Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98616 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kalalo, Paul Justus Simon
"ABSTRAK
Peningkatan keberhasilan dalam pelayanan kesehatan dan teknologi medis di negara
berkembang termasuk Indonesia yang mengarah ke peningkatan populasi dunia telah diikuti
oleh peningkatan kebutuhan darah untuk transfusi klinis. Namun, layanan darah di seluruh
dunia menghadapi masalah serupa, yaitu kurangnya pasokan darah akibat peningkatan
permintaan, sementara jumlah donor cenderung stabil. Menurut perhitungan WHO, Indonesia
memerlukan darah sekitar 2% dari total populasi yaitu 4,8 juta unit darah per tahun untuk
240 juta orang. Partisipasi aktif dan rutin pendonor yang memenuhi syarat sangat diharapkan
untuk memenuhi kualitas yang baik serta darah yang aman. Batasan usia untuk donor darah
lansia adalah salah kontributor terjadinya permasalahan kekurangan donor.
Sebuah penelitian deskriptif dirancang untuk menguji kelayakan donor darah lansia
untuk memperpanjang sumbangan mereka melampaui batasan usia saat ini. Parameter
hematologi yaitu hemoglobin, hematokrit, MCV, MCH, MCHC dan trombosit diukur
terhadap dua kelompok pendonor pada UDD DKI, berusia di atas dan di bawah 60 tahun (60-
65 tahun dan 17-59 tahun) yang masing-masing terdiri dari 50 subyek penelitian. Dua kali
pengukuran hematologi dilakukan pada kedua kelompok saat donor darah pada hari 0 dan 75.
Selain itu dilakukan pula pengukuran kontrol dari sampel darah vena pada masing-masing
kelompok dilakukan pada hari ke-38
Tidak ada perbedaan yang signifikan pada hasil pemeriksaan kedua kelompok.
Tingkat pemulihan rata-rata hemoglobin dan paramenters hematologi lainnya untuk kedua
kelompok donor hampir mendekati bahkan sama dengan level pada hari ke 0 saat donor
darah. Sebagai kesimpulan, donor darah lansia terutama pada usia 60 sampai 65 tahun masih
potensial atau memenuhi syarat untuk menjadi donor darah sukarela secara teratur untuk
menjaga persediaan darah transfusi yang cukup di Jakarta.
Studi lebih lanjut meliputi berbagai lokasi di Indonesia masih diperlukan untuk
mendapatkan kesimpulan nasional yang lebih akurat

ABSTRACT
Successful improvement in health services and medical technology in developing
countries including Indonesia leading to the increase in world population has been followed
by the increase in the requirement of blood for transfusion clinical practice. However, blood
services around the world encounter similar problem, namely a lack of blood supply due to
the increase in demands, whilst the number of donors tend to be stable. According to WHO
estimation, Indonesia in particular needs approximately 2% of the total population i.e. 4.8
million units of blood per year for 240 million people. Active and regular participation of
eligible blood donors are expected to meet the high quality and save blood. Limitation for
donation of elderly blood donors is among contributors for donor shortage.
The present descriptive study was designed to examine the eligibility of elderly blood
donors to extend their donation beyond the current age limitation. Hematological parameters
i.e. hemoglobin, packed cell volume, MCV, MCH, MCHC and platelet were measured in two
groups of UDD DKI blood donors above and below 60 years of age (60-65 years and 17-59
years) consisting of 50 subjects respectively. Twice hematologic measurements were carried
out in both groups during blood donation time on day 0 and 75. In addition once control
measurement from venous blood samples of the respective groups was carried out on day 38.
No significant different was observed in two groups. Average recovery levels of
hemoglobin and other hematological paramenters for both donor groups almost approached
even at equal level with level at day 0 of blood donation. In conclusion, elderly blood donors
particularly in their 60 to 65 years of age were still potential or eligible to be regular
voluntary blood donors to keep sufficient blood donors in Jakarta.
Further study encompassing various locations in the country are still required to
obtain more accurate nationwide conclusion."
