Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146345 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wardiyatmi
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang koping efekiif dalam mengatasi sires di Rw. 04 Kelurahan Paseban, Jakarta Pusat. Metode penelitian menggunakan diskriptif sederhana dengan sampel sebanyak 30 orang. Terdiri dari remaja usia 12 - 20 tahun. Metode pengumpulan sampel menggunakan metode convinience sampling, dan alat yang di gunakan untuk mengumpulkan data berupa kuesioner yang yang terdiri dari 15 pertanyaan. Penanyaan yang bersifat positif 8 nomor,dan pertanyaan yang bersifat neganf ada 7 nomor, Data yang terkumpul dianalisa dengan menggunakan statistik diskriptif Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa 70 % remaja memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang koping efektif dalam mengatasi stres."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA5007
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Uun Nurulhuda
"Klien dengan cedera tulang belakang mengalami masa rawat yang larna dan biasanya mengalami perasaan takut untuk melakukan rehabilitasi. Dalam mengatasi rasa takut tersebut klien menggunakan mekanisme koping yang berbeda-beda baik koping yang konstruktif maupun koping yang destruktii Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi mekanisme koping pada klien cedera tulang belakang yang sedang menjalankan perawatan dan rehabilitasi. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 9 Juli sampai nngan 14 Juli 2001di ruang IRNA C dan Unit Rehabilitasi Medik RSUP Fatmawati dengan 30 sampel dengan teknik pengambilan sampel menggunakan non probability sampling jenis convinience sampling. Responden terdiri dari 17 orang laki-laki dan 13 orang perempuan, sebagian besar berpendidikan SMA (33,3 %), bekerja sebagai pekerja swasta (66%) dan berusia antara 15-25 tahlm (26,7 %), Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar klien cedera tulang belal-:ang yang menjalani perawatan dan rehabilitasi menggunakan mekanisme koping yang konstruktif (93,3 %) dan terdapat 6,7 % responden yang menggunakan mekanisme koping yang destruktif. Hal ini dapat disebabkan karena responden sebagian besar telah melalui seluruh tahapan kehilangan yaitu mengingkari (denial), marah (anger), tawar menawar (bargaining), depresi, penerimaan (acceptance), dimana lama masa rawat responden rata-rata >4 minggu (53,3%)"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA5052
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Safuwan
"Penelitian ini berawal dari pengamatan penulis terhadap keseriusan pekerjaan yang digeluti oleh sebagian orang sebagai pengendara angkutan umum bajaj. Di tinjau secara factual kondisi riil kota Jakarta dipenuhi oleh pelbagai situasi seperti kepadatan, keramaian, keberagaman sarana transportasi, kesumpekan, polusi udara, dsb. Kondisi yang demikian itu jelas mengandung stress psikososial yang tinggi bagi orang-orang yang terlibat di dalamnya. Ekses yang timbul dari situasi tersebut akan terasimilasi pada pelbagai segmen kehidupan, di antaranya; persaingan kerja yang tajam dalam pelbagai sector, tanggung jawab terhadap pekerjaan yang meningkat dan tuntutan pemenuhan kebutuhan yang mendesak dan stress kehidupan yang menggejala.
Tapi, para supir bajaj sebagai pengendara jenis angkutan umum yang kecil masih mampu bersaing dan kerja sama dalam aktivitasnya, mereka masih mampu eksis dalam kondisi lingkungan fisik kerja sekitar yang buruk, dan mereka juga masih mampu memnuhi tuntutan kebutuhan hidupnya. Inilah persoalan utamanya. Karenanya penulis terdorong untuk menelusuri secara ilmiah dan mendalam tentang fenomena tersebut.dari itu, penulis mengajukan judul dalam penelitian ini adalah perilaku coping kelompok supir bajaj. Melihat keadaaan yang demikian, mereka berupaya menampilkan pelbagai strategi periaku coping yang mereka yakini bias megatsi stress. Strategi itu ada yang terfokus pada masalah da nada juga yang berpusat pada emosi. Dalam upaya penggunaan strategi coping itu, kelompok supir bajaj tek perduli apakah yang mereka tampilkan itu positif atau negative, yang penting bagi mereka terbebas dari stress.
