Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124657 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Herni Rejeki
"Kelompok pendukung merupakan salah satu bentuk intervensi pengendalian TB. Community as Partner Model, Health Belief Model, dan Family Nursing Center Model diintegrasikan menjadi kerangka kerja penyelesaian masalah pengelolaan pelayanan keperawatan, asuhan keperawatan komunitas pada aggregate dan keluarga TB melalui implementasi proyek inovasi kelompok pendukung.
Hasil menunjukkan peningkatan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan kelompok pendukung, keluarga TB, dan meningkatnya CDR TB dari 20% menjadi 85,7%. Kelompok pendukung membantu keluarga dan klien TB dalam peningkatan akses perawatan TB dan meningkatkan angka temuan TB. Kelompok pendukung TB disarankan dibentuk sebagai upaya pengendalian TB berbasis masyarakat.

Support group is a form of TB control interventions. Some nursing models are integrated to provide the framework in resolving problems of managing nursing services, community nursing care on an aggregate and families with TB through implementation of innovation nursing project like support group. These models are the Community as Partner Model, Health Belief Model, and the Family Nursing Center Model.
The results showed an increase in knowledge, attitudes, and skills support groups, family TB, and CDR of TB increased from 20% to 85,7%. The support group helps families and clients in improving access to TB treatment increases and TB findings. It is suggested that support group was formed as a community-based TB control efforts.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Julaeha Siti Julaeha
"[ABSTRAK
Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Angka deteksi kasus Kota Depok yang masih rendah (57,52%) pada tahun 2013 membuat Pemerintah Kota Depok mendeklarasikan Gertak TB. Perawat memberikan pelayanan TB dengan menggunakan strategi pemberdayaan kader Gertak TB agar masyarakat dapat melakukan pemantauan kasus TB di lingkungannya secara mandiri. Kegiatan yang dilakukan adalah deteksi kasus dan pengawasan menelan obat pada pasien TB. Gertak TB melibatkan 16 orang kader. Keluarga yang diawasi menelan obat sebanyak 10 keluarga. Hasil dari kegiatan Gertak TB didapatkan suspek 158 orang, diantaranya 17 orang dilakukan pemeriksaan BTA, dan 10 orang dinyatakan positif TB paru. Kepatuhan menelan obat pada pasien TB yang telah selesai pengobatan mencapai 100%. Kegiatan Gertak TB perlu dilakukan oleh kader dengan berkoordinasi dengan pengelola program TB.

ABSTRACT
Pulmonary Tuberculosis (TB) remains a public health problem in Indonesia. In 2013 Case Detection Rate (CDR) in Depok was low (57,52%), urging the Depok Government declared Gertak TB. The nurse provided TB service by empowering community, to build surveillance system in their own community. The activities of Gertak TB were case detection and observation TB patients treatment. Gertak TB involved 16 cadres. The families whom were observed TB treatment were 10. The results were 158 persons TB suspected, seventeen of them undertook the screening, and ten of them were positive to smear sputum. The treatment adherence of TB patients were 100%. Gertak TB is needed to be promoted by cadre by coordinating with TB nurse in primary health care service delivery., Pulmonary Tuberculosis (TB) remains a public health problem in Indonesia. In 2013 Case Detection Rate (CDR) in Depok was low (57,52%), urging the Depok Government declared Gertak TB. The nurse provided TB service by empowering community, to build surveillance system in their own community. The activities of Gertak TB were case detection and observation TB patients treatment. Gertak TB involved 16 cadres. The families whom were observed TB treatment were 10. The results were 158 persons TB suspected, seventeen of them undertook the screening, and ten of them were positive to smear sputum. The treatment adherence of TB patients were 100%. Gertak TB is needed to be promoted by cadre by coordinating with TB nurse in primary health care service delivery.]"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lily Herlinah
"Kelompok swabantu merupakan salah satu bentuk intervensi keperawatan dalam upaya pengendalian hipertensi pada agregat lansia berbasis pemberdayaan masyarakat. Integrasi teori manajemen, model community as partner, family center nursing, dan self care digunakan sebagai kerangka kerja praktik residen keperawatan komunitas melalui pendekatan pengelolaan pelayanan keperawatan, asuhan keperawatan komunitas dan asuhan keperawatan keluarga. Tujuan kegiatan kelompok swabantu adalah meningkatkan perawatan hipertensi pada lansia secara mandiri di masyarakat. Hasil kegiatan kelompok swabantu menunjukkan terjadinya peningkatan pengetahuan anggota sebesar 29,4% dan penurunan tekanan darah rata-rata 10-20 mmHg. Kelompok swabantu disarankan dibentuk sebagai upaya kesehatan berbasis masyarakat.