Lengkap +
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bain, Barbara J.
"This book contain : * Enables both the haematologist and laboratory scientist to identify blood cell features, from the most common to the more obscure * Provides essential information on methods of collection, blood film preparation and staining, together with the principles of manual and automated blood counts * Completely revised and updated, incorporating much newly published information: now includes advice on further tests when a specific diagnosis is suspected *400 high quality photographs to aid with blood cell identification * Highlights the purpose and clinical relevance of haematology laboratory tests throughout."
Chichester: Wiley Blackwell, 2015
616.15 BAI b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Eko Astarini
"Latar belakang: Transfusi komponen Packed Red Cell (PRC) dengan metode pengurangan sel darah putih (PRC leukodepleted) mulai banyak digunakan untuk terapi pasien karena mampu mengurangi kejadian pasca transfusi yang tidak diinginkan. Jumlah perokok aktif di Indonesia yang cukup tinggi sehingga berpotensi besar menjadi pendonor darah karena belum ada regulasi yang mengaturnya. PRC leukodepleted pada perokok aktif beresiko besar mengalami kerusakan membran sel darah merah dan hemolisis akibat stres oksidatif yang terjadi karena akumulasi radikal bebas pada perokok aktif.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh stres oksidatif terhadap ketahanan membran PRC leukodepleted donor perokok aktif selama penyimpanan.
Metode: PRC leukodepleted diproduksi dari pendonor yang dikelompokkan menjadi kelompok pendonor non perokok (NP), pendonor perokok ringan (PR) dan pendonor perokok sedang (PS). Sampel penelitian dibagi menjadi 6 aliquot untuk diperiksa kadar malondialdehid (MDA), aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD), uji fragilitas osmotik (osmotic fragility test, OFT) dan hemolisis pada hari ke 0, 7, 14, 21, 28 dan 35.
Hasil: Berdasarkan uji Kruskal Wallis ketiga kelompok menunjukkan perbedaan bermakna antara H0, H7, H14, H21, H28 dan H35 pada parameter MDA, SOD, OFT dan hemolisis yaitu dengan p<0,05. Dalam larutan NaCl 0,54 % pada uji OFT, terjadi hemolisis kelompok NP sebesar 17,53+12,16% pada H35; kelompok PR sebesar 34,10+7,92% pada H28; dan kelompok PS sebesar 30,92+5,98% pada H0.
Kesimpulan: Penyimpanan PRC leukodepleted selama 35 hari meningkatkan stres oksidatif. Stres oksidatif paling tinggi terjadi pada kelompok perokok sedang. Terdapat korelasi antara stres oksidatif dengan ketahanan membran sel darah merah.

Background: Packed Red Cell (PRC) transfusion without the leukocyte (leukodepleted PRC) method has begun to be widely used for patient therapy because it can reduce unexpected post-transfusion effects. The number of active smokers in Indonesia is quite high so they have a great opportunity to become blood donors, since there is no regulation yet. Leukodepleted PRC in active smokers are at great risk for red blood cell membran damage and hemolysis due to oxidative stress that occurs caused by accumulation of free radicals in active smokers. Objective: This study aim to determine the effect of oxidative stress on red blood cells membrane resistance of leukodepleted PRC in active smokers donors during storage. Methods: Leukodepleted PRC was produced from donors who were grouped into non-smoker donors (NP), light smoker donors (PR) and moderate smoking donors (PS). The research sample was divided into 6 aliquots to be examined for the malondialdehyde (MDA) level, activity of superoxide dismutase (SOD) enzyme, osmotic fragility test (OFT) and hemolysis on 0, 7, 14, 21, 28 and 35 days of storage. Results: The three groups showed significant differences between D0, D7, D14, D21, D28 and D35 on the parameters of MDA, SOD, OFT and hemolysis (p<0.05, Kruskal-Wallis test). In 0.54% NaCl solution of OFT test, NP group hemolysis was 17.53+12.16% on D35; PR group was 34.10+7.92% on D28; and the PS group was 30.92+5.98% on D0. Conclusion: Storage for 35 days increased the oxidative stress of leukodepleted PRC. The highest oxidative stress occurred in the moderate smoker (PS) group. Oxidative stress has correlation with red blood cell membrane resistance."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This book will illustrate the morphologic features on peripheral blood smears of the various disorders and the text will focus on diagnostic criteria, differential diagnosis and modern classification terminology."
