Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 211030 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sopia Lestari
"ABSTRAK
Efek Heat Island (HI) Jakarta dikaji menggunakan data suhu permukaan di 9
(sembilan) Stasiun Meteorologi Jakarta, Tanjung Priok, Serang, Halim,
Cengkareng, Pondok Betung, Curug, Bogor, Citeko selama 1986-2008 (23 tahun)
dan Serpong selama 2008-2011 dan 2013; penggunaan dan tutupan lahan: terbuka
hijau, industri, badan air, pemukiman, lahan terbuka pada 1997, 2004, 2009, 2012;
dan jumlah industri dan transportasi selama 1986-2011 (26 tahun). Metode
analisis harmonik digunakan untuk menghilangkan pengaruh dominan faktor
musiman dan dilakukan perataan bergerak (moving average) 30 harian agar
diperoleh tren deret waktu suhu yang lebih jelas serta Mann-Kendall untuk
mengetahui tingkat kepercayaan persamaan tren. Hasil studi menunjukkan industri
merupakan faktor utama perubahan penggunaan dan tutupan lahan di Jakarta
dengan laju kenaikan/tahun 502 Ha (10,3%) terkonsentrasi di wilayah Jakarta
Timur. Aktivitas industri menyebabkan kenaikan alih fungsi tutupan lahan
berbanding lurus dengan penurunan fungsi lahan hijau dan lahan terbuka di
Jakarta selama 2009-2012 (4 tahun) dimana laju kenaikan 38,8%/tahun lahan
industri diikuti laju penurunan 8,3%/tahun dan 13,8%/tahun untuk masing-masing
fungsi lahan hijau dan lahan terbuka. Efek HI menyebabkan tren laju kenaikan
suhu/tahun di Jakarta, Tanjung Priok, Serang, Halim, Pondok Betung,
Cengkareng, Curug, dan Bogor berturut-turut sebesar 0.051°C, 0.021°C, 0,018°C,
0.012°C, 0.006°C, 0.006°C, 0.005°C, dan 0.004°C. Jumlah hari hujan R>40mm,
R>50mm, dan R>100mm di Jakarta mengalami kenaikan tren pada tingkat
kepercayaan 90% selama tahun pengamatan, dimana Jakarta lebih banyak
menerima curah hujan ekstrim dibandingkan daerah pegunungan. Kenaikan tren
curah hujan diikuti dengan peningkatan konsentrasi aerosol SO2 dan NO2 di
daerah Kemayoran dan terbukti telah menyebabkan kenaikan kejadian banjir di
Jakarta.

ABSTRACT
Heat Island (HI) effect in Jakarta has been studied using air temperature at 9
(nine) meteorological stations: Jakarta, Tanjung Priok, Serang, Halim,
Cengkareng, Pondok Betung, Curug, Bogor, Citeko during 1986-2008 (23 years)
and Serpong during 2008-2011 and 2013; land use and land cover of forest,
industry, water, settlement, and open/cleared land in 1997, 2004, 2009, 2012; and
total number of industry and transportation during 1986-2011. Harmonic analysis
used to remove seasonal component from temperature time series data and filtered
by 30-day-moving-average technique to capture its trends with significant test by
Mann-Kendall method. The results show that industry played as major factor in
land use and land cover changes (LULCC) over Jakarta with increasing
growth/year of 502 Ha (10.3%) concentrated in the East Jakarta. Industry has
similar spatial cover change with deforestation and open/cleared land expanding
remarkably in Jakarta during 2009-2012 (4 years) by 38.8%/year (industry),
8.3%/year (deforestation), and 13.8%/year (open/cleared land). HI effect
increased temperature trend rate/year in Jakarta, Tanjung Priok, Serang, Halim,
Pondok Betung, Cengkareng, Curug, Bogor about 0.051°C, 0.021°C, 0,018°C,
0.012°C, 0.006°C, 0.006°C, 0.005°C, 0.004°C, respectively, equivalent with
averaged warming in the city, suburban, and mountainous areas around 2.5°C,
0.6°C, and 0.4°C, respectively within 100 years since 2009. Rainfall days
R>40mm, R>50 mm, and R>100mm in Jakarta during year observations
experienced increasing trend with 90% statistically significant. Jakarta received
more rainfall extreme than mountanious area. Increasing rainfall trend followed
by increasing trend of aerosols SO2 and NO2 in Kemayoran and it has been
causing increasing number of floods."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renita Purwanti
