Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7297 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Boca Raton : CRC Pres, 2010
363.739 2 AIR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Davenport, S.J.
Washington, DC: United States Department of the Interior, 1954
614.710 16 Dav a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
New York : McGraw-Hill, 1956
R 628.5 AIR
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Cooper, C. David
Illinois: Waveland Press, 1986
628.53 COO a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Williamson, Samuel J.
Reading, MA: Addison-Wesley, 1973
628.53 WIL f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Crawford, Martin
New Delhi: Tata McGraw-Hill, 1976
628.53 CRA a (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Wigajatri Purnamaningsih
"In this research a scattering technique employing f or war dscatter of a He-Ne C0,5328 pm, 30 mw) laser beam together with a 1024 x 1024 arrays CCD-V11 video camera as a detector was used for determining both particle size distribution and concentration. For determining the size distribution the "Differential Fourier Transform Technique" is chosen because it does not require matrix inversion or a priori knowledge of functional forms of size and it takes advantage of the Fast Fourier Transform.
Measurements have been performed using this technique on cigarette smoke and smoke coming out, from burning clothes. From the experimental results it is shown that the diameter of cigarette smoke particles is between 0.3 and 1 . 3 pm. similar to that from a previous research C0.O4 - 1.00 pm). The measured size of smoke particles from burning clothes is 0.5 - 1.5 pm. similar to standard data Cabout 1 pm). But the obtained size distribution curves are still rough because of the limited observation scattering angle. It is also shown that the minimum and maximum concentration which can be detected are 1.8 x 107 particles/mma Cor 12.8 ppm) and 12.7 x 100 particles/=O Cor 906 ppm). This means that this technique can be used for measuring air pollutant concentration, as especially from smoke.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darsono
"Kondisi perkotaan dengan ciri pergerakan penduduk yang dinamis antar bagian kota berlangsung secara alamiah mengikuti perkembangan kota itu sendiri. Di sisi Iain wilayah perkotaan memiiiki struktur tersendiri yang bisa saja berbeda antara kota yang satu dengan Iainnya.
Dalam perkembangannya, bagian kota yang tadinya bersifat pedesaan berubah menjadi bersifat kota dengan ciri utama perkembangan pemukiman baik pemukiman penduduk umumnya, maupun karena ada investasi pihak swasta berupa perumahan dan real estate. Perkembangan ini lazim didapatkan pada daerah pinggiran kota. Akan tetapi, di sisi lain kegiatan ekonomi sumber penghasilan penduduk wilayah ini masih terdapat di pusat kota, dan pemenuhan kebutuhan sehari-haripun masih mengandalkan pusat kota sehingga terjadi dinamika penduduk dari wilayah pinggiran ke pusat kota. Implikasi selanjutnya adalah meningkatnya kegiatan transportasi dari pinggiran kota ke pusat kota.
Pergerakan penduduk yang dinamis tersebut baik antar bagian kota maupun antar kota satu dengan lainnya menimbulkan pertumbuhan pada sektor lalu lintas. Pertumbuhan sektor lalu lintas beragam baik kuantitas maupun sarana angkutannya. Besarnya-kecilnya tingkat pertumbuhan sektor lalu-lintas dan jenis kendaraan bermotor yang digunakan dapat menunjukkan besar-kecilnya gas buangan emisi kendaraan bermotor, dan besar-kecilnya jumlah gas buangan emisi itu merupakan potensi pencemaran udara.
Tiap bagian kota menunjukkan pola lalu lintasnya sendiri yang dapat saja berbeda dengan wilayah kota lainnya. Sedangkan di sisi Iain jenis kendaraan dan bahan bakar yang digunakan beragam. Kondisi ini menimbulkan beragam pula potensi pencemaran udara akibat pola lalu lintas masyarakat pada bagian-bagian kota. Dengan demikian tentu berbeda juga kontribusi masyarakat terhadap pencemaran udara akibat kegiatan lalu-Iintasnya pada masing-masing bagian kota tersebut. Akhirnya ada bagian kota dengan kontribusi masyarakat yang tinggi pada pencemaran udara dan ada yang rendah. Kondisi itu diduga berkaitan dengan struktur kota dan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang bersangkutan. Penelitian ini akan mengkaji bagaimana pola lalu lintas masyarakat pada masing-masing bagian kota dan bagaimana kontribusi masyarakat pada pencemaran udara akibat pola ilalu lintasnya.