Philadelphia: Wolters Kluwer, 2012
616.13 ATL
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Tanamal, Grace C.D.
"ABSTRAK
Latar belakang. Defisiensi besi adalah salah satu gangguan gizi yang paling umum di seluruh dunia dan ini bisa terjadi pada para donor darah laki-laki yang rutin. Seorang donor tetap diharapkan dapat menyumbangkan darahnya secara teratur dalam jangka waktu yang tertentu. Pada donor darah yang seringkali diambil, dikhawatirkan pada suatu waktu dapat terjadi defisiensi besi, tanpa anemia. Dengan demikian menjadi perhatian utama para donor tersebut untuk dilakukan skrining defisiensi besi yang bertujuan bagi para donor darah ini agar tetap sehat dan terus mendonorkan darahnya.
Metodologi. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang pada para donor darah laki-laki yang menyumbangkan darahnya pertama, kelima dan kesepuluh kali. Masing-masing donasi terdiri dari 25 orang yang diambil sampel darahnya untuk dilakukan pemeriksaan hematologi darah lengkap dan pemeriksaan serum iron, TIBC, saturasi transferin dan feritin serum.
Hasil. Didapatkan hasil pada donasi pertama, rerata kadar feritin adalah 91,78; pada donasi kelima terjadi peningkatan kadar feritin yaitu sebesar 111,49 dan menurun lagi pada kelompok pendonor donasi kesepuluh yakni 65,28. Hasil uji kruskal wallis menunjukkan ada perbedaan rerata yang bermakna antara kadar feritin pada donasi pertama, kelima dan kesepuluh kali (nilai p = 0,044).
Simpulan. Terdapat penurunan cadangan besi tubuh (feritin serum) pada donasi pertama dan kesepuluh. Semakin sering kita menyumbangkan darah dapat terjadi defisiensi besi tahap pertama yang kita sebut juga iron depletion. Karena itu perlu diperhatikan pola makan atau status gizi dan juga suplemen yang diberikan sesudah donor.

ABSTRACT
Background : Iron deficiency is one of the most common nutritional disorder in the world and this can occur in the routine male blood donors. A blood donor is expected to donate blood regularly in a certain period of time. In routine blood donors, it is feared that they could have iron deficiency without anemia. Thus the need for screening these donors the iron status of these donors, becomes major concern to keep these blood donors healthy and can donate their blood intensly continue to donate blood.
Methodology : This study used a cross-sectional design on the first, fifth and tenth times male blood donors. Each donation consists of 25 people who were test for serum iron, total iron binding capacity ( TIBC), transferrin saturation and serum ferritin.
Results : it is increasing in the first donation, the mean ferritin levels were 91,78, the fifth donation ferritin levels increase in the amount of 111,49 and declined again in the tenth donation donor group 65,28. Results of Kruskal Wallis test showed significant difference between the mean ferritin levels at the first donation, the fifth and the tenth time (p = 0,044).
Conclusion : There is a significant of serum ferritin in the first and tenth routine male male blood donors. Therefore need to be considered diet or nutritional status and iron supplements were given after the donor."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mukhammad Al Amin
"ABSTRAK
Donor darah adalah kegiatan mengambil darah dari pendonor baik keseluruhan maupun sebagian komponen untuk diberikan kepada resipien yang dapat dilakukan secara periodik. Palang Merah Indonesia sebagai organisasi yang menangani donor darah saat ini selalu mengalami backlog. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya ketidakpuasan pendonor terhadap aktivitas donor darah sehingga menurunkan loyalitas. Dengan mengintegrasikan ServQual, Kano Model, dan Quality Function Deploymemt, diidentifikasi penyebab ketidakpuasan pendonor dan diformulasikan solusi untuk mengatasinya. Solusi tersebut kemudian dikonfirmasi kepada pendonor untuk mengetahui dampaknya terhadap loyalitas pendonor untuk mendonorkan darahnya secara rutin.