Self-help group is a form of nursing intervention as hypertension control in the elderly which based on community empowerment. Integration of management theory and three models: community as a partner, family center nursing and self care were applied as framework for community health nursing specialist practice with management health service, community nursing and family nursing care approaches. The practice aimed to improve hypertension care independently in the community. It showed an increased knowledge of group members to 29,4% and reduced blood pressure 10-20 mmHg in average. It is suggested to form self help group in each RW.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sulis Kadarwati
"Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit berbasis lingkungan yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan dunia, dimana sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh mycobacterium tuberculosis.
Berdasarkan data dari Sudin Kesehatan Jakarta Selatan, pada tahun 2011 Kecamatan Pesanggrahan merupakan salah satu Puskesmas dengan angka penderita TB Paru BTA (+) yang tinggi yaitu sebesar 249 kasus dari 1.893 kasus di Wilayah Jakarta Selatan. Data pada bulan Januari – Oktober 2012 Kelurahan Petukangan Selatan merupakan kelurahan yang paling banyak jumlah penderitanya se-Kecamatan Pesanggrahan dengan jumlah kasus sebanyak 33 kasus dari 174 kasus.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kualitas lingkungan fisik rumah dan karakteristik individu dengan kejadian TB Paru BTA (+) di Kelurahan Petukangan Selatan Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2012.
Metode penelitian ini menggunakan desain studi kasus kontrol dengan perbandingan 1 : 1 dimana sampel adalah total populasi yaitu 31 penderita TB Paru BTA (+) sebagai kasus dan 31 untuk kontrol.
Hasil uji analisis bivariat didapatkan bahwa kualitas lingkungan fisik : kepadatan hunian (p=0,3; OR=1,96), ventilasi (p=0,02; OR=6,038), pencahayaan (p=0,00; OR=8,266), kelembaban (p=0,041; OR=3,325), suhu (p=0,062; OR=3,241) dan karakteristik individu : tingkat pengetahuan (p=0,71; OR=2,968), riwayat kontak (p=0,049; OR=3,756).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas lingkungan fisik rumah dan karakteristik individu yang berhubungan dengan kejadian TB Paru BTA (+) di Kelurahan Petukangan Selatan Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2012 adalah ventilasi, pencahayaan, kelembaban dan riwayat kontak.
Oleh karena itu disarankan agar pelayanan pada penderita TB Paru di Puskesmas/ layanan kesehatan tidak hanya pada pengobatan pasien saja, tetapi diarahkan untuk berkonsultasi ke klinik sanitasi guna mendapatkan pembinaan dan penyuluhan tentang rumah sehat. Pembinaan kepada masyarakat lebih diarahkan kepada pemberdayaan masyarakat itu sendiri didalam upaya untuk mencegah penularan TB Paru di wilayahnya.

Tuberculosis is a disease-based environment caused by the bacteria Mycobacterium tuberculosis. This disease remains a global health problem, with approximately one-third of the world's population has been infected with mycobacterium tuberculosis.
Based on data from the South Jakarta Health Agency, in 2011 Pesanggrahan District is one of the health centers with rates of pulmonary TB smear (+) high is equal to 249 cases of 1,893 cases in the area of ​​South Jakarta. The data in January - October 2012 Petukangan Village South is a village of the most number of patients as the number of cases Pesanggrahan district as many as 33 cases of the 174 cases.
The purpose of this study was to determine the relationship of the quality of the physical environment and individual characteristics with the incidence of pulmonary TB smear (+) in the Village of South Petukangan Houses South Jakarta District in 2012.