"Kecamatan Cibinong merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk paling tinggi di Kabupaten Bogor sehingga menyebabkan kebutuhan akan ketersediaan lahan selalu meningkat setiap tahunnya yang akan memberikan dampak pada perubahan penutup lahan dari semula lahan vegetasi menjadi lahan terbangun. Alih fungsi lahan akan memberikan pengaruh terhadap suhu permukaan daratan dan menyebabkan terjadinya fenomena surface urban heat island (SUHI). Tujuan penelitian ini adalah melihat dinamika perkembangan lahan terbangun di Kecamatan Cibinong pada tahun 2015, 2019, dan 2023 menggunakan citra satelit tegak resolusi sangat tinggi World View 3.0, dan fenomena SUHI menggunakan citra satelit Landsat-8 TIRS Level 2 serta melakukan prediksi terhadap perkembangan lahan terbangun dan fenomena SUHI di tahun 2031 menggunakan metode Celullar Automata – Artificial Neural Network (CA-ANN) menggunakan plug-in MOLUSCE. Hasil penelitian menunjukan perkembangan lahan terbangun mengalami kenaikan sebesar 5,12% yang didominasi oleh kawasan permukiman, dan wilayah yang terdampak fenomena SUHI bertambah sebesar 0,72% yang umumnya terjadi di kawasan industri, perdagangan, dan perkantoran pada tahun 2023. Model prediksi penutup lahan dan SUHI tahun 2031 menunjukan lahan terbangun mengalami peningkatan meliputi 62% dari luas wilayah Kecamatan Cibinong, dan wilayah yang terdampak fenomena SUHI meliputi 35,4% luas wilayah Kecamatan Cibinong.

The highest population in Bogor is located in Cibinong District and causing the need for land availability to always increase every year. This condition lead to the land conversion from vegetation to built up area that will influence the increasing of land surface temperature and causing the surface urban heat island (SUHI) phenomenon. This research aims to analyze the dynamics of development of built-up area in Cibinong District in 2015, 2019 and 2023 using World View 3.0 and the SUHI phenomenon using Landsat-8 TIRS Level 2 satellite imagery and make predictions about the development of built-up area and the SUHI phenomenon in 2031 using the Celullar Automata - Artificial Neural Network (CA-ANN) method in MOLUSCE. The research results show that the development of built-up area has increased by 5.12%, which is dominated by residential areas, and areas affected by the SUHI phenomenon have increased by 0.72%, which generally occurs in industrial, commercial and office areas in 2023. Land cover prediction model and SUHI in 2031 shows that built-up land has increased, covering 62% of the area of Cibinong District, and the area affected by the SUHI phenomenon covers 35.4% of the area of Cibinong District."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Rakhmawati Rizki
"Fenomena urban heat island (UHI) telah menjadi masalah di kota besar di dunia, termasuk Jakarta. Kondisi ini telah menjadi isu global yang perlu diprioritaskan, karena semakin banyak kota di dunia yang mengalaminya, maka akan semakin pesat pula laju pemanasan global. Studi ini dilakukan di Jakarta Timur sebagai wilayah yang terdeteksi memiliki UHI tertinggi di Jakarta dengan jumlah RTH terluas, yang bertujuan untuk mengetahui sebaran UHI dan mitigasinya melalui perencanaan penggunaan lahan. Studi ini menggunakan metode analisis spasial, analisis statatistk, dan analisis deskriptif. Hasil analisis menunjukkan bahwa wilayah cakupan UHI tertinggi ada di wilayah Cakung, yang didukung dengan persepsi tingkat kenyamanan termal masyarakat yang menunjukkan bahwa tingkat kenyamanan termal wilayah Cakung masuk ke dalam kategori tidak nyaman. Ketidaknyamanan tersebut kemudian membentuk persepsi masyarakat yang sadar dengan sangat baik tentang kebutuhan masyarakat terhadap hutan kota. Namun, ketersediaan hutan kota di Jakarta Timur saat ini masih belum memenuhi standar 10%, yaitu hanya 1,02% dari luas total wilayahnya. Oleh karena itu, perlu adanya perencanaan penggunaan lahan yang lebih efisien untuk dapat memaksimalkan pemenuhan kebutuhan hutan kota di Jakarta Timur, baik dari aspek teknis terkait ketersediaan lahan, aspek kebijakan terkait perumusan regulasi hijau, dan aspek ekonomi terkait alternatif pendanaan.