Menurut literature-literatur psikologi, dapat diidentifikasikan dan dipahami bahwa apabila seseorang atau kelompok berekasi terhadap suatu situasi, dimana situasi tersebut tidak menyenangkan dan menuntut mereka untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan obyek, maka proses yang terjadi dinamakan coping behavior. Secara umum dapat dikatakan bahwa inti dari perilaku coping adalah (1) respons tingkah laku dan pikiran terhadap stress, (2) penggunaan sumber daya yang ada pada diri individu atau lingkungannya (3) pelaksanaannya dilakukan secara sadar oleh individu (4) bertujuan untuk mengatasi atau mengurangi konflik-konflik dan meningkatkan dinamika kehidupan individu.
Pembahasan studi ini disesuaikan dengan skema proses coping dari Richard Lazarus dan strategi perilaku coping dari Taylor. Model analisis ini diambil karena kedua teori tersebut saling terkait satu sama lain pada respon coping individu. Lazarus mencoba menggambarkan [elbagai aspek yang memicu proses stress individu, hingga melakukan coping. Sedangkan Taylor berusaha menjelaskan pelbagai strategi coping yang dilakukan oleh individu dalam rangka mengahdapi situai stress. Selain itu penelitian ini juga menggambarkan individu dan kelompoknya yakni kelompok supir bajaj. Untuk itu, analisisnya akan disesuaikan dengan perspektif psikologi social tentang kelompok. Pada gilirannya secara umum perilaku coping yang ditampilkan pun menjadi perilaku coping kelompok.
Penelitian ini lebih bersifat pendeskripsian secara mendalam secara menyeluruh tentang perilaku coping yang dilakukan oleh kelompok supir bajaj. Karenanya metode penelitian kualitatif menjadi andalan utama analisisnya. Pendekatan kualitatif akan menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif. Informan penelitian ini berjumlah 20 orang (10 orang sudah kawin dan 10 orang belum kawin) dengan kriteria informan, masing-masing individu telah berkeluarga dan belum berkeluaraga, serta sudah mengendarai bajaj sekitar 2 tahun keatas. Sementara metode pengambilan data dilakukan dalam tiga bentuk, observasu terlibat pasif, wawancara konversasional dan focus group discussion (FGD).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, proses perilaku cooping yang ditampilkan dalam 3 situasi yang dikaji (1) situasi keberagaman sarana transportasi umum (2) situasi lingkungan fisik kerja sekitar (3) situasi tuntutan kebutuhan hidup adalah sesuai dengan skema proses coping yang digambarkan oleh Lazarus. Kedua: penerapan strategi perilaku coping yang dijelaskan oleh Taylor, juga berlaku pada kelompok supir bajaj. Strategi perilaku coping dilakukan kelompok supir bajaj dalam ketiga situasi tersebut, tak terpisahkan dari 8 strategi coping, 3 strategi yang berpusat pada masalah, dalam bentuk; 8konfrontasi (9 cara coping), mencari dukungan social (8cara coping), dan dalam merencanakan pemecahan masalah (20 cara coping), sedangkan 5 strategi lainnya yang terfokus pada emosi dalam bentuk; control diri (14 cara coping), membuat jarak (11 cara coping), penilaian kembali secara positif (12 coping), menerima tanggung jawab (6 cara coping) dan dalam bentuk menghindar (4 cara coping). Ketiga, supir bajaj jug adapat disebut sebgai sebuah kelompok social yang maasih eksis dalam lingkungan heterogen kelompok. Kesesuaian pemahaman tentang kelompok yang diajukan para ahli dengan kelompok supir bajaj ternyata dapat digambarkan. Selain itu, mereka juga memiliki pelbagai karakteristik umum kelompok. Kesemua ciri merek aitu akan menjadi suatu variable pembeda dan variable yang menyamakan kelompok supir bajaj dengan pelbagai kelompok yang ditemui sehari-hari.