This research method using a case-control study design with a ratio of 1: 1 where the sample is the total population of the 31 patients with pulmonary TB smear (+) as cases and 31 for controls.
The test results bivariate analysis found that the quality of the physical environment: residential density (p = 0.3; OR = 1.96), ventilation (p = 0.02; OR = 6.038), lighting (p = 0.00; OR = 8.266 ), moisture (p = 0.041; OR = 3.325), temperature (p = 0.062; OR = 3.241) and individual characteristics: the level of knowledge (p = 0.71; OR = 2.968), history of contact (p = 0.049; OR = 3.756).
Based on these results it can be concluded that the quality of the physical environment and individual characteristics related to the incidence of pulmonary TB smear (+) in the Village of South Petukangan South Jakarta District Guest Houses 2012 is ventilation, lighting, humidity and contact history.
Therefore, it is suggested that in patients with pulmonary TB services at the health center / health care not only in the treatment of patients, but are directed to consult the clinic sanitation in order to obtain guidance and counseling on healthy home. Guidance to the public more geared to the empowerment of the people themselves in efforts to prevent the transmission of pulmonary TB in the region.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45423
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zatalini Zahra Irawan
"Tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit infeksius yang menyebabkan kematian terbesar di dunia yang berasal dari satu agen infeksius. Prevalensi TB di Indonesia masih menjadi salah satu yang tertinggi di dunia menempati posisi lima tertinggi. Kompleksitas penularan TB, kepadatan penduduk, dan kemiskinan menjadi salah satu faktor penghambat untuk memutus rantai penyebaran TB di Indonesia. Dibutuhkan penanganan dari tenaga professional yang beragam untuk dapat menangangi permasalahan TB yang kompleks di Indonesia.
Pada penelitian sebelumnya telah ditemukan bahwa kolaborasi antarprofesi terbukti menunjukan hasil yang baik pada berbagai layanan kesehatan. WHO juga menyatakan adanya keterkaitan antara kolaborasi antarprofesi dengan penyelenggaraan program penanggulangan penyakit infeksius yang lebih baik. Maka dari itu, pendekatan kolaborasi antarprofesi tenaga kesehatan diharapkan bisa menjadi salah satu solusi untuk memutus rantai penularan TB di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara kolaborasi antarprofesi dengan kesuksesan program penanggulangan TB di Puskesmas sebagai salah satu layanan kesehatan primer di Indonesia. Penelitian dilakukan di 34 Puskesmas di Kota Depok dengan responden tenaga kesehatan yang tergabung dalam tim penanggulangan TB di Puskesmas  yaitu dokter, perawat/petugas TB, dan analis laboratorium. Desain penelitian menggunakan pendekatan potong lintang dengan sampel sebesar 95 responden (total sampling). Hasil uji chi square menunjukan adanya hubungan antara kolaborasi antarprofesi dengan kesuksesan program penanggulangan TB (p value: 0,003; OR: 3,518; 95% CI: 1,511-8,195).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kolaborasi antarprofesi memiliki pengaruh positif pada penyelenggaraan program penanggulangan TB di Puskesmas Kota Depok. Kolaborasi Antarprofesi diharapkan dapat diterapkan dalam berbagai setting kesehatan oleh berbagai tenaga kesehatan agar dapat tercipta pelayanan kesehatan yang lebih baik yang berorientasi pada pasien.

Tuberculosis (TB) is one of the most infectious disease in the world caused by a single infectious agent. Indonesia’s prevalence of TB is amongst the highest ranking the top five in the world. Breaking the chain of TB transmission in Indonesia is still a complex challenge with the high population density and poverty. Various professionals contribution is needed to solve the complex dynamic of TB problem in Indonesia.
From previous researches, it has been proven that interprofessional collaboration results in a positive implementation of various healthcare services. WHO has also stated a positive link between interprofessional collaboration and infectious prevention programs. Interprofessional collaboration approach towards Indonesia’s TB problem is expected to be a solution.