Urban heat island (UHI) has become a scourge in big cities worldwide, including Jakarta. This condition has become a global issue that needs to be prioritized because the more cities in the world that experience it, the faster the rate of global warming will be. This study was conducted in East Jakarta as an area detected to experience the highest UHI in Jakarta. It aims to determine the distribution of UHI and its mitigation through land use planning. This study used the method of spatial analysis, statistical analysis, and qualitative descriptive analysis. The results of the analysis show that the highest UHI coverage area is in Cakung, which is supported by the perception of the level of thermal comfort of the community, which indicates that the level of thermal comfort in the Cakung area falls into the 'warm' or uncomfortable category. This discomfort then forms the perception of the people who are very well aware of their need for urban forests. However, unfortunately, the availability of urban forests in East Jakarta still does not meet the standard of 10%, which is only 1.02% of the total area. Therefore, there is a need for more efficient land use planning to maximize the fulfillment of urban forest needs in East Jakarta, both from technical aspects related to land availability, policy aspects related to the formulation of green regulations, and economic aspects related to alternative funding."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Inayah
"Kota Bogor merupakan salah satu kota penyangga di Jabodetabek yang mengalami pertumbuhan penduduk dan perkembangan perkotaan yang pesat. Hal ini dapat menyebabkan perubahan tutupan lahan sehingga terjadi perluasan wilayah terbangun. Tutupan lahan terbangun atau tutupan permukaan kedap air akan menyebabkan suhu permukaan daratan di suatu wilayah lebih tinggi dan berpotensi mengalami Urban Heat Island. Penelitian ini bertujuan menganalisis distribusi spasial suhu permukaan daratan, tutupan lahan, emisi karbon monoksida, dan fenomena UHI, serta menganalisis hubungan fenomena UHI dengan tutupan lahan dan emisi karbon monoksida di Kota Bogor. Tutupan lahan dan fenomena Urban Heat Island diamati menggunakan data citra Landsat 8 OLI/TIRS tahun 2018 dan 2021. Sedangkan titik emisi karbon monoksida diperoleh dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Bogor. Data tersebut dianalisis secara spasial untuk mengetahui distribusi fenomena UHI dan kaitannya dengan tutupan lahan dan emisi karbon monoksida. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam periode waktu 2018 ke 2021, distribusi spasial suhu mengikuti tutupan lahan dan tidak mengikuti emisi karbon monoksida di mana tutupan lahan terbangun memiliki suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas tutupan lahan yang lain. Distribusi spasial fenomena UHI dari 2018 ke 2021 mengikuti tutupan lahan terbangun dan tidak mengikuti sebaran emisi karbon monoksida. Berdasarkan analisis hubungan pada data tahun 2018 dan 2021 menunjukkan bahwa suhu akan meningkat dan berpotensi mengalami Urban Heat Island apabila tutupan lahannya berupa lahan terbangun. Sedangkan untuk wilayah yang bervegetasi cenderung memiliki suhu permukaan daratan yang rendah. Untuk emisi karbon monoksida, suatu wilayah akan memiliki suhu yang tinggi dan berpotensi mengalami Urban Heat Island apabila terjadi peningkatan emisi karbon monoksida terutama di tutupan lahan terbangun.

