Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 61296 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sitorus, Fiolenty B. Marulianna
"Kolostomi merupakan suatu tindakan pembuatan saluran antara kolon dengan dinding abdomen, dimana melalui jalan pintas tersehut feses dikeluarkan (Black, 1997), dan tindakan ini mengakibatkan perubahan struktur tubuh pada klien yang dapat mempengaruhi perubahan penampilan perilaku dalam interaksi sosial. Terkait dengan keadaan di atas, aspek psikososial menjadi salah satu fokus penting dalam perawatan klien khususnya klien dengan kolostomi. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan antara pemasangan kolostomi permanen dengan perubahan interaksi sosial. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan menggunakan 17 responden di RS Saint Carolus Jakarta. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner yang berisikan data demografi klien dan data tentang interaksi sosial dan setelah data terkumpul selanjutnya diolah dan dilakukan analisa data. Analisa data dilakukan dengan mencari nilai mean (nilai rata - rata). Dari hasil pengolahan data diperoleh kesimpulan bahwa pemasangan kolostomi permanen dapat menimbulkan perubahan interaksi sosial. Hal ini ditandai sebagian besar ditandai dengan sebagian besar responden (64,7 %) merasa tersiksa dan malu untuk dekat dengan orang lain, serta merasa curiga bila orang lain melihat daerah tubuh yang terpasang kolostoini. Klien dengan kolostomi yang memiliki faktor resiko lebih besar terhadap perubahan interaksi sosial adalah dari segi aspek usia ( 36 -40 tahun ), jenis kelamin ( perempuan ), tingkat pendidikan yang terlalu rendah atau terlalu tinggi, pekerjaan sebagai pedagang dan beIum menikah . Pelaksanaan operasi yang sudah lama ( ± 9 tahun yang lalu ). Mengurangi resiko perubahan interaksi sosial yang kemungkinan dikarenakan sudah beradaptasi dengan keadaannnya. Penelitian ini masih memiliki banyak keterbatasan dalam hal waktu, tempat dan instrumen penelitian. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan acuan penelitian seanjutnya dengan menggunakan instrumen yang validitas dan reliabilitasnya tinggi."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5198
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indra
"Manusia tidak terlepas dari ruang interaksi sosial termasuk manusia lanjut usia. Periode manusia lanjut usia, yang berada pada tahap akhir daur hidup manusia masih terdiri dari beberapa tahap penuaan—young old, old old, dan oldest old—dengan dinamika ruang interaksi sosial yang berbeda-beda pula. Oleh sebab itu, mendeskripsikan ruang interaksi sosial dan perubahannya seiring dengan perubahan tahap penuaan manusia lanjut usia secara komprehensif menjadi penting.
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih rinci mengenai bagaimana ruang interaksi sosial berubah seiring dengan berubahnya tahap penuaan manusia lanjut usia. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah melalui kajian teori mengenai ruang (interaksi) sosial, lingkungan daur hidup manusia khususnya manusia lanjut usia, dan tahap-tahap penuaan manusia lanjut usia. Studi kasus juga dilakukan terhadap ruang interaksi sosial dua orang manusia lanjut usia untuk melihat bagaimana teori yang sudah dikaji tersebut terjadi dalam kehidupan nyata.
Dari tinjauan teori dan studi kasus tersebut, dapat disimpulkan ada beberapa pola perubahan ruang interaksi sosial seiring dengan perubahan penuaan pada manusia lanjut usia, yaitu: besaran ruang interaksi sosial manusia lanjut usia menurun drastis ketika memasuki tahap oldest old; pola ruang interaksi sosial dan ruang aktivitas manusia lanjut usia cenderung sama dan stabil pada setiap tahap penuaan; frekuensi penggunaan ruang di luar ruang domestik oleh manusia lanjut usia cenderung menurun seiring dengan perubahan tahap penuaan dan hampir tidak terjadi lagi ketika memasuki tahap oldest old; dan ruang aktivitas semakin didominasi oleh ruang interaksi sosial ketika seorang manusia semakin berusia lanjut sehingga ketika ruang aktivitas berubah, ruang interaksi sosial pun cenderung ikut berubah.

