Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11826 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raflus Rax
Jakarta: Bank Indonesia, 1996
332.1 RAF a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Elbert Frits Putranto
"Sekalipun beberapa indikator ekonomi makro telah menunjukan perbaikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, sektor ekonomi rill masih belum tampak pulih akibat lesunya pasar, investasi yang belum menunjukkan pertumbuhan serta beban pengembalian kredit yang masih cukup berat. Kinerja Bank Y di tahun 2001, kemungkinan besar masih akan tertekan oleh perolehan pendapatan bunga bersih yang negatif (negative spread), karena turunnya pendapatan bunga dan earning asset bank, yaitu pinj aman. Hal in! timbul karena sedikitnya kredit yang dapat dikucurkan Bank Y. Untuk dapat menghindari resiko kredit, bank cenderung memilih menempatkan dananya pacla surat-surat berharga pasar uang, danipada memberikan kredit dengan resiko dan ketidakpastian pasar. Hal ini erat kaitannya dengan fluktuasi keuntungan bank dan pengelolaan asset dan kewajiban bank.
Bank Y dalani mengelola asset dan kewajibannya hanis melakukannya secara prudent dan profesional serta menerapkan strategi jangka pendek dan jangka panjang yang tepat. Dalam karya akhir ini dianalisis kesenjangan dan profitabilitas Bank Y selama periode 31 Desember 2000 dan di dalam kurun waktu 1 tahun mendatang. Permasalahan karya akhir ini hanya alcan dibatasi pada analisis kesenjangan tingkat bunga pada akhir tahun 2000 dan pengaruhnya terhadap perolehan bunga bersih Bank Y jika terjadi pergerakan tingkat bunga SBI. Adapun tui uan dan karya akhìr ini adalah untuk mengetahui kondisi kesenjangan tingkat bunga antara asset dan kewajiban Bank Y di tahun 2000, mengetahul pengaruh yang ditimbukan perubahan tingkat bunga SHI terhadap profitabilitas atau pendapatan bunga bersih Bank Y akibat adanya kesenjaragan tingkat bunga (interest raie gap), dan menekan strategi yang sebaiknya ditempuh ALCO Bank Y dalam mengelola kondisi kesenjangan tersebut, agar tetap tercapai proiftabilitas yang diinginkan.
Karya akhir ini menggunakan metode yang bersifat deskriptif kuantitatif yang bermaksud mengupas permasalahan seputar resiko yang ditimbulkan oleh kesenjangan tingkat bunga dan bagaimana pengelolaan asset dan kewajiban ini agar dapat meningkatkan net interest income bank, melaiui strategi-strategi pengelolaan yang baik Adapun tahapan-tahapan dalam melakukan anaJisis tersebut adaiah pertama, melakukan siniplifìkasi neraca. Kedua, m&akukan analisis vertikal terhadap neraca berdasarkan sensitivitas tingkat bunga. Ketiga, pemilahan komponen neraca berdasarkan time maturity. Keempat, menghitung kesenjangan dan rasio kesenjangan antara asset dan kewajiban. Kelima, menghktung rate diferrential dan asset dan kewajiban dan mengliitung net Entere si income yang diperoieh. Keenani, menghitung perolehan net interest income dan estimasi perubahan dan net interest income dengan menggunakan what i/analysis, yaitu anaiisis yang melihat pengaruh tingkat bunga terbadap Nil Bank Yjika diasumsikan tingkat bunga raie sensitive mengalami kenaikan sebesar 1% dan 2% atau jika tingkat bunga mengalami penurunan sebesar 1% dan 2%, akibat fluktuasi tingkat bunga SBI.
Dari hasil anaiisis, dapat kita simpulkan bahwa kesenjangan yang terjadi di Bank Y adalah kesenjangan negatif, dimana RSA-RSL. Dengan dernikian jika terjadi J kenaikan tingkat bunga, profitabilitas Bank Y akan turun dan sebaliknya akan meningkat. Agar value of the firm dan Bank Y tersebut dapat tetap maksimal, diperlukan pengelolaan dan pengawasan yang dilalcukan secara profesional agar dapat menjadi bank yang sehat dan dipercaya rnasyarakat dan investor.