Bogor City is one of the buffer cities in Jabodetabek which is experiencing rapid population growth and urban development. This can cause changes in land cover resulting in an expansion of the built-up area. Built-up land cover or impervious surface has higher land surface temperatures and has the potential to cause an Urban Heat Island. This study aims to analyze the spatial distribution of land surface temperature, land cover, carbon monoxide emissions, and the UHI phenomenon, and to analyze the relationship between the UHI phenomenon and land cover and carbon monoxide emissions in Bogor City. Land cover and the Urban Heat Island phenomenon were observed using Landsat 8 OLI/TIRS image data for 2018 and 2021. Meanwhile, the carbon monoxide emission point was obtained from the Bogor City Environment Agency. The data was analyzed spatially to determine the distribution of the UHI phenomenon and its relation to land cover and carbon monoxide emissions. The results show that in the time period 2018 to 2021, the spatial temperature distribution follows land cover and does not follow carbon monoxide emissions where built-up land cover has a higher temperature compared to other land cover classes. The spatial distribution of the UHI phenomenon from 2018 to 2021 follows the built-up land cover and does not follow the distribution of carbon monoxide emissions. Based on the relationship analysis on the data for 2018 and 2021, it shows that temperatures will increase and there is a potential for an Urban Heat Island if the land cover is built-up land. Meanwhile, vegetated areas tend to have low land surface temperatures. For carbon monoxide emissions, an area will have high temperatures and has the potential to cause an Urban Heat Island if there is an increase in carbon monoxide emissions, especially in built-up area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Inayah
"Kota Bogor merupakan salah satu kota penyangga di Jabodetabek yang mengalami pertumbuhan penduduk dan perkembangan perkotaan yang pesat. Hal ini dapat menyebabkan perubahan tutupan lahan sehingga terjadi perluasan wilayah terbangun. Tutupan lahan terbangun atau tutupan permukaan kedap air akan menyebabkan suhu permukaan daratan di suatu wilayah lebih tinggi dan berpotensi mengalami Urban Heat Island. Penelitian ini bertujuan menganalisis distribusi spasial suhu permukaan daratan, tutupan lahan, emisi karbon monoksida, dan fenomena UHI, serta menganalisis hubungan fenomena UHI dengan tutupan lahan dan emisi karbon monoksida di Kota Bogor. Tutupan lahan dan fenomena Urban Heat Island diamati menggunakan data citra Landsat 8 OLI/TIRS tahun 2018 dan 2021. Sedangkan titik emisi karbon monoksida diperoleh dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Bogor. Data tersebut dianalisis secara spasial untuk mengetahui distribusi fenomena UHI dan kaitannya dengan tutupan lahan dan emisi karbon monoksida. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam periode waktu 2018 ke 2021, distribusi spasial suhu mengikuti tutupan lahan dan tidak mengikuti emisi karbon monoksida di mana tutupan lahan terbangun memiliki suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas tutupan lahan yang lain. Distribusi spasial fenomena UHI dari 2018 ke 2021 mengikuti tutupan lahan terbangun dan tidak mengikuti sebaran emisi karbon monoksida. Berdasarkan analisis hubungan pada data tahun 2018 dan 2021 menunjukkan bahwa suhu akan meningkat dan berpotensi mengalami Urban Heat Island apabila tutupan lahannya berupa lahan terbangun. Sedangkan untuk wilayah yang bervegetasi cenderung memiliki suhu permukaan daratan yang rendah. Untuk emisi karbon monoksida, suatu wilayah akan memiliki suhu yang tinggi dan berpotensi mengalami Urban Heat Island apabila terjadi peningkatan emisi karbon monoksida terutama di tutupan lahan terbangun.