Human being cannot be separated from social interaction space, including the elderly. The elderly stage, who is in the latest stage of in the human life cycle still consists of several stages of aging—young old, old old, and oldest old—with different dynamics of social interaction space too. Therefore, describing social interaction space and the changing through the aging of the elderly comprehensively becomes important.
The purpose of this writing is to understand more detail on how social interaction space changes through the aging of the elderly. This writing begins with the study of the theories about social (interaction) space, the human life cycle environment, and the aging stages of the elderly. Furthermore, case study was also conducted on the social interaction space of two elderly individuals in order to examine how the theories that had been studied happened in the real life.
From the study of the theory and the case study, it can be concluded that there are several patterns of the changing of social interaction space through the aging of the elderly. These patterns include: the scale of social interaction space of the elderly is declined drastically in the oldest old stage; the pattern of social interaction space and activity space of the elderly relatively similar and stable in every aging stage; the frequency of using outside domestic space by the elderly tends to decline through the aging of the elderly and almost disappear in the oldest old stage; and activity space is more dominated by social interaction space when a human is growing older—it means that when the activity space is changed, the social interaction space also tends to be changed.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45467
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rusydi
"Latar Belakang : Deteksi adanya penyakit jantung koroner PJK pada pasien bradikardi simptomatik yang memerlukan pemasangan pacu jantung permanen perlu diketahui secara dini. Saat ini penggunaan modalitas canggih seperti kateterisasi jantung dan CT kardiak menjadi pilihan utama dalam deteksi adanya PJK pada pasien blok nodus atrioventrikular AV total namun dengan risiko dan biaya yang masih relatif mahal. Gambaran fragmentasi kompleks QRS fQRS pada elektrokardiografi berkaitan dengan adanya jaringan parut atau iskemia pada miokard, namun belum ada studi sebelumnya yang menghubungkan fQRS dengan PJK pada pasien blok nodus AV total yang akan dilakukan pemasangan pacu jantung permanen. Tujuan : Mengetahui hubungan antara fragmentasi kompleks QRS dengan penyakit jantung koroner pada pasien dengan blok nodus AV total yang memerlukan pemasangan pacu jantung permanen. Metode : Penelitian ini merupakan studi analitik kasus kontrol dengan menggunakan data sekunder rekam medis pasien blok nodus AV total yang sudah dilakukan tindakan pemasangan pacu jantung permanen dan angiografi koroner di Rumah Sakit PJN Harapan Kita. Penelitian dilakukan pada bulan April-Agustus 2017. Dilakukan pencatatan karakteristik pasien, faktor-faktor yang diketahui mempengaruhi kejadian PJK serta hasil pemeriksaan ekokardiografi dan angiografi koroner. Pembacaan ekg dilakukan oleh dua orang spesialis jantung dan pembuluh darah konsultan di divisi aritmia. Hasil : Total sampel penelitian ini adalah 46 sampel yang terdiri atas 23 kasus dan 23 kontrol. Gambaran fQRS pada pasien blok nodus AV total menunjukkan kecenderungan 2,4 kali mengalami PJK dibandingkan dengan yang tanpa fQRS, walaupun secara statistik memperlihatkan hasil yang tidak bermakna OR = 2,4; p = 0,236 . Hasil uji Kappa menunjukkan kesepakatan yang baik kedua observer dengan nilai Kappa inter-observer 0,487 serta intra-observer 0,737 dan 0,783. Kesimpulan : Fragmentasi kompleks QRS pada pasien blok nodus AV total memiliki kecenderungan 2,4 kali untuk prediksi PJK namun tidak bermakna secara statistik.Kata Kunci : Fragmentasi kompleks QRS, penyakit jantung koroner, blok nodus AV total, pacu jantung permanen

