Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108984 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nita Afriani
"ABSTRAK
Kanker kolorektal merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas ketiga terbanyak pada laki-laki maupun perempuan di seluruh dunia. Penelitian ekspresi HER2 pada kanker kolorektal memiliki rentang yang cukup jauh yaitu 0-83% dan belum pernah dilakukan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menilai ekspresi HER2 pada kanker kolorektal serta dihubungkan dengan parameter prognostik histopatologi berupa jumlah mitosis per 10 LPB, kedalaman invasi sel kanker, dan invasi sel kanker di limfovaskuler. Penelitian menggunakan desain retrospektif terhadap 51 sediaan blok parafin kanker kolorektal rentang tahun Januari 2011-Desember 2012. Penilaian karakteristik sampel diambil dari rekam medis dan penilaian parameter prognosis histopatologi dinilai dari sediaan HE pasien kanker kolorektal. Pulasan imunohistokimia HER2 menggunakan antibodi poliklonal anti HER2(DAKO). Rata-rata usia penderita adalah 57.8±13.54 tahun, 58.8% penderita adalah laki-laki dan 41.2% perempuan. Hitung mitosis per 10 LPB didapatkan median 11 mitosis dengan rentang 3-34 mitosis per 10 LPB. Berdasarkan grading histopatologi, ditemukan low grade sebanyak 39(76.5%) dan high grade sebanyak 12(23.5%) kasus. Invasi sel kanker di limfovaskuler ditemukan sebanyak 37(72.5%) kasus. Ekspresi HER2 positif ditemukan sebanyak 5(9.8%) kasus. Semua kasus positif terdapat pada invasi sel tumor sedalam serosa (pT3). Dari penelitian ini dapat disimpulkan tidak terdapat korelasi yang bermakna antara ekspresi HER2 dengan derajat diferensiasi (p=0.663), mitosis (p=0.354), kedalaman invasi (p=0.983), dan invasi limfovaskuler (p=0.790).

ABSTRACT
Kanker kolorektal merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas ketiga terbanyak pada laki-laki maupun perempuan di seluruh dunia. Penelitian ekspresi HER2 pada kanker kolorektal memiliki rentang yang cukup jauh yaitu 0-83% dan belum pernah dilakukan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menilai ekspresi HER2 pada kanker kolorektal serta dihubungkan dengan parameter prognostik histopatologi berupa jumlah mitosis per 10 LPB, kedalaman invasi sel kanker, dan invasi sel kanker di limfovaskuler. Penelitian menggunakan desain retrospektif terhadap 51 sediaan blok parafin kanker kolorektal rentang tahun Januari 2011-Desember 2012. Penilaian karakteristik sampel diambil dari rekam medis dan penilaian parameter prognosis histopatologi dinilai dari sediaan HE pasien kanker kolorektal. Pulasan imunohistokimia HER2 menggunakan antibodi poliklonal anti HER2(DAKO). Rata-rata usia penderita adalah 57.8±13.54 tahun, 58.8% penderita adalah laki-laki dan 41.2% perempuan. Hitung mitosis per 10 LPB didapatkan median 11 mitosis dengan rentang 3-34 mitosis per 10 LPB. Berdasarkan grading histopatologi, ditemukan low grade sebanyak 39(76.5%) dan high grade sebanyak 12(23.5%) kasus. Invasi sel kanker di limfovaskuler ditemukan sebanyak 37(72.5%) kasus. Ekspresi HER2 positif ditemukan sebanyak 5(9.8%) kasus. Semua kasus positif terdapat pada invasi sel tumor sedalam serosa (pT3). Dari penelitian ini dapat disimpulkan tidak terdapat korelasi yang bermakna antara ekspresi HER2 dengan derajat diferensiasi (p=0.663), mitosis (p=0.354), kedalaman invasi (p=0.983), dan invasi limfovaskuler (p=0.790)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Rahmah Ayu Anggrenani
"Kanker kolorektal diketahui berhubungan dengan massa otot yang rendah. Massa otot yang rendah dihubungkan dengan luaran klinis yang buruk. Telah diketahui bahwa asupan protein adalah salah satu faktor yang berperan dalam mempertahankan massa otot. Namun, studi-studi yang ada mengenai efek pemberian protein tinggi pada pasien kanker kolorektal terhadap massa otot belum dapat disimpulkan karena kurangnya bukti dari penelitian berkualitas baik dan intervensi pada studi yang berbeda-beda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara asupan protein dengan indeks massa otot skelet pada pasien kanker kolorektal yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Penelitian menggunakan desain potong lintang pada subjek dewasa kanker kolorektal yang dirawat inap di RSCM. Asupan protein dinilai menggunakan multiple 24 hour recall. Indeks massa otot skelet didapatkan dari pengukuran massa otot skelet dalam kilogram menggunakan BIA multifrequency, lalu dibagi dengan tinggi badan dalam meter yang dikuadratkan. Sebanyak 52,5% subjek berjenis kelamin perempuan dan 50% subjek berada pada stadium IV. Terapi yang paling banyak telah dijalani subjek adalah kombinasi pembedahan dan kemoterapi (n=16, 40%). Tidak ditemukan korelasi antara asupan protein dan indeks massa otot skelet (r = -0,04, P=0,795).