ABSTRACT
Blood donation is an activity which takes blood from donor whether as whole blood or some component s to be given to the needing recipient which can be done periodically. Indonesian Red Cross Society as the organization which held the blood transfusion activity has always been experiencing backlog. This condition might be due to the unsatisfaction of the donors to the blood donation activity, thus decreasing loyalty. By using ServQual, Kano Model, and the Quality Function Deployment, the cause of the unsatisfaction is identified and the solution to solve it is formulated. Furthermore, the solution is confirmed to the donors to analyse its impact to donor loyalty thus the donors will donor their blood more regularly. "
Lengkap +
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tity Silvia
"ABSTRAK
Latar belakang. Transfusi darah mempunyai resiko untuk menyebabkan transmisi penyakit melalui darah, seperti malaria. Indonesia merupakan daerah endemik malaria terutama jenis P.falsiparum dan P.vivax. Di daerah endemik sulit menyaring kasus malaria hanya melalui wawancara dan keadaan klinis saja sehingga diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk menyaring kasus malaria. Pemeriksaan laboratorium terhadap malaria yang ada saat ini adalah pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan Giemsa, rapid diagnostic tests (RDT) dan PCR. Teknik yang digunakan tersebut memiliki keterbatasan. Perubahan yang terjadi pada permukaan membran eritrosit selama perkembangan parasit malaria intraseluler antara lain diekspresikannya berbagai protein polimorfik yang diketahui dapat memberi respon imun yang kuat. Antibodi terhadap molekul protein ini dapat ditemukan dalam serum penderita segera setelah penyembuhan infeksi malaria primer. Oleh karena itu, dilakukan penelitian ini untuk melihat apakah sediaan apus sel darah merah yang terinfeksi malaria yang diwarnai dengan teknik imunositokimia dapat mendeteksi adanya antigen pada permukaan sel darah merah tersebut menggunakan mikroskop cahaya.
Metodologi.Penelitian ini dilakukan pada 42 bahan penelitian yang terdiri dari bahan yang positif dan negatif berdasarkan pemeriksaan mikroskop. Bahan penelitian ini diperiksa dengan teknik PCR sebagai baku emas, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan imunositokimia ( immunocytochemistry,ICC).
Hasil. Dari 42 bahan penelitian yang diperiksa dengan PCR , dua bahan tidak dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan ICC karena sediaan terlalu kecil.Dari 40 bahan yang diperiksa dengan PCR dan ICC, tiga bahan penelitian menunjukkan hasil positif dengan pemeriksaan PCR maupun ICC. Satu bahan penelitian yang negatif dengan pemeriksaan PCR menunjukkan hasil positif dengan pemeriksaan ICC. Sensitivitas pemeriksaan menggunakan teknik ICC dibandingkan dengan PCR adalah 100% dengan spesifisitas 97%.
Simpulan. Pemeriksaan ICC cukup sensitif untuk menyaring adanya sel darah merah yang terinfeksi malaria sehingga dapat dipertimbangkan sebagai pemeriksaan untuk uji saring malaria pada darah donor.

ABSTRACT
Background. Blood transfusion are at risk to cause the transmission of blood borne diseases, such as malaria. Indonesia is a malaria- endemic areas , especially P.falciparum and P.vivax. In endemic areas, malaria is difficult to filter out throught interviews and clinical manifestation only. Hence, the laboratory tests to screen cases of malaria are needed. The existing laboratory techniques to detect malaria are microscopic examination with Giemsa staining, rapid diagnostic test and PCR. These technique had limitation . Changes that occur on the surface of the erythrocyte membrane during intracellular malaria parasite development such as the expression of various polymorphic protein, is known to induce a strong immune response. Antibodies to this protein molecule can be found in the serum of patients immediately after primary malarial infection. Therefore this research aims to search if the red blood cells smear of blood infected with malaria using immunocytochemistry technique can detect the presence of antigens on the surface of red blood cells using a light microscope.
