Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122391 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Azis Amriwan
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat model dan tahapan program
pemberdayaan nelayan yang ada di Kecamatan Pelabuhanratu. Selain itu,
penelitian ini juga ingin menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi keterlibatan
nelayan dalam program pemberdayaan, serta menjelaskan proses reproduksi
praktik dominasi yang terjadi dalam program pemberdayaan. Penelitian ini
menggunakan teori strukturasi dari Anthony Giddens untuk melihat seperti apa
relasi yang terbangun antar agen dalam mereproduksi praktik-praktik kekuasaan
dalam program pemberdayaan nelayan tersebut berlangsung. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa program Pengembangan Usaha Mina
Perdesaan (PUMP) Perikanan Tangkap bersifat charity atau bantuan langsung
masyarakat (BLM). Konsep pemberdayaan semacam ini hanya bersifat sementara
dan tidak memberdayakan nelayan. Namun persoalan-persoalan struktural yang
mengekang (constraint) membentuk kesadaran nelayan untuk terlibat dalam
program pemberdayaan. Akibat model pemberdayaan dan faktor-faktor struktural
diatas, maka keterlibatan nelayan hanya sebatas mobilisasi. Kondisi ini juga
memicu pragmatisme nelayan terhadap program-program pemerintah. Kondisi ini
diperparah dengan praktik kekuasaan yang dimungkinkan terjadi dalam KUB
sebagai wadah pemberdayaan. Di internal KUB, nelayan mengalami dominasi
oleh taweu dan atau bakul. Relasi sosial yang dibangun oleh nelayan dalam
tahapan dan mekanisme pengajuan bantuan dalam program PUMP menyebabkan
ketergantungan nelayan terhadap pemerintah dan anggota DPRD sebagai elit
nelayan yang memiliki otoritas politik.

ABSTRACT
This study aims to look at the model and stages of fishermen
empowerment programs in Palabuhanratu. This study also wants to explain the
determinan factors of the fishermen 's involvement in that project. As well as the
practice of domination describes the reproduction process that occurs in the
empowerment program. This study uses structuration theory of Anthony Giddens
to see what kind of relationship that is built between agents in reproducing the
practices of power in the ongoing development programs fishermen. This study
used a qualitative approach with descriptive methods.
The results showed that PUMP program in Palabuhanratu is a charity
model of program for fisheries or community grants ( BLM ). Such empowerment
concept is only temporary and does not empower fishermen. But the structural
problems that curb (constraints) forming the awareness of fishermen to engage in
empowerment programs. Due to empowerment models and structural factors
above, the involvement of fishermen is only shows the practice of mobilization.
This condition also triggers pragmatism fishermen against government programs.
This condition is going badly by the practice of power relation that made in the
KUB. In the internal, fishermen has a domination by taweu or bakul. Social
relations that built on the PUMP mechanism caused dependency fishermen
against the government and political elite."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T38705
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tjia, Robert
"ABSTRAK
Lautan Indonesia yang luasnya 5,8 juta kilometer persegi terdiri dari 0,3 juta kilometer persegi perairan teritorial, 2,8 juta kilometer persegi perairan Nusantara, dan 2.7 juga kilometer persegi Zone Ekonomi Eksklusif. Perairan yang luas ini ditaburi lebih dari 17.500 pulau-pulau besar dan kecil, sehingga patutlah apabila Indonesia terkenal sebagai salah satu dari sekian banyak negara kepulauan (archipelago state) atau negara pantai (coastal state) yang ada di bumi ini, sesuai istilah yang ada setelah Konferensi Hukum Lautan Intemasional (Haeruman 1985).
Bagian yang paling rawan di wilyah lautan ini adalah teritorial tempat adanya terumbu karang dan hutan bakau. Kerawanan itu disebabkan oleh tingkat eksploitasi sumber daya alam yang sudah sangat tinggi, karena daerah pesisir merupakan bagian wilayah lautan Indonesia yang paling produktif (Soerjani dkk 1987).
Salah satu perwakilan ekosistem terumbu karang yang potensial terdapat di kawasan Pulau Bunaken perairan bagian Utara kotamadya Manado Propinsi Sulawesi Utara.