Pada akhir bagian dan karya akhir ini kami benikan kesimpulan dan saran kepada Bank Y dan para pembaca mengenai pengelolaan asset dan kewajiban yang sebaiknya dilaksanakan agar dapat dijadikan acuan dalam menyajikan informasi bagi para pengambil keputusan ALCO."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T5508
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Arman Zulkarnain
"RINGKASAN EKSEKUTIF
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan perbankan di Indonesia, telah
menempatkan usaha di sektor perbankan sebagai suatu usaha yang highly regulated dan beresiko tinggi. Berbagai deregulasi yang terjadi seperti pada Juni 1983, Oktober 1988, Mei 1993 dan berbagai deregulasi lanjutannya serta kemungkinan adanya intervensi oleh otoritas moneter, menyebabkan pengelola perbankan harus mampu mengantisipasi perubahan-perubahan tersebut Hal ini sangat disadari terutama dalam rangka mendapatkan net interest income (Nil) yang diharapkan. Karena besamya Nll sangat bergantung pada struktur neraca maupun tingkat bunga, maka pengelqla perbankan menggunakan pendekatan asset liability management (ALM) dalam pengelolaan keuangannya. ALM merupakan suatu pendekatan terpadu atas kedua sisi neraca untuk mencapai target retur yang diharapkan, dalam batasan-batasan resiko yang telah ditentukan. Dalam perbankan, ALM dilakSanakan oleh suatu lembaga yang bernama asset liability committee (ALCO). Karena merupakan sebuah komite, untlik pelaksanaan tugas sehari-hari ALCO dibantu oleh staff supporting group-ALCO (SSG-ALCO)
Dalam kaitannya dengan ALM, pennasalahan yang ditangani SSG-ALCO PT Bank
Persero dapat diKelompokkan menjadi tiga bagian. Pertama, adanya hambatan internal berupa coriflict of interest dalam gapping strategy. Kedua, metode perhitungan biaya dana yang digunakan sebagai penentuan base lending rate tidak menjamin maksimisasi 1aba dan tidak mencerminkan harga pengorbanan yang sebenamya dalam meraih pendapatan. Ketiga, pemanfaatan secondary reserves sebagai swnber likuiditas yang sekaligus memberikan tambahan pendapatan, masih belum optimal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kondisi tingkat bunga pasar yang tidak
berubah, upaya yang dilakukan untuk merubah tingkat bunga kredit atau deposito dalam rangka membentuk posisi GAP yang diinginkan, selalu mendapat hambatan dari pengelola sisi asset maupun pengelola sisi liabilitas. Selain itu, penggunaan metode weighted average cost of fund dalam perhitungan biaya dana lebih sesuai untuk menilai kinerja bank dimasa lalu. Sedangkan marginal cost of fund lebih sesuai untuk keperluan ekspans~ karena biaya dana untuk base lending rate mengikuti fluktuasi tingkat bunga yang berlaku. Strategi yang digunakan untuk memanfaatkan idle fund dilakukan secara pasif, yaitu menernpatkan kelebihan dana path rekening penempatan path bank (placement) dan surat-surat berharga (marketable securities) berjangka pendek dengan tujuan untuk menyangga likuiditas
minimum yang ditentukan Bank Indonesia. Hal liii terjadi karena relatif sedikitnya produkproduk treasury di Indonesia. Disampmg itu, Bank Indonesia membatasi perbankan untuk melakukan kegiatan spekulatif, misalnya untuk memiliki portfolio saham yang diperdagangkan di pasar modal.
