Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jang, Chung-sik
"Buku ini ditulis oleh Jang Chung-Sik. Buku ini merupakan novel yang berisi refleksi Korea dan masyarakatnya sejak gerakan kebangkitan nasional hingga perang Korea yang digambarkan melalui karakter pemuda Joseon (dinasti kuno Korea) dan wanita Jepang."
Seoul: Hainaim, 2012
KOR 895.730 9 JAN k I
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jang, Chung-sik
"Buku ini ditulis oleh Jang Chung-Sik. Buku ini adalah novel cinta yang berisi kisah cinta pemuda dinasti Joseon (Korea) dan perempuan Jepang dengan latar waktu awal abad 20 saat pembentukan gerakan liberal nasional dimulai hingga masa perang Korea tahun 1950. Buku ini merupakan seri ke-2 dari 5 seri buku dengan judul serupa yang ditulis Jang Chung-Sik. Buku ini mengangkat tema spesifik mengenai pemberontakan dan titik balik rasa patriotisme Korea."
Seoul: Hainaim, 2012
KOR 895.730 9 JAN k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Choi, Myeong Hee
"Buku ini ditulis oleh Choi Myeong-Hee. Buku ini adalah novel yang menceritakan kehidupan, diri manusia, emosi dan pemikiran sastra masyarakat Korea"
Seoul: Maean, 2004
KOR 895.730 8 CHO h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Prima
"Fluidized Bed Combustor mengonversikan energi biomassa menjadi energi panas yang pemanfaatannya dapat dikembangkan untuk berbagai keperluan lainnya,, misalnya. pembangkitan daya dan proses pengeringan. Proses pembakaran yang berlangsung adalah pembakaran dengan sendirinya secara kontinyu, yang berlangsung pada temperatur kerja yang cukup tinggi (self sustaining combustion). Bahan bakar yang digunakan adalah biomassa berupa tempurung kelapa dengan variasi ukuran 1x1 cm dan 1,5 x 1,5 cm , untuk mengetahui ukuran dan feed rate bahan bakar yang terbaik. Variasi feeding bahan bakar yang digunakan untuk kedua pengujian adalah 0.25 kg, 0,5 kg, 1 kg, 1,25 kg, dan 1,5 kg . Feeding terbaik pada saat bahan bakar dimasukkan 0,25 kg kg dengan feed rate bahan bakar setiap 2 menit, untuk ukuran bahan bakar yang diumpankan sebesar 1x1 cm temperatur ratarata 697,9⁰C

Fluidized Bed Combustor converts biomass energi into heat energi. Combustion process that takes place is continuously burning by itself, at high temperatur (self sustaining combustion). The fuel used in the experiment was coconut shell with a variation of size (1x1 cm and 1,5 x 1,5 cm), to determine the best size and feed rate ?s fuel. Feeding variations that used in both tests were 0,25 kg, 0,5 kg, 1 kg, 1,25 kg,, and 1,5 kg. The best feeding is 0,25 kg with a feed rate of fuels in every 2 minutes, fuel size is 1x1 cm , with average temperatur is 697,9⁰C"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S57394
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sony Sutrisno
"ABSTRAK
Latar belakang dan tujuan : Saraf optikus merupakan saraf kranial kedua yang mempersarafi bola mata dan diselubungi oleh selubung saraf optikus. Pelebaran selubung saraf optikus pada umumnya disebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Deteksi dini peningkatan tekanan intrakranial sangatlah kritikal tetapi sering kali sulit dilakukan. Hal ini dikarenakan pemeriksaan tekanan intrakranial secara invasif bukan merupakan pemeriksaan yang rutin dikerjakan dan terdapat keterbatasan alat. Karena itu, pemeriksaan MRI sequence T2WI fat suppressed dapat membantu dalam mengevaluasi peningkatan tekanan intrakranial melalui pengukuran selubung saraf optikus dengan cara non-invasif. Metode : Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang untuk mengetahui rasio normal selubung saraf optikus terhadap saraf optikus anak berdasarkan pengukuran MRI menggunakan data primer di Departemen Radiologi RSCM mulai bulan September 2015 sampai Juli 2016, dengan jumlah sampel 20. Pengukuran dilakukan dengan jarak 3 mm di belakang bola mata. Hasil : Rasio selubung saraf optikus dibandingkan saraf optikus pada anak adalah 1,83 dengan simpang baku 0,06. Rerata diameter selubung saraf optikus pada anak-anak adalah 4,41 mm dengan simpang baku 0,16 dan rerata diameter saraf optikus pada anak-anak adalah 2,41 dengan simpang baku 0,15. Kesimpulan : Nilai normal rasio selubung saraf optik terhadap saraf optik pada anak-anak dapat digunakan sebagai parameter non-invasif untuk evaluasi tekanan intrakranial.

