Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160089 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Dalam proses pencarian jati diri ini kadang-kadang juga membuat remaja menjadi
pemberontak. Remaja pada dasarnya memiliki keingintahuan yang besar untuk mencoba
sesuatu yang lain. Segala hal yang selama ini dianggap tabu oleh kebanyakan orang akan
dilakukannya. Sisi positifnya, adalah dengan melakukan hal tersebut remaja akan
mengetahui secara langsung kenapa hal tersebut dilarang. Sisi negatifnya, pemberontakan
tersebut kadang-kadang berupa pelanggaran terhadap norma yang umum berlaku. Lebih
parah, akibat sifat pemberontakan tersebut menjadi pribadi yang susah diatur."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia,
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Myrna Ratna Maulidiana
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1987
S2419
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur `Afifah
"Kenakalan remaja yang marak terjadi, memerlukan penanganan dari pihak keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Sekolah sebagai instansi resmi memiliki peran yang siginifikan dalam menangani kenakalan remaja. Salah satu cara yang sekolah dapat lakukan untuk menangani kenakalan remaja adalah melakukan pendidikan karakter, dimana hal ini dapat menjadi salah satu cara agar para remaja dapat mengurangi kegiatan yang bersifat negatif dan lebih diarahkan pada kegiatan yang bersifat positif. Sistem ketarunaan yang diterapkan di SMKN 61 Jakarta menjadi keunikan dari SMKN 61 Jakarta sendiri dalam melaksanakan pendidikan karakter. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui peran dari ketarunaan SMKN 61 Jakarta dalam mengatasi kenakalan remaja dan faktor pendukung dan penghambat dalam menjalankan pendidikan ketarunaan di SMKN 61 Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain penelitian deskriptif. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan adalah dengan wawancara, observasi, dan studi literatur. Adapun peran ketarunaan dalam mengatasi kenakalan remaja yaitu dengan memperkecil kesempatan mereka untuk melakukan kenakalan remaja dengan memperpadat waktu mereka dengan kegiatan positif, menginternalisasi mereka dengan karakter yang harus dimiliki seorang taruna, dan membiasakan mereka melakukan kebiasaan positif. Hal tersebut akhirnya berdampak pada perubahan taruna dan taruni yaitu kenakalan yang mereka lakukan menjadi berkurang dan terdapat perubahan positif lainnya yaitu perubahan sikap, fisik, dan performa akademis.

Juvenile delinquency is rife, requiring treatment from the family, school, and community. Schools as official institutions have a significant role in dealing with juvenile delinquency. One of method that schools can do to deal with juvenile delinquency is character education, it can reduce activities of adolescents that are negative and more directed at positive activities. Ketarunaan system that implemented at SMKN 61 Jakarta is unique from SMKN 61 Jakarta itself in carrying out character education. This research aim the role of the ketarunaan SMKN 61 Jakarta to resolve juvenile delinquency. This research uses a qualitative approach with descriptive research design. The data collection techniques used in this research are in-depth interviews, observation, and literature studies. The results of this research role of ketarunaan to resolve juvenile delinquency is to reduce their chances of juvenile delinquency by tightening their time with positive activities, internalizing them with the character that must be possessed by taruna, and getting them into positive habits. This is make impact on the change in taruna dan taruni, delinquency they do becomes reduced and there are other positive changes that is change of attitude, physical, and academic performance."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kenakalan remaja bukanlah masalah yang berdiri sendiri. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya, baik internal maupun eksternal. Pengawasan yang berlebihan menyebabkan mereka menjadi terkekang dan tergantung terhadap orang tua. Kewajiban orang tua adalah memberikan teladan hidup yang terpuji kepada anak remajanya, sehingga mereka dapat menyaksikan kejujuran dan kesalehan hidup di dalam diri orangtuanya. oleh karena itu, walaupun kurang menyenangkan tetap untuk membentuk kehendak remaja supaya tertib dan tingkah lakunya terkendali, diperlukan cara pendisiplinan yang tegas."
360 JHMTS 1:2 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kartini Kartono
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008
364.36 KAR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kartini Kartono
Jakarta: Rajawali Pres, 2013
364.36 KAR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kartini Kartono
Jakarta: Rajawali Pers, 2017
364.36 KAR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Wowo Susiwo
"ABSTRAK
Kenakalan remaja atau dikenal juga sebagai 'juvenile
delinquency, di kota besar seperti Jakarta sudah cukup
memprihatinkan masyarakat. Banyak faktor yang mempengaruhi
kenakalan remaja tersebut, namun ada 2 hal yang dapat
dikemukan disini yaitu keadaan keluarga yang tidak harmonis
dan kondisi lingkungan sosio-ekonomi rendah atau kurang
menguntungkan.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Cole dan Hall
(1970) perilaku delinkuen sebagian besar (85%) dilakukan
oleh para remaja dari lapisan sosial bawah dan keadaan
keluarga yang tidak hangat, hanya 15% dari mereka tidak
delinkuen. Namun 15% dari mereka tidak berperilaku delinkuen
tentu ada faktor lain yang menyebabkan hal itu. Penulis
berpikir faktor lain tersebut kemungkinan berkaitan dengan
harga diri.
