Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6836 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Emerson, Ralph Waldo
New York: Houghton Mifflin, 1904
814.3 EME n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sprott, Samuel Ernest, 1919-
Oxford: Blackwell, 1953
928.42 SPR m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tillyard, Eustace Mandeville Wetenhall, 1889-1962
London : Chatto and Windus, 1949
821.4 TIL m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bradford, Richard, 1957-
London: Routledge, 2001
821.4 BRA c (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Finney, Gretchen Ludke
Wesport, conn: Greenwood Press, 1976
809.933 FIN m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Wilding, Michael
Sydney: Sydney University Press, 1969
821.4 WIL m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Holt, Rinehart and Winston, 1969
814.3 RAL
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yoakin Deke Kokomaking
"Lahirnya industrialisasi di Utara, revolusi transportasi dan revolusi pasar dalam paruh pertama abad kesembilan belas membawa banyak perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat Amerika pada waktu itu. Selain ketiga fenomena tersebut di atas, pergerakan ke wilayah Barat (Westward movement) juga merupakan sebuah fenomena yang turut mengubah kondisi kehidupan sosial.
Industrialisasi di Utara mulai mengubah pola kehidupan masyarakat di kota-kota industri dari agraris menjadi industri. Terlepas dari faktor-faktor positif yang disebabkan oleh perubahan sosial ini, seperti pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat, berbagai persoalan sosial muncul sebagai dampaknya.
Ideologi individualisme diterapkan secara kasar (rugged) oleh para industrialis menimbulkan praktek "perbudakan" terhadap para buruh pabrik. Demi efisiensi dan peningkatan keuntungan para industrialis bekerja sama dengan pemerintah untuk menetapkan jam kerja hingga dua belas jam perhari. Upah buruh sangat rendah sehingga tidak mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Kaum buruh secara hukum dilarang melakukan pemogokan. Tempat kerja jauh dari memadai sehingga tidak menjamin kesehatan bagi para buruh. Singkatnya, industrialisasi menciptakan kemakmuran bagi para industrialis dan, sebaliknya, membawa petaka bagi para buruh.
Kebijakan pemerintah Federal dalam menjual tanah di wilayah Barat dengan harga murah serta peluang kerja yang diciptakan oleh munculnya industri-industri di Utara mengundang banyak orang Eropa berimigrasi ke Amerika. Persaingan dalam lapangan kerjapun terjadi antara orang-orang Amerika dan kaum imigran asing. Persaingan ini akhirnya menimbulkan berbagai bentrokan fisik dan prasangka buruk. Ketidakteraturan sosialpun muncul.
Kehidupan para penghuni wilayah garis depan di Barat sangat diwarnai oleh semangat yang agresif, ekspansif, bebas, mandiri, kreatif, dan inovatif. Kesemuanya ini tidak akan bermasalah kalau dalam Batas wajar. Namun demikian, pergerakan ke arah Barat melahirkan berbagai masalah sosial. Kehidupan mereka cenderung mementingkan diri sendiri, tidak mentaati aturan-aturan atau hukum yang berlaku. Banyak dari mereka terlibat dalam tindakan-tindakan kekerasan fisik, minum mabuk, hiburan-hiburan yang tidak sehat seperti pelacuran, dan yang sejenisnya.
Semua gejolak sosial yang terjadi di kota-kota industri di Utara dan di kawasan garis depan niscaya menimbulkan ketidakteraturan sosial dalam masyarakat. Semua masalah sosial ini dapat direduksi menjadi satu persoalan dasar, yaitu degradasi kehidupan moral. Hal ini terjadi karena konsep individualisme yang diterapkan pada waktu itu rugged; setiap individu mementingkan dirinya dan mengabaikan kepentingan individu-individu yang lain.
Sebagai respon terhadap gejolak-gejolak sosial ini, Ralph Waldo Emerson meramu sebuah konsep individualisme dengan mengacu pada doktrin Transendentalisme. Konsep individualisme ini merupakan respon Emerson terhadap gejolak-gejolak sosial yang terjadi pada waktu itu, khususnya di era 1820an-1840an. Dalam konsep individualisme Emerson setiap individu tidak hanya mementingkan dirinya tapi juga memperhatikan kepentingan individu-individu lainnya. Jelas bahwa konsep individualisme Emerson berbeda dengan konsep individualisme yang diterapkan di era tersebut.
Tesis ini ditulis berdasarkan penelitian dari sumber kepustakaan dan menggunakan pendekatan kualitatif dan antar bidang. Selain itu, kajian dalam beberapa bidang, seperti sosiologis, historis, dan filosofis dirangkaikan untuk menciptakan suatu pemahaman yang koheren dan holistik."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11071
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budhy Kusworo
"ABSTRAK
Kebudayaan suatu bangsa menentukan kelangsungan hidup bangsa yang bersangkutan. Kata-kata ini merupakan kesimpulan dari apa yang dinyatakan oleh Spradley dan Rynkiewich, dan juga oleh Parsudi Suparlan. Spradley dan Rynkiewich (1975:7) menyatakan, "Kebudayaan menunjuk pada pola-pola tingkah-laku dan kepercayaan yang diterima secara umum oleh para anggota suatu masyarakat. Ia merupakan ketentuan-ketentuan untuk memahami dan menciptakan tingkah laku yang menjadi kebiasaannya. Kebudayaan mencakup kepercayaan, norma-norma, nilai-nilai, asumsi-asumsi, harapan-harapan, dan rencana-rencana untuk bertindak. Ia merupakan kerangka di dalam mana orang melihat dunia sekitarnya, menginterpretasikan peristiwa-peristiwa dan tingkah laku, dan mengadakan reaksi terhadap realitas yang diserapnya.
Senada dengan arti kebudayaan tersebut di atas, Parsudi Suparlan (1986:2) mengemukakan "Kebudayaan adalah pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial yang isinya adalah perangkat-perangkat model-model pengetahuan, yang secara selektif digunakan oleh para pendukung/ pelakunya untuk menginterpretasi dan memahami lingkungan yang dihadapi, dan digunakan sebagai referensi atau pedoman untuk bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi. Karena itu kebudayaan adalah blueprint, desain, atau pedoman menyeluruh bagi kehidupan manusia.
Kebiasaan berpikir rasional dan religiusitas merupakan nilai-nilai budaya yang sangat meresap dalam kehidupan sosial di Amerika. Dilihat dari segi fungsi bekerjanya, kedua nilai budaya ini sama-sama bersumber dari kemampuan manusia, namun melalui fungsi yang berbeda. Berpikir rasional bersumber dari rasio atau akal budi, sementara penghayatan agama bersumber dari hati manusia. Akal budi memberikan kemampuan kepada manusia untuk berpikir secara rasional, yaitu mengerti hubungan sebab dan akibat beserta menarik kesimpulan secara kausal logic. Kesadaran hati manusia memberikan kemampuan untuk menggunakan perasaannya, memberikan kemampuan menetapkan perasaan moralnya, yaitu penghayatannya tentang benar dan tidak benar dalam menilai tindakannya maupun perlakuan yang diterimanya yang datang dari luar dirinya."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>