Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7040 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Feher, Kamilo
Englewood Cliffs: Prentice-Hall, 1983
621.380 42 FEH d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Reza Fauzan Hafizh
"Persaingan usaha yang sehat ditandai dengan adanya kesempatan yang sama antar Pelaku Usaha dalam menawarkan barang atau jasa kepada konsumen. Dalam merealisasikan iklim persaingan usaha yang sehat harus terdapat aturan hukum yang menjadi dasar bagi setiap pelaku usaha untuk bersaing secara adil dalam menjalankan kegiatan usahanya. Maka untuk menjamin penegakan persaingan usaha yang sehat di Indonesia lahirlah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Tentunya dengan aturan hukum tersebut akan menjamin pasar kompetitif secara sehat yang terbebas dari segala kecurangan dan konspirasi  yang menutup esensi dari adanya persaingan di dunia usaha. Namun perwujudan dari persaingan usaha yang sehat di Indonesia belum terealisasi secara sempurna oleh karena masih banyaknya pelaku usaha yang memanfaatkan kesempatan untuk mencapai tujuan kegiatan usaha dengan hal-hal yang dilarang dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1999. Salah satu kasus dimana para pelaku usaha diduga melakukan kegiatan yang dilarang adalah kasus dugaan persekongkolan tender dalam program penyediaan kapasitas satelit telekomunikasi berbasis High Throughput Satellite (HTS) di Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (BAKTI KOMINFO). Di dalam kasus ini, pengadaan tender bertujuan untuk menyediakan akses internet dan layanan seluler kepada masyarakat di daerah 3T( Terdepan, Tertinggal dan Terluar).
Fair business competition is characterized by equal opportunities between Business Actors in offering goods or services to consumers. In realizing a fair business competition climate, there must be a legal rule that is the basis for every business actor to compete fairly in carrying out his business activities. So to ensure the enforcement of fair business competition in Indonesia, Law Number 5 of 1999 concerning the Prohibition of Monopolistic Practices and Unfair Business Competition is born. Of course, the rule of law will guarantee a healthy competitive market that is free from all fraud and conspiracy that closes the essence of competition in the business world. However, the manifestation of fair business competition in Indonesia has not been realized perfectly because there are still many business actors who take advantage of the opportunity to achieve the objectives of business activities with the things that are prohibited in Law No. 5 of 1999. One of the cases where business actors were suspected of carrying out prohibited activities was a case of alleged tender conspiracy in the program of providing capacity for telecommunications satellites based on High Throughput Satellite (HTS) in the Telecommunications and Information Accessibility Agency of the Ministry of Communication and Information Technology (BAKTI KOMINFO). In this case, the procurement of tenders aims to provide internet access and cellular services to the public in 3T areas (Frontier, Disadvantaged and Outermost)."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Aam Ruhyana
"Pada umumnya sistim komunikasi satelit terbagi atas dua bagian yaitu sistim transmisi analog dan sistim dijital . Sistim komunikasi satelit analog yang pertama mempergunakan teknik modulasi FM yang dikenal sebagai FDM/FM ( Frequency division multiple access / Frequency Modulation ) dan sistim SCPC/FM yang sampai saat ini dipergunakan untuk sinyal pembawa televisi.
Sejak tahun 1985 teknik TDMA ( Time division multiple access ) dipakai untuk sistim komunikasi satelit internasionaI oleh DMLSAT dikawasan IOR (Indian ocean region) dan AOR ( Allantik ocean region), sistim TDMA ini mempergunakan teknik modulasi dijital TDM/QPSK. Sistim ini mempunyai beberapa keuntungan dibanding sistim FDMA, tidak ada intermodulasi antara sinyal pembawa, pemakaian transponder satelit secara optimum, namun demikian TDMA ini mempunyai hambatan yang cukup serius dimana TDMA sangat peka terhadap degradasi /gangguan yang terjadi di satelit maupun di stasiun bumi dan hares ada kontrol sinkronisasi yang akurat.
Dengan adanya hambatan-hambatan tersebut dicarikan suatu alternatip yang lain untuk mengatasi kekurangan tersebut yaitu sistim IDR yang diperkenalkan oleh Intelsat sebagai pengganti FDMTM dan menutupi kekurangan sistim sebelumnya , IDR pertama di perkenalkan sekitar tahun 1984 [ Inte 89 ] dan diimplementasikan di Indonesia ( PT Indosat ) sekitar tahun 1990. Sistim IDR ini dapat digabungkan dengan DOME ( Digital circuit multiplication equipment ) yang dapat memberikan penguatan sampai 5 kali lebih besar dibanding tanpa DCME sehingga dapat menekan biaya operasional.