Methodology. In this study conducted at 42 study material consisting of positive and negative material base on microscope examination. This research material examined by PCR as gold standard, followed by immunocytochemistry examination (ICC).
Result. Forty two research material were examined by PCR, two material can not be able to proceed with the ICC examination because the size of preparation are too small. Forty material were examined by PCR and ICC, three material research shows positive result with PCR and ICC . One study material negative with PCR shows positive result with the ICC. Sensitivity checks using ICC compared to PCR technique was 100% with specificity was 97%.
Conclusion. ICC technique is sensitive to screen for red blood cells infected with malaria. It can be considered as a screening examination for malaria in blood donor."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prima Christin Natalia
"Hipertensi adalah penyakit degeneratif yang salah satu faktor penyebabnya adalah penuaan. Penuaan dapat dipicu oleh stres oksidatif, yang mana merupakan ketidakseimbangan antara antioksidan dan RONS (reactive oxygen-nitrogen species). Antioksidan di dalam tubuh ada banyak, salah satunya adalah enzim katalase. Enzim katalase berperan dalam mengubah hidrogen peroksida menjadi air. Sebelumnya, belum diketahui hubungan antara enzim katalase dengan penyakit degeneratif, dalam hal ini adalah hipertensi. Sampel yang digunakan berjumlah 94 sampel. Penelitian dilaksanakan dengan metode cross-sectional. Data yang dibutuhkan adalah tekanan darah dan aktivitas enzim katalase eritrosit. Aktivitas enzim katalase didapatkan dari lisat eritrosit sampel dengan bantuan spektrofotometer yang mana perhitungan absorbansinya dilakukan pada panjang gelombang 210 nm. Keseluruhan data kemudian dianalisis korelasinya menggunakan Uji Korelasi Pearson karena distribusi keseluruhan data normal. Uji T-test juga dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan antara nilai mean dari data aktivitas enzim katalase kelompok sampel hipertensi dan normotensi. Tidak ada korelasi antara aktivitas enzim katalase dengan tekanan darah sistolik dan diastolik populasi lansia secara keseluruhan (p>0,05). Akan tetapi, ditemukan korelasi lemah pada hubungan antara aktivitas enzim katalase dengan tekanan darah sistolik kelompok populasi normotensi, juga antara aktivitas enzim katalase dengan tekanan darah diastolik kelompok populasi hipertensi (p<0,05). Hasil uji T-test menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan antara nilai mean dari data aktivitas enzim katalase kelompok hipertensi dan normotensi (p>0,05). Aktivitas enzim katalase eritrosit berkorelasi lemah dengan tekanan darah sistolik pada kelompok populasi lansia dengan normotensi, juga dengan tekanan darah diastolik pada kelompok populasi lansia dengan hipertensi.