Bogor City is one of the buffer cities in Jabodetabek which is experiencing rapid population growth and urban development. This can cause changes in land cover resulting in an expansion of the built-up area. Built-up land cover or impervious surface has higher land surface temperatures and has the potential to cause an Urban Heat Island. This study aims to analyze the spatial distribution of land surface temperature, land cover, carbon monoxide emissions, and the UHI phenomenon, and to analyze the relationship between the UHI phenomenon and land cover and carbon monoxide emissions in Bogor City. Land cover and the Urban Heat Island phenomenon were observed using Landsat 8 OLI/TIRS image data for 2018 and 2021. Meanwhile, the carbon monoxide emission point was obtained from the Bogor City Environment Agency. The data was analyzed spatially to determine the distribution of the UHI phenomenon and its relation to land cover and carbon monoxide emissions. The results show that in the time period 2018 to 2021, the spatial temperature distribution follows land cover and does not follow carbon monoxide emissions where builtup land cover has a higher temperature compared to other land cover classes. The spatial distribution of the UHI phenomenon from 2018 to 2021 follows the built-up land cover and does not follow the distribution of carbon monoxide emissions. Based on the relationship analysis on the data for 2018 and 2021, it shows that temperatures will increase and there is a potential for an Urban Heat Island if the land cover is built-up land. Meanwhile, vegetated areas tend to have low land surface temperatures. For carbon monoxide emissions, an area will have high temperatures and has the potential to cause an Urban Heat Island if there is an increase in carbon monoxide emissions, especially in built-up area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Kartiningsih
"Madden Juliaan Oscillation MJO merupakan fluktuasi intraseasonal berupaosilasi tekanan yang terjadi di wilayah equator. Tujuan penelitian ini adalahmengkaji proses perambatan MJO serta hubungannya dengan arus permukaanlaut, suhu permukaan laut SPL dan curah hujan. Rata-rata kecepatan penjalaranMJO berdasarkan analisis diagram Hovmoller adalah 5 m/s. Berdasarkan hasilanalisis komposit arus menunjukan adanya anomali negatif yang signifikan diLaut Flores pada periode DJF Desember-Februari-Maret dengan anomalisebesar -150 cm/s. Respon suhu permukaan laut menunjukan nilai korelasi kuatantara SPL dan OLR saat fase aktif MJO, dimana MJO terjadi lebih dulukemudian diikuti respon penurunan SPL di wilayah equator. Efek MJO terhadappenambahan curah hujan di wilayah Indonesia bagian Barat sebelah Utara kurangberperan, sementara untuk wilayah tengah Indonesia cukup bervariasi, kondisi inidisebabkan MJO telah berinteraksi dengan fenomena diurnal di Benua MaritimIndonesia.

Madden Juliaan Oscillation MJO is an intraseasonal fluctuation that oscillatesthe pressure occurring in the equatorial region. The purpose of this research is tostudy MJO propagation process and with sea climate, sea surface temperature SST and rainfall. The average MJO propagation speed based on the Hovmollerdiagram diagram is 5 m s. Based on the results of composite analysis the currentshows a significant negative anomaly in the Flores Sea in the DJF December January February, period with an anomaly of 150 cm s. The sea surfacetemperature response shows a strong correlation value between SPL and OLRduring the active phase of MJO, where MJO occurs first then followed by thedecreasing response of SPL in the equator region. The effect of MJO on theaddition of rainfall in the western part of Indonesia, especially the northern parthas less role, while for the middle region of Indonesia is quite varied, thiscondition is caused by MJO has interact with diurnal phenomenon in IndonesianMaritime Continent."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T48066
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Narulita
"Pulau Bintan adalah Pulau kecil dengan batuan penyusun pulau didominasi oleh granit dan batupasir tufa yang mempunyai daya-simpan dan kelulusan air rendah. Variabilitas curah hujan adalah faktor utama dalam menentukan ketersediaan air di Pulau Bintan. Saat ini aktifitas perekonomian dan tingkat pertumbuhan penduduk tinggi, sehingga kebutuhan air meningkat cepat, yang mengakibatkan terjadi ketidak-seimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan air. Curah hujan musiman di Indonesia terutama disebabkan oleh sistem Angin musim-Asia dan Angin musim-Australia, yang menyebabkan adanya musim kemarau dan musim hujan dengan durasi masing-masing musim 6 bulan dalam siklus satu tahun. Akan tetapi lama musim kemarau dan hujan tidak selalu sama setiap tahun, akibat ENSO dan IOD. Pulau Bintan secara geografis berada di sekitar ekuator, puncak hujan terjadi dua kali dalam setahun, seharusnya air yang tersedia cukup memadai. Faktor yang diduga mempengaruhi berkurangnya ketersediaan air adalah faktor fenomena iklim ENSO dan IOD. Studi ini melakukan analisis spasial dan temporal pengaruh fenomena iklim ENSO dan IOD pada ketersediaan air. Metodologi yang digunakan adalah analisis korelasi, komposit, Standar Precipitation Index serta pendugaan kuantitas sumberdaya air. Menggunakan data satelit CHIRPS skala detil, diharapkan memberikan informasi detil pengaruh fenomena iklim terhadap variabilitas curah hujan. Hasil penelitian menunjukkan fenomena iklim El-Niño dan IOD kuat mempengaruhi variabilitas curah hujan berdasarkan musim, mengakibatkan berkurangnya curah hujan yang mengakibatkan kekeringan meteorologi dan kelangkaan sumberdaya air. Untuk mengurangi dampak bencana akibat fenomena iklim, disarankan untuk menambah tampungan air hujan serta mengendalikan tutupan lahan, mengingat Pulau Bintan sangat sensitif terhadap fenomena iklim. Hasil penelitian diharapkan menjadi informasi penting dalam penentuan kebijakan pengelolaan sumberdaya air yang terarah dan terukur di Pulau kecil wilayah Ekuator, terutama yang berada di wilayah Belahan Bumi Utara Bagian Barat daya Indonesia.