This research aim to identify relationship between interprofessional collaboration and tuberculosis program success in public health center as one of Indonesia’s primary healthcare facility. The research is done in 34 public health centers in Depok City on healthcare providers that contribute in a TB collaboration team including doctor, nurse, and laboratorium analyst. The research design used was cross-sectional design on 95 respondents (total sampling). The result of the chi square test shows that there is a significant relationship between interprofessional collaboration and tuberculosis progam success (p value: 0,003; OR: 3,518; 95% CI: 1,511-8,195).
Based on this result, it can be concluded that interprofessional collaboration has a positive impact on tuberculosis prevention programs in Depok City public health centers. Awareness of interprofessional collaboration importance in creating a better patient-centered health services is hope to rise amongst stake holders such as government, educational institutions, health care centers, and healthcare provider to tackle the challenges of overcoming TB in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helda Suarni
"Penyakit tuberkulosis merupakan masalah global dunia dan diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Bakteri Mycobacterium tuberculosis . WHO memperkirakan dalam dua dekade pertama di abad 20, satu miliar orang akan terinfeksi per 200 orang berkembang menjadi TBC aktif dan 70 juta orang akan mati akibat penyakit ini. Di Indonesia, TBC merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TBC di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TBC didunia. Angka kesakitan penyakit TB Paru dengan hasil BTA (+) di Kota Depok khususnya Kecamatan Pancoran Mas masih cukup tinggi. Adanya masalah penyakit TB Paru di sebabkan oleh beberapa faktor risiko, salah satunya adalah faktor lingkungan seperti kepadatan hunian,ventilasi pencahayaan, suhu, kelembaban dan jenis lantai.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni tahun 2009 di wilayah kerja empat puskesmas yang ada di Kecamatan Pancoran Mas yaitu Puskesmas Pancoran Mas, Puskesmas Cipayung, Puskesmas Rangkapan Jaya dan Puskesmas Depok Jaya. Sampel yang di ambil adalah semua tersangka TB Paru yang datang berobat ke puskesmas yang berumur >= 15 tahun dan tercatat di buku register TB Paru. Jumlah sampel yang diperlukan adalah 50 untuk kasus dengan hasil pemeriksaan BTA (+) dan 50 untuk kontrol dengan hasil pemeriksaan BTA (-), di mana pengambilan sampel dilakukan dengan cara sistematik random sampling. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan faktor risiko lingkungan dengan kejadian Tuberkulosis Paru BTA Positif di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok bulan Oktober tahun 2008- April tahun 2009.
Faktor risiko lingkungan yang di teliti adalah kepadatan hunian, ventilasi, pencahayaan, kelembaban, suhu, dan lantai rumah dengan memperhatikan karakteristik individu seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, prilaku batuk dan kebiasaan merokok dari responden Metode yang digunakan adalah desain kasus kontrol dengan perbandingan 1:1 dengan 50 penderita TB Paru BTA positif sebagai kasus dan 50 penderita BTA negatif kontrol.
Hasil penelitian ini menunjukkan faktor risiko lingkungan berhubungan dengan kejadian TB Paru BTA (+) adalah ventilasi rumah (OR=14,182 CI=5,412-37,160 %), pencahayaan (OR =9,117 CI= 3,668- 22,658) sedangkan faktor risiko lain adalah perilaku tidak menutup mulut saat batuk (OR =12,310 CI=3,375-44,890). Sedangkan untuk suhu dan kelembaban walaupun secara statistik tidak menunjukkan hubungan tetapi rata-rata tidak memenuhi persyaratan rumah sehat ( suhu rata-rata 30,84ºC dan kelembaban rata-rata 70,38 %).