Dalam pada itu, kesimpulan yang disimpulkan dalam studi ini adalah penerapan skema proses (Lazarus) dan strategi perilaku coping (Taylor) berlaku juga perilaku coping pada kelompok supir bajaj, sebagai salah satu kelompok marjinal yang menerima beban stress yang besar. Upaya perilaku coping yang ditempuh kelompok supir bajaj itu merupakan suatu mekanisme dan strategi mereka dalam rangka mempertahankan pekerjaan demi kelangsungan hidup di DKI Jakarta. Sementara saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah masyarakat sekitar dan pemda DKI Jakarta sudah selayaknya memberikan semacam dukungan social pada kelompok supir bajaj dan pada kelompok marjinal lainnya. Selanjutnya untuk perbaikan arena pertransportasian sebaiknya pemda DKI mengadakan semacam pelatihan agar para supir bajaj mengerti akan tata cara mengendara yang benar, berdisiplin dan sebagainya.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
T37828
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvin Alharits
"Artikel ini berfokus pada upaya Pemerintah DKI Jakarta dalam menangani masalah tawuran antarpelajar yang cukup marak di tahun 1987-1998. Walaupun masalah tawuran antarpelajar sudah cukup populer sebelum 1987, masalah tersebut tidak seburuk periode 1987-1998. Pada tahun 1987, Barisan Siswa mulai terbentuk dan pada saat itu juga tawuran antarpelajar mulai memakan korban jiwa. Tawuran antarpelajar yang terjadi di Jakarta menunjukkan pola baru. Tawuran antarpelajar di Jakarta semakin populer dan lokasi rawan tawuran semakin bertambah dan mulai menyebar ke angkutan umum. Hal ini menyebabkan Pemda DKI Jakarta untuk menanggapi masalah tawuran dengan lebih serius dan mulai melakukan upaya untuk menangani masalah tersebut. Upaya ini dilaksanakan melaui berbagai program seperti Ketahanan Sekolah dan operasi khusus tawuran yang secara rutin dilakukan setiap tahun dengan bantuan dari aparat lain. Namun, upaya yang dilakukan ini hanya berhasil dalam jangka pendek, dan kurang berhasil untuk menghentikan tawuran pelajar secara keseluruhan di Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat tahapan berupa heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Sumber yang digunakan adalah surat-surat kabar sezaman, laporan pemerintah, serta berbagai buku, majalah, dan jurnal penelitian terkait yang diperoleh melalui publikasi secara daring dan luring.

This article focuses on the DKI Jakarta Government's efforts to deal with the problem of student brawls which were quite prevalent in the 1987-1998. Even though the problem of brawls between students was quite popular before 1987, the problem was not as severe as the 1987-1998 period. In 1987, Barisan Siswa began to form and at that time brawls between students began to claim lives. The brawls between students that occurred in Jakarta showed a new pattern. Student brawls in Jakarta are increasingly popular and locations prone to brawls are increasing and starting to spread to public transportation. This has caused the Regional Government of DKI Jakarta to take the problem of brawls more seriously and to start making efforts to deal with the problem. These efforts are carried out through various programs such as School Resilience and special operations which are routinely carried out every year with assistance from other apparatus. However, these efforts were only successful in the short term, and were less successful in stopping student brawls as a whole in Jakarta. This research was conducted using the historical method which consists of four stages in the form of heuristics, source criticism, interpretation, and historiography. The sources used are contemporary newspapers, government reports, as well as various books, magazines and related research journals obtained through online and offline publications."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Al Ikbal Arbi
"PT.X merupakan perusahaan industri manufaktur yang mana sistem proses manufakturnya berdasarkan pesanan (Job order) yaitu industri pembuatan kemasan dimana desain dan spesifikasi produk sangat ditentukan oleh konsumen eksternal (external customers). Produk yang dihasilkan terbentuk atas 2 jenis, Kemasan Bentuk (Fine Flexible Packaging) yaitu kemasan jadi dalam bentuk gulungan atau rol yang akan memerlukan proses lanjutan oleh konsumen yang bersangkutan dan Pengemasan (Packaging) yaitu kemasan jadi yang telah berbentuk kantong (bag).