Bintan Island is a small island dominated by granite and tuff sandstones which mostly have low water-storage and water-permeability. Rainfall variability is the main factor in water availability determining on Bintan Island. Currently, economic activity and population growth rates are high, so that water demand is increasing rapidly, resulting in an imbalance between water supply and demand. Seasonal rainfall in Indonesia is mainly caused by the Monsoon-Asia and Monsoon-Australia systems, which cause dry and rainy seasons with a duration of 6 months each in oneyear cycle. However, the duration of the dry and rainy seasons is not always the same every year, due to ENSO and IOD. Bintan Island is geographically located around the equator; the peak of the rain occurs twice a year. With this condition, the water availability should be sufficient. The factors that are suspected to influence the reduced water availability are climate factors namely ENSO and IOD. This study has conducted the spatial and temporal analysis of the influence of ENSO and IOD climate phenomena on water resource availability. The methodology used is correlation and composite rainfall analysis, Standard Precipitation Index, and water resources quantity estimation. This study uses CHIRPS satellite data on a detailed scale, which is expected to provide detailed information on climate phenomena' s influence on rainfall variability. The results showed that the El Niño and IOD climatic phenomena affect rainfall variability based on seasons, resulting in the meteorological drought that is resulting in water resource scarcity. To reduce the impact of disasters due to climatic phenomena, it is recommended to add rainwater storage (retarded basin) and land cover controling, considering that Bintan Island is very sensitive to climate phenomena. The results of this study are expected to be used in water resource management policies of the equatorial small island, especially for small islands in the Northern Hemisphere, southwestern part of Indonesia."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah diperoleh peningkatan akurasi prediksi curah hujan bulanan di wilayah Jakarta yang ditandai dengan peningkatan nilai koefisien korelasi data Tropical Rainfall Measuring Mission (TRMM) hasil simulasi jaringan syaraf tiruan. Dengan melibatkan faktor sinar kosmik sebagai masukan jaringan, diperoleh peningkatan akurasi sampai dengan 7,2% yang dicapai saat prediksi lima bulan ke depan. Untuk prediksi tiga dan empat bulan ke depan peningkatan akurasi yang diperoleh sebesar 4,8%. Hasil ini melengkapi bukti adanya kontribusi sinar kosmik dalam mempengaruhi curah hujan di wilayah Jakarta.