Background Detection of coronary artery disease CAD in symptomatic bradycardia patients requiring permanent pacemaker implantation should be known early. Currently the use of advanced modalities such as cardiac catheterization and cardiac CT are the primary choice in detection of CAD in total atrioventricular blok patients with relatively high cost and risk. The description of fragmented QRS complex fQRS in electrocardiography associated with the presence of ischemia or scar in the myocardium that can be an alternative detection of CAD in patients with total AV block requiring permanent pacemaker implantation. Objectives To determine the relationship between fragmented QRS complex and coronary artery disease in patients with complete atrioventricular AV nodal block requiring permanent pacemaker implantion. Methods This study is an analytic study of case control using secondary data of medical record of complete AV block patients who have performed permanent pacemaker and coronary angiography at PJN Harapan Kita hospital. The study was conducted in April Agustus 2017. Recorded patient characteristics, factors known to influence CAD events as well as results of echocardiography and coronary angiography. The EKG readings were performed by two cardiologist consultants in the arrhythmia division. Results The total sample of this study was 46 consisting of 23 case and 23 control. The description of Fqrs in patients with total AV nodal block showed a trend of 2.4 times for CAD prediction compared with those without Fqrs, although statistically showed a non significant OR 2.4 p 0.236 . Kappa test results showed good agrreement both observers with Kappa inter observer value 0.487 and intra observer 0.737 and 0.783. Conclusion Fragmented QRS complex in patients with complete AV nodal block had a tendency of 2.4 times for CAD prediction but statistically not significant. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Sari
"

Latar Belakang : Dari berbagai penelitian, dijumpai hasil yang beragam mengenai efek jangka panjang pemacuan ventrikel kanan non apeks terhadap fungsi sistolik ventrikel kiri pada pasien dengan alat pacu jantung permanen (APJP) serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. 

Tujuan:Menilai hubungan beban pemacuan ventrikel kanan non apeks, durasi QRS pacu (pQRSd) dan durasi pemasangan dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri pada pasien dengan APJP 

Metode: Studi potong lintang terhadap pasien yang menjalani pemeriksaan APJP di Poliklinik Kardiologi Pelayanan Jantung Terpadu RSCM-FKUI. Dilakukan pemeriksaan program APJP, EKG, NT-proBNP dan ekokardiografi terhadap keseluruhan subyek. Disfungsi sistolik ventrikel kiri didefinisikan sebagai penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri dibawah 50% dan atau NT-proBNP diatas 300 pg/ml.  

Hasil:Dari 46 pasien yang ikut serta dalam penelitian ini, dijumpai 21 (45,65%) pasien dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri. Terdapat 17 pasien dengan pQRSd ³150 ms yang mengalami disfungsi sistolik ventrikel kiri sementara hanya dijumpai 4 pasien dengan pQRSd < 150 ms yang mengalami disfungsi sistolik ventrikel kiri. pQRSd signifikan berhubungan dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri (p = 0,016). Rerata pQRSd yang lebih lebar dijumpai pada kelompok dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri (171,14 ms ±40,62 vs 147,04 ms ±29,99, p = 0,026). Beban pemacuan ventrikel kanan dan durasi pemasangan APJP tidak berhubungan dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri ( p = 0,710 dan p = 0,079). 

Simpulan: Durasi QRS pacu berhubungan dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri pada pasien dengan APJP.  

 


Background : The recent studies have suggested that impact of right ventricular non apical pacing on left ventricular systolic function and factors predispose to its development are still conflicting

Objective : To clarify the clinical significance of non apical right ventricle burden, paced QRS duration (pQRSd) and length of permanent pacemaker usage on left ventricle systolic dysfunction

Methods : This is a cross sectional study of 46 patients who underwent routine pacemaker programming evaluation at Poliklinik Kardiologi Pelayanan Jantung Terpadu, RSCM – FK UI. All subjects went through pacemaker programming, ECG, NT-proBNP, and echocardiography examination. Left ventricle systolic dysfunction was defined as ejection fraction < 50 % and or NT-proBNP > 300 pg/ml.  

Results :Out of fourty six patients who enrolled in this study, twenty one (45,65%) patients have left ventricle systolic dysfunction. Seventeen (60,7%) patients with wider pQRSd (³150 ms)have left ventricle systolic dysfunction. pQRSd has association with left ventricle systolic dysfunction (p = 0,016). Wider mean of pQRSd found in left ventricle systolic dysfunction group (171,14 ms ±40,62 vs 147,04 ms ±29,99, p = 0,026). While burden of right ventricle pacing and duration of pacemaker usage have no association with left ventricle systolic dysfunction (p = 0,710 and p = 0,079).

Conclusion: Paced QRS duration has association with left ventricle systolic dysfunction in patients with permanent pacemaker. 

 

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Yohana
"ABSTRAK
Kanker kolorektal telah menjadi salah satu perhatian secara nasional karena menyebabkan angka harapan hidup masyarakat menurun, salah satunya disebabkan karena faktor kehidupan pasca kolostomi. Tindakan kolostomi seharusnya menjadi tindakan lifesaving, namun ironisnya menyebabkan masalah kompleks baik fisik maupun psikososial akibat perubahan fisik yang terjadi, salah satunya gangguan citra tubuh. Edukasi yang komprehensif dan sikap profesionalisme perawat sebagai edukator menjadi kunci utama dalam membantu pasien mencapai kemandirian, kepercayaan diri, dan penerimaan untuk adaptasi. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis penerapan intervensi edukasi perawatan stoma (colostomy self-care), meliputi edukasi karakteristik stoma sehat dan tidak sehat, komplikasi stoma, serta cara membersihkan dan mengganti kantong stoma terhadap masalah keperawatan gangguan citra tubuh pada pasien kanker kolorektal dengan kolostomi permanen. Hasilnya menunjukkan bahwa edukasi terbukti dapat meningkatkan pengetahuan, penerimaan, dan kemampuan klien untuk melakukan perawatan stoma. Kesimpulannya adalah semakin tinggi pengetahuan pasien, maka semakin tinggi kesiapan dan kepercayaan dirinya untuk mampu beradaptasi dengan kondisi stomanya.

ABSTRACT
Colorectal cancer has become one of the national concerns due to causing life expectancy to decline. One of the contributing factors is the post colostomy life. that should aim for lifesaving, but instead the physical changes cause complex physical and psychosocial problems, namely body image disturbance. Comprehensive education and professionalism of nurses as educators are key in helping patients achieve independence, self-confidence, and acceptance for adaptation. This case study paper aims to analyze the application of colostomy self-care education, including education about healthy and unhealthy stoma signs, stoma complications, as ell as how to empty and replace the stoma pouch. The results show that education has been proven to increase client knowledge, acceptance, and ability to perform stoma care. The conclusion is that the higher the patients knowledge, the higher his readiness and confidence to be able to adapt to the condition of stoma

"
2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Keluarga merupakan lingkungan sosialisasi pertama bagi anak. Pada usia sekolah (6-12 tahun), melalui interaksi sehari-hari anak mengalami peningkatan kemampuan dalam bersosialisasi dan bekerjasama dengan orang lain (Ball & Bindler, 2003). Komunikasi dalam keluarga berperan dalam pembentukan suatu kebiasaan (Herlina, 1996). Tujuan dari penelitian adalah mengetahui hubungan antara pola komunikasi keluarga dengan tingkat interaksi sosial anak usia sekolah. Penelitian ini dilakukan di SDN Jaka Setia V Bekasi Selatan dengan jumlah responden 70 orang tua dan 70 anak. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi, dengan instrumen berupa kuisioner dan lembar observasi. Analisa chi square digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel, yaitu variabel pola komunikasi keluarga dan variabel interaksi sosial, dan ditampilkan dalam bentuk diagram pie, diagram batang dan tabel. Hasil penelitian ini menyimpulkan adanya hubungan pola komunikasi keluarga dengan tingkat interaksi sosial anak usia sekolah (p value < 0,001 ; α = 0,05). Penelitian ini merekomendasikan optimalisasi peran perawat komunitas dalam memberikan konseling keluarga dan pendidikan kesehatan agar dapat menerapkan pola komunikasi yang fungsional dalam keluarga sehingga dapat mencapai tingkat interaksi sosial yang positif."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
TA5538
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Marinda Navy Septiana
"ABSTRAK
Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi dari diabetes melitus dan termasuk luka kronik. Ulkus diabetikum menyebabkan berbagai gangguan kenyamanan baik fisik, psikologis maupun sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan derajat luka dengan interaksi sosial pada pasien ulkus diabetikum. Desain penelitian menggunakan pendekatan cross-sectional dengan jumlah sampel 69 pasien di Rumat. Analisis data menggunakan uji T-independen menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara derajat luka dengan interaksi sosial p: 0,448, ?: 0,05 . Hasil penelitian didapatkan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial yaitu bau p:0.009 , status psikologis p:0,010 and stres p: 0,005 . Penelitian ini menunjukkan untuk memperhatikan kenyamanan psikologis pada gangguan kenyamanan fisik dalam peningkatan kenyamanan sosial pasien ulkus diabetikum.