Kualitas produk hasil sangat memegang peranan penting dalam proses produksi karena fangsi produk yang dihasilkan sangat berhubungan dengan kepuasan konsumen yang memakainya. Proses merupakan suatu integrasi sukuensial dari orang atau pekerja (manusia), material, metode dan mesin atau peralatan dalam suatu lingkungan serta berinteraksi guna menghasilkan suatu nilai tambah output (produk) yang sesuai dengan spesifikasi kualitas yang diminta konsumen. Proses juga merupakan sekumpulan kondisi yang berbeda untuk menghasilkan unit produk yang berbeda pula atau menghasilkan adanya variasi atau keragaman dari produk sehingga memerlukan adanya pencegahan melalui pengendalian proses.
Adanya hasil yang bervariasi dalam operasional proses tersebut tentu akan memungkinkan produk hasil yang diterima konsumen tidak sesuai dengan spesifikasi yang diminta yang telah disepakati, hal ini tertera pada standar instruksi proses (SIP).
Ketidaksesuaian produk hasil yang diterima konsumen dapat dilihat dari 176 banyaknya keluhan pelanggan yang diterima oleh marketing pada periode Januari sampai Juni 2002 dan diteruskan ke technical services. Permasalahan ketidaksesuaian ini berdasarkan hasil pengolahan data keluhan pelanggan melalui diagram pareto didapatkan, 43,75% dari jenis bentuk keluhan yaitu miss print sedangkan berdasarkan produk artikel yaitu es krim sebanyak 30%. Sedangkan kasus yang mengemuka pada eskrim adalah eskrim Indo Meiji dengan keluhan; warna tidak sesuai standar.
Hasil identifikasi penyebab ketidaksesuaian melalui diagram Ishikawa diketemukan enam penyebab yaitu Pelanggan, Prosedur, Penjadualan, Produksi, Material dan Pelaksana. Untuk lebih efektif dan fokus dalam penyelesaian masalah perlu ditentukan prioritas penyebab melalui Pair Comparison Matrix sehingga diketemukan bahwa prosedur tindakan perbaikan dan pencegahan (PTPP) tidak melalui perubahan komposisi material (Changing sheet) dan pelaksanaannya harus dilakukan penjadualan ulang oleh PPC bila ada permintaan perubahan spesifikasi. Untuk dapat sampai ke akar permasalahan penyebab adanya variasi ketidaksesuaian produk digunakan why-why diagram.
Usulan proses peningkatan pemecahan masalah kualitas produk hasil yaitu untuk dapat mengurangi hasil yang bervariasi dan memperkecil terjadinya penyimpangan ketidaksesuaian produk hasil yang diterima pelanggan, salah satu kerangka proses peningkatan pemecahan masalah kualitas dapat dilakukan dengan cara penelusuran permasalahan dengan alat pemecahan masalah perbaikan dan peningkatan kualitas memakai flow-chart.

PT. X as manufacturing industrial corporate in which its process system is based on job order, viz, container manufacturing industry which both design and specification is very determined by external customers, The resultant products formed by two varieties. Fin Flexible Packaging, it is finished package in roll type that will require ongoing process by customers and Packaging which in bag type.