Menyadari betapa penting dan bernilainya potensi sumber daya alam kelautan tersebut, maka sejak tahun 1980 Pemerintah Daerah Tingkat I Sulawesi Utara mulai melakukan tindakan-tindakan dan upaya-upaya pengamanan dan perlindungan agar kekayaan Nasional tersebut dapat dilestarikan dan dimanfaakan bagi Pembangunan Nasional pada umumnya dan kesejahteraan masyarakat sekitar pada khususnya, Tindakan dan upaya Pemerintah Daerah Tingkat I Sulawesi Utara terlihat pada Surat Keputusan Gubemur KDH Tingkat l Sulawesi Utara No. 224 Tahun 1980 tentang Perlindungan, Pengamanan, Pengelolaan, dan Pengembangannya terhadap Obyek Wisata Taman Lout Manado yang selanjutnya disebut Taman Laut di Bunaken, Mando Tua, Siladen, Montehage sekitarnya dan batas-batasnya. Untuk memperkuat Surat Keputusan Gubemur tersebut di atas ditindak lanjuti dengan beberapa surat Keputusan dan pengumuman Gubemur. Untuk upaya-upaya konservasi Departemen Kehutanan R.I. sejak tahun 1986 telah menunjuk Pulau Bunaken dan pulau pulau di sekitamya sebagai Cagar Alam Lout, melalui S.K. Menteri Kehutanan No. 238/Kpts-11/86. Pada Tahun 1989 Bunaken Manado Tua (Sulawesi Utara), Way Kambas (Lampung) dan Aopa Watumahoe (Sulawesi tenggara) dideklarasikan sebagai Taman Nasional berdasarkan SK. Menteri Kehutanan No. 444/Menhut-II/ 1989. Pengukuhan lebih lanjut dalam bentuk produk hokum ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati don Ekosistemnya.
Konsep konservasi menurut Atmawidjaya (1985) adalah upaya manusia untuk mengelola lingkungan guna menjamin manfaat yang maksimal bagi manusia sekarang dan mendatang. Konservasi sumberdaya alam adalah pemanfaatan sumber daya dam diperuntukan sebesar-besamya bagi kesejahteraan rakyat secara berkesinambungan dengan menjamin keberadaan potensi dan keseimbangan tata lingkungannya dan kemungkinan bahaya kerusakan, kepunahan dan penurunan kualitas dan kuantitasnya (Direktorat PPA-Dephut 1982).
Dalam Strategi dan Program Konservasi di Indonesia, pada strategi ke 2 disebutkan meningkatnya perlindungan ekologi yang menunjang sistem kehidupan, memeliharan pengawetan keanekaragaman sumberdaya dan plasma nutfah, serta menjamin kelestarian pemanfaatannya. Penjabaran strategi ke 2 meliputi antara lain terrnasuk pengelolaan taman nasional.
Sebagai konsekuensi dengan dikembangkannya Pulau Bunaken menjadi Taman Nasional Laut timbul masalah pemanfaatan yaitu di satu sisi adanya upaya pemerintah melakukan perlindungan dan pemanfaatan sesuai dengan program konservasi yang ada, di sisi lain adanya ketergantungan masyarakat terhadap ekosistem terumbu karang sebagai sumber dan tempat mata pencaharian hidup menunjukkan bahwa 85 % penduduk setempat mempunyai ketergantungan terhadap ekosistem terumbu karang, karena itu penangkapan ikon merupakan pilihan utama sebagai mata pencaharian hidup mereka.
Penelitian ini berusaha mempelajari sistem mata pencaharian hidup masyarakat setempat dengan melihat bagaimana dampak pengembangan Taman Nasional Laut terhadap pola-pola penangkapan ikan dalam sistem mata pencaharian hidup di dalam kerangka sistem budaya masyarakat setempat.
Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa dampak upaya pengembangan Taman Nasional terhadap sistem mata pencaharian hidup masyarakat setempat sebagai nelayan tidak berubah, namun di sisi lain telah menimbulkan perubahan pola-pola penangkapan ikan di sekitar kawasan terumbu karang ke kawasan laut lepas.
Hal ini dapat dianggap sebagai hasil positif dari upaya konservasi dalam melestarikan ekosistem terumbu karang sebagai aset nasional. Namun di sisi lain, despot dikatakan kehadiran Taman Nasional Laut Bunaken dengan aktivitas industri kepariwisataannya sejauh ini belum memberi atau menciptakan peluang bagi penciptaan lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat.