Hypertension is a degenerative disease which one of the causes being aging. Aging can be triggered by oxidative stress, which is an imbalance between antioxidants and RONS (reactive oxygen-nitrogen species). There are many antioxidants in the body, one of which is the enzyme catalase. Catalase enzyme plays a role in converting hydrogen peroxide into water. Previously, there was no known relationship between the catalase enzyme and degenerative diseases, in this case hypertension. The sample used is 94 samples. The research was carried out using a cross-sectional method. The data needed are blood pressure and erythrocyte catalase enzyme activity. The activity of the catalase enzyme was obtained from the sample erythrocyte lysate with the help of a spectrophotometer where the absorbance calculation was carried out at a wavelength of 210 nm. The entire data was then analyzed for correlation using the Pearson Correlation Test because the overall data distribution was normal. T-test was also performed to see whether or not there was a difference between the mean values of the catalase enzyme activity data for the hypertensive and normotensive groups. There was no correlation between catalase enzyme activity and systolic and diastolic blood pressure in the elderly population as a whole (p>0.05). However, a weak correlation was found in the relationship between catalase enzyme activity and systolic blood pressure in the normotensive population group, as well as between catalase enzyme activity and diastolic blood pressure in the hypertensive population group (p<0.05). The results of the T-test showed that there was no significant difference between the mean values of the catalase enzyme activity data in the hypertension and normotensive groups (p>0.05). The activity of the erythrocyte catalase enzyme was weakly correlated with systolic blood pressure in the normotensive elderly population group, as well as with diastolic blood pressure in the elderly population group with hypertension."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Senohadi Boentoro
"Pendahuluan dan tujuan: Pembedahan laparoskopi telah diakui dapat mengurangi tingkat morbiditas sehingga meningkatkan keselamatan pasien. Saat tindakan LLDN, komplikasi yang paling sering adalah cedera pembuluh darah ginjal, yang sering membutuhkan transfusi darah. Selain perlunya transfusi darah, pendarahan berat yang disebabkan oleh cedera pembuluh ginjal membutuhkan konversi dan perbaikan terbuka. Dengan demikian, penelitian ini ingin mendeskripsikan dan menganalisis kebutuhan transfusi darah dalam operasi laparoscopic living donor nephrectomy di pusat kami.
Bahan dan metode:  Studi kohort retrospektif ini dilakukan di Departemen Urologi di Rumah Sakit Nasional Cipto Mangunkusumo. Rekam medis semua pasien donor ginjal yang menjalani prosedur LLDN di institusi kami dari November 2011 hingga Oktober 2017 ditinjau. Data termasuk usia donor, kadar hemoglobin sebelum operasi, kadar hemoglobin pasca operasi, jumlah pendarahan intraoperatif, jumlah arteri renalis, jumlah vena renalis, sisi donor, konversi ke operasi terbuka, durasi operasi, dan BMI donor dikumpulkan dan dianalisis. Data-data ini selanjutnya dikorelasikan dengan tingkat transfusi.
Hasil: Terdapat 500 pasien yang menjalani tindakan laparoscopic living donor nephrectomy di institusi kami. Semua pasien menjalani prosedur LLDN dengan pendekatan transperitoneal. Perbedaan proporsi tingkat transfusi darah antara pasien pria 0,9% dibandingkan dengan 0,6% pada pasien wanita tidaklah signifikan (p=0,782). Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam proporsi tingkat transfusi darah dengan sisi ginjal (p=0,494), jumlah arteri (p=0,362), usia (p=0,978), BMI (p=0,569), dan kadar hemoglobin sebelum operasi (p=0,766). Median perkiraan jumlah pendarahan pada pasien yang menerima transfusi darah intraoperatif secara signifikan lebih besar daripada pasien yang tidak menerima transfusi darah (p <0,001).
Kesimpulan: Berdasarkan penelitian ini, kami menyarankan bahwa di institusi kami, penggunaan produk darah pra operasi tidak selalu diperlukan. Kurva pembelajaran dan teknik ahli bedah memiliki peran penting dalam mencegah komplikasi intraoperatif dan kehilangan darah.

Introduction and objectives: Laparoscopic surgery has been acknowledged to reduce the morbidity rate thus improving patient safety. During the LLDN, the most frequent complication is renal vessels injuries, which often requires a blood transfusion. Besides the need for a blood transfusion, major bleeding caused by renal vessels injuries require open conversion and repair. Thus, this study would like to descript and analyze the need for blood transfusion in laparoscopic living donor nephrectomy surgery in our center.
Materials and methods: We performed a retrospective cohort study in the Department of Urology at Cipto Mangunkusumo National Hospital. The records of all kidney transplantation donor patients who underwent LLDN procedures carried out at our institution from November 2011 to October 2017 were reviewed. Data including donor age, preoperative hemoglobin level, postoperative hemoglobin level, intraoperative bleeding, number of artery(ies), number of vein(s), donor side, conversion to open surgery, surgery duration, and donor BMI were collected and analyzed. These data were further correlated with transfusion rate.