Product quality having important role its process because the resultant product functions is very connected with customer satisfaction who use it, Process as any integrated sequential of workers, materials, methods, machinery and equipment workplace as well as interacting in order to produce any add value from output (products) in line with any different conditions to produce any different products as well, or to produce variation and variety of products, then, it required prevention by process control.
Of course any varied results in such operational process will enable the received products by customers is not suitable with specification having been agreed, it is written in process instruction standard (SIP).
Unsuitability of received products by customers 'may be indicated from 176 customers' s claims brought to marketing within period January through June 2002 and it is continued to technical service. This unsuitability problems based on result of data process on customers claims by pareto diagram is found 43.75% from miss-print case following article products, it is ice cream of 30%. Whereas the leading case is Indo Meiji regarding claim on color not based on standard extremely.
The identification of unsuitable case by Ischikawa diagram having been found six causes they are : Procedure, Scheduling, Production, Material and Executive. For more focused and effectively, then, to settle problem is necessary to indicate the cause priority by Pair Comparison Matrix, so, it is found that procedure of repair and prevention action (PTPP) is not by changing sheet and its implementation should be conducted by rescheduling by PPC if any specification changes is required. Why-why diagram is applied for finding the cause problems on product unsuitability variation to the root.
The proposal an process to increase problem solving with regard product quality is to reduce varied results and to minimize the deviation of product unsuitability received by customers. One of framework regarding process of increasing problem solving about quality it is found by tracing problems by problem solver to repair and increase quality following flow chart means.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T14638
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasminia
"Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi merupakan suatu perumahan yang menampung warga gusuran Kali Angke akibat dicanangkannya Program Kali Bersih oleh Pemda DKI Jakarta. Komunitas perumahan tersebut mempunyai tingkat kompetensi yang rendah. Dengan salah satu aspek rendahnya pengetahuan tentang creative problem solving process. Untuk membantu komunitas meningkatkan kompetensinya dilaksanakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai creative problem solving process. Target intervensi yang dituju adalah kalangan pemuda.
Landasan yang digunakan dalam intervensi sosial ini adalah Lima Elemen dari Social Action yaitu cause, change agency, change targets, channels, dan change strategy. Sedangkan untuk proses perubahan perilaku individual menggunakan Trans-theoretical Model of Behavior Change dari Prochaska et al. Serta digunakannya Social Cognitive dari Bandura sebagai landasan proses perubahan perilaku kelompok. Prinsip dari teori ini adalah reciprocal determinism bahwa komponen kognisi, tingkah laku, dan lingkungan saling mempengaruhi.
Program dirancang menjadi 13 langkah dimulai dan lobbying sampai dengan pemantauan berkala. Tulisan ini hanya menjabarkan langkah 1 sampai dengan kelima dilanjutkan dengan langkah ke sembilan sampai dengan tigabelas dengan fokus tulisan pada pelatihan peningkatan pengetahuan creative problem solving process.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa pelaksanaan program berjalan sesuai rancangan yang telah dibuat. Tujuan kegiatan terpenuhi, ditandai dengan tercapainya indikator keberhasilan. Pelatihan ini mendapat tanggapan yang positif dari target intervensi.

Tzu Chi Housing Complex is provided for the people of Kali Angke who lost their houses when DKI Jakarta regional government implemented "Clean River Program". The community in Tzu Chi Housing Complex has a relatively low competency. This had led I to develop a program to deepen their knowledge in creative problem solving process in order to increase community competency. The intervention target of our program is the youth.
This social intervention is based on five elements of Social Action which are cause, change agency, change targets, channels, and change strategy. While individual changing behaviour is based on Prochaska et al Trans-theoretical Model of Behavior Change. Furthermore, group changing behaviour is based on Bandura's Social Cognitive. The main argument of this theory is reciprocal determinism which says that cognition, attitude and environment are interconnected.
This program was consisted of 13 phases, started from lobbying up to periodically monitoring. This thesis only describes step 1 up to step 5, followed by step 9 up to step 13, focusing on training of deepening knowledge in creative problem solving process.
The result of our evaluation showed that this program has run smoothly as was planned. It successfully accomplished its objective as shown by the accomplishment indicator. Furthermore, it received a positive respond from the intervention target.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18796
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Ayu Putri
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara perceived parenting style dan coping style to school related stress pada remaja. 442 siswa/I SMA kelas 3 turut berkontribusi dalam penelitian ini. Perceived Parenting Style diukur dengan kuesioner Parenting Style Questionaire PSQ yang dikembangkan oleh Lamborn et al 1991, sedangkan Coping style to school Related Stress diukur dengan menggunakan Coping Across Situation Questionaire CASQ yang dikembangkan oleh Seiffge-Krenke et al 2001.
Hasil penelitian memaparkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan F= 2,748, p0,05 antara perceived parenting style dan internal coping style pada remaja. Gambaran mengenai jenis persepsi parenting style juga dapat dilihat dari penelitian ini. Diketahui pula bahwa anak yang menggunakan active coping style cenderung mempersepsikan orang tua mereka dengan gaya pengasuhan yang authoritative dibanding dengan gaya pengasuhan lainnya.

This research was investigated the relationship between perceived parenting style and coping style to school related stress in adolescence. 442 students was participated in this research. Perceived Parenting Style was measured by Parenting Style Questionaire PSQ that previously developed by Lamborn et al 1991, and Coping style to school Related Stress was measured by Coping Across Situation Questionaire CASQ that was developed by Seiffge Krenke et al 2001.
Result of this study found that there was significant correlation F 2,748, p0,05 perceived parenting style and internal coping style in adolsence. Description about type of perceived parenting style also conducted in this study. This research uncover that adolescence who uses active coping style tend to perceived their parents as authoritative parenting style than the others style of parenting.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hary Soeskandi
"Latar Belakang Permasalahan
Dalam usaha untuk mencari kelestarian di dalam hidupnya, setiap masyarakat akan selalu cenderung mengarahkan dirinya pada suatu tertib sosial yang mantap. Pergaulan hidup manusia diatur oleh berbagai macam kaidah atau norma yang pada hakikatnya bertujuan untuk menghasilkan ketertiban dan ketenteraman dalam kehidupan bersama. Di dalam pergaulan hidup tersebut, manusia mendapatkan pengalaman-pengalaman tentang bagaimana caranya dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya yang bersifat pokok, antara lain : sandang, pangan, papan, keselamatan .jiwa dan harta, harga diri, potensi untuk berkembang, dan kasih saying.
Pengalaman-pengalaman tersebut pada suatu titik tertentu akan menghasilkan nilai-nilai yang positif maupun negatif pada diri manusia. Hal ini akan mengakibatkan bahwa manusia akan mempunyai konsepsi-konsepsi abstrak mengenai rnana yang tidak baik dan harus dituruti serta mana yang tidak baik dan harus ditinggalkan. Sistem nilai-nilai tersebut sangat berpengaruh terhadap pola-pola berpikir manusia, hal mana merupakan suatu pedoman mental baginya.
Masyarakat Madura adalah masyarakat yang boleh dikatakan mempunyai tradisi yang tidak begitu menganggap atau memperhatikan aturan-aturan pemerintah dalam hal suatu pengaturan tertentu dalam lingkungan keluarganya. Dalam hal ini kaidah atau tertib sosial yang ada pada urnumnya mereka gunakan atau taati adalah kaidah-kaidah yang secara otonom ditegakkan oleh satuan-satuan keluarga besar mereka atas dasar kekuatan mereka masing-masing.