Dalam penulisan tugas akhir ini penubs membuat suatu perencanaan , analisa dan implementasi sistim IDR/DCME pada sistim komunikasi satelit internasional. IDR ini merupakan alternatip terbaik dalam sistim korunikasi satelit dijital scat ini dalam menyongsong era dijitalisasi kearah ISDN ( Pelayanan jaringan data terpadu antara suara,data dan gambar )."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S38850
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Ismoyo
"Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang modern dan berbasis informasi, pemerintah bekerja sama dengan beberapa perusahaan telekomunikasi swasta menggelar mega-proyek pembangunan jaringan infrastruktur telekomunikasi berupa jaringan 'backbone' serat optik berkecepatan tinggi yang dinamakan Palapa Ring. Tujuan Palapa Ring antara lain untuk mengurangi kesenjangan digital antara Indonesia Bagian Barat dengan Indonesia Bagian Timur serta menyediakan akses telekomunikasi bagi masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi kemiskinan. Pulau Papua, sebagai salah satu wilayah di IBT yang mengalami ketertinggalan teknologi informasi, menjadi salah satu sasaran utama dalam pembangunan jaringan tahap pertama.
Skripsi ini membahas tentang analisis dan perencanaan titik-titik labuh jaringan 'backbone' serat optik di Pulau Papua serta lebih lanjut interkoneksi jaringan backbone ke setiap kabupaten melalui jaringan ekstensi. Parameter-parameter yang menjadi pertimbangan dalam penentuan titik labuh antara lain lokasi, keadaan alam dan pantai, jumlah dan kepadatan penduduk, teledensitas masyarakat setempat, dan lain-lain. Dalam perancangan jaringan ekstensi, parameter diatas ditambah lagi dengan proyeksi kapasitas jaringan yang dibutuhkan untuk beberapa tahun ke depan. Perancangan ini merekomendasikan konfigurasi titik labuh pada 13 kota pantai beserta analisa penempatannya yang tidak semuanya sama dengan rekomendasi KMI. Untuk proyeksi kebutuhan kapasitas, didapatkan angka kebutuhan kapasitas untuk masing-masing titik labuh sampai tahun 2020.

In order to establish a modern, information based society of Indonesia, the government, supported by several private telecommunication companies, is launching a mega-project of telecommunication infrastructure network construction in the form of high-speed optical fibre backbone network, named the Palapa Ring Project. It is aimed to eliminate ?digital divide? between Western and Eastern part of Indonesia through providing telecommunication access for the people. Such a community empowerment effort is expected to increase the people?s welfare and therefore to reduce poverty level. Papua island, as the largest island in western part of Indonesia with the most underdeveloped information technology will be primary selected for the first stage of construction.
This thesis discusses about the analysis and design of the fiber optic backbone network landing points in Papua Island, as well as the interconnection of the backbone to each regencies through the extension networks. In determining the landing points, parameters to be put in consideration in are location, nature, population and density, teledensity, etc. In designing the extension networks the above mentioned parameters should be added with the projection of required capacity for several years to come. The design recommends landing point configuration on 13 cities, along with placement analysis which have several deviation compared to KMI recommendation.The required capacity projection recommends the number of required capacity for each landing point until the year 2020.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40451
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Spilker, James J.
Englewood Cliffs: Prentice-Hall, 1977
621.380 423 SPI d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Cahya Mustafa
"Spektrum frekuensi radio merupakan sumber daya alam yang jumlahnya terbatas. Diperlukan penataan alokasi spektrum secara baik dalam mengoptimalkan penggunaannya, salah satunya adalah frekuensi sharing. Kepdirjen no.119/DIRJEN/2000 Indonesia mengijinkan adanya penggunaan bersama frekuensi 3.5 GHz antara dinas tetap satelit (Fixed Satellite Service) dan layanan akses pita lebar berbasis nirkabel (Broadband Wireless Access).
Kurangnya pertimbangan teknis dan ketidaksiapan badan regulasi menyebabkan timbulnya permasalahan interferensi sehingga terjadi kerusakan data dan putusnya layanan FSS. Oleh karena itu, dilakukan revisi terhadap kepdirjen sebelumnya dengan Rancangan Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Nomor: /PER/M.KOMINFO/.../2007 yang isi diantaranya, pada pasal 16 ayat 3 menyebutkan bahwa penyelenggara BWA eksisting pada pita frekuensi radio 3.5 GHz wajib migrasi ke pita frekuensi radio 3.3 GHz selambat-lambatnya 2 tahun sejak ditetapkan.
Disimulasikan frekuensi sharing 3.5 GHz antara FSS dan BWA dengan software SPECTRAemc untuk daerah Jakarta. Selanjutnya diusulkan teknik mitigasi interferensi yang dapat digunakan agar kedua layanan tersebut tetap beroperasi dengan baik hingga batas dilakukannya migrasi yaitu 2 tahun mendatang.

Radio frequency spectrum is a limited natural resources which needed good management to optimalize its use, one of the way is sharing frequency. No.119/Dirjen/2000 Indonesian kepdirjen permit the co-existence of frequency usage in 3.5 GHz between Fixed Satellite Service and Broadband Wireless Access.
Lack of technical consideration and awareness of national regulator causes interference problems that disrupt FSS services. Therefore, revision has been done to the previous kepdirjen with Number: /PER/M.KOMINFO/.../2007 which one of the content is, section 16 article 3, mention that eksisting BWA organizer at frequency band 3.5 GHz must be migrated to the frequency band 3.3 GHz at the latest 2 year since specified.