Colorectal cancer is known to be associated with low muscle mass. Low muscle mass is associated with poor clinical outcome. It is known that protein intake is one of the factors that play a role in maintaining muscle mass. However, the existing studies on the effect of administering high protein in colorectal cancer patients on muscle mass have not been definitively concluded due to the lack of evidence from good quality studies and differences of intervention in existing studies. The purpose of this study was to determine the correlation between protein intake and skeletal muscle mass index in colorectal cancer patients who were hospitalized at the RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). The study used a cross-sectional design on adult subjects with colorectal cancer who were hospitalized at RSCM. Protein intake was assessed using multiple 24 hour recalls. Skeletal muscle mass index was obtained from the measurement of skeletal muscle mass in kilograms using BIA multifrequency, then divided by height in meters squared. A total of 52.5% of the subjects were female and 50% of the subjects were in stage IV. The most common therapy that the subject had undergone was a combination of surgery and chemotherapy (n=16, 40%). No correlation was found between protein intake and skeletal muscle mass index (r = -0.04, P=0.795)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hengky Prabowo Irianto
"Pendahuluan: Insiden kanker kolorektal di Indonesia mencapai 12,8 setiap 100.000 penduduk usia dewasa dan merupakan penyebab dari 9,5% kematian akibat kanker. 40–80% dari semua pasien kanker kolorektal mengalami malnutrisi. Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi status nutrisi pada kanker kolorektal dan hubungan karakteristik klinis kanker kolorektal dengan status nutrisi pada pasien yang akan menjalani operasi.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode potong lintang. Populasi terjangkau dari penelitian ini adalah pasien kanker kolorektal yang dilakukan tindakan operatif di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta dan dilakukan admisi pada September-Desember 2022 dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah ditentukan. Instrumen yang digunakan adalah Mini Nutritional Assessment (MNA). Analisis data bivariat menggunakan Chi-square dilanjutkan multivariat dengan uji regresi logistik.
Hasil: Terdapat 71 pasien dengan diagnosis kanker kolorektal di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo pada periode September-Desember 2022 yang akan menjalani operasi. Karakteristik subjek pada pasien kanker kolorektal sendiri didapatkan sebagian besar pasien memiliki usia 64-78 tahun(57,7%), berjenis kelamin laki-laki (52,1%). Untuk stadium klinis, terlihat sebagian besar pasien memiliki stadium III, IV (78,9%), dengan panjangtumor 1-10,9 cm (76,1%), dan lokasi kanker berada di rectum (59,2%). Untuk hasil kadar CA19-9, terlihat bahwa sebagian besar pasien dengan kadar CA19-9 normal (62,0%) dan kadar CEA meningkat (66,2%). Sedangkan status nutrisi pada kanker kolorektal sebagian besar memiliki status berisiko mengalami malnutrisi (52,1%) diikuti memiliki status malnutrisi (43,7%). Hasil uji bivariat didapatkan karakteristik klinis kanker kolorektal yang bermakna adalah panjang tumor dengan nilai p < 0,05. Hasil multivariat didapatkan variabel bebas yang diteliti dalam penelitian ini hanya memberikan pengaruh sebesar 16,9% terhadap status nutrisi.
Kesimpulan: Kebanyakan kanker kolorektal memiliki risiko malnutrisi dan terdapat hubungan secara statistik dan paling kuat antara panjang tumor dengan status nutrisi pada pasien yang akan menjalani operasi.

Introduction: The incidence of colorectal cancer in Indonesia reaches 12.8 per 100,000 adult population and is the cause of 9.5% of cancer deaths. 40–80% of all colorectal cancer patients are malnourished. This study aims to determine the prevalence of nutritional status in colorectal cancer and the correlation between clinical characteristics of colorectal cancer and nutritional status in patients undergoing surgery.
Methods: This research is an observational study with a cross sectional method. The reachable population of this study were colorectal cancer patients who underwent surgery at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta and admission will take place from September-December 2022 with predetermined inclusion and exclusion criteria. The instrument used is the Mini Nutritional Assessment (MNA). Bivariate data analysis using Chi-square followed by multivariate logistic regression test.
Results: There were 71 patients with a diagnosis of colorectal cancer at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo in the September-December 2022 period who will undergo surgery. Clinical characteristics of colorectal cancer patients themselves showed that most of the patients were 64-78 years old (57.7%), male (52.1%). For clinical stages, it can be seen that the majority of patients have stages III, IV (78.9%), with a large tumor mass of 1-10.9 cm (76.1%), and the location of the cancer is in the rectum (59.2%) ). For the results of CA19-9 levels, it can be seen that most of the patients with normal CA19-9 levels (62.0%) and CEA levels were increased (66.2%). While the nutritional status in colorectal cancer most of them have at risk of malnourished (52.1%) followed by having malnourished(43.7%). The results of the bivariate test showed that the length of tumor was significant a p value <0.05. The multivariate results showed that the independent variables examined in this study only had a 16.9% correlation on nutritional status.
Conclusion: Most colorectal cancers are at risk of malnourished and there is a statistically strongest correlation between tumor mass and nutritional status in patients undergoing surgery.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Trienty Batari Gunadi
"ABSTRACT
Kanker kolorektal memiliki insidensi yang cukup tinggi dan pilihan kemoterapinya memiliki banyak efek samping sehingga perlu dicari antikanker yang potensial dengan efek samping sistemik yang minimal. Mangostin yang terkandung di dalam Garcinia mangostana Linn. terbukti memiliki potensi sebagai antikanker pada beberapa penelitian. Akan tetapi, kekurangan mangostin apabila diberikan peroral yaitu dapat didegradasi pada suasana asam seperti oleh asam lambung. Oleh karena itu, dibutuhkan formulasi sesuai agar mangostin mencapai kolon dengan meminimalisasi degradasi di lambung. Formulasi bentuk mikropartikel dapat meningkatkan absorpsi sedangkan enkapsulasi oleh kitosan-alginat dapat mencegah degradasi mangostin di lambung dan meningkatkan pelepasan di kolon. Akan tetapi, formulasi ini perlu dievaluasi keamanannya pada saluran pencernaan hewan coba dengan mengevaluasi histopatologi pada organ yang terlibat dengan absorpsi, metabolisme, dan ekskresi yaitu hati, ginjal, lambung, dan usus halus. Sebanyak 24 mencit BALB/c betina dibagi menjadi 4 kelompok: kelompok normal yang diberikan air, kelompok kontrol pelarut yang diberikan larutan gom arab (emulgator), dan kelompok mikropartikel mangostin yang dienkapsulasi kitosan-alginat (MMKA) 2 dan 5 g/KgBB (mengandung mangostin 74,8 dan 187 mg/KgBB), diberikan sekali. Setelah 14 hari, mencit yang masih hidup diterminasi dan organnya (hati, ginjal, lambung, usus halus) diambil untuk dilakukan pemeriksaan histopatologi yang mengevaluasi gambaran degenerasi jaringan, nekrosis, perdarahan, dan infiltrasi sel radang. Perbedaan bermakna (p<0,05) ditemukan pada derajat kerusakan organ usus pada masing-masing perbandingan kelompok dosis MMKA 2 dan 5 g/KgBB dengan kelompok normal dan kontrol pelarut. Hasil ini mengindikasikan bahwa mikropartikel mangostin yang dienkapsulasi kitosan-alginat tidak menimbulkan perubahan histopatologis yang bermakna pada hati, ginjal, dan lambung, kecuali pada usus halus (p=0,002).