Untuk meningkatkan kesejahteraan masyrakat setempat khususnya para nelayan diperlukan suatu partisipasi nyata dari berbagai pihak, khususnya pihak-pihak yang terkait langsung dengan upaya pengembangan Taman Nasional Laut dengan memberi kemudahan-kemudahan berupa dana, teknik keterampilan sesuai kebutuhan yang ada, kursus-kursus keterampilan industri kecil dan sebagainya. Dengan demikian, setidak-tidaknya dapat mengurangi ketergantungan terhadap sumber daya alam yang dilarang undang-undang untuk dieksploitasi, masyarakat merasa diperhatikan al-au dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan kepariwisataan dan Lain-Iainnya sehingga akan timbul rasa kesadaran dan tanggung jawab masyrakcrt untuk ikut menjaga dan melestarikan lingkungan hidupnya.

ABSTRACT
The Indonesian ocean covers an area approximately of 5.8 million sq km. it is consists of 0,3 million sq km of littoral coastal area, 28 million sq km ofNusantara coastal area and 2.7 million sq km of the Exclusive Economical zone. In this great expense of seawater lies 17.500 islands of varying sizes. it can be expressed that Indonesia is one of the archipelago states or coastal states in the world, based on the terms of the Law of the Sea Treaty (Haeruman 1985).
The most indispensable area of the Indonesian ocean is the coral reef and mangrove area in the territorial coastal area. The critical condition mainly is due to the high level of marine resource exploitation, while coastal area is the most productive area in Indonesia Ocean (Soerjani et al 1987). One of those potential coral reef ecosystems is Bunaken Islands coastal area, which lies in the north part of the city of Manado in the North Sulawesi province. Due to the Bunaken islands important resources potential, since 1980 the provincial government of North Sulawesi had been executed the required action to and to conserve those resources of the national interest and the welfare of the local community since 1980.
The North Sulawesi Governor decree No. 244/1980 has established the administrative boundary of Bunaken Islands included Manado Tua, Siladen and Montehage as the Marine Tourist Destination Area and set the policies for the development, management and protection, for those areas. Since 1986 The Indonesia Forest Ministry also had been directing conservation policies of Bunaken Islands, by declaring Bunaken Islands first as an Coastal Protected area with the regulation from the Forest Ministry No. 382/Kpts-ll/86, and 444 Menhut-II/ 1989. On the National level, the supporting law were UU No 5/1982 about Conservation of Natural Resources.
The concept of conservation had been proposed by Atmawidjaja (1985) as the act of managing the environment to guarantee the maximum benefit for the meantime and the future. Nature conservation in this view were the action for the sake of the people in the sustainable way by protecting the resources from the possibility of degradation, destruction and misuse in the qualitative and quantitative terms (Directorate PPADephut 1982).
The second strategy from Indonesia National Conservation Program and Strategy had stressed the improvement of ecological protection which supported living system, maintenance of resources including genetic diversities to assure the sustainable use. The implementation of the second strategy also encompassed the management of National Park.Bunaken islands development as a National Marine Park has brought two important issues. First, is the issue of conservation and development of the resources as park of conservation program. Second, the issue of people dependencies on the coral reef ecosystem as the main source of their living. In his research, Rondo (et al 1985) had found that 85 % of local people seek their living as fishermen. They were dependent on the coral reef ecosystem as the source of fish for their catches.
This research were done to study the changes in the system of livelihood of Bunaken island people. The main focus were impacts assessment from the development of Bunaken Islands as a Marine National Park on the fishing patterns of local people as part of their local cultural system.
Research findings had implied that Bunaken Islands Marine Park development had not produced changes on their trades as fishermen. But the development had influenced their ways of fish catching, as inferred by the changing place where they pursue the fish. After development, the fish men seek their catch in the open sea, not in the coral reef area anymore as before the development.
Analysis about the research findings suggested that the development of Bunaken Island as Marine National Park had bring positive results, in the from of conservation of coral reef as national asset. The development also has sprouted tourism activities as circumstantial job opportunities. But, local people still could not take advantage from this condition. Participation from many sectors still must be sought to make the people more prepared for the available opportunities, such as small-scale credit for business capital, additional courses to upgrade their skill and abilities, ect..