Untuk itu disarankan kepada masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan rumah, berperilaku hidup bersih dan sehat dan melakukan penghijaun di rumah. Untuk petugas puskesmas sebaiknya lebih meningkatkan lagi kegiatan di klinik sanitasi, melakukan kunjungan langsung kerumah penderita TB Paru dan tidak henti-hentinya memberikan penyuluhan kepada masyarakat. Untuk Dinas Kesehatan Depok sebaiknya tidak hanya menekankan kepada pengobatan penderita tetapi juga lebih kepada pencegahan penyakit ini dan kepada Pemerintah Kota Depok sebaiknya lebih meningkatkan perencanaan program rumah sehat seperti perencanaan perbaikan rumah masyarakat yang tidak mampu khususnya bagi penderita TB Paru BTA (+) dan meningkatkan program pemberantasan penyakit menular."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Amalia Wildani
"Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru, disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. TB merupakan masalah global dan salah satu dampak dari urbanisasi terhadap kesehatan masyarakat. faktor kependudukan dan faktor lingkungan merupakan penyebab terjadinya tuberkulosis di perkotaan. Manifestasi klinis TB pada lansia salah satunya adalah sesak nafas. Karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk memberikan gambaran penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas pada tuberkulosis paru lansia di RT 06/ RW 01 Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. Intervensi keperawatan yang diberikan adalah inhalasi sederhana dan batuk efektif. Pemberian inhalasi sederhana dan batuk efektif bermanfaat dan dapat diterapkan untuk mengeluarkan dahak, menurunkan frekuensi napas, dan mengurangi sesak napas pada lansia. Pemecahan masalah yang dilakukan ketika inhalasi sederhana dan batuk efektif tidak efektif yaitu pemberian posisi semi fowler untuk meningkatkan ekspansi paru dan mencukupi kebutuhan oksigen sehingga memberikan kenyamanan dan mengurangi sesak.

Tuberculosis (TB) is an infectious disease that primarily affects the lung parenchyma, caused by mycobacterium tuberculosis. TB is a global problem and one of the impacts of urbanization on public health. Demographic factors and enviromental factors are the cause of TB in urban areas. One of clinical manifestations of elderly TB is shortness of breath.The aim of this final assignment is provide descriptive management of family nursing care with the ineffective airway clearance in elderly pulmonary tuberculosis at RT 06/ RW 01 Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. Nursing interventions provided are simple inhalation and effective cough. The simple inhalation and effective cough is still useful and can be applied to remove sputum, lower respiratory rate, and reduce shortness of breath in elderly. The problem solving when simple inhalation and effective cough does not effectively address the problem ineffective airway clearance in elderly pulmonary is the provision of semi fowler position to improve lung expansion and sufficient of oxygen so as to provide comfort and reduce shortness of breath.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yusnita Candra Oktafiyani
"Tuberkulosis merupakan masalah utama kesehatan masyarakat Indonesia. Tuberkulosis dapat ditanggulangi dengan kepatuhan klien dalam menyelesaikan pengobatan. Perilaku kesehatan klien tuberkulosis dapat ditingkatkan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran perilaku klien TB dalam menjalankan pengobatan. Desain penelitian menggunakan teknik purposive sampling dengan 96 responden. Pengambilan sampel di lima puskesmas Kota Depok. Pengambilan data menggunakan kuesioner dengan sampel penderita TB dewasa yang menjalani pengobatan kurang dari tiga bulan. Hasil penelitian menunjukkan masih ada 39 responden yang belum siap menjalankan pengobatan. Hal ini dilihat dari komponen persepsi terhadap keseriusan responden terhadap penyakit. Penelitian ini dapat dilakukan di wilayah yang berbeda.

Tuberculosis is a major health problem in Indonesia. Tuberculosis can be overcome by clients' compliance. This study aimed to describe tuberculosis clients? health behavior on undergoing treatment. A descriptive method with purposive sampling technique applied to 96 respondents. Samples were recruited from five community health centers in Depok, who have treatment less than three months. Data was retrieved by questionnaire. Result showed that 39 respondents who are not ready to undergo the treatment. It is seen from the component of respondents' perception to the seriousness of the disease. It is suggested to increase socialization of tuberculosis treatment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S61269
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Sjahbandi
"Program penanggulangan TB dari tahun ke tahun selalu mengalami perkembangan. Dengan demikian beban tugas pengelola program semakin besar, ketersediaan data semakin diperlukan, dan hambatan pelaksanaan semakin komplek. Oleh karena itu untuk membantu menyediakan data diperlukan suatu sistem informasi untuk meringankan beban kerja pengelola program. Mengingat penderita TB pengobatannya perlu waktu, maka diperlukan sistem yang mampu menemukan kasus Baru dan mampu melakukan monitoring terhadap perkembangan pengobatan penderita.
Sistem Informasi Evaluasi Program Penanggulangan TB Di Dinas Kesehatan Kota Tangerang dirancang secara otomasi, bertujuan untuk membantu program penanggulangan TB dalam usaha menemukan penderita agar pengobatan dapat dilakukan sedini mungkin dan penderita tidak menjadi sumber penular penyakit TB, sehingga kasus TB dapat dicegah penularannya.
Tujuan Penelitian ini adalah mengembangkan sistem informasi untuk evaluasi pelaksanaan program penanggulangan TB di Dinas Kesehatan Kota Tangerang. Bentuk penelitian kualitatif dan data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam dengan pengelola program di Dinas Kesehatan Kota Tangerang. Data sekunder dikumpulkan melalui pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan dari puskesmas yang ada di Kota Tangerang. Proses pengembangan sistem dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu tahap analisis masalah kesehatan, tahap analisis masalah sistem informasi yang sudah berjalan, tahap kajian terhadap kemungkinan pengembangan sistem, tahap perancangan sistem, tahap analisis SWOT sistem yang baru, dan uji coba sistem.
Dari hasil analisis masalah kesehatan dan sistem informasi yang sudah ada memungkinkan dilakukan pengembangan sistem agar arus data terstruktur, sehingga data dapat dikumpulkan dengan cepat, tepat, dan lengkap.
Operasional sistem yang sudah dikembangkan dibantu dengan peralatan komputer yang diprogram secara otomasi. Untuk memanfaatkan program tersebut pengelola cukup memasukkan data yang berkaitan dengan program TB, dan bila sudah dimasukkan, komputer akan mengolah secara otomasi sampai menghasilkan laporan dalam bentuk tayangan data di layar monitor atau dicetak. Hasil cetak berupa label dan grafik.
Mengingat Program TB selalu berkembang, maka untuk perkembangan sistem lebih lanjut diharapkan sistem ini dapat dipakai sebagai bahan acuan, terutama dalam hal perkembangan sistem dalam usaha penemuan kasus dan monitoring pengobatan bagi penderita.

The Development of Information System for Evaluation of TB Program at District Health Office in Tangerang CityThe program to overcome TB program for over the years have always been developing, so the responsibilities of the program organizers are also increasing, the data availability is more needed, the obstacles to realize the program become more complex. Therefore health data, a data base information system is needed to lighten the work of program organizers. Considering the length of time to treat the TB patients. We need a system that's able to find new cases and monitor the improvement of patient treatment.
The information evaluation system of automatic data base TB program at District Health Office in Tangerang City is designed to health TB prevention program, in order to find the patients so the treatment can be done as soon as possible and the patients will not be the carrier of this infectious disease, so the cases of the TB infection can be prevented.
The purpose of this research is the developed the data base information system to evaluate the realization of the TB prevention program in Tangerang City. The form of the research is qualitative. The data collected is primary and secondary data. The primary data is done through deepen interview with the program organizer of District Health Office of Tangerang City. The secondary data is collected through recording and reporting the activities of Puskesmas in Tangerang. The process of development system is done through several steps, they are the analysis of health problem, the analysis of information system used, the analysis development system possibility, designing system the analysis new SWOT system and testing the system.
From the analysis of health problem result and information system that has already existed, it's possible to develop the system in order to organize current data, so that the data can be collected fast, precisely and completely.
The operational system that has been developed and assisted by computer equipment that is program automatically. To exploit the program, the organizer, adequate put in the data that linked with the TB program, if it has entered, the computer will process automatically until it produce the report that presented on the computer screen of printed, the printing should be in the form of table and graph.
Considering the TB program that always develop, so the development of further system is expected to be able to be used as a reference material, especially for system development in the effort of case finding and medicinal treatment monitoring for the patients.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T11359
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syaumaryadi
"Program penanggulangan TB Paru dengan strategi Directly Observed Treatment Short-course (DOTS) di Kota Palembang secara nasional telah memberikan hasil yang baik, dimana angka konversi pada fase awal pengobatan sebesar 87%. Hal ini berarti lebih besar dari target nasional untuk angka konversi pada fase awal sebesar 80%, tetapi angka kesembuhan masih rendah (72%) dari target 85%, dengan penderita lalai berobat (defaulted) masih tinggi (12,03%). Keluhan efek samping OAT merupakan salah satu penyebab ketidakpatuhan berobat.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan keluhan efek samping OAT dengan ketidakpatuhan berobat penderita TB Paru di Kota Palembang Propinsi Sumatera Selatan Tahun 1999-2000.