"
600 JADIR 11:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Marcella
"Dekade ini, Kota Bekasi mengalami peningkatan pesat dalam urbanisasi dan pembangunan infrastruktur, yang menyebabkan perubahan signifikan dalam tutupan lahan. Perubahan tutupan lahan tersebut sangat berpotensi dalam peningkatan fenomena Urban Heat Island (UHI) yang terjadi di Kota Bekasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu: (1) menganalisis tutupan lahan di Kota Bekasi; (2) menganalisis distribusi spasial dan temporal Land Surface Temperature (LST) di Kota Bekasi; (3) menganalisis distribusi spasial dan temporal UHI di Kota Bekasi; dan (4) mengidentifikasi pengaruh tutupan lahan terhadap UHI di Kota Bekasi. Tahun yang diteliti pada penelitian ini adalah tahun 2013, 2019, dan 2023. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis spasial, temporal, statistik, dan deskriptif dengan menggunakan citra satelit Landsat 8 untuk mengolah data LST, UHI, peta tutupan lahan, serta indeks NDVI dan NDBI. Hasil penelitian menunjukkan perubahan signifikan pada tutupan lahan di Kota Bekasi, dengan peningkatan area terbangun dan penurunan luas lahan terbuka, vegetasi, dan badan air dengan total perubahan tutupan lahan seluas 9.308,43 Ha atau sebesar 43,7%. Kemudian, pada tahun 2013, perubahan paling jelas terlihat pada area dengan LST tinggi (>34°C) yang meningkat dari 34 Ha menjadi 4.195 Ha. Selain itu, wilayah dengan intensitas UHI sedang (1,5-3°C) meningkat paling signifikan dengan naik sebesar 214,4%. Peningkatan ini terutama terjadi di wilayah pusat Kota Bekasi. Penelitian ini menegaskan bahwa perubahan tutupan lahan, khususnya peningkatan area terbangun dan penurunan vegetasi, berkontribusi signifikan terhadap intensifikasi UHI di Kota Bekasi.

In this decade, Bekasi City has experienced rapid urbanization and infrastructure development, leading to significant changes in land cover. These changes in land cover have a high potential to increase the phenomenon of the Urban Heat Island (UHI) in Bekasi City. The objectives of this study are: (1) to analyze the land cover in Bekasi City; (2) to analyze the spatial and temporal distribution of Land Surface Temperature (LST) in Bekasi City; (3) to analyze the spatial and temporal distribution of UHI in Bekasi City; and (4) to identify the influence of land cover on UHI in Bekasi City. The years studied in this research are 2013, 2019, and 2023. The research methods used are spatial, temporal, statistical, and descriptive analyses using Landsat 8 satellite imagery to process LST data, UHI, land cover maps, as well as NDVI and NDBI indices. The results of the study indicate significant changes in land cover in Bekasi City, with an increase in built-up areas and a decrease in open land, vegetation, and water bodies, with a total land cover change of 9,308.43 hectares or 43.7%. In 2013, the most noticeable change was in the area with high LST (>34°C), which increased from 34 hectares to 4,195 hectares. Additionally, the area with medium UHI intensity (1.5-3°C) increased most significantly by 214.4%. This increase primarily occurred in the central area of Bekasi City. This study confirms that changes in land cover, particularly the increase in built-up areas and the decrease in vegetation, significantly contribute to the intensification of UHI in Bekasi City."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paska Ariandy Iswanto
"Pembangunan kota memicu kontrasnya suhu antara daerah rural dan urban yangdikenal sebagai efek Urban Heat Island (UHI). Mengambil studi kasus pada Kota Pangkalpinang yang perkembangannya sangat pesat, studi ini menggunakan citra Landsat untuk mengetahui pola spasial suhu permukaan di Pangkalpinang pada tahun 2000 dan 2006 dan hubungan suhu permukaan dengan tutupan lahan, kerapatan vegetasi (NDVI) dan kerapatan lahan terbangun dan/atau lahan terbuka (NDBI).
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terjadi pertambahan wilayah UHI, tutupan lahan urban dan lahan terbuka mempunyai suhu permukaan tertinggi, antara suhu permukaan dengan kerapatan vegetasi berkorelasi negatif, dan antara suhu permukaan dengan kerapatan lahan terbangun dan/atau lahan terbuka berkorelasi positif.

Urbanization can induce the urban-rural contrast in temperature. This phenomenon is known as Urban Heat Island (UHI) effect. Taking Pangkalpinang City as a case study due to its rapid development, this study utilized Landsat images to analyze the spatial patterns of surface temperatures for years 2000 and 2006 and surface temperature - land cover, vegetation density (NDVI), built-up and/or bare land density (NDBI) relationships.
The results showed that UHI regions increased, urban and bare land had the highest mean surface temperatures, vegetation density and surface temperature correlated negatively, and built-up and/or bare land density and surface temperature correlated positively.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S34064
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>