In the future, it can be hoped that by creating favorable condition the people could be directed to lessen their dependency for marine resources exploitation gradually. By involving the people, it can be hopped that they shall be more responsible in safeguarding their environment.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Lidya Mitha Andhiny
"Kekayaan komoditas laut Indonesia dilihat oleh banyak pihak yang tidak bertanggung jawab sebagai kesempatan untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya lewat aktivitas illegal, unreported, and unregulated fishing (IUU Fishing). Sebagai sebuah praktik menyalahi hukum, IUU Fishing menyebabkan berbagai dampak buruk bagi suatu negara, mulai dari ekonomi, sosial, keamanan, hingga lingkungan. Sebagai badan yang secara khusus menangani keamanan maritim Indonesia, Bakamla bersama beberapa agen pemerintah lainnya melakukan Operasi Nusantara. Sebagai sebuah operasi gabungan, Operasi Nusantara menekankan pada sistem deteksi dini dan peringatan, atau dengan kata lain mempraktikkan intelijen. Penelitian inibertujuan mengidentifikasi pengumpulan dan analisis data maupun informasi intelijen serta bagaimana kemudian Bakamla melalui Operasi Nusantara mengolahnya. Selain itu, penelitian ini juga berusaha mengevaluasi aktivitas intelijen Bakamla melalui analisis SWOT. Untuk dapat mencapai obyektif tersebut, digunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara mendalam terhadap personilyang terlibat langsung di dalam Operasi Nusantara Bakamla. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa Opnus Bakamla memiliki faktor pendukung berupa posisinya sebagai pemegang komando operasi dan hubungan baiknya dengan masyarakat sipil, serta faktor penghambat berupa kondisi alam yang setiap saat dapat menjadi musuh dan lemahnya SDM. Bakamla masih sangat bergantung pada peran manusia (HUMINT) dalam aktivitas intelijennya. Namun demikian, ketergantungan Bakamla terhadap HUMINT belum diimbangi dengan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang memadai, sehingga pada beberapa kesempatan strategi yang dirumuskan oleh pimpinan operasi tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Peran Bakamla dalam pemberantasan IUU fishing memang tidak dapat ditampik, akan tetapi masih terdapat ruang untuk melakukan peningkatan agar operasi yang dilakukan Bakamla dapat berjalan dengan lebih efektif dan efisien.

The abundance of Indonesian marine commodities is seen by many irresponsible parties as a way to maximize profits through illegal, unreported and unregulated fishing (IUU Fishing) activities. As a practice, IUU Fishing leads to various adverse effects, ranging from economic, social, security, to environmental. As an agency that deals specifically with national’s maritime security, together with other stakeholders, Bakamla runs the Nusantara Operation (Opnus). As a joint operation, Nusantara Operation emphasizes on early detection and warning system, or in other words practicing intelligence. The purposes of this study is to identifying the collection and analysis of intelligence data and how then Bakamla through the Nusantara Operation process it. Besides that, this study also attempts to evaluate Bakamla's intelligence activities through SWOT analysis. To achieve these goals, this research conducted a series of in-depth interviews with the officers involved in the Nusantara Operation. The findings of this study indicate that Bakamla has a supporting factor in the form of its position as the command holder of operations and good relations with civil society, as well as inhibiting factors such as natural conditions that can become enemies at any time and weak human resources. Bakamla is still heavily dependent on the human roles in its intelligence activities (HUMINT). However, the quality and quantity of Bakamla’s human resources itself is still very limited to carry out adequate intelligence activities. The role of Bakamla in combating IUU fishing in Indonesia is undeniable, however there are still many room for improvement so that the operations performed by Bakamla can run more effective and efficient.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Mayasari
"Penelitian ini membahas pola wilayah kesuburan laut dan hubungannya dengan produksi ikan tangkap di Selatan Jawa Barat pada April hingga Juli 2010. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan pendekatan keruangan yaitu melakukan interpretasi data citra satelit MODIS untuk melihat karakteristik wilayah front thermal dari sebaran suhu permukaan laut dan konsentrasi klorofil-a serta arah arus permukaan laut yang selanjutnya dilakukan penampalan untuk mendapatkan pola wilayah kesuburan laut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola wilayah kesuburan laut di daerah penelitian yaitu semakin ke lautan lepas yaitu Samudera Indonesia tingkat kesuburannya menurun. Sedangkan produksi ikan tangkap tidak mengikuti pola wilayah kesuburan lautnya.

The objective of this research is to describe the pattern of sea water fertility and the relationship to the production of fishing ground in the Southern of West Java on April until July 2010. The method used in this research is descriptive analysis with spatial approach using interpretation satellite imagery data of MODIS to find out sea surface temperature distribution, chlorophyll-a concentration, sea surface current, and then used overlay technique to find the pattern of sea water fertility. The result of this research showed that the pattern of sea water fertility decline toward the Indonesian Ocean, while fishing ground production did not follow the pattern of sea water fertility."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S205
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Badan Riset Kelautan dan Perikanan, 2006
639.2 JEN (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan perilaku secara akurat dengan menggunakan perspektif theory planned
behavior dari nelayan artisanal di Indonesia di tengah kehidupan dengan kondisi degradasi sumberdaya laut yang
semakin menurun adanya, kemiskinan absolut yang dihadapi oleh nelayan artisanal, semakin kompleksnya persoalan
pemanfaatan sumberdaya pesisir di Indonesia serta semakin beragamnya stakeholder pemanfaat sumberdaya tersebut.