ABSTRACT
Colorectal cancer has high incidence and its chemotherapy has many side effects so it is necessary to find a new potential anticancer agent with minimal systemic side effects. Mangostin, contained in Garcinia mangostana Linn., has been predicted in several studies as a potential anticancer agent but it has a disadvantage if administered orally which is degraded in acidic environment such as stomach acid. Therefore, suitable formulation to minimize mangostin degradation in the stomach is necessary. Microparticle formulation improves absorption while chitosan-alginate encapsulation prevents mangostin release in the stomach instead release it in the colon. However, it is necessary to evaluate chitosan-alginate encapsulated mangostin microparticle (CAMM) safety in mice digestive tracts. This study aims to evaluate the histopathological changes of organs involved in absorption, metabolism, and excretion including the liver, kidney, stomach, and small intestine. Twenty four female BALB/c mice were divided into 4 groups: normal (water), control (Arabic gum solution), and 2 doses of CAMM (2 and 5 g/KgBW containing 74,8 and 187 mg/KgBW mangostin, respectively), given once at day 1. After 14 days, the survived mice were then sacrificed and its organs were taken to do histopathological examination which evaluates tissue degeneration, necrosis, hemorrhage, and inflammatory cells infiltration. Significant difference (p<0.05) was found in the small intestine between each doses of 2 and 5 g/KgBW CAMM groups compared to normal and control groups. The results indicate that chitosan-alginate encapsulated mangostin microparticles does not exert significant histopathological changes in the liver, kidney, and stomach except in the small intestine (p=0.02)."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liza Handayani
"ABSTRAK
Latar Belakang:Adenokarsinoma musinosum mempunyai prognosis lebih buruk dari pada adenokarsinoma Not Otherwise Specified NOS kolorektal. Ekspresi podoplanin pada Cancer associated fibroblasts CAF dan nilai Lymphatic Microvessel Density LMVD yang tinggi merupakan petanda prognosis yang buruk. Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap CAF, LMVD dan metastasis kelenjar getah bening KGB pada adenokarsinoma musinosum dan adenokarsinoma NOS. CAF merupakan komponen utama pada stroma desmoplastik yang memiliki peran penting dalam proses metastasis. LMVD merupakan penilaian densitas pembuluh limfatik pada massa tumor primer.Bahan dan Metode:Penelitian dilakukan terhadap 44 kasus yang terdiri atas 22 kasus adenokarsinoma musinosum dan 22 kasus adenokarsinoma NOS kolorektal. Pulasan podoplanin digunakan untuk melihat ekspresinya pada CAF dan nilai LMVD.Hasil:CAF yang terekspresi podoplanin pada adenokarsinoma NOS lebih tinggi daripada adenokarsinoma musinosum kolorektal p=0,000 . Tidak terdapat perbedaan bermakna nilai LMVD antara adenokarsinoma NOS dengan adenokarsinoma musinosum kolorektal p=0,381 . Tidak terdapat korelasi antara CAF yang terekspresi podoplanin dengan nilai LMVD pada adenokarsinoma musinosum p=0,248 dan adenokarsinoma NOS p=0,448 . Tidak terdapat korelasi antara CAF yang terekspresi podoplanin dengan metastasis KGB pada adenokarsinoma musinosum p=0,240 dan adenokarsinoma NOS p=0,791 .Kesimpulan:Ekspresi podoplanin pada CAF pada adenokarsinoma NOS lebih tinggi daripada adenokarsinoma musinosum. Tidak terdapat korelasi antara CAF yang terekspresi podoplanin dengan LMVD dan metastasis KGB pada adenokarsinoma musinosum dan adenokarsinoma NOS. Ekspresi podoplanin pada CAF tidak dapat digunakan untuk menentukan prognosis metastasis KGB pada adenokarsinoma musinosum. Terdapat kecenderungan nilai LMVD pada adenokarsinoma musinosum sedikit lebih tinggi daripada adenokarsinoma NOS kolorektal.

ABSTRACT
Background Mucinous adenocarcinoma has worse prognosis than the Not Otherwise Specified NOS colorectal adenocarcinoma. High expression of podoplanin in Cancer Associated Fibroblasts CAF and high lymphatic Microvessel Density LMVD values is a marker of poor prognosis. This study analyzed CAF, LMVD and lymph node metastasis in mucinous adenocarcinoma and NOS adenocarcinoma.CAF are the main component of desmoplastic stroma which have an important role in the metastatic processes. LMVD is an assessment of the density of the lymphatic vessels in the primary tumor.Materials and methods The study consists of 44 cases including 22 cases of mucinous adenocarcinoma and 22 cases of NOS adenocarcinoma colorectal. Podoplanin is used to see its expression CAF and LMVD values. Results CAF expressed podoplanin at NOS adenocarcinoma is higher than mucinous adenocarcinoma p 0.000 . There was no significant difference in LMVD values between NOS adenocarcinoma and mucinous adenocarcinoma p 0.381 . There was no correlation between CAF expressed podoplanin with LMVD values in mucinous adenocarcinoma p 0.248 and NOS adenocarcinoma p 0.448 . There was no significant correlation between CAF expressed podoplanin with KGB metastasis in adenocarcinoma musinosum p 0,240 and NOS adenocarcinoma p 0.791 . Conclusion CAF expressed podoplanin at NOS adenocarcinoma is higher than that of the mucinous adenocarcinoma. There is no correlation between CAF expressed podoplanin with LMVD and KGB metastasis in NOS mucinous adenocarcinoma and NOS adenocarcinoma. Podoplanin expression in CAF can not be used to determine the prognosis of KGB metastasis in mucinous adenocarcinoma. There is a tendency for LMVD values in mucinus adenocarcinoma to be slightly higher than NOS adenocarcinoma."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muningtya Philiyanisa Alam
"Proses inflamasi pada kanker kepala dan leher menyebabkan peningkatan sitokin proinflamasi dan sintesis protein fase akut c-reactive protein, CRP yang kemudian menyebabkan perubahan metabolisme dan anoreksia pada penderitanya. Seng merupakan zat gizi yang memiliki peran penting dalam menekan inflamasi, namun dilaporkan sekitar 65 pasien kanker kepala dan leher mengalami kekurangan seng. Penelitian potong lintang ini bertujuan mengetahui korelasi antara asupan seng dan kadar seng serum dengan kadar c-reactive protein CRP sebagai upaya menekan inflamasi sehingga dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas pasien kanker kepala leher. Dari 49 subyek yang dikumpulkan secara konsekutif di Poliklinik Onkologi RS Kanker Dharmais, 67,3 adalah laki-laki, rentang usia subyek 46 ndash;65 tahun. Frekuensi terbanyak 65,3 adalah kanker nasofaring dan 69,4 berada pada stadium IV. Seratus persen subyek memiliki asupan seng dibawah nilai angka kecukupan gizi. Rerata kadar seng serum subyek adalah 9,83 2,62 mol/L. Sebanyak 51 subyek memiliki kadar CRP yang meningkat. Terdapat korelasi negatif yang lemah antara kadar seng dengan kadar CRP subyek r =-0,292, p =0,042, namun tidak terdapat korelasi antara asupan seng dengan kadar CRP subyek p =0,86.

The inflammatory process of head and neck cancer leads to increase the proinflammatory cytokines and the synthesis of c reactive protein CRP , which then causes metabolic alteration and anorexia in the patients. Zinc is one of nutrient that has an important role in suppressing inflammation. It is reported that about 65 of head and neck cancer patients have zinc deficiency. The aim of this cross sectional study is to determine the correlation between zinc intake and serum zinc levels with CRP level as an effort to reduce inflammation to reduce the morbidity and mortality of head and neck cancer patients. Subjects were collected by consecutive sampling in the Oncology Polyclinic Dharmais Cancer Hospital, from 49 subjects 67,3 were men, most subjects were in the age range between 46 ndash 65 years. The highest frequency 65,3 is nasopharyngeal cancer and 69,4 are already in stage IV. All subjects in this study have a zinc intake below the recommended dietary allowance RDA in Indonesia. The mean serum zinc level of the subjects was 9.83 2.62 mol L. Most subjects have elevated CRP levels. There was a weak significant negative correlation between zinc concentration and CRP levels of subjects r 0.292, p 0.042, but there was no correlation between zinc intake and CRP levels of subjects p 0.86. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feby Lilia Rosa
"Kanker kolorektal merupakan masalah kesehatan masyarakat global dengan prevalensi tinggi yang pengobatannya masih memiliki keterbatasan. Senyawa flavonoid terutama kuersetin dinilai memiliki aktivitas biologis sebagai antikanker, sehingga beberapa senyawa flavonoid lainnya diharapkan juga memiliki aktivitas serupa. Tujuan dari studi ini adalah melakukan analisis secara in-silico dan in-vitro terhadap beberapa senyawa flavonoid terutama kuersetin dan turunannya sebagai agen apoptosis sel kanker kolorektal HT-29. Metode yang dilakukan secara in-silico meliputi jejaring farmakologi dan simulasi molekuler. Senyawa terbaik berdasarkan analisis in-silico diuji secara in-vitro dengan menilai aktivitas sitotoksisitasnya pada sel HT-29 menggunakan metode MTT Assay dan apoptosisnya dianalisis menggunakan flow cytometry. Protein target yang memiliki interaksi dengan kuersetin dan senyawa turunannya yaitu AKT1, APAF1, BCL2, CASP3, MAPK1 dan CASP9. Berdasarkan analisis prediksi ADMET, kuersetin dan turunannya masuk dalam kategori aman sebagai kandidat obat. Dua senyawa terbaik berdasarkan analisis in-silico yakni isoramnetin dan isokuersitrin dipilih untuk diuji secara in-vitro. Aktivitas sitotoksik kuersetin, isoramnetin dan isokuersitrin terhadap sel HT-29 dinyatakan dengan nilai CC50 berturut-turut 158,92mm + 5,4, 65,52mm + 5,0 dan 47,59mm + 2,5. Aktivitas apoptosis mencapai 16,7% hingga 62,4% jika dibandingkan dengan kontrol sel. Isoramnetin dan Isokuersitrin sebagai senyawa flavonoid turunan kuersetin berpotensi sebagai agen apoptosis sel kanker kolorektal HT-29.Kanker kolorektal merupakan masalah kesehatan masyarakat global dengan prevalensi tinggi yang pengobatannya masih memiliki keterbatasan. Senyawa flavonoid terutama kuersetin dinilai memiliki aktivitas biologis sebagai antikanker, sehingga beberapa senyawa flavonoid lainnya diharapkan juga memiliki aktivitas serupa. Tujuan dari studi ini adalah melakukan analisis secara in-silico dan in-vitro terhadap beberapa senyawa flavonoid terutama kuersetin dan turunannya sebagai agen apoptosis sel kanker kolorektal HT-29. Metode yang dilakukan secara in-silico meliputi jejaring farmakologi dan simulasi molekuler. Senyawa terbaik berdasarkan analisis in-silico diuji secara in-vitro dengan menilai aktivitas sitotoksisitasnya pada sel HT-29 menggunakan metode MTT Assay dan apoptosisnya dianalisis menggunakan flow cytometry. Protein target yang memiliki interaksi dengan kuersetin dan senyawa turunannya yaitu AKT1, APAF1, BCL2, CASP3, MAPK1 dan CASP9. Berdasarkan analisis prediksi ADMET, kuersetin dan turunannya masuk dalam kategori aman sebagai kandidat obat. Dua senyawa terbaik berdasarkan analisis in-silico yakni isoramnetin dan isokuersitrin dipilih untuk diuji secara in-vitro. Aktivitas sitotoksik kuersetin, isoramnetin dan isokuersitrin terhadap sel HT-29 dinyatakan dengan nilai CC50 berturut-turut 158,92mm + 5,4, 65,52mm + 5,0 dan 47,59mm + 2,5. Aktivitas apoptosis mencapai 16,7% hingga 62,4% jika dibandingkan dengan kontrol sel. Isoramnetin dan Isokuersitrin sebagai senyawa flavonoid turunan kuersetin berpotensi sebagai agen apoptosis sel kanker kolorektal HT-29.

Colorectal cancer is a global public health problem with a high prevalence, and its treatment still has limitations. Flavonoid compounds, especially quercetin, are considered to have biological activity as an anticancer, so several other flavonoid compounds are also expected to have similar activity. This study aimed to perform in-silico and in-vitro analysis of several flavonoid compounds, especially quercetin and its derivatives as apoptotic agents for colorectal cancer cells HT-29. The in silico method includes network pharmacology and molecular simulations. The best compounds based on in silico analysis were tested in-vitro by assessing their cytotoxic activity in HT-29 cells using the MTT Assay method. Their apoptosis was analyzed using flow cytometry. Target proteins interacting with quercetin and its derivatives are AKT1, APAF1, BCL2, CASP3, MAPK1 and CASP9. Based on ADMET prediction analysis, quercetin and its derivatives are included in the safe category as drug candidates. The best compounds based on in-silico analysis, isorhamnetin and isoquercitrin, were selected to be tested in-vitro. The cytotoxic activity of quercetin, isorhamnetin and isoquercitrin against HT-29 cells was expressed by CC50 values of 158.92 mm + 5.4, 65.52 mm + 5.0 and 47.59 mm + 2.5, respectively. Apoptotic activity reached 16.7% to 62.4% when compared to control cells. Isoramnetin and isoquercitrin, flavonoid compounds derived from quercetin, have potential apoptotic agents for HT-29 colorectal cancer cells."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Bonauli
"ABSTRAK
Latar Belakang: Prognosis dan tatalaksana kanker kolorektal sangat dipengaruhi olehstadiumnya. Pada tahun 2012, the European Society for Medical Oncology mempublikasikan pedoman yang menyarankan evaluasi terhadap microsatellite instability MSI untuk menentukan perjalanan penyakit kanker kolorektal. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi faktor prognostik MSI-H pada kadar kesintasan 3 tahun. Metode: Penelitian ini menggunakan data sekunder dari penelitian sebelumnya oleh Setyaningsih, dkk. yang berjudul ldquo;Penelitian Microsattelite Instability Melalui Ekspresi PMS2 dan MSH6 serta Tumor-Infiltrating Lymphocyte pada Kanker Kolorektal Kiri dan Kanan rdquo;. Kami memasukkan total 90 pasien yang didiagnosis sebagai kanker kolorektal yang menjalani bedah reseksi dari tahun 2008 hingga 2013 di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Kami menganalisa status MSI sebagai faktor prognosis untuk menentukan kadar kesintasan 3 tahun yang disesuaikan dengan ukuran dan tipe tumor, metastasis, dan umur pasien. Hasil: Dari 90 pasien, 47 orang dapat dilakukan follow up. Mayoritas pasien didiagnosis dengan kanker kolorektal stadium III n=29; 61,7 , 8 pasien didiagnosis sebagai stadium IV, 9 pasien didiagnsosis sebagai stadium II, dan 1 pasien didiagnosis dengan stadidum I. Kesintasan tiga tahun untuk pasien MSI-H adalah 33,3 , 22,2 , dan 20 untuk stadium II, III, dan IV; dibandingkan dengan kesintasan tiga tahun untuk pasien MSI-L yaitu 0 , 5 , dan 0 p = 0,003 . Selain itu, berdasarkan analisis multivariate, kami menemukan bahwa MSI-L memiliki hazard ratio 2,421 1,991-2,851 dibandingkan dengan MSI-H p = 0,004 . Kesimpulan: MSI-H adalah faktor prognosis yang penting untuk menentukan kesintasan tiga tahun pada pasien kanker kolorektal. Kami menemukan bahwa pasien dengan MSI-H memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan dengan pasien MSI-L. Temuan ini sejalan dengan pedoman dan penelitian sebelumnya yang menyarankan penggunaan MSI untuk menentukan perjalanan penyakit dan pilihan terapi pada pasien kanker kolorektal.
ABSTRACT Background The prognosis and treatment of colorectal cancer is based on its stadium. Due to its features, the prognosis stage II colorectal cancer is still considered inexact with the survival rates ranging from 87,5 in stage IIA to 58.4 in stage IIC.The European Society for Medical Oncology published a guideline in 2012 which suggests that microsatellite instability MSI should be evaluated to determine the course of the colorectal cancer. This study is aimed to investigate prognostic factor of MSI ndash H for 3 years survival rates. Method This study used secondary data from a previous study performed by Setyaningsih, et al. titled ldquo Penelitian Microsattelite Instability Melalui Ekspresi PMS2 dan MSH6 serta Tumor Infiltrating Lymphocyte pada Kanker Kolorektal Kiri dan Kanan rdquo . We included a total of 90 patients diagnosed with colorectal cancer who underwent resection surgery from 2008 to 2013 in RSUPN Cipto Mangunkusumo. We analyzed the MSI status as a prognosticfactor to determine 3 years survival rate, adjusted with the size and types of the tumor, metastasis, and age. Results Among 90 patients, 47 have been followed up. The median age was 47 years. The majority of the patients was diagnosed with stage III colorectal cancer n 29 61.7 , 8 patients were diagnosed with stage IV, 9 patients were diagnosed with stage II colorectal cancer, and 1 patient was diagnosed with stage I colorectal cancer. Three years survival rates for patients with MSI H are 33.3 , 22.2 , and 20 for stage II, III, and IV respectively, compared to 5 years survical rates for MSI L patients which are 0 , 5 , and 0 p 0.003 . Futhermore, with multivariate analysis, we found that MSI L has 2.421 1.991 2.851 hazard ratio compared to MSI H p 0.004 . Conclusions MSI H is an important prognostic factor to determine 3 years survival rate in colorectal cancer patients.We found that patient with MSI H have more favourable prognosis compared to MSI L patients This findings complements previous guidelines and studies which suggested the use of MSI to determine the disease course and treatment options in colorectal cancer."
2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Patricia Amanda
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara asupan karbohidrat, protein dan lemak dengan kadar C-Reactive Protein pada pasien kanker paru stadium IIIB-IV. Progresivitas kanker paru dipengaruhi oleh sistem kekebalan tubuh, faktor genetik dan respon inflamasi. CRP sebagai salah satu marker inflamasi dapat diandalkan sebagai salah satu parameter untuk memprediksi perkembangan kanker. Subjek didapatkan melalui consecutive sampling yang melibatkan 49 subjek kanker paru stadium IIIB ndash; IV yang tidak sedang menjalani terapi di RS Kanker 'Dharmais'. Hasil penelitian didapatkan rerata usia 55,82 12,26 tahun, sebanyak 63,3 berjenis kelamin laki-laki. Nilai median CRP yaitu 23,82 0,30 - 207,29 mg/L. Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya korelasi yang bermakna antara asupan karbohidrat dengan kadar CRP serum p = 0,919 , asupan protein dengan kadar CRP serum p = 0,257 dan asupan lemak dengan kadar CRP serum p = 0,986 . Kesimpulan: pada penelitian ini tidak didapatkan korelasi antara asupan karbohidrat, protein dan lemak dengan kadar CRP serum sebagai penanda perkembangan kanker.

The aim of the study was to determine the correlation between carbohydrate, fat and protein intake with the serum C Reactive Protein level in lung cancer patients stage IIIB ndash IV. The progression of lung cancer is influenced by immune system, genetic factors and inflammatory response, therefore CRP can be relied as one of the parameters for predicting cancer cell growth. Subjects were recruited by consecutive sampling, 49 subjects with lung cancer stage IIIB IV who currently not receving any treatment in Dharmais Cancer Hospital participating in this study. The mean age of subject was 55,82 12,26 years old and 63,3 were male. The median value of CRP was 23,82 0,30 207,29 mg L. This study did not showed significant correlation between carbohydate, protein and fat intake with serum CRP value p 0,919 p 0,257 p 0,986, respectively. In conclusion, there is no correlation between carbohydrate, protein and fat intake with serum CRP level in lung cancer stage IIIB ndash IV."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhilah Harmen
"ABSTRACT
Latar Belakang: Kanker kolorektal merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. Di Indonesia, kanker kolorektal menyerang kelompok usia produktif. Tanaman Phaleria macrocarpa diketahui mampu menghambat pertumbuhan kanker. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan ekstrak etanol batang mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap ekspresi iNOS pada sel kanker kolorektal HCT 116. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian in-vitro yang menggunakan cell-line kanker kolorektal HCT 116 yang diberikan ekstrak etanol batang mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dalam 3 dosis yaitu dosis kecil (50 ppm), dosis sedang (100 ppm) dan dosis besar (200 ppm) dibandingkan dengan sel kanker kolorektal tanpa pemberian ekstrak sebagai kontrol negatif. Sel yang telah diberi perlakuan kemudian diwarnai dengan pewarnaan imunositokimia dengan antibodi anti-iNOS dan diukur ekspresi iNOS-nya dengan menggunkan H-Score dan dianalisis dengan menggunakan uji One-Way ANOVA dan Post-Hoc Bonferroni. Penelitian kemudian dilanjutkan dengan uji skrinning fitokimia terhadap ekstrak yang digunkaan. Hasil: Ekspresi protein iNOS tertinggi yang diukur dengan H-Score pada penelitian ini ditemukan pada kontrol negatif (234,88). Pemberian ekstrak etanol batang mahkota dewa dengan dosis besar terbukti menurunkan H-Score sebesar 23,5% menjadi 179,67 dengan p=0,00. Pada Uji Post-Hoc didapatkan perbedaan bermakna baru terihat pada pemberian ekstrak dengan dosis yang besar (200 ppm). Pada uji skrinning fitokimia dapat ditemukan ekstrak etanol batang mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) positif mengandung tanin, flavonoid, glikosida, dan triterpenoid Kesimpulan: Ekstrak etanol batang mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dapat menurunkan ekspresi protein iNOS pada sel kanker kolorektal HCT 116.

ABSTRACT
Background: Colorectal cancer is one of the leading cause of death in the world. In Indonesia, colorectal cancer commonly found in productive group. Phaleria macrocarpa is known for its effect to inhibit the growth of cancer. Therefore, further research is needed to understand the effect of ethanolic extract of Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) bark on expression of iNOS in colorectal cancer HCT 116 cell ine. Methods: This experiment is done in in-vitro setting using colorectal cancer cell line HCT 116 which are given ethanolic extract of mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) bark in 3 different dosages which are 50 ppm; 100 ppm; and 200 ppm. The specimen is stained with immunocytochemistry staining with anti-iNOS antibody. The expression of iNOS is measured using H-Score and compared with control negative. The result of H-Score will be analyzed using One-Way ANOVA test followed by Post-Hoc Bonferroni Test. This experiment is also completed with phytochemistry screening test of the ethanol extract of Mahkota Dewa Bark (Phaleria macrocarpa) .
Result: Highest expression of iNOS is seen in the control negative group (234,88). Administration of ethanol extract of mahkota dewa bark (Phaleria macrocarpa) in 200 ppm dose significantly decrease the H-score by 23,5% to 179,67 with p=0,00. In Post-Hoc test, significantly different H-Score is only seen in 200 ppm group. In phytochemistry screening test, the ethanol extract of mahkota dewa bark (Phaleria macrocarpa) is positive for tannin, flavonoid, glycoside, and triterpenoid. Conclusion: Administration of ethanol extract of mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) bark can decrease the expression of iNOS in colorectal cancer HCT 116 cell line.
"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>