Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15671 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tulis Sutan Sati
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978
899.221 TUL m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yayuk Windarti
"Persembahan sajen kepada leluhur dalam keseharian serta dalam ritual Karo telah menjadi adat yang mengakar pada masyarakat Tengger. Tindakan yang berulang ini membentuk keterhubungan di antara yang hidup dan yang mati maupun dengan sesama yang hidup hingga dicitakanlah kehidupan yang harmonis. Namun, di balik romantisme tersebut mengandung perubahan sosial dan kontradiksi nilai sebagai konsekuensi dari modernisasi agama. Masuknya agama Hindu yang monoteistik berbenturan dengan kepercayaan adat Tengger yang pluralistik. Tesis ini mempertanyakan tentang bagaimana masyarakat Tengger menyikapi perubahan sosial yang muncul dalam adat istiadat mereka di tengah modernisasi agama? Serta bagaimana mereka mengelola kontradiksi nilai di antara agama Hindu dan adat Tengger dalam etika keseharian dan ritual Karo yang ditandai dengan persembahan untuk leluhur dan kerabat? Penelitian ini dilakukan di Desa Jetak, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur pada Agustus 2021 dan berlanjut secara berkala melalui media telepon. Saya berpartisipasi dan melakukan wawancara mendalam dengan dukun, pemuka adat, pemuka agama, dan beberapa masyarakat Tengger. Saya menggunakan kerangka adopsi dalam Robbins guna menggambarkan masyarakat Tengger yang hidup dalam duplex cultural formation dengan menempatkan nilai adat dan nilai agama sebagai nilai tertinggi secara bersamaan. Ini bersinggungan dengan upaya perajutan pertalian dengan leluhur sebagaimana dikerangkai dalam konsep ancestorship serta pertalian dengan sesama kerabat yang terjelaskan lewat konsep kinship. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semirip apapun agama Hindu dan adat Tengger, keduanya tetaplah berjarak. Ini tergambar dalam etika keseharian dan ritual Karo di mana masyarakat Tengger memisahkan agama dan adat secara temporal dan spasial.

Sajen as a gift for ancestors in daily life as well as in Karo ritual has become a tradition rooted in the Tengger people. This repeated action forms a connection between the living and the dead as well as with the living so that a harmonious life has aspired. Behind this romanticism, there are social changes and contradictions in values as a consequence of the modernization of religion. Adoption of the monotheistic Hindu religion contradicts with the pluralistic Tenggerese traditional beliefs. This thesis aims to answer how the Tenggerese people respond to the social changes that arise in their customs amidst the modernization of religion? And how do they manage the contradictory values between Hinduism and Tenggerese customs in daily ethic and Karo ritual which are marked by gifts for ancestors and relatives? This research was conducted in Jetak Village, Sukapura District, Probolinggo Regency, East Java in August 2021 and continues periodically through telephone media. I participated and conducted in-depth interviews with dukun, traditional leaders, religious leaders, and several Tenggerese. I used the adoption framework in Robbins to describe that the Tenggerese live in a duplex cultural formation by placing traditional values and religious values together as the paramount values. This intersects with efforts to knit ties with ancestors as outlined in the concept of ancestorship and ties with relatives which are explained through the concept of kinship. The results of the study show that no matter how similar Hinduism and Tenggerese customs are, the two are still far apart. This is reflected in the daily ethics and Karo ritual in which the Tenggerese separate religion and customs temporally and spatially."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melani Budianta
Jakarta: Lontar Foundation, 2018
899.221 393 MEL e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Melani Budianta
Jakarta: Lontar Foundation, 2018
899.221 41 MEL o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Jaruki
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , 1993
899.221 MUH h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nasruddin
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998
899.22 NAS p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Redyanto Noor
"Pendahuluan
Dalam dua puluh tahun terakhir ini fiksi Indonesia menunjukkan gambaran perkembangan yang menarik dan beraneka ragam. Hal itu dinyatakan berdasarkan beberapa gejala yang terlihat pada berbagai segi kehidupan fiksi Indonesia, yang menyangkut segi produksi, distribusi, dan sambutan masyarakat.
Dari segi produksi, menurut Teeuw, sekurang-kurangnya ada tiga gejala yang menampakkan kenyataan baru. Pertama, tersedianya buku-buku fiksi baru di toko-toko buku dalam jumlah yang jauh lebih besar dibanding sebelumnya. Kedua, banyak diantara novel dan kumpulan cerita yang tersedia itu merupakan cetak-ulang atau kumpulan cerita yang ditulis sebelum tahun 1965, bahkan ada yang berasal dari zaman Halal Pustaka atau Pujangga Baru. Contoh untuk itu misalnya Salah Asuhan (Abdul Muis), Layar Terkembang (STA), Belenggu (Armij n Pane), Jalan Tak Ada Ujung (Mochtar Lubi s) , dan Robohnya Surau Kami (Ali Akbar Navis). Ketiga, munculnya pengarang angkatan lama; Sutan Takdir Alisjahbana, Achdiat Karta Mihardja, Mochtar Lubis, Pramudya Ananta Toer, aktif kembali menulis beberapa novel setelah lebih dari dua puluh tahun menghentikan kegiatan.
Perihal perkembangan produksi itu lebih jauh dapat diketahui dari kenyataan-kenyataan yang berkaitan dengan kondisi produksi novel di Indonesia. Kondisi produksi itu ditandai oleh bermacam-macam gejala, seperti meningkatnya gairah penerbitan, terbitnya majalah-majalah wanita, meningkatnya jumlah surat kabar, dan diselenggarakannya berbagai sayembara penulisan cerita fiksi.
"
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nanny Sri Lestari
"ABSTRAK
Dunia karya sastra berkembang dari zaman ke zaman, mengikuti perubahan waktu. Novel sebagai salah satu genre di dalam ragam prosa, juga muncul dalam dunia kesusastraan Jawa. Mengutip pendapat M.H Abrams (1981:120-121) menyatakan bahwa genre novel ini sebenarnya berasal dari Eropa Barat, yang baru dikenal di sana kira-kira abad ke delapan betas melalui perkembangan yang cukup panjang.
Adapun yang dimaksud dengan novel menurut Teeuw (1967:67) adalah salah satu jenis ragam prose yang pada dasarnya merupakan satu bentuk cerita panjang. Memang ada banyak sekali usaha untuk memberi batasan tentang novel ini, dan hasilnya pun beragam antara lain oleh A.F Scott, Harry Shaw, dan William Kenney. A.F Scott (1965:196-197) mengungkapkan bahwa novel adalah karya prosa fiksi yang panjang dan berhubungan dengan manusia, serta segala tingkah lakunya dalam satu waktu dan berusaha mengetengahkan watak-watak manusia dalam kaitannya dengan kehidupan. Harry Shaw (1976:169) juga menjelaskan bahwa novel merupakan karya prosa fiksi yang panjang dan menggambarkan tokoh-tokoh serta mengungkapkan satu rangkaian peristiwa dan latar. William Kenney (1966:31) juga menjelaskan bahwa novel adalah suatu fiksi naratif yang panjang dan merupakan imitasi dari keadaan sebenarnya.
Dari beberapa definisi di atas tadi dapat ditarik satu persamaan bahwa novel melibatkan banyak tokoh dengan masing-masing wataknya dan merupakan suatu rangkaian peristiwa yang berkaitan dengan kehidupan manusia.
Kembali pada karya sastra genre novel yang juga dikenal di Indonesia, Teeuw berpendapat bahwa (1976:54) diperkirakan genre novel ini baru muncul pada sekitar tahun 1920-an, ketika Balai Pustaka pertama kali menerbitkan Azab dan Sengsara karya Merari Siregar yang dianggap sebagai novel asli Indonesia pertama. Berbeda halnya dengan novel yang berbahasa Jawa. Pada tahun 1920-an Balai Pustaka juga menerbitkan Serat Riyanta karya R.M Sulardi. J.J Ras (1979:9) mengungkapkan bahwa, genre novel ini belum lama benar menjadi bagian dari sastra Jawa. Genre baru ini dikenal dengan istilah sastra gagrag anyar atau sastra Jawa baru.
Serat Riyanta ini menarik karena di samping isi ceritanya juga karena lukisan kehidupan sosiai masyarakat bangeawan Surakarta pada awal abad ke 20. Masih lmengutip pendapat J.J Ras {1979:13) bahwa sastra tulis Jawa dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pertama adalah sastra tradisional yang terikat oleh patokan-patokan yang ditaati turun temurun dan kelompok kedua adalah sastra modern yang merupakan hasil pengaruh dari luar terutama Eropa Barat.
"
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fanny Santosa
"Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke memiliki budaya yang beraneka-ragam. Kebudayaan ini mulai berkembang sejak dari zaman penjajahan Belanda, zaman pendudukan Jepang, zaman kemerdekaan sampai sekarang, akibatnya kegiatan sastra - merupakan salah satu bagian dari kebudayaan- yang dihasilkan juga cukup banyak jumlah dan ragarnnya.
Kesulitan banyak dialami dalam mencari dan menemukan informasi yang Lengkap tentang karya sastra suatu daerah tertentu, karya sastra dari pengarang tertentu, ataupun karya sastra pada kurun waktu tertentu. Banyak pula karya-karya sastra yang tidak lagi memiliki informasi yang lengkap karena tidak adanya dokumentasi yang baik. Hal-hal di atas sangat mengganggu bagi kegiatan belajar-mengajar dan penelitian. Bila hal itu dibiarkan berlanjut akan menghilangkan mata rantai sejarah kesusastraan di Indonesia. Langkah-langkah pelestarian perlu dilakukan untuk menyelamatkan, menyatukan, dan nielengkapi informasi kegiatan dan karya sastra Indonesia.
Tindakan nyata telah dilakukan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (PPPB) dalam agenda kegiatan 1994/1995 untuk melakukan penelitian dan penyusunan sejarah sastra Indonesia, Kegiatan ini bertujuan menginventarisasi, meneliti dan menyusun data penelitian kegiatan sastra Indonesia modern untuk kurun waktu tertentu.
"
1995
LESA-25-Jan1995-10
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>