Untuk membentuk slruktur neraca sesuai dengan yang diinginkan (gapping strategy), perubahan formula bunga antar kantor (internal transfer pricing) dapat dianggap sebagai jalan yang cukup kompromistis. Perubahan formula mi diharapkan dapat menghindari terjadinya conflict of interest diantara pengelola kedua sisi neraca Bank. Selanjutnya untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam menerapkan marginal cost of fund, formula weighted average cost of fund tetap dapat dipergunakan dengan sedikit modifikasi. Kesulitan dalam mengalokasikan servicing cost dapat diatasi dengan menghitung besamya
servicing cost tersebut atas dasar selisih antara biaya overhead dengan pendapatan bukan bunga. Selanjutnya, servicing cost dialokasikan sesuai dengan besarnya komposisi rupiah dan valuta asing yang dapat dihimpun Bank. Dengan cara i, maka biaya bunga dapat ditekan melalui peningkatan kegiatan yang menghasilkan fee based income. Akhimya, untuk mengoptimalkan kelebihan dana path secondary reserves, Bank dapat beipartisipasi di pasar modal secara tidak langsung. Partisipasi tersebut dilakukan melalui perusahaan
reksadana, dengan cara memanfaatkan core of excess fund yang dimiliki Bank untuk membeli sekuritas reksadana yang memiliki portfolio obligasi. Pendekatan ini lebih diarahkan untuk memperoleh pendapatan daripada sebagai sumber dana yang menopang likuiditas minimum. Dengan cara im, Bank diharapkan memperoleh return yang relative lebih tinggi dengan resiko yang relatif lebih rendah, disamping tetap dapat menyangga likuiditas minimum.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masyud Ali
Jakarta: Elex Media Komputindo , 2004
332.1 MAS a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Williams, Bill
Rolling Meadows, Ill.: Bank Administration Institute, 1988
332.106 WIL a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mirthley Aponno
"Didalam industri perbankan dana diibaratkan sebagai darah di dalam tubuh manusia, berarti pengelolaan dana merupakan hal yang sentral dan perlu mendapat perhatian serius dari pengelola bank. Berkenaan dengan hal itu, peranan pengelolaan likuiditas menjadi sangat penting mengingat pula kepercayaan yang diemban industri perbankan itu sendiri.
Besar kecilnya penyediaan alat likuid akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat disatu pihak dan dilain pihak dapat menghilangkan kesempatan untuk mendapatkan pendapatan bunga. Bank Alco sebagai bank yang mempunyai misi menjadi bank besar dengan cabang yang banyak dan letaknya tersebar di seluruh propinsi mempunyai karakteristik tersendiri didalam pengelolaan likuiditasnya. Pengelolaan likuiditas, apabila mengambil konsep value chain, akan dimulai dari pemeliharaan saldo kas, kemudian pengelolaan saldo giro pada BI dan penempatan dana pada cadangan sekunder.
Didalam pemeliharaan kas pada Bank Alco belum mempunyai tolok ukur guna mencapai saldo kas yang optimal. Dengan menggunakan pendekatan kinerja yang lalu (Past Historical Approach) didapat penekanan terhadap saldo kas yang pada gilirannya penghematan saldo kas yang didapat dapat dimanfaatkan untuk ditempatkan di pasar uang. Atas penempatan tersebut didapat kontribusi bagi profitabilitas.
Sedangkan menyangkut pengelolaan saldo giro pada BT berkenaan pula dengan kewajiban minimum giro pada BI yang harus senantiasa dipelihara bank (dikenal dengan ketentuan Giro Wajib Minimum (GWM). Pengelola GWM pada Bank Alco dipegang oleh pialang pasar uang (dealer money market) yang juga sekaligus bertugas untuk menempatkan kelebihan dana yang sementara belum digunakan ke sektor kredit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengelolaan likuiditas yang dilakukan oleh pialang (dealer) menyangkut 2 fungsi yaitu fungsi mengelola aliran dana (cash flow) dan fungsi jual beli dana (trading). Dengan kedua fungsi tersebut, maka seyogyanya kedua fungsi tersebut dilakukan oleh 2 jabatan, yaitu pengelola aliran dana (cashflow) dan pengelola jual beli dana (trading). Sehingga pengelolaan GWM maupun pengelolaan penempatan pada cadangan sekunder dapat lebih optimal."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niayah Erwin
"Paket kebijaksariaan 1 Juni 1983 merupakan awal paket deregulasi di bidang perbankan yang menyebabkan bank-bank bebas untuk menentukan sendiri suku bunga deposito, tabungan, bunga pinjaman yang diberikan, serta pengurangan pemberian kredit likuiditas oleh bank sentral.
Paket kebijaksanaan 27 Oktober 1988 adalah deregulasi yang dilakukan pemerintah terhadap bidang keuangan, moneter dan perbankan yang menyebabkan menjamurnya bank bank baru, dan pembukaan kantor-kantor cabang di mana-mana.
Dua paket tersebut di atas adalah merupakan dua paket yang patut dicatat oleh dunia perbankan Indonesia, oleh karena dua paket tersebut di atas secara tidak langsung telah menuntut para perbankan nasional harus mampu tumbuh secara dewasa dan profesional.