ABSTRACT
Diabetic ulcer as a chronic wound is one of chronic complication of Diabetes Mellitus. Diabetic ulcer causes a variety of discomfort such as physics, psychology also social. The aim of this research was to identify the correlation between wound degree with social interaction to the diabetic ulcer patient. Cross sectional design applied in this study with 69 samples that recruiting in Rumat. Statistic analyze using independent t test showed wound degree has no significant relationship with social interaction p 0,448, 0,05 . This study found the related factor of social interaction are odor p 0.009 , psychology p 0,010 and stress p 0,005 . This study recommended the importance of paying attention to psychological comfort of physical discomfort to increase social comfort diabetic ulcer patient."
2017
S67249
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Meningkatnya umur harapan hidup pada masyarakat Indonesia memberikan proyeksi
bahwa pada tahun 2020, jumlah penduduk Iansia akan mencapai 11,34%.
Lansia selalu dihubungkan dengan masalah pensiun, maka perlu diketahui bagaimana
persepsi lansia terhadap masa pensiun, apakah mereka dapat menerima atau menolak.
Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dengan uji statistik Chi-Square,
untuk melihat apakah ada hubungan antara persepsi Iansia mengenai masa
pensiunnya dengan perubahan sosial.
Sampel yang diteliti 33 orang, terdiri dari 23 orang lansia pria dan 10 orang lansia
wanita. Sampel didapat dari Puskesmas tingkat Kecamatan wilayah Jakarta Pusat
yang sudah mempunyai program untuk masalah kesehatan Iansia.
Hasil yang didapat; 72% lansia mempunyai persepsi negatif terhadap pensiunnya
dengan perubahan sosial negatii 28% Iansia mempunyai persepsi negatif terhadap
pensiunnya dengan perubahan sosial positii 27% lansia mempunyai persepsi positif
terhadap pensiunnya dengan perubahan sosial negatif dan 73% lansia mempunyai
persepsi positif terhadap pensiunnya dengan perubahan sosial positif
Nilai p 0, 024 dengan a 0,05, maka hipotesa yang mengatakan tidak ada perbedaan
bermakna antara persepsi dengan perubahan sosial pada lansia (H0) ditolak. Nilai OR
= 7,2 (95% CI: 1,5 - 33,4) berarti lansia dengan persepsi negatif mempunyai risiko
7,2 kali lebih besar mengalami perubahan sosial negatif.
Dari hasil diatas perlu dikembangkan asuhan keperawatan lebih Ianjut tentang proses
persiapan lansia menghadapi masa pensiunnya dan peneliti merekomendasikan untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor lain yang mempengaruhi perubahan
sosial pada lansia."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5201
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ellya Qolina
"Kusta merupakan penyakit menular yang bersifat menahun (kronis) disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang pertama-tama menyerang susunan saraf tepi dan selanjutnya kulit, selaput lendir, mulut dan saluran napas bagian atas, mata kemudian organ-organ lainnya kecuali susunan saraf pusat (Depkes RI, 1989). Efek yang dialami oleh klien dengan kusta karena adanya perubahan bentuk baik kulit, maupun bentuk-bentuk organ tubuh tertentu (mata, mulut, hidung, tangan/kaki) akan terjadi perubahan yang mendasar terhadap asumsi dasar kehidupan sehari-hari tentang kemiripan (simuliary), rasa suka, perubahan harga diri, kecemasan, isolasi yang akan mempengaruhi interaksi sosial."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5173
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Taryati
Yogyakarta: Kepel Press, 2007
302 TAR i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>