Results: There were 500 patients underwent laparoscopic living donor nephrectomy procedure at our institution. All of the patients had LLDN with a transperitoneal approach. The difference in blood transfusion rate proportion between male patients with 0.9% compared to 0.6% in female patients was not significant (p=0.782). There are no significant difference in blood transfusion rate proportion regarding to renal side (p=0.494), number of artery (p=0.362), age (p=0.978), BMI (p=0.569), and preoperative hemoglobin (p=0.766). Median estimated blood loss in patients who received intraoperative blood transfusion was significantly much greater than in patients who did not receive a blood transfusion (p<0.001).
Conclusion: Based on this study, we suggest that in our institution, preoperative blood products are not necessarily needed. The surgeon's learning curve and technique play a significant role in preventing intraoperative complications and blood loss."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Madhyra Tri lndraswari
"Latar Belakang: Di era ini, terapi dengan sel punea untuk mengobati berbagai
penyakit semakin dirninati. Sejauh ini, banyak pendapat mengenai keamanan sel
punea, yang dikatakan aman untuk manusia. NaIllun" belum ada penelitian lebih
jauh mengenai keamanan sel punea yang disuntikan lewat vena, untuk kesehatan
pembuluh darah. Tujuan dari peneiitian ini adalah untuk menganalisis efek sel
punea yang disuntikkan secara IV, pada pembuluh darah arteri yang nannal.
Metode: Data didapatkan dari eksperimen klinik tikus Wistar yang dilaksanakan
di Instilut Pertanian Bogor, merupakan studt awal pada tikus dengan tekanan darah
normal. Tikus dengan tekanan darah nonnal (140/100 mmHg, diukur dengan
CODA) tersebut dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama ada kelompok
kontrol, kelompok kedua disumikan secara IV sel punca 1 x 106 , dan kelompok
keliga 3xl 06 sel, dalam sekali penyuntikan. Kelompok kedua dan ketiga diamati
selama 1 bulan setelah penyuntikan sel punca. Setelah 1 bulan, tikus dinekropsi
dalam keadaan anastesi. Selanjutnya, dengan bantuan J Image Software, dilakukan
pcngamatan terhadap diameter dan ketebalan dinding dari meri karotis, karotis
interna, karotis eksterna, aorta abdominal, iliaka kiri, dan iliaka kanan. Analisis
statistik dilakukan dengan metode ANOV A terhadap 3 kelompok tikus untuk.
mengukur perbedaan diameter pembuluh darah dan ketebalan dinding pembulu
darah. Jika persebaran data tidak rata, maka digunakan metode T Independent Test.
Hasil: Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan dalam
diameter dan ketebalan dinding untuk kelompok I, kelompok 2, dan kelompok 3
untuk semua pembuluh darah kecuali arteri iliaka kiri. Arteri iliaka kiri
menunjukkan perbedaan yang bennakna dalam diameter dan ketebalan pembuluh
darah.
Diskusi: Hasil riset ini, memmjukkan keamanan sel punca pada arteri bila
disuntikan ke dalam vena. Ini ditunjukkan dengan hasil yang tidak. terdapat
perbedaan bermakna dalam 5 pembuluh darah yang dipenksa. kecuali arteri iliaka
kiri menunjukkan hasil yang bermaknadan perlu diteliti lebih lanjutdenganjumlah
sam pel yang memadai (30 tikus). Setiap kelompok mempunyai sampel minimum
9 ekor, namun dan hasil penelitian masing-masing kelompok mempunya 5 ekor
tikus yang dapat dianalisis. Sehingga hasil analisis yang didapatkan tidak bisa
mencerminkan hubungan yang kuat secara statistik, namun merupakan suatu
kecenderungan."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70452
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>