analysis, there was no significant difference. At the end of the education stage, the EPA item shows most of the variations do not differ significantly between the four groups in determining the final stage of education for an EPA item.

 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moch. Rofiq
"Pendidikan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sebagai bentuk peradaban, pela ksanaan pendidikan tidak terlepas dari penyiapan seseorang menjadi individu yang siap dalam menghadapi kehidupan yang harus dijalaninya. Dalam perkembangannya pelaksanaan pendidikan sudah memasuki rana dimana dibutuhkan proses perencanaan yang matang sehingga dapat menghasilkan keluaran pendidikan yang sesuai dengan yang diharapkan. Pendidikan semacam ini lebih menitikberatkan pada proses formal yang diselenggarakan oleh lembaga resmi yang bernama sekolah dengan perencanaan yang matang, waktu yang teralokasikan dengan baik dan tempat serta situasi yang memungkinkan untuk dapat diselenggarakannya proses pendidikan secara baik dan berhasil dengan maksimal. Beberapa komponen dalam penyelenggaraan pendidikan harus dipersiapkan dengan baik dan terencana yang meliputi kurikulum, tenaga pengajar, siswa, dana, sarana prasarana pendidikan, media pengajaran, dan tenaga pembantu pendidikan.
Dalam pelaksanaannya, beberapa faktor kendala mungkin ditemui dari komponen yang ada dimana pada akhirnya hal itu dapat mengurangi efektifitas dan menurunkan tingkat keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum, tenaga pengajar, dan motivasi stake holder merupakan ketiga komponen yang perlu mendapat prioritas dalam penyiapan sebelum pendidikan diselenggarakan. Bukan merupakan suatu pekerjaan yang mudah untuk menyiapkan ketiga komponen diatas karena banyak keterkaitan faktor lainnya yang saling berpengaruh. Diyakini bahwa kurikulum, kemampuan guru dan motivasi memegang peranan penting dalam keberhasilan proses pendidikan. Namun demikian perlu adanya penelitian yang bisa membuktikan keyakinan diatas. Hal-hal yang berkaitan dengan kurikulum, kemampuan atau kompetensi guru dan motivasinya diurai secara mendalam berdasarkan teori-teori yang ada untuk membuktikan sampai seberapa jauh pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa dalam suatu proses pendidikan.
Hakekat dari pencapaian prestasi pendidikan membawa implikasi mendalam bagi yang bersangkutan sebagai individu dalam menjalani kehidupannya. Secara sosial kemasyarakatan, seseorang yang memiliki prestasi belajar yang baik tentunya akan lebih dibutuhkan karena memiliki sumberdaya manusia yang lebih tinggi dibanding individu yang tidak mempunyai kemampuan pengetahuan. Dengan semakin banyaknya individu yang berkualitas maka akan semakin baik dan kuat suatu bangsa dalam menghadapi tantangan dan persaingan internasional. Hal inilah yang dinamakan dengan Ketahanan Nasional suatu bangsa dibidang sumberdaya manusia. Dalam penelitian ini, meskipun data diperoleh dari hasil studi kasus disuatu daerah dan tidak bisa digeneralisasikan untuk digunakan semua daerah, namun diharapkan dapat memberikan masukan penting bagi pihak-pihak yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan khususnya pendidikan menengah sesuai data yang diperoleh.

Education is an integral part of human life. As a form of civiliszation, tehe implementation of education can not be separated from the preparation of someone to be an individual who is ready to face the real life. Since the implementation of educational development has entered the shutter which requires a well-considered planning process so it can produce education output that appropriate with the expected. This kind of education is more focused on the formal process conducted by official agencies named school with well considered planning, time allocated, the location and situation that allows for the convening of the educational practices can be prepared with good and planned include curriculum, faculty, students, funding, education infrastructure, teaching media, and education helper.
In practice, several factors might be encountered from existing components that ultimately can reduce the effectiveness and reduce the level of success of education provision. Curriculum, faculty, and motivation is the third component of stakeholder that need to be given priority in the preparation before the education was held. Not an easy task to prepare the three components above because they are interrelated with other factors that influence each other. It is believed that curriculum, theacher capability and motivation play as an important role in the success of the educational process. However research that could prove the belief is needed. Problems that relating to the curriculum, teacher skills and motivation or teacher's competence analysis in depth on the basis of existing theories to prove how far the influence to the student achievement educational process.
The nature of educational achievement provound implications for the person as an individual in living their lives. The social community, someone who has a good learning achievement would be more necessary because it has a higher human resources than individuals who had no ability knowlwdge. With the increasing number of individuals who are qualified, the better and stronger a nation in fascing the challenges and international competition. It called national people resilience in the human resources. In this study, although the data obtained from case studies and give some important input for the parties relating to the education, especially secondary education according to the data obtained.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T29663
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>