ABSTRACT
Background and Objective Optic nerve is innervate both eyes and covered by a sheath. Widening of the optic nerve sheath are mainly due to increased intracranial pressure. Early detection is critical but difficult to do. This is because the invasive intracranial pressure measurement is not a routine examination done. Therefore, MRI T2WI fat suppressed can be very helpful in evaluating the increased intracranial pressure. Methods The study was conducted with a cross sectional design to determine the normal ratio of optic nerve sheath against optic nerve in children based on MRI measurement using primary data at the Department of Radiology RSCM, from September 2015 until July 2016, with total sample is 20. Measurements were made at 3 mm behind the eyeball. Results The ratio of the optic nerve sheath against optic nerve in children is 1.83 with 0.06 standard deviations. The mean diameter of the optic nerve sheath in children are 4.41 mm with 0.16 standard deviations and the mean diameter of the optic nerve in children is 2.41 with 0.15 standard deviations. Conclusions Normal ratio of the optic nerve sheath against the optic nerve in children can be used as parameters for evaluation of non invasive intracranial pressure."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58862
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donny Albertha
"Latar Belakang: Karsinoma endometrium adalah keganasan pada organ reproduksi wanita yang terjadi umumnya pada wanita pasca menopase. Pemeriksaan radiologi khususnya MRI merupakan penunjang penting dalam menentukan staging dan keterlibatan organ organ rongga panggulyang akan menentukan pilihan terapi. Perkembangan teknik fungsional MRI yakni diffusion weighted imaging (DWI) dan apparent diffusion coefficient (ADC)digunakan untuk membedakan lesi jinak dengan ganas, grading disertai dengan perluasannya, tetapi sayangnya teknik inimemiliki keterbatasanyakni nilai yang dihasilkan pada setiap alat MRI heterogen. Saat ini berkembang teknik baru yang membandingkan nilai ADC jaringan lesi dengan nilai ADC jaringan sehat dengan hasil nilai yang lebih homogen.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah membuktikan nilai rerata rasio ADC memilikihasil lebih homogen dibandingkan dengan nilai rerata ADC.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif potong lintang menggunakan data sekunder. Penelitian dilakukan mulai bulan Desember 2018 hingga Maret 2019, dengan jumlah sampel sebanyak 21 sampel.
Hasil: Median nilai ADC tumor endometrium, urin, dan miometrium adalah 0,58 mm2/s, 3,26 mm2/s, dan 1,52 mm2/s. Berdasarkan coefficient of variation (COV) nilai rasio ADC lebih homogen dibandingkan dengan nilai ADC tumor (nilairasio ADC tumor-urine 35,1%, tumor-miometrium 41,7%, dan ADC tumor 42,2%).
Kesimpulan: Nilai rasio ADC memiliki nilai yang lebih homogen dibandingkan dengan nilai ADC, sehingga dapat digunakan sebagai parameter non-invasif dalam mengevaluasi tumor.

Background: Endometrial carcinoma is most common gynecologic malignancy that occurs usually in postmenopausal women. Imaging examination, especially MRI, is important in determining the staging and involvement of intrapelvic organs, which will determine the therapy for the patient. Diffusion weighted imaging (DWI) and apparent diffusion coefficient (ADC) can be used to help distinguish benign or malignant lesions, grading and expansion of the lesion, but unfortunately this technique produced heterogeneous values. Currently a new technique is developing that compares the tissue ADC value of lesions with healthy tissue, resulting more homogeneous values.
Purpose: The purpose of this study is to prove the average value of the ADC ratio has more homogeneous results than the average value of the ADC.
Methods: This study uses a cross-sectional descriptive design, using secondary data. The study was conducted from December 2018 to March 2019, with a total sample of 21.
Result: The median ADC value of endometrial, urine, and myometrial tumors was 0.58 mm2 / s, 3.26 mm2 / s, and 1.52 mm2 / s. Based on coefficient of variation (COV) the ADC ratio value is more homogeneous compared to the tumor ADC value (tumor-urine ADC ratio value is 35.1%, myometrial tumor 41.7%, and tumor ADC 42.2%).