Teknik penarikan sampel dilakukan dengan cara acak kl
uster dengan jumlah sampel 400 rumah tangga. Data
dikumpulkan dengan menggunakan wawancara berdasarkan
kuesioner dan diproses dengan menggunakan program structural equation model (SEM) and LISREL 8:54. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa perspektif theory planned behavior
dapat digunakan untuk melihat niat untuk berperilaku dan perilaku nelayan artisanal di pantai Utara Provinsi Jawa Barat, meskipun dimungkinkan adanya perilaku yang dilakukan tanpa melalui niat untuk berperilaku. Koefisien determinasi antara variabel sikap, norma subjektif, keyakinan kemampuan berperilaku terhadap variabel niat
untuk berperilaku sebesar 0,40. Kondisi ini mengindikasikan adanya faktor variabel lain sebesar 60% di luar variabel
penelitian ini yang mempengaruhi niat untuk berperilaku. Sementara itu pengaruh variabel niat untuk berperilaku
terhadap perilaku sebesar 0,51 mengindikasikan bahwa tidak sepenuhnya niat untuk berperilaku nelayan terwujud
sesuai dengan perilaku mereka dalam kegiatan perikanan tangkap. Temuan penelitian ini yang menjelaskan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku nelayan artisanal dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan dapat memberikan kontribusi terhadap kegiatan ko-manajemen perikanan di Indonesia, khususnya pada komunitas di wilayah studi di pantai utara Provinsi Jawa Barat.

Abstract
This study aims to estimate accurately the behavior using the Theory of
Planned Behavior perspective of artisanal fishermen in Indonesia, in the midst of life with the condition of degradation of marine reso
urces are declining, absolute poverty faced by artisanal fishermen and the more complex issues of coastal resource use in Indonesia with a more diversity of stakeholders utilizing these resources. The popula
tion of artisanal fishermen in the northern coast of West
Java Province 10,404. Techniques for sampling by
cluster random sampling clusters with the number of household
sample of 400 artisanal fishermen. Data was collected using a questionnaire interview further processed using the program structural equation model (SEM) and LISREL 8:54. The conclusion of this study were (1) Theory of planned behavior perspective can be used to view the intention to behave and conduct artisanal fishermen in the northern coast of West Java province, despite the possible existence of behavior that is done without the intention to behave (2) the
coefficient of determination between the attitude variables, subjective norm, perceived behavior control to variable behavior intention at 0.40. These conditions indicate the existence of other variable factors of 60% outside variables that affect the intention of this study to behave. Meanwhile the influence of variables on behavior intention to behave by 0.51 indicates that it is not fully manifested the intention to behave in accordance with the behavior of fishermen in their fishing activities, (3) that explains the study's findings about the factors that influence the behavior of artisanal fishermen in the utilization fishery resources, can contribute to the activities of co-management of fisheries in
Indonesia, especially in communities in the study area on the northern coast of West Java Province. "
[Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia], 2011
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Arik Sulandari
"Perairan Prigi termasuk Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Samudera Hindia, merupakan kawasan dengan status pemanfaatan tinggi. Nelayan Prigi umumnya menangkap ikan-ikan pelagis dengan alat tangkap jarring, pancing tonda dengan menggunakan alat bantu penangkapan lainnya berupa rumpon. Pada umunmya para nelayan Prigi masih menangkap dengan peralatan sederhana, sehingga hasilnya kecil.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka perlu dilakukan penelitian yang terkait dengan strategi peningkatan produksi hasil tangkapan bagi Nelayan Pancing Tonda ini. Berdasarkan variabel yang menpengaruhi produktivitas pancing tonda antara lain adalah jumlah trip penangkapan,ukuran kapal, daya mesin, panjang tali, ukuran mata pancing, jumlah Anak Buah Kapal (ABK), pengalaman ABK dan nahkoda. Dengan mengunakan pengujian model Cobb Douglas , hasilnya menunjukan jumlah trip, jumlah ABK, Pengalaman ABK mempengaruhi hasil produksi . Jumlah trip paling berpengaruh terhadap produktivitas nelayan pancing tonda. Faktor-faktor produksi yang terdapat dalam model dapat menjelaskan perubahan hasil tangkapan dengan alat tangkap pancing tonda pada armada kapal sekoci sebesar 87,5% sedangkan sisanya yaitu 12,5% disebabkan karena faktor-faktor lain ataupun variabel ? variabel yang tidak termasuk dalampenelitian.