Pada penelitian ini, sebagai variabel dependen adalah ketidakpatuhan berobat penderita Tuberkulosis Paru dan variabel independen utama keluhan efek samping OAT dan variabel independen lainnya umur responden, pekerjaan responden, pendidikan responden, jenis kelamin responden, jenis PMO, peran PMO, pendidikan PMO, dan mutu pelayanan kesehatan.
Disain penelitian adalah kasus-kontrol tidak berpadanan (unmatched). Sampel adalah sebagian penderita TB Paru BTA positif berumur ≥ 15 tahun yang berobat di 36 puskesmas sejak 1 Oktober 1999 sampai 30 November 2000 dan mendapatkan pengobatan dengan strategi DOTS kategori-1 atau katagori-2. Jumlah sampel sebanyak 305 orang terdiri dari 144 kasus dan 161 kontrol.
Penelitian ini menyimpulkan ada hubungan keluhan efek samping OAT dengan ketidakpatuhan berobat penderita TB Paru di Kota Palembang dimana penderita TB Paru ada keluhan efek samping OAT, 3,00 kali lebih berisiko untuk tidak patuh berobat dibandingkan dengan tidak ada keluhan efek samping OAT (OR : 3,00 dan 95% CI : 1,58-4,87).
Penelitian ini menyarankan untuk meminimalkan efek samping OAT yang terjadi perlu dilakukan pemantauan yang ketat dengan pemeriksaan klinis dan laboratoris, konseling atau komunikasi yang baik dengan penderita TB Paru, menyediakan obat-obatan efek samping OAT, penelitian mengenai efek samping OAT dengan disain kohor dan instrumen yang lebih akurat serta penelitian tentang dosis obat TB Paru dihubungkan dengan berat badan penderita, apakah spesifik untuk daerah Sumatera Selatan.

The Relation of Anti-Tuberculosis Drug Side Effect Complain With Lung Tb Patient Taking Drug Disobedience in Palembang South Sumatera Province 1999 - 2000
Lung TB Control Program by the strategy of Directly Observed Treatment Short-Course (DOTS) in Palembang nationally has given a good result, where the conversion rate at intensive phase is 87%. It means higher than national target of conversion rate which is 80%, but the cure rate still lower (72%) from the target 85%, with the defaulted patient still high (12.03%). The complaint of anti-TB drug side effect is one of the causes of the taking drug disobedience.
This research's objective is to find out the relation of anti-TB drug side effect to the taking drug disobedience of lung TB patient in Palembang, South Sumatera Province in 1999 - 2000.
In this research's, dependent variable is lung TB patient taking drug disobedience and independent variable is the complaint of anti-TB drug side effect, the other independent is age, occupation, education, sex of lung TB patient, type of treatment observer, role of treatment observer, education of treatment observer, and quality of health care.
The research's design is unmatched case-control. The sample is a part of BTA positive of lung TB patients by the age of ≥ 15 years old which have taken a treatment in 36 Health Centers since October, 1, 1999 until November, 30, 2000, and get short course treatment by strategy of DOTS category-1 and category-2. Total sample are 305, with 144 cases and 161 controls.
This research's concluded that has relation the complaint of anti-TB drug side effect with lung TB patients taking drug disobedience in Palembang, where lung TB patients who got complaint of anti-TB drug side effect is 3.00 times have risk to disobey medication than those which not have (OR : 3.00 and 95% CI : 1.58-4,87).
This research's recommend to minimize the clinical side effect of anti-TB drug by strict observation with clinical examination and laboratory, counseling or establishing a good communication to lung TB patients when they take medication and control, each Health Centre should prepare medicine to counter anti-TB drug side effect, do the research of anti-TB drug side effect by design cohort and good instrument, and study of relation between body weight to anti-TB drug's dose."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T 8397
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>