Simulated sharing frequency at 3.5 GHz between BWA and FSS with SPECTRAemc software for Jakarta area. Hereinafter proposed the interference mitigation technique that able to be used to ensure both of the services remain to operate well until the next 2 years.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40455
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lindsey, William C
Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, 1973
621.380.42 LIN t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Smith, Delbert D.
Boston: Sijthoff and Noordhoff, 1978
621.380 415 6 SMI t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
New York: IEEE Press, 1979
621.382 54 SAT
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Riza Darmawan
"Penelitian ini mengusulkan rancang bangun antena mikrostrip array linear dengan bentuk patch segiempat sebagai antena pencatu pada sistem antena parabola di stasiun bumi penerima data satelit Himawari-8. Antena dirancang bekerja pada rentang frekuensi 3,8-4,2 GHz. Simulasi menggunakan perangkat lunak CST Microwave Studio 2019. Antena mikrostrip array linear dirancang dengan menggunakan bahan substrat Rogers RT/Duroid-5880 dengan nilai konstanta dielektrik 2,2 yang mempunyai ketebalan 1,575 mm. Teknik dan metode yang digunakan yaitu teknik proximity coupled feed, teknik corporate feed, metode Dolph-Chebyshev, metode Wilkinson Unequal Power Divider, substrat double layer, dan juga Reflektor Parabola. Simulasi antena microstrip array 1x8 dengan bahan Rogers RT/Duroid-5880 menghasilkan bandwidth selebar 721,9 MHz pada frekuensi 3,7069 – 4,4288 GHz, gain sebesar 16,17 dB pada frekuensi 4,148 GHz, direktivitas sebesar 16,56 dB pada frekuensi 4,148 GHz, efisiensi sebesar 97,65%, Half Power Beamwidth (HPBW) untuk arah horizontal sebesar 6,5° dan HPBW untuk arah vertikal sebesar 46,5°, dan pola radiasi yang dihasilkan adalah direksional. Ketika antena antena mikrostrip array 1x8 bahan rogers RT/Duroid-5880 sebagai antena pencatu dengan Reflektor Parabola 2,4 meter menghasilkan bandwidth selebar 721,9 MHz pada frekuensi 3,7069 – 4,4288 GHz, gain sebesar 30,69 dB pada frekuensi 4,148 GHz, direktivitas sebesar 31,08 dB pada frekuensi 4,148 GHz, efisiensi sebesar 98,75%, Half Power Beamwidth (HPBW) untuk arah horizontal sebesar 7,7° dan HPBW untuk arah vertikal sebesar 1,4°, dan pola radiasi yang dihasilkan adalah direksional. Hasil pengukuran untuk antena mikrostrip 1x8 dengan bahan Rogers RT/Duroid-5880 memiliki bandwidth 44 MHz dari frekuensi 3,761-3,805 GHz dan memiliki bandwidth 92 MHz dari frekuensi 4,804-4,896 GHz, gain sebesar 10,42 dB pada frekuensi 3,8 GHz, dan pola radiasi yang dihasilkan adalah direksional.

This study proposes the design of a linear array microstrip antenna with a rectangular patch shape as a feed antenna for a parabolic antenna system at the Himawari-8 satellite data receiving earth station. The antenna is designed to work in the 3.8-4.2 GHz frequency range. Simulation using CST Microwave Studio 2019 software. Linear array microstrip antenna is designed using Rogers RT/Duroid-5880 as a substrate with a dielectric constant value of 2.2 which has a thickness of 1.575 mm. The techniques and methods used are proximity coupled feed technique, corporate feed technique, DolphChebyshev method, Wilkinson Unequal Power Divider method, double layer substrate, and also Parabolic Reflector. Simulation of a 1x8 microstrip array antenna with Rogers RT/Duroid-5880 material produces a bandwidth of 721.9 MHz at a frequency of 3.7069-4.4288 GHz, a gain of 16.17 dB at a frequency of 4.148 GHz, a directivity of 16.56 dB at a frequency of 4.148 GHz, efficiency of 97.65%, Half Power Beamwidth (HPBW) for the horizontal direction of 6.5° and HPBW for the vertical direction of 46.5°, and the resulting radiation pattern is directional. When the 1x8 rogers RT/Duroid-5880 microstrip array antenna as a feed antenna with a 2.4 meter Parabolic Reflector produces a bandwidth of 721.9 MHz at a frequency of 3.7069-4.4288 GHz, the gain is 30.69 dB at a frequency of 4.148 GHz, directivity of 31.08 dB at a frequency of 4.148 GHz, efficiency of 98.75%, Half Power Beamwidth (HPBW) for the horizontal direction of 7.7° and HPBW for the vertical direction of 1.4°, and the resulting radiation pattern is directional. The measurement results for a 1x8 microstrip array antenna with Rogers RT/Duroid-5880 material have a bandwidth of 44 MHz from a frequency of 3.761-3.805 GHz and a bandwidth of 92 MHz from a frequency of 4.804-4.896 GHz, a gain of 10.42 dB at a frequency of 3.8 GHz, and a pattern of he radiation produced is directional."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>