Banyak kalangan perbankan merasakan bahwa deregulasi tabun 1988 adalah merupakan awal dari kebangkitan sekaligus juga merupakan awal dari kemerosotan perbankan Indonesia. Karena deregulasi tersebut menuntut ketrampilan manajemen serta sistim yang digunakan dalam mengelola kekayaan, hutang dan modal dalam rangka meningkatkan margìn bank ditengah-tengah persaingan yang semakin ketat. Ada beberapa bank yang pada awalnya memiliki jumlah asset besar tapi pada akhirnya ambruk oleh karena kekurang siapan sistem dan manajemennya untuk mengelola asset tersebut.
Penghimpun dana masyarakat pada saat ini dirasakan semakin sulit, sedangkan proporsi dana murah terhadap total dana masyarakat yang dihimpun semakin lama semakin mengecil sebaliknya proporsi dana mahal semakin lama semakin membesar. Kecenderungan ini akan sampai pada titik bahwa dana yang diperoleh seluruhnya rnerupakan dana mahal yang sangat meinpengaruhi Net Interest Income bank. Artinya bahwa Net Interset Income akan cenderung semakin mengecil, sedangkan harapan dan Owner adalah Net Interest Income yang semakin meningkat.
Untuk menjembatani kedua hal yang bertolak belakang tesebut, manajemen mencoba menggunakan suatu ilmu terapan yang disebut dengan "Asset Liability Management" untuk mencari keseimbangan struktur di kedua sisi neraca yakni antara sisi asset dan liability agar tetap dapat bertahan pada NII yang telah ditentukan serta mencoba menemukan porfolio yang peka terhadap gejolak bunga.
Pergerakan tingkat bunga yang cukup besar di pasar uang maupun pasar modal akan mempengaruhi ketahanan Asset dan Liability suatu bank. Sedangkan bila ditinjau dari Balance sheet suatu bank, rnaka hampir semua kredit yang disalurkan berasal dari dana pihak ketiga.
Penataan atas asset "Interset rate risk" merupakan tujuan penting dalam penataan asset dan liability di dalam mempertahankan maupun menciptakan Net Interest Income yang tinggi. Interest rate risk merupakan alat untuk pemilihan strategi dan taktik guna mencapai interest spread dalam situasi pergerak tingkat bunga yang cukup besar di pasar uang Inaupur pasar modal (interest rate volatility)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Gde Karmana
"Di dalam pengelolaan kegiatan operasional suatu bank, dana merupakan masalah yang amat penting disamping masalah-masalah lainnya seperti kredit, personalia, jasa nasabah dan lain sebagainya. Oleh karenanya, pengelolaan terhadap sumber dana dan pengelolaan terhadap penentuan skala prioritas penerimaan dana secara terpadu dan suatu bank harus dilakukan dengan baik. Pengetahuan mengenai pengelolaan sumber dana dan pengelolaan terhadap penentuan skala prioritas pengggunaan dana secara teerpadu (disebut dengan Asset-Liability Managentent) merupakan dasar pengetahuan yang harus diketahui dan digunakan pimpinan / manajer bank, dalam mengelola dananya. Pertimbangan utama di dalam Asset-Liability Management (pengelolaan dana) dari bank ini adalah keseimbangan antara tujuan mencari laba dengan tujuan menjaga likuiditas. Kegiatan perbankan menyangkut kepentingan dan dana yang dimiliE masyarakat, sehingga industri perbankan merupakan industri yang paling banyak diatur oleh pemerintah. Bank dalam mengelola dana dan kegiatan usahanya harus pula memperhatikan ketentuan-ketentuan, peraturan-peraturan dan undang-undang yang diberlakukan oleh pemerintah, dalam hal ini Bank Sentral. Bank Indonesia, yang merupakan Bank Sentral di Indonesia selarna ini telah banyak mengeluarkan peraturan-peraturan dalam ran -a mengatur industri perbankan di negara Eta. Di antara ketentuan-ketentuan/ peraturan-peraturan tersebut terdapat ketentuan mengenai Rasio Modal Minimum yang ditetapkan pemerintah semenjak 28 Pebruari 1991(clisebut dengan Paktri 1991/ Paket Kebijaksanaan Januari 1991). Rasio ini membandingkan Modal yang dimiliki suatu bank dengan Aktiva Bank tersebut yang telah dibobot sesuai resikonya, disebut dengan Capital Adequacy Ratio/ CAR. Setiap Bank diwajibkan menyediakan modal minimum sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Resikonya (ATMR). Ketentuan