Menurut Battle (1981) harga diri berpengaruh terhadap
tingkah laku. Sedangkan penelitian yang dilakukan Aronson
(1973) menunjukkan bahwa seseorang dengan harga diri yang
rendah, lebih besar kemungkinannya untuk menampilkan
perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral (aturan)
di masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penelitian yang
akan dilakukan adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan
self esteem pada mereka.
Penelitian yang bersifat deskriptif ini berusaha
mencari jawaban atas permasalahan dengan menggunakan metode kuantitatif. Untuk mengukur harga diri digunakan alat ukur
Culture-Free Self-Estem Inventory for Childern and
Adults (C-FSEI). Subyek yang digunakan dalam penelitian ini
adalah remaja berusia 14 sampai 18 tahun. Jumlah subyek 90
orang.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa antara remaja
delinkuen dan non delinkuen dari keluarga yang tidak
harmonis dan tinggal di lingkungan kumuh berbeda harga
dirinya. Hasil yang signifikan ini sesuai dengan yang dike-
mukakan oleh Elliot Aronson dan David R. Hette (Aronson,
1973) yang melihat bahwa ada perbedaan harga diri dalam
perilaku seseorang. Seseorang dengan harga diri yang rendah,
lebih besar kemungkinannya untuk menampilkan perilaku
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral (aturan) di
masyarakat.
Namun dalam penelitian ini ada beberapa kelemahan yang
terjadi, seperti sample yang homogen. Disamping itu juga
penggunaan kuesioner tidak disertai wawancara yang lebih
mendalam, menyebabkan subyek mepunyai kesempatan menjawab
dengan kurang objektif. Hal lainnya adalah pemberian skor
yang sama pada perilaku delinkuen yang berbeda.
Untuk penelitian lebih lanjut, diusahakan sample yang
lebih besar untuk dengan karakteristik lingkungan yang agak
herbeda, meski dari sosio-ekonomi yang sama. Hal ini
dilakukan untuk menhindari homogenitas pada sample.
Penggunaan metode wawancara yang mendalam perlu disertakan
untuk meningkatkan objektifitas dari jawaban-jawaban subyek.
Hal lainnya yang tak kalah penting adalah pemberian bobot
penilaian pada setiap perilaku delinkuen karena kualitas
delinkuen tidaklah sama."
1996
S2402
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suwarsi
"ABSTRAK
Kemajuan teknologi dan informasi, waktu luang yang tidak digunakan dengan baik, dan karakteristik peran keluarga dapat mempengaruhi remaja berperilaku. Tujuan penelitian mengetahui hubungan paparan media, penggunaan waktu luang, peran keluarga dengan perilaku kenakalan pada agregat remaja di SMA Negeri Kabupaten Sleman. Penelitian kuantitatif, dengan pendekatan cross sectional, pada 192 responden.
Hasil penelitian menunjukan hubungan paparan media televisi, media internet, media cetak, penggunaan waktu luang, contoh peran keluarga dengan nilai P<0,05. Faktor dominan berhubungan dengan perilaku kenakalan remaja adalah paparan media internet.
Kesimpulanya perilaku kenakalan menurun dengan berkurangnya paparan media internet. Saran kepada puskesmas untuk mengembangkan pelayanan kesehatan peduli remaja.

ABSTRACT
Increasing technology and information, leisure is not used properly, and family roles can influence adolescent behavior. Purpose of the study determines the relationship of media exposure, use of leisure time, the role of the family with the behavior of juvenile delinquency in Sleman. This research is quantitative, cross sectional with 192 respondents, an alpha value of <0.05.
The results showed significant relationships between exposure to television, internet media, print media, use of leisure time, family role models with a value of P <0.05. Dominant factor associated with the behavior of juvenile delinquency is the internet media exposure.
Qonclution: delinquency behavior decreased with reduced exposure to the internet media. Advice to health centers to develop adolescent health care
"
2012
T31259
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, B.
Bandung: Alumni Bandung, 1979
364.15 SIM l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>