Emisi gas buang kendaraan bermotor terbesar dari hasil penelitian ini adalah gas karbonmonoksida (CO), gas ini lebih mudah berikatan dengan hemoglobin dibanding oksigen sehingga gas ini cukup berbahaya.
Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa semakin tinggi tingkat sosial semakin tinggi pula tingkat emisi yang diberikan, hal ini dapat dilihat dari perbandingan orang-orang yang tinggal di Iingkungan mewah, lingkungan padat teratur, Iingkungan padat tidak teratur dan lingkungan jarang. Orang-orang yang tinggai dilingkungan mewah memberikan kontribusi emisi gas buang yang sangat tinggi, baik untuk kegiatan bekerja, sekolah, belanja dan sosial. Hal ini terjadi karena semakin tinggi tingkat sosialnya semakin besar tingkat kepemilikan kendaraan pribadi dan semakin tinggi pula tingkat pemakaian satu orang satu mobil.
Gender juga mempunyai pengaruh terhadap hasil emisi gas buang kendaraan bermotor, pria lebih banyak memberikan kontribusi emisi gas buang dibanding wanita kecuali orang-orang yang tinggal di lingkungan mewah, yaitu menunjukan ratio yang sama antara pria dan wanita.
Tingkat aksesibilitas juga mempengaruhi jumlahi emisi gas buang kendaraan bermotor, tingkat aksesibilitas dinilai dari hal yaitu tingkat jalan dan jarak pemukiman ke fasilitas kota. Seharusnya semakin dekat suatu pemukiman dengan fasilitas kota dan semakin tinggi tingkat jalannya akan semakin kecil kontribusii emisi gas buangnya, namun di kota Depok yang terjadi adaiah sebaliknya. Orang-orang yang tinggal di pemukiman mewah tetap memberikan kontribusi emisi gas buang yang cukup tinggi untuk keperluan belanja, sekolah, dan sosial, hal ini diperkirakan karena mereka cenderung menggunakan kendaraan pribadi untuk keperluan tersebut.
Secara umum jumlah kontribusi emisi gas buang sangat dipengaruhi oleh:
1) pola berkendaraan
2) pola kegiatan
3) tingkat sosial
4) gender dan
5) aksesibilitas
Hasil penelitian dapat disimpulkan :
1) Kondisi sosial ekonomi sangat menentukan besar kecilnya kontribusi terhadap emisi gas buangan. Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi cenderung semakin besar kontribusi emisi gas buangan.
2) Jenis kegiatan masyarakat yang paling besar memberikan kontribusi terhadap emisi gas buangan adalah bekerja.
3) Secara umum laki-Iaki memberikan kontribusi terhadap emisi gas buangan lebih besar dibandingkan perempuan, kecuali di pemukiman mewah relatif seimbang antara laki-Iaki dan perempuan.
4) Pemukiman mewah memberikan kontribusi emisi gas buangan perorang per bulan paling besar, dan pemukiman padat tidak teratur memberikan kontribusi emisi gas buangan paling kecil.
5) Secara umum aksesibilitas kota menentukan besar kecilnya kontribusi emisi gas buang, kecuali di pemukiman mewah dan di beberapa pemukiman padat teratur.
Tingkat kontribusi masyarakat terhadap emisi gas buang berbanding terbalik dengan tingkat aksesibilitas. Terjadi kecenderungan semakin tinggi aksesibilitas kota semakin rendah kontribusi masyarakat terhadap emisi gas buang dan sebaliknya.

Urban condition with the dynamic movement of people within part of the city is following the growth of the city, naturally. On the other hand, each city has its own structure that could be different among the others. In its growth, the part of the city that is in rural can be changed into urban condition, this changes can be happened naturally or caused by a private investment on housing and real estate. This progress can be seen in sub urban side of the city. But, on the other side the main economic activity still on the centre of city and the fulfill of their needs daily still on city centre, and it will makes a people movement from sub urban side to the city. The next impact is, the increase on transportation activitis. This dynamic citizen movement make a traffic type, this traffic case might different in the amount and the vehicles type, the traffic amount will shows the volume of vehicle emission- intensities of the emission related to the air pollution.
Each part of the city has its own traffic type and it can be different with the other part. In the other side the use of fuel can be different, this can make a various adverse impact to air quality in each part of town. With this condition, people contribution to the gas emission can be different. At last, there's a few side of the city gives high contribution and the others not. This condition related to urban structure and social economic level.
The researchs results shown that the biggest emission is carbon monoxide (CO), this kind of gas is dangerous as it's more easier to make the better bonding with hemoglobin then the oxygen.
The result also has shown that the higher social economic level of the people give a high emission level, it can be seen on the comparison of people who lived in luxurous neighborhood, density populated neighborhood, un regulated neighborhood and rare habitation neighborhood. People who lived in luxurous neighborhood gives the highest emission whether it's on working, school shopping and social activity, this condition might happened because in luxurous community each person has one car.
Gender also has influenced to the emission, man generate more emission than woman, except the people who lives in luxurous neighborhood which has the equal ratio among man and woman.
The accessibility level also gives impact to the amount of emission, the accessibility level measured from two kind factors, level of the street and distance the neighborhood to city facility. The closer neighborhood to the city facility should gives a least amount of emission, but in Depok. It's contrary. The people who lived in Iuxurous neighborhood still contribute high emission for the need of shopping, school and social life activity, it happens because they tend to use their private vehicle for those kind activities.
ln general, amount of vehicle emission influenced by:
- traflic type
- activities type
- social level
- gender and
- accessibility"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11075
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismail Husen
"DKI Jakarta merupakan bagian dari megapolitan Jakarta yang tumbuh sangat dinamis, namun kurang terkendali sehingga memunculkan permasalahan lingkungan diantaranya pencemaran udara. Pola distribusi spasial polutan udara (NO2, O3, PM10) di DKI Jakarta dan kaitannya dengan curah hujan, tutupan tajuk vegetasi, dan wilayah terbangun tahun 2013-2014. Dikaji dalam penelitian ini menggunakan metode komparasi spasial berbasis wilayah cakupan 0,5 km, 1 km dan 1,5 km dari lokasi stasiun pengukur kualitas udara. Informasi keruangan tutupan tajuk vegetasi dan wilayah terbangun diolah dari citra landsat 8 yang didapatkan dari United State Geological Survey dengan pendekatan NDVI dan NDBI. Citra landsat yang digunakan ialah citra tahun 2013-2014.
Hasil menunjukkan nilai konsentrasi polutan udara cenderung rendah pada awal tahun dan semakin tinggi di pertengahan tahun dan semakin rendah menuju akhir tahun. Selain itu polutan tertinggi terjadi di stasiun dengan karakteristik wilayah sekitar yang memiliki tutupan tajuk vegetasi yang sedikit dan wilayah terbangun yang luas. Sedangkan distribusi polutan terendah terjadi di stasiun dengan karakteristik wilayah sekitar yang memiliki tutupan tajuk vegetasi yang luas dan wilayah terbangun yang sedikit. Kemudian tutupan tajuk vegetasi berhubungan berbanding terbalik dengan polutan udara (NO2, O3, PM10), wilayah terbangun berhubungan berbanding lurus dengan polutan udara (NO2, O3, PM10) dan curah hujan berhubungan terbalik dengan polutan udara (NO2, O3, PM10). Model distribusi menunjukkan nilai polutan yang tinggi tersebar di bagian pusat, utara, timur, timur laut, dan barat, barat laut.

DKI Jakarta is part of a growing megapolitan Jakarta is very dynamic, but lack of control that raises environmental problems including air pollution. Patterns of spatial distribution of air pollutants (NO2, O3, PM10) in Jakarta and its relation to precipitation, vegetation canopy cover, and built area in 2013-2014. Examined in this study using a comparative method based spatial coverage area of ​​0.5 km, 1km and 1.5 km from the location of air quality measuring stations. Vegetation canopy cover spatial information and processed built area of Landsat 8 obtained from United State Geological Survey with NDVI and NDBI approach.
Results showed the concentration of air pollutants tend to be low in the early years and higher in mid-year and the lower towards the end of the year. In addition pollutants occurred in the area around the station with the characteristics that have little vegetation canopy cover and wide area awakened. While pollutant distribution was lowest in the area surrounding the station with the characteristics that have extensive vegetation canopy cover and the built area up a little. Then vegetation canopy cover associated inversely with air pollutants (NO2, O3, PM10), where built area directly proportional to air pollutants (NO2, O3, PM10) and precipitation is inversely related to air pollutants (NO2, O3, PM10). Distribution model shows a high value of pollutants dispersed in the central, north, east, northeast, and west, northwest.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S59361
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Muliati Harun
"Pembangunan di Indonesia terus berlangsung dari Pelita ke Pelita, sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di samping manfaat yang diperoleh dari pembangunan berbagai industri, bagi kesejahteraan masyarakat, risiko yang ditimbulkan berupa dampak atau pencemaran lingkungan pada air, tanah dan udara sangat mengganggu, bahkan merusak lingkungan hidup. Lebih jauh, akibat pencemaran industri atau pabrik dapat merugikan kesehatan manusia dalam bentuk gangguan kesehatan sebagai akibat dampak udara yang tidak sehat, seperti radang, saluran pernapasan, gangguan pada mata, kulit, dan sebagainya.
Namun dalam upaya menghadapi dampak pencemaran lingkungan dalam hal ini pencemaran udara, perilaku manusia dipengaruhi oleh persepsinya terhadap lingkungannya. Dalam hal ini persepsi masyarakat menjadi penting karena merupakan langkah awal dalam mencari strategi dan upaya-upaya pengelolaan lingkungan hidup. Sebagai langkah dini, penelitian ini dilaksanakan dengan memakai pendekatan-pendekatan kualitatif melalui wawancara (interview), Focus Group Discussion (FGD) untuk memutuskan variabel-variabel yang secara kolektif akan menggambarkan profit sosial ekonomi-budaya penduduk seperti: umur, status sosial ekonomi, pendidikan, jarak dengan sumber pencemaran, adat istiadat/kebiasaan, kelembagaan sosial, lama tinggal.
Kecamatan Palimanan terdiri atas 18 desa. Dari 18 Desa tersebut, ditentukan desa Palimanan Barat sebagai lokasi penelitian. Desa Palimanan Barat, yang terdiri dari 15 dusun, dipilih atas dasar pertimbangan bahwa desa tersebut paling memenuhi kriteria sebagai lokasi penelitian, karena keberadaan pabrik-pabrik kapur, semen dan peleburan aki bekas, yang diperkirakan sebagai penyebab utama pencemaran udara.
Jumlah responden semula adalah 170, yaitu 2,1% darijumlah populasi desa, sebanyak 8192 KK. Responden adalah kepala keluarga atau anggota keluarga, dipilih secara \
Dari 170 Kuesioner, ternyata sebanyak 24 (0,3%) kuesioner cacat, sehingga tak dapat diolah. Karena itu analisis data didasarkan atas 146 kuesioner (1.8%). Pengertian persepsi terhadap lingkungan adalah bagaimana individu memandang dan memahami lingkungannya, persepsi terbentuk karena proses penerimaan sejumlah sensasi melalui bekerjanya sistem saraf, sehingga kita dapat mengenal dan menyusun suatu pola.
Latar belakang masyarakat seperti lama tinggal, umur, pendidikan dan kemampuan ekonomi ikut menentukan persepsi. Hasil analisis data menunjukkan bahwa umumnya masyarakat mempersepsikan lingkungannya semakin kotor, namun mereka tak mempunyai daya upaya untuk menghindar dari kejadian pencemaran udara lebih jauh mereka berperilaku acuh tak acuh, dan bahkan cenderung pasrah.
Lingkungan yang dipersepsikan sebagai di luar batas-batas toleransi individu menimbulkan stress dan individu yang bersangkutan akan berusaha melakukan penyesuaian diri (coping) dan beradaptasi.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
-Ada hubungan antara persepsi tentang pencemaran udara dengan perilaku penduduk terhadap kondisi lingkungan hidupnya dengan alternatif tidak ada hubungan.
Perbedaan persepsi terhadap pencemaran udara yang disebabkan oleh pabrik kapur dan pabrik semen serta peleburan aki bekas, dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi, seperti mata pencaharian dan kesempatan kerja, serta jarak tempat tinggal dengan keberadaan pabrik.

The national development goes on from one to further stages of Repelita, in line with the development of science and technology. Beside the many positive yields gained from various industrial developments in the frame of increasing people's welfare, various risks stemming from the activities in the form of land, water and air pollutions are in fact very disturbing, even degrading the quality of the living environment. Previous observations revealed that industrial plants pollutions are increasingly giving adverse impact on human health in the form of physical disturbances resulting from foul and dirty air such as bronchitis, eye irritation, throat ache, skin allergy, etc.
In practice, in his efforts to face environmental pollution, in this respect air pollution, human behavior is mainly influenced by his own perception on his environment. Hence people's perception is very important to be dealt with, as it serves as a critical step in the finding of strategy and efforts in the field of environmental management.
In the first step, a preliminary survey was carried out using qualitative approach, visualizing focus group discussion and interview, in order to determine certain variables which will collectively give people's socio-economic profile such as age, economic status, education, distance from pollution sources, custom/tradition, local institutions, and length of stay.
The second step of the research was carried out through primary data collection through interviews with the help of questionnaires and depth interviews with selected resource persons, supported by observation. Relevant secondary data were obtained at the level of district, Sub-district, village, and sub-village.
The sub-district of Palimanan constitutes of 18 villages. Out of the 18 villages, the West Palimanan was purposively selected as area of study. This village, consisting of 15 sub-villages was selected on the basis that it meets the criteria of research area, i.e. the existences of limestone?s quarries and plants, cement plants, and used batteries melting plants, which were assumed as the major sources of the local air pollution. A number of 170 respondents, consisting of head and member of households were proportionally and randomly selected out of the whole population of the 15 sub-villages. But post to questionnaires selection, it was found out that 24 questionnaires were invalid to be included in the data procession, so that data analysis was carried out based on 146 questionnaires.
The whole research was guided by a single hypothesis: there is correlation between people's perception on air pollution with their attitude and behavior toward their environment, with alternative no correlation.
Theoretically, man's perception on his environment refers to how he views and understands his environment. Perception is then built through the process of receipt of a number of sensations by the operation of the nerves system, enabling him identifies and constructs a certain pattern. People's distinguished background such as age, education, culture, length of stay, and economic capacity help his perception construction.
Data analysis collectively revealed that in general people perceive that their air environment has been increasingly polluted with the existence of the above-mentioned industrial activities. Nevertheless they show no further efforts to stay away from the pollution events, many of them even tend to succumb themselves to the situation. Environmental air pollution, which is perceived as beyond the limits of individual tolerance, accumulatively create stresses, and as has been proved in the research, people voluntarily cope with and adapt himself to the situation.
Different perception on air pollution events generated by the limestone?s and cement plants and the used batteries melting plants were proved to have been influenced by socio-economic factors such as occupation, employment opportunities and access to employment, length of stay, distance from the plants. In the context of environmental management, it was concluded that efforts to overcome and manage the situation can be approached from the aspects of spatial and land use planning, community participation, strict law enforcement, and regional/local institutions.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>