Conclusion: The ADC ratio value has a more homogeneous value than the ADC value, so it can be used as a non-invasive parameter in evaluating tumors.
"
[Jakarta, Jakarta]: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58839
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lalisang, Arnetta Naomi Louise
"Kelompok umur yang rentan terhadap kekurangan gizi adalah kelompok bayi dan balita. Karena status gizi yang baik sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan saat bayi dan balita, maka sangat penting untuk mengetahui status gizi dimulai sejak bayi. Status gizi menunjukkan seberapa besar kebutuhan fisiologis individu tersebut telah terpenuhi. Status gizi dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran status gizi bayi usia 1,5-8 bulan di Jakarta Pusat dan hubungannya dengan jenis kelamin bayi, pendidikan terakhir ibu, pekerjaan ibu, penghasilan ibu, usia ibu saat melahirkan, morbiditas diare dan Infeksi Saluran Napas Atas (ISPA), dan pemberian Air Susu Ibu (ASI). Juga diketahuinya sebaran ibu bayi.
Penelitian menggunakan studi crosssectional dan dilakukan pada 92 responden yang memiliki bayi usia 1,5 hingga 8 bulan di Jakarta Pusat. Data didapatkan berupa status gizi bayi, jenis kelamin bayi, usia ibu saat melahirkan, tingkat pendidikan ibu, penghasilan ibu, morbiditas diare dan ISPA, dan pemberian ASI yang akan diteliti hubungannya dengan status gizi bayi yang diuji dengan uji Chi-Square (p<0,05).
Dari hasil penelitian didapatkan status gizi non-wasted sebesar 94,6%, sedang sebesar 5,4%. Persentase hasil yang didapatkan masing-masing ialah jenis kelamin bayi laki-laki 46,7%, dan perempuan 53,3%, pemberian ASI eksklusif sebesar 33,7%, ibu bekerja 18,5%, diare dan ISPA bayi dalam kurun waktu 2 minggu terakhir masing-masing 10,9% dan 70,7% tingkat pendidikan ibu rendah 33,7%, sedang 50,0%, dan tinggi 16,3%, tingkat penghasilan keluarga sedang 27,2% dan tinggi 72.8. Semua variabel tersebut tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan status gizi bayi.

Age Group that is most vulnerable to malnutrition condition is infant and chidlren under five years. A Good nutritional status is necessary for growth and development in infant and children under five years, so it is important to know the nutritional status since early childhood. Nutritional status of someone shows how big the individual physiological needs have been met. Nutritional status is influenced by various factors.
This study is intended for the purpose of knowing the nutritional status of infants aged 1.5 to 8 months in Central Jakarta and the relationship with the infant's sex, maternal last education, working mother, family income, maternal age at birth, morbidity of diarrhea and Upper Respiratory Tract infection (URTI), and breast milk.
This research is conducted using crosssectional study with 92 respondents who have a baby aged 1.5 to 8 months in Central Jakarta. Data obtained includes the nutritional status of the baby, the infant's sex, maternal?s education, working mother, maternal age at birth, maternal education level, family income, morbidity of diarrhea and Upper Respiratory Tract infection (URTI), and breast milk will be related to the nutritional status of infants tested with the Chi-Square test (p <0.05).
Results obtained from research are non-wasted nutritiona status of 94.6% and high of 5.4%. The percentage of each result accomplished by baby?s sex: boy is 46.7% and girl is 53.3%, the provision of exclusive breastfeeding is 33.7%, 18.5% from working mother, diarrhea and URTI in infants during the last two weeks respectively is 10.9% and70.7%, lower maternal education level is 33.7%, moderate 50.0%, 16.3% and higher, moderate level of family income is 27.2% and 72.8 high. All these variables have no meaningful relationship with the nutritional status of infants."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S09041fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fildza Sasri Peddyandhari
"Bayi (usia 0-12 bulan) merupakan kelompok yang rentan gizi (paling mudah menderita kelainan gizi), karena pada masa bayi terjadi proses pertumbuhan yang relatif pesat disertai kebutuhan gizi yang relatif besar. Diketahuinya status gizi seseorang menunjukkan seberapa besar kebutuhan fisiologis individu tersebut telah terpenuhi. Status gizi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran status gizi bayi usia 1,5-8 bulan di Jakarta Timur dan hubungannya dengan jenis kelamin bayi, tingkat pendidikan ibu, ibu yang bekerja, penghasilan keluarga, usia ibu saat melahirkan, diare dan Infeksi Saluran Napas Atas (ISPA), dan pemberian Air Susu Ibu (ASI). Penelitian menggunakan studi cross-sectional dan dilakukan pada 87 responden yang memiliki bayi usia 1,5 hingga 8 bulan di Jakarta Timur. Data didapatkan berupa status gizi bayi, jenis kelamin bayi, usia ibu saat melahirkan, tingkat pendidikan ibu, penghasilan keluarga, morbiditas diare dan ISPA, dan bayi yang diberikan ASI, yang akan diteliti hubungannya dengan status gizi bayi yang diuji dengan uji
Chi-Square (p<0,05). Dari hasil penelitian didapatkan proporsi status gizi wasted sebesar 1,1%. Dengan proporsi jenis kelamin bayi laki-laki 49,4%, dan perempuan 50,6%, pemberian ASI sebesar 27,6%, usia ibu saat melahirkan kurang dari 20 tahun dan lebih dari sama dengan 35 tahun sebesar 14,9%, ibu yang bekerja 10,3%, diare dan ISPA bayi dalam kurun waktu 14 hari terakhir masing-masing 9.2% dan 60,9%, tingkat pendidikan ibu rendah dan sedang 97,9%, tingkat penghasilan keluarga sedang 43,7%, semuanya tidak memiliki hubungan yang bermakna.

Infant (age 0-12 months) is a vulnerable group of nutrition (most easily suffer aberration nutrition), as the baby growth process that occurs relatively rapidly, along with nutritional needs, which is relatively large. Knowing someone nutrition status shows how much the individual physiological needs have been met. Nutritional status is influenced by various factors. This study aims to know the nutritional status of infants aged 1,5-8 months in East Jakarta and the relationship with the infant?s gender, history of breast feeding, maternal education level, working mother, family?s income, maternal age at giving birth, diarrhea, and upper respiratory tract infection (URTI). Research used cross-sectional study conducted on 87 and respondents who have an infants aged 1.5 to 8 months in East Jakarta. Data obtained form the nutrition status of the baby, the infant's gender, maternal age at giving birth, maternal education level, working mother, family?s income, diarrhea and URTI, and the breast feeding will be related to the nutritional status of infants tested with the Chi-Square test (p <0,05). Research results obtained from the proportion of wasted nutritional status of 1.1%. With the proportion of boy 49.4%, and girl 50.6%, 27.6% infants who is given
breastfeeding, maternal age at giving birth less than 20 years and more than 35 years 14.9%, working mother 10.3%, diarrhea, URTI over the last 14 days each 9.2% and 60.9%, low and moderate maternal education level and are 97.9%, moderate family income levels are 43.7%, all does not have a meaningful association."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S09048fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Anggarani Idham
"Status gizi seseorang menunjukkan seberapa besar kebutuhan fisiologis individu tersebut telah terpenuhi. Status gizi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status gizi bayi usia 1,5 - 8 bulan di Jakarta Barat dan hubungannya dengan jenis kelamin bayi, morbiditas diare dan Infeksi Saluran Napas Atas (ISPA), pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif, pendidikan terakhir ibu, ibu yang bekerja, penghasilan ibu, dan usia ibu saat melahirkan. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional yang menggunakan pendekatan studi cross-sectional dan dilakukan pada 92 responden yang memiliki bayi usia 1,5 – 8 bulan di Jakarta Barat. Data yang didapatkan berupa jenis kelamin bayi, morbiditas diare dan ISPA dalam 14 hari terakhir, pemberian ASI, usia ibu saat melahirkan, tingkat pendidikan terakhir ibu, penghasilan ibu, dan ibu yang bekerja yang akan diteliti hubungannya dengan status gizi bayi dengan uji Chi-Square (p<0.05). Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa dari 92 sampel bayi 1,5 – 8 bulan pada penelitian ini, 97,8% mengalami non wasted, 2,2% mengalami wasted dan dari hasil uji statistik didapatkan hasil bahwa jenis kelamin(P = 0,503), pemberian ASI eksklusif (P = 1,000), diare dalam 14 hari terakhir(P = 1,000), ISPA dalam 14 hari terakhir (P = 1,000), usia ibu saat melahirkan(P = 1,000), tingkat pendidikan ibu (P = 1,000), ibu yang bekerja (P = 1,000), dan penghasilan keluarga (P = 0,548) semuanya tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan status gizi bayi.

Nutritional status described how big individual physiological requirement fulfilled. Nutrition status influenced by various factors. The aim of the study was to determine the prevalence of infant’s nutritional status aged 1,5 – 8 months at West Jakarta associated with infant’s gender, diarrhea, Upper Respiratory Tract Infection (URTI), exclusive brest feeding, maternal education level, working mother, family’s income, and maternal age at giving birth. This research is an observational analytic research that using cross sectional study conducted to 92 respondents who has infants aged 1,5 – 8 months in West Jakarta. Data obtained from infant’s gender, diarrhea, Upper Respiratory Tract Infection (URTI), exclusive brest feeding, maternal education level, working mother, family’s income, maternal age at giving birth will be related to nutritional status of infants tested with chi square test (p<0,05). The results of this research show that among 92 sample, there were 97,8 % infants wasted and 2,2 % non wasted. At the end of statistic test we obtained that infant’s gender (P = 0,503), exclusive breast feeding (P = 1,000), diarrhea in last 14 days (P = 1,000), URTI in last 14 days (P = 1,000), maternal age at giving birth (P = 1,000), maternal education level (P = 1,000), working mother (P = 1,000), and family’s income (P = 0,548), all of these factors do not have significant relationship with nutritional status."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Simangunsong, Matthew Mindo Parsaoran
"Status gizi seseorang menunjukkan seberapa besar kebutuhan fisiologis individu tersebut telah terpenuhi. Status gizi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran status gizi bayi usia 1,5-8 bulan di Jakarta Utara dan hubungannya dengan jenis kelamin bayi, pendidikan terakhir ibu, pekerjaan ibu, penghasilan ibu, usia ibu saat melahirkan, morbiditas diare dan Infeksi Saluran Napas Atas (ISPA), dan pemberian Air Susu Ibu (ASI). Penelitian menggunakan studi cross-sectional dan dilakukan pada 86 responden yang memiliki bayi usia 1,5 hingga 8 bulan di Jakarta Utara. Data didapatkan berupa status gizi bayi, jenis kelamin bayi, usia ibu saat melahirkan, tingkat pendidikan ibu, penghasilan ibu, morbiditas diare dan ISPA, dan pemberian ASI yang akan diteliti hubungannya dengan status gizi bayi yang diuji dengan uji Chi-Square (p<0,05).
Dari hasil penelitian didapatkan proporsi status gizi wasted sebesar 2,3%, dengan proporsi jenis kelamin bayi laki-laki 45,3%, dan perempuan 54,7%, pemberian ASI sebesar 32,6%, ibu bekerja 11,6%, diare dan ISPA bayi dalam kurun waktu 2 minggu terakhir masing-masing 3,5% dan 32,6%, tingkat pendidikan ibu rendah 61,6%, sedang 38,4%, dan tidak ada yang tinggi, tingkat penghasilan keluarga sedang 53,5% dan tinggi 46,5, semuanya tidak memiliki hubungan yang bermakna (p>0,05).

Nutrition status of someone showing how big the individual physiological needs have been met. Nutritional status is influenced by various factors. This study aims to know the nutritional status of infants aged 1,5-8 months in East Jakarta and the relationship with the infant?s gender, history of breast feeding , maternal education level, working mother, family?s income, maternal age at giving birth, diarrhea, and upper respiratory tract infection (URTI). Research used crosssectional study conducted on 86 and respondents who have an infants aged 1.5 to 8 months in East Jakarta. Data obtained form the nutrition status of the baby, the baby's gender, maternal age at giving birth, maternal education level, working mother, family?s income, morbiditas diarrhea and URTI, and the breast feeding will be related to the nutritional status of infants tested with the Chi-Square test (p<0,05).
Research results obtained from the proportion of wasted nutritional status of 1.1%. With the proportion of boy 45.3%, and girl 54.7%, 32.6% breastfeeding, maternal age at giving birth less than 20 years and more than 35 years 26.7%, working mother 11.6%, diarrhea URTI over the last 2 weeks each 3.5% and 32.6%, low maternal education level are 61.6%, moderate family income levels are 53.5% and high are 46,5% , all does not have a meaningful association (p>0,05).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S09053fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>