ini disesuaikan dengan standar yang ditetapkan oleh Bank for Internasional Settlements yang berkedudukan di Basel, Swiss. Dikeluarkannya ketentuan ini tentunya menambah faktor-faktor yang harus dipertimbangkan suatu Bank dalath melaksanakan Asset Liability Managementnya (pengelolaan dananya). Bank "X" sebagai salah satu pelaku dalam perbankan nasional tentunya diwajiblcan pula memenuhi ketentuan modal minimum. Untuk mengetahui kesanggupan Bank "X" memenuhi ketentuan ini digunakan beberapa cara yaitu dengan melakukan studi kepustakaan dan berbagai macam literatur, makalah, surat kabar, dan majalah sena studi lapangan dengan mengumpulkan data dan informasi dari Bank "X" sendiri. Untuk memenuhi persyaratan ini tentunya tidak mudah karena disamping memenuhi ketentuan tersebut Bank "X" juga hams menjaga keseimbangan likuiditas dan profitabilitas yang telah diperolehnya. Berdasar data laporan keuangan terlihat Bank "X" memindahkan dananya dari aktiva beresiko ke aktiva kurang beresiko untuk mengurangi besarnya ATMR. Namun untuk menjaga pertumbuhan asset-nya Bank "X" tetap memelihara beberapa asset yang produktif, sehingga besarnya ATMR tidak dapat dikurangi tetapi bisa ditekan pertumbuhannya. oleh karena itu Bank "X" masih perlu untuk menambah jumlah modalnya agar diperoleh Rasio Kecukupan Modal yang diinginkan. Dari usahanya ini Bank "X" berhasil memenuhi ketentuan pada batas waktu yang ditetapkan Bank Indonesia, disamping tetap memperoleh hasil yang dibutuhan untuk mengembangkan assetnya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S18790
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mauldi Yusuf
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
S10684
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Heritingkir
"ABSTRAK
Badai krisis ekonomi menghantarn perekonomian Indonesia pada pertangahan tahun
1997, yang melumpuhkan berbagai sektor usaha, tidak terkecuali sektor perbankan baik
swasta maupun pemerintah. Dimana pada saat itu nilai tukar Rupiah melemah dan tingkat
suku bunga pun amat tlnggi, sehingga banyak perusahaan yang merupakan kreditior dari
bank-bank yang ada mengalami kesulitan dalam membayar angsuran kredit mereka yang
akhirnya menyebabkan banyaknya kredit--kredit yang dikucurkan oleh bank banyak yang
macet. Selain itu banyak juga bank-bank yang mengalami negatif spread karena mereka
harus membayar bunga yang tinggí kepada nasabahnya sedangkan kredit yang
dikucurkannya relatif rendah bahkan tidak ada akibat tingginya suku bunga pinjaman.
Bank-bank pun kemudian berusaha mati-matian agar tetap dapat bertahan dan
kebangkrutan melalui berbagai cara. Ada yang melakukan restrukturisasi utang, ada pula
yang melepas sebagian atau bahkan seluruh kepemilikan sahamnya kepada pihak lain.
terutama investor asing.
Begitu juga nasib yang dialami oleh bank-bank BIJMN yang mengalami kesulitan
keuangan akibat dari kredit-kredit bermasaiah yang dimilikinya ditambah dengan kondisi
perekonomian yang sedang dilanda krisis membuat debitor-debitor semakin sulit untuk
melunasi kewajiban-kewajibannya. Tingkat suku bunga yang tinggi yang menyebabkan
terjadinya negative spread pada bank-bank tersebut serta nilai tukar Rupiah yang
berfluktuatif dan melemah terhadap US Dollar yang berpengaruh pada kewajiban
kewajiban dalam bentuk valas sehingga jumlahnya menjadi Iebih besar membuat kondisi
bank-bank tersebut semakin terpuruk. Untuk itu bank perlu melakukan tindakan-tindakan
yang menjadi solusi untuk mengatasi financial distress ini. Dengan mengambil kasus
bank Mandiri maka masalah yang akan di bahas di dalam karya akhir ini adalah mencari
solusi untuk mengatasi financial distress tersebut.
Karya akhir ini dibuat untuk melihat apakah bank-bank peserta merger ¡tu
mengalami financial distress dengan menunakaii analisa Z-Score dan AIunan Models
dan bagaimana solusi yang diambil untuk mengatasi rnasalah kesulitan keuangan tersebut
dengan menggunakan studi kasus Bank Mandiri.
Berkenaan dengan metodologi penulisan yang digunakan, maka pada karya akhir
akan rnenggunakan metodologi deskrìptif dