Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 205021 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Junaidi Abdilah
"Pengembangan ekologi industri dilakukan untuk merubah paradigma industri tradisional menjadi industri yang berwawasan lingkungan. Ekologi industri merupakan sistem yang digunakan untuk mengelola aliran material dan energi dalam suatu kegiatan industri sehingga menghasilkan efisiensi semaksimal mungkin dan menekan hasil samping yang dihasilkan. Tujuan utamanya adalah untuk merubah paradigma lama dengan paradigma baru yang menyatakan bahwa kegiatan industri merupakan kegiatan yang tidak boleh terpisahkan dari alam. Ekologi industri memang merupakan suatu kajian yang masih baru yang menggunakan pendekatan sistem dalam studi-studinya untuk mengintegrasikan antara sistem industri dan alam serta mencari cara-cara untuk mendisain ulang sistem industri tersebut. Ekologi industri ini merupakan salah satu konsep untuk menerapkan pembangunan berkelanjutan. Ekologi industri merupakan multi disiplin ilmu yang membahas masalah sistem industri, aktivitas ekonomi dan hubungannya yang fundamental dengan sistem alam. Salah satu dampak negatif yang dapat membahayakan kebersihan dan kesehatan lingkungan adalah limbah berbahaya dan beracun (B3) yang belum di kelola dengan baik oleh masing-masing industri yang menghasilkannya. Bagi industri penghasil limbah B3, keberadaan industri yang bergerak di bidang pengelolaan limbah B3 sangat membantu dalam hal pengelolaan limbah B3 tersebut baik dalam kegiatan pengangkutan, pengumpulan dan pemanfaatan limbah B3 bagi industri yang membutuhkan. Industri pengelolaan limbah B3 merupakan industri yang memiliki ijin resmi dari Kementrian Lingkungan Hidup di Indonesia, sehingga kegiatan pengelolaan limbah B3 yang dilakukan harus sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku. Selain perannya dalam mengembangkan jaringan eko-industri dalam pemanfaatan limbah B3, keberadaan industri pengelolaan limbah B3 juga memberikan beberapa dampak terhadap aspek sosial seperti membuka lapangan pekerjaan dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar.

The development of industrial ecology is to change the paradigm of traditional industries become pro-environmental industry. Industrial ecology is a system used to manage the flow of material and energy of industrial activity to achieve eficiency of resources consumption and minimum pollution produced. The main goal is to change the old paradigm to a new paradigm which states that industrial activity should not be separated from nature. Industrial ecology is a relatively new study that uses a systems approach in his studies to integrate the industrial and natural systems as well as finding ways to redesign the industrial system. Industrial ecology is one of concept for implementing sustainable development. Industrial ecology is a multi-diciplinary science wich examine the problem of industrial system, economic activity and its relationship to the fundamental natural systems. One of the negative impacts that may harm healthcare and hygiene the environment is hazardous and toxic waste (B3) that not managed properly by each of the industries. To hazardous wastes producer, the existence of industrial that engages in management of hazardous and toxic wastes is very important in terms of the management of hazardous and toxic waste in the transportation activities, collection and utilization hazardous waste for industries that require. Hazardous waste management industry is an industry that has official permission from the Ministry of Environment in Indonesia, so the hazardous waste management activities must be conducted according with applicable regulations. In addition to its role in developing industrial ecology networks in the hazardous waste utilization, hazardous waste management industry presence also gives some impact on social aspects such as creating jobs and providing economic benefits for local communities."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T39393
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reda Rizal
Jakarta: UI-Press, 2013
658.408 3 RED m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Cheltenham: Edward Elgar Publishing, 2001
R 658.408 HAN
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Philip Kristanto
Yogyakarta: Andi , 2013
363.73 PHI e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Astrini Pradyasti
"Kebutuhan akan katalis dekomposisi ozon terus meningkat seiring penggunaan ozon yang berlebih oleh industri. Ozon tersebut dilepas ke lingkungan dalam kadar yang melebihi batas ambang yang diperbolehkan dan dapat berbahaya bagi kesehatan. Dalam penelitian ini, dibuat katalis dekomposisi ozon dengan inti aktif oksida seng berpenyangga karbon aktif. Variabel yang divariasikan adalah ukuran katalis dan persentase loading inti aktif pada penyangga katalis. Variasi ukuran katalis yang dilakukan adalah 18-35 mesh, 35-60 mesh, dan 60-100 mesh, sedangkan variasi persentase loading yang dilakukan adalah 0 -berat, 1 -berat, dan 2 -berat. Katalis dikarakterisasi dengan metode BET, metode SEM-EDX, metode XRF, metode XRD, dan metode FTIR.
Pengujian katalis dekomposisi ozon dilakukan dengan menggunakan Fixed Bed Reactor pada suhu ruang dan tekanan atmosferik. Hasil pengujian katalis dilakukan dengan metode iodometri. Didapatkan bahwa katalis dengan ukuran 60-100 mesh dan loading 2 -berat memiliki konversi dekomposisi ozon tertinggi karena memiliki luas permukaan terbesar dan inti aktif oksida seng terbanyak. Katalis menunjukkan konversi dekomposisi ozon mencapai 100 pada 30 menit pertama. Jumlah ozon yang dapat terdekomposisi mencapai 11,57-107,78 ppm sehingga katalis dapat dikembangkan sebagai filter masker pendekomposisi ozon.

Need of catalyst for ozone decomposition is continue to increase with the excessive use of ozone in many industries. Excess of ozone is released to environment in the level that exceed the allowed threshold and may be harmful to human health. In this research, catalyst for ozone decomposition was made using zinc oxide and activated carbon as the support. Varied variables were catalyst size and loading percentage of zinc oxide to the support. Variations of catalyst size were 18 35 mesh, 35 60 mesh, and 60 100 mesh, whereas variations of loading percentage were 0 weight, 1 weight, and 2 weight. Catalyst were characterized using BET method, SEM EDX method, XRF method, XRD method, and FTIR method.
Catalytic ozone decomposition was performed in Fixed Bed Reactor at room temperature and atmospheric pressure. The result of reaction was analyzed using iodometry method. It was found that catalyst which size of 60 100 mesh and loading percentage of 2 weight had the highest conversion of ozone decomposition because it had the largest surface area and the most active sites of metal oxide. This catalyst showed the conversion of ozone decomposition reached 100 for the first 30 minutes. The amount of ozone that had been decomposed reached 11.57 107.78 ppm, so the catalyst dan be developed as a mask filter for ozone decomposition.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68471
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Pratama Putra
"ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini adalah semakin buruknya indeks kualitas air sungai di
Provinsi DKI Jakarta. Sebab banyak pabrik yang membuang limbah ke sungai,
khususnya industri penyepuhan dengan listrik. Masalahnya adalah limbah yang
dihasilkan berbahaya saat dibuang langsung ke lingkungan, yaitu seng dan sianida.
Senyawa tersebut bersifat toksik dan bioakumulasi di rantai makanan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengelolaan limbah pada proses penyepuhan
dengan listrik terhadap konsep minimisasi limbah beserta penghematannya, sikap
pihak terkait terhadap limbah, dan memprediksi peringkat PROPER (Program
Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan) melalui self assessment. Metode penelitian
adalah metode campuran dengan observasi lingkungan, tinjauan dokumen, perhitungan,
wawancara, dan kuesioner. Sampel terdiri atas dua belas pekerja penyepuhan dengan
listrik dan tiga orang manajemen, dan empat puluh delapan responden dari warga
sekitar yang dipilih dengan metode purposive sampling. Data diperoleh dengan
menggunakan kuesioner, wawancara, dan analisis laboratorium. Hasil dari penelitian
ini adalah industri melakukan pengelolaan limbah melalui pengaturan letak dan end-of
pipe treatment, sehingga belum efektif untuk penerapan konsep minimisasi limbah.
Perhitungan keuntungan industri disini didapatkan melalui penghematan bahan baku,
biaya pengelolaan limbah, dan upah pekerja. Untuk prediksi PROPER, dokumen sudah
dilengkapi dan memenuhi kriteria biru. Kesimpulannya adalah proses penyepuhan
dengan listrik di industri belum efektif dalam melaksanakan minimisasi limbah. Jika
diterapkan konsep minimisasi limbah akan didapat penghematan sebesar Rp
392.964.436,00/tahun. Sikap semua pihak adalah memandang kondisi saat ini sudah
baik, sehingga tidak ada usaha perbaikan untuk menuju minimisasi limbah. Prediksi
PROPER yang adalah biru dan komitmen terhadap lingkungan berada di level 1
berdasarkan penghargaan industri hijau (skor: 57,75).

ABSTRACT
The background of this study is the worse river water quality index in DKI Jakarta
Province. Because many factories dump waste into rivers, especially electroplating
industry. The problem is that the waste produced is dangerous when disposed of
directly into the environment, namely zinc and cyanide. These compounds are toxic
and bioaccumulate in the food chain. The purpose of this study was to evaluate waste
management in the process of the electroplating with the concept of waste
minimization and its savings, party attitudes related to waste, and predicting PROPER
(Company Performance Rating Program) ratings through self assessment. The research
method is a mixed method with environmental observations, calculation, document
reviews, interviews, and questionnaires. The sample consisted of twelve electroplating
workers and three management people, and forty-eight respondents from surrounding
residents who were selected by purposive sampling method. Data were obtained using
questionnaires, interviews, and laboratory analysis. The results of this study are that
the industry carries out waste management through setting and end-of pipe treatment,
so that it has not been effective in applying the concept of waste minimization.
Calculation of industry profits here is obtained through saving raw materials, waste
management costs, and workers' wages. For PROPER predictions, documents are
completed and meet the blue criteria. The conclusion is that the process of gilding with
electricity in the industry has not been effective in carrying out waste minimization. If
the waste minimization concept is applied, savings of IDR 392,964,436.00/year will be
obtained. The attitude of all parties is to see that the current conditions are good, so
there is no effort to make improvements to waste minimization. PROPER predictions
are blue and commitment to the environment is at level 1 based on green industry
awards (score: 57.75)."
Depok: Universitas Indonesia. Sekolah Ilmu Lingkungan, 2019
T51295
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lidia Handayani
"Dalam pemenuhan industri manufakturing berkelanjutan, industri dituntut untuk untuk mencegah timbulnya limbah, serta efisiensi penggunaan material dan energi melalui hiraerki minimisasi limbah. Penelitian dilakukan pada salah satu industri komponen otomotif dengan produk leafsspring. PT. XYZ telah melakukan pengelolaan limbah melalui metode end of pipe namun pendekatan ini tidak efektif. Untuk memenuhi manufakturing berkelanjutan, dibutuhkan analisis keseluruhan dampak lingkungan dengan pendekatan proses. Analisis dampak dilakukan dengan identifikasi aliran material dan energi melalui material flow analysis dan life cycle assessment. Selain itu, dilakukan penilaian terhadap penerapan minimisasi limbah di PT.XYZ melalui persepsi pekerja. Pada penelitian ini dilakukan i) kajian pengelolaan limbah industri ii)identifikasi dampak lingkungan proses produksi, iii)penerapan minimisasi limbah melalui keterlibatan sumberdaya manusia. Hasil dari penelitian ini proses produksi menghasilkan kerusakan pada kualitas ekosistem, perubahan iklim,sumberdaya dan kesehatan manusia kerusakan lingkungan terbesar disebabkan oleh pemakaian listrik sebesar 0,514 Pt, penggunaan material baja sebesar 0,319 Pt, dan penggunaan bahan kimia sebesar 0,164. Untuk persepsi pekerja dikategorikan cukup baik karena pengetahuan pekerja baik dan perusahan memiliki upaya pengurangan limbah dengan motivasi pengurangan biaya operasional

In fulfillment of a sustainable manufacturing, industry must prevent waste generation, reduce material, energy and pollution in stage of manufacturing through waste minimization hiraerki. Implementation of waste minimization without considering the social aspects tend to be ineffective, the successful environmental performance of industry influenced by the role of workers. PT. XYZ has conducted waste management but has yet to analyze the overall environmental impact to meet sustainable manufacturing requirement. Assessment through life cycle assessment method was conducted. Objective of this research are i) identification performance of waste management ii) identification of the environmental impact of production process, iii) understanding implementation of waste minimization through the involvement of human resources. The results of this study are PT.XYZ on manufacturing process generate liquid waste, solid waste, and emissions. The environmental damage of the production process is the change in the ecosystem quality, climate change, resources and human health due to the resulting electrical usage, steel material consumption, chemical consumption with score in a row 0,514 Pt, 0,319 Pt, 0,164 . The role of human resources in the implementation of waste minimization categorized well enought due to hight score of employee knowledge and motivation in cost reduction"
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Uiniversitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harsiti
"ABSTRAK
Kota sebagai lingkungan hidup buatan dapat dilihat sebagai hasil dari suatu proses interaksi antara manusia dengan manusia dan antara manusia dengan lingkungannya. Kota, sebagai pusat kegiatan dan konsentrasi kehidupan manusia, dewasa ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pertumbuhan dan perkembangan penduduk menuntut berbagai sarana dan prasarana untuk mencukupi kebutuhannya.
Pembangunan dapat optimal bila didukung oleh perencanaan yang memadai. Salah satu dampak pembangunan terjadi pada sumber daya alam dan lingkungan. Akibat dampak berupa degradasi lingkungan, yang bila dibiarkan akan merusak lingkungan dan selanjutnya akan menurunkan kualitas lingkungan.
Untuk menangani masalah perkotaan ini sangat diperlukan perangkat pengaturan pengelolaan yang memadai.
Di Indonesia, permasalahan ini telah menjadi pusat perhatian berbagai pihak, baik pihak pemerintah, swasta, maupun masyarakat umum, terbukti dengan munculnya berbagai peraturan perundang--undangan, kelembagaan, dan aktivitas lainnya.
Aktivitas tersebut perlu ditunjang oleh informasi akurat, tepat waktu, dan dipercaya. Namun informasi yang ada di berbagai lembaga sebagian tidak diterbitkan dan dikelola secara memadai sehingga tidak terjangkau oleh yang memerlukan. Informasi ini, apabila dikelola dengan baik dan dimanfaatkan secara optimal, akan sangat membantu para pengambil kebijakan pembangunan maupun pendidikan/pengembangan keilmuan. Selain itu terjadinya duplikasi penelitian akan sangat kecil.
Penelitian difokuskan pada: menyusun sistem informasi dan mekanisme kerja organisasi yang efisien dan optimal untuk mengelola informasi ekologi perkotaan.
Sampel/responden, berjumlah 100 orang yang dipilih dari berbagai instansi dan profesi (pengambil kebijakan, perencana/perancang, pengelola lingkungan, dan peneliti/staf pengajar), dan ditambah 100 orang pengelola informasi. Data diperaleh melalui kuesioner dan wawancara dengan para responden di berbagai kota yang telah ditentukan kriterianya. Survai dan studi kepustakaan dilakukan untuk memperkuat hasil penelitian.
Hasil penelitian menyimpulkan:
1. 1. Informasi ekologi perkotaan belum dikelola secara memadai
2. 2. Pusat informasi pada umumnya belum mendukung kebutuhan para pengambil kebijakan pembangunan maupun pendidikan/ pengembangan keilmuan.
3. 3. Responden (61%) menyatakan kesulitan mencari laporan penelitian, 88% menginginkan informasi mutakhir, 40% menginginkan abstrak, 26 % indeks, 16% resensi, 100% menghendaki informasi yang dibutuhkan harus dapat diketemukan; dan 95% menghendaki perlunya petugas pemandu subyek spesialis.
Agar informasi ekologi perkotaan dapat dimanfaatkan secara optimal, diperlukan suatu sistem simpan temu kembali informasi yang berbentuk Pusat Analisis Informasi Ekologi Perkotaan (PAIEP). PAIEP sebagai wadah yang bertugas mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, mengevaluasi, dan membuat tinjauan, untuk disebarluaskan kepada peminatnya.
Untuk mengoptimalkan hasil informasi, diusulkan suatu mekanisme kerja dan struktur kelembagaan sebagai berikut:
1. Koordinasi meliputi: inventarisasi koleksi, pemanfaatan informasi, penyusunan bibliografi/katalog induk, analisis /evaluasi informasi, dan konsultasi untuk menghasilkan informasi baru yang lebih bermanfaat.
2. Koordinasi dengan pusat-pusat informasi dari berbagai pihak baik tingkat pusat (Bappenas, Pusat Studi Lingkungan (PSL), Pusat Informasi dan Dokumentasi untuk Perencanaan Kota dan Daerah (PUSIDO), Pusat Informasi Teknik Pembangunan (BIC), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional(BARORSURTANAL), dan Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah (PDII) dan tingkat daerah (Bappeda, PSL,PUSIDO, BIC, dan LSM) melalui hubungan kerja sama atau jaringan informasi. Untuk kelancaran dan kemudahan dalam pengoperasiannya, setiap jenis kelompok pusat informasi (PSL, PUSIDO, SIC,) menunjuk satu pusat informasi sebagai pusatnya. Pusat-pusat informasi daerah mempunyai kewajiban untuk mengumpulkan informasi di daerahnya masing-masing.
3. Pelayanan informasi di tingkat propinsi dilayani oleh PSL, sedangkan untuk tingkat pusat dilayani oleh PAIEP.
4. Sajian informasi berbentuk: Ringkasan literatur, laporan penelitian, bibliografi, brosur, buku penuntun, buku petunjuk alamat, daftar tambahan koleksi, informasi kilat, monografi, proseding, tinjauan kritis, dan sebagainya.
5. Untuk menjaga kelancaran dan kemudahan-kemudahan dalam pengelolaan, PAIEP sementara waktu sebaiknya berada di bawah koordinasi Kantor Menteri KLH.
6. Menemukan/memutakhirkan cara/prosedur yang efisien dan efektif berkenaan dengan pengumpulan, penyimpanan, analisis,evaluasi, dan penyajian informasi ekologi perkotaan.

ABSTRACT
Urban areas as a made life environment may be seen as the results of the interaction process between man, between man and his environment.
Urban areas as the centre of activities and the concentration of human life are growing very fast nowadays. Population growth and development need many kinds of facilities and infrastructure.
Development could be optimal, if supported by proper planning. Development has an impact on natural resources and environment. The impact is found as environment degradation that, if neglected, could damage the environment, and further more, degrading its quality. Therefore, a proper environment management is really needed to handle this urban problem. In Indonesia, this problem becomes the focus of attention by many parties, including Government, and private sectors, to result in many kinds of rules, new established institutions and other activities.
These activities need to be supported by an accurate, on time and trustworthy information. Unfortunately most of the information available in many of the institutions were not well published and well managed, resulting in being out of reach by those who need it.
When this information is managed well and optimally employed it will be very useful for development policy makers as well as education and science. Besides, duplication in research will be reduced.
This study focuses on information systems and the mechanism of proper and efficient organization of information on urban ecology. A sample of 100 persons as taken from a variety of institutions and professions (policy makers, planners/designers, environment officials, researcher lecturers) and an other 100 persons whose jobs deal with information.
Data were gathered from questionnaires and interviews to respondents in many places of which its criteria has been indicated. Literature study was carried out to strengthen the results of the research.
The conclusions of the research are as follows:
1. 1. The information of urban ecology is not well managed.
2. 2. Generally, the information centre is not capable of supporting the needs of development policy makers as well as education and science development.
3. 3. As many as 61% of the respondents state that they have difficulties in searching research reports, 88% of them are in need of current information, 26% need abstracts, 16% need reviews, 100% request that information they need must be found and 95% need the guidance of a subject specialist.
Direct access to an information system is needed to enable optimal use of the urban ecology information and therefore, Information Analysis Centre for Urban Ecology {IACUE) is needed.
IACUE as an institution whose tasks is to collect, maintain, analyze, evaluate and state of the art reviews to be distributed to those who are interested. To optimize the results of information, the study proposed an institutional structure and work mechanism as follows:
1. Coordination, including: collection inventory, the use of information, the preparation of bibliographies/union catalogue, analyzing/evaluating of information, and consultative work to produce new information that could be more useful.
2. Coordination through an information network covering centers of information of many parties including public offices suck as Bappenas, Pusat Studi Lingkungan (PSL), Pusat Informasi dan Dokumentasi untuk Perencanaan Kota dan Daerah (PUSIDO), Pusat Informasi Teknik Pembangunan (BIC), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Badan Koordinasi Survay dan Pemetaan Nasional (BAKORSURTANAL), Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah (PDII) and institutions at district areas (Bappeda, PSL, PUSIDO, BIC, and LSM).To make it easy in its operation, every information centre (PSL, PUSIDO, BIC) should appoint one of the information centers as a center (coordinator). The district information centers are responsible for collecting information in their district areas.
3. Information services at provincial level are served by PSL while at the central level PAIEP {IACUE) has the responsibility.
4. The information channels take the form of: literature summaries, research reports, bibliographies, brochures, guide books, directories, accession lists, current con-tents, monographies, proceedings, critical reviews, etc.
5. To facilitate its administration, IACUE is suggested to be under the Ministry of State for Population and Environment.
6. It needs to select or find the most efficient and effective procedure in collecting, maintaining, analyzing, evaluating, and presenting urban ecology information.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: LIPI Press, 2011
581.7 POL
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>