Kekuatan masing-masirg keluarga tersebut di samping akan menjadi mekanisme untuk menekan dan memperkecil terjadinya konflik, juga akan berfungsi sebagai kekuatan polisional untuk menghadapi serta meniadakan konflik (dengan pola perrmulihan lewat tindakan sendiri), khususnya apabila konflik tersebut menyangkut masalah-masalah kehormatan dalam keluarga. Dalam kaitannya dengan masalah penyelesaian konflik ini, kita sering mendengar suatu istilah yang sering disebut dengan nama "carok"."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1992
T16749
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boy Subirosa Sabarguna
Jakarta: UI-Press, 2006
R 658.403 SAB a
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Gloria Natalina
"MP merupakan sebuah organisasi yang menjual jasa pendidikan yang didirikan pada tahun 1982. Perusahaan ini memiliki akreditasi dengan predikat Unggul dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Program-progam yang ditawarkan adalah program-program yang bergelar dan nir-gelar.
Sampai dengan Juni 2005, jumlah karyawan MP mencapai 106 orang, yang terbagi atas pengajar yang disebut dengan Faculty Member (FM) dan pendukung yang disebut dengan Supporting Member (SM). Jumlah FM 34 orang, dan SM 72 orang. FM bergelar akademis mulai dari S2 sampai Doktor dan 4 orang di antaranya memperoleh gelar Profesor dari Pemerintah (Dirjen Pendidikan Tinggi DIKTI), dan SM bergelar akademis mulai dari SMA sampai S2.
MP belum melakukan pengelolaan sumber daya manusia dengan baik, seperti perencanaan sumber daya manusia, proses rekrutmen, seleksi, penempatan yang terstruktur, pelatihan yang terencana, dan belum memiliki sistem evaluasi kinerja. Meskipun menyadari pentingnya pengelolaan sumber daya manusia, namun waktu dan perhatian manajemen masih terpusat pada usaha untuk meningkatkan pendapatan dan memajukan perusahaan.
Saat ini terjadi beberapa pelanggaran di MP, antara lain problem absensi, lembur dan pemakaian kendaraan kantor untuk keperluan pribadi, hilangnya bebe¬rapa barang milik perusahaan, dan lain-lain. Di antara problem-problem tersebut, absensi adalah problem yang terjadi berulang kali yang melibatkan baik FM maupun SM. Yang dimaksud dengan problem absensi (ketidakhadiran) di MP adalah datang terlambat atau pulang lebih awal dari jam kerja yang ditetapkan oleh perusahaan, jam 8 pagi sampai 5 sore. Jika karyawan datang jam 8.30 dan pulang jam 17.30, tetap dianggap melanggar jam presensi (kehadiran) oleh Bagian Administrasi SDM (Personalia).
Problem absensi mulai diperhatikan pads tahun 1990. Manajemen melakukan berbagai upaya untuk memecahkan problem tersebut, yaitu dengan pemberian reward dan punishment, namun hingga kini pelanggaran absensi tersebut masih terus berlangsung.
Setelah menganalisis situasi dan kondisi perusahaan maupun karyawan MP serta membandingkan beberapa alternatif yang mungkin dilakukan, Penulis mengusulkan agar MP menerapkan systems thinking dalam problem solving absensi.
Systems thinking adalah usaha untuk memahami suatu perilaku dengan memeriksa secara holistik sebab-sebab dad perilaku tersebut serta kaitan di antara sebab-sebab tersebut. Jadi bukan sekadar menganalisis perilaku tersebut sepotong demi sepotong.
Yang sangat berperan dalam proses ini adalah Manajemen MP dan Bagian SDM. Proses ini melibatkan komunikasi yang berkesinambungan antara pimpinan dan karyawan, baik secara formal maupun informal.
Dalam komunikasi tersebut perlu brainstorming yang tidak untuk mencari-cari kesalahan karyawan. Keterbukaan dalam komunikasi akan sangat menunjang keberhasilan brainstorming tersebut. Semua upaya yang dilakukan dalam proses systems thinking dalam problem solving absensi tersebut pada pokoknya adalah untuk mencapai peningkatan efektivitas dan kualitas kinerja karyawan sesuai dengan visi dan misi perusahaan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18820
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>