Strategi yang dianggap tepat adalah : (i) perlu dilakukan penambahan waktu trip dan memperhatikan pengalaman ABK dan nahkoda kapal; (ii) perlu adanya pengembangan alat bantu penangkapan seperti Fish Finder dan pemakaian umpan yang lebih menarik bagi ikan sasaran dan(iii) pemberian pelatihan dan pengetahuan dasar tentang teknologi alat bantu penangkapan sesuai sifat dasar ikan yang menjadi sasaran penangkapannya.

Prigi waters including the Regional Fisheries Management (WPP) of the Indian Ocean, is a different region on the status of high utilization. Prigi Fishermen generally catch pelagic fish with nets and fishing gear trolling lines by using the tools of rumpon other catching. In general, the fishermen are still experiencing the limitations of capture technology. With a simple fishing gear sehingaan average revenue per month small.
Based on the description above, it is necessary to research associated with increased production strategy for Fishermen Fishing catches this Trolling Variables that menpengaruhi productivity between assessments adalahjumlah trip fishing, boat size, engine power, length of rope, hook size, number of crew (ABK), the experience of ABK and helmsman. Using a Cobb model the results show the amount of trips,amount of ABK, ABK experience affect the results of production. The amount of trips the most influence on the productivity of fishermen fishing trolling lines. Production factors included in the model can explain the changes in the catch by fishing gear fishing boat trolling lines on a fleet of ships at 87.5% while the remaining 12.5% is due to other factors or variables - variables that are not included dalampenelitian.
In order to achieve optimal results the proposed strategies are: (i) the need to do additional trip time and attention to the experience of crew and ship captains, (ii) is necessary to arrest the development of assistive devices such as Fish Finder and use of bait is more attractive to fish targets and delivery training and basic knowledge of technology tools and the nature of the capture of fish that were targeted.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T30000
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Yani
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
T39655
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Shidqy Rhaditya
"Nelayan tradisional pengguna kapal kayu hampir tidak mendapatkan penghasilan dari hasil laut pada bulan Januari, Februari, dan Desember diakibatkan oleh cuaca yang kurang mendukung serta musim ikan yang sepi. Keunggulan catamaran convertible pelat datar 5m adalah memiliki daya muat yang lebih banyak dibandingkan perahu nelayan tradisional dan dapat dengan mudah berubah fungsi dari kapal nelayan menjadi kapal wisata. Perencanaan ini bertujuan menciptakan cara agar nelayan tradisional mendapatkan penghasilan yang lebih menentu, dengan menciptakan sistem operasi kapal dual fungsi. Kapal hasil desain dengan beberapa software, jenis catamaran pelat datar yang memiliki deck convertible dari flat deck menjadi seat deck. Perbandingan dilakukan antara penghasilan nelayan tradisional pengguna perahu nelayan sesuai hasil survei, dengan estimasi penghasilan nelayan jika menggunakan kapal catamaran convertible. Kesimpulan, penghasilan bersih nelayan dapat bertambah 280.72% menggunakan catamaran convertible. Penggunaan kapal catamaran convertible hanya untuk menangkap ikan saja, tanpa penggunaan jasa penyeberangan, menghasilkan penurunan pendapatan sebesar 63.11%.

Traditional fishermen using their conventional wooden boat mostly don't get income from fishing in january, february, and december. The main cause of the problem is bad weather, which then causes fishermen to have severe dificulties in catching fish. The 5m flat hull convertible catamaran can hold more load on its deck compared to the fishermen’s conventional wooden boat, and it is able to be easily converted from fishing boat mode to tour boat mode. The motive of this planning is to find a way for the traditional fishermen to get more stable income by creating a dual-functioned ship operating system. The prototype is designed on several softwares, it is a flat hull catamaran with convertible deck; from flat deck to seat deck. Comparison is done between the income of a fisherman using the conventional fishing boat, calculated with survey data, and the estimated income of a fisherman using the convertible catamaran. The conclusion is; the fisherman using the convertible catamaran could gain up to 280.72% of profit compared to the conventional operation use. Usage of the boat for fishing only causes profit decline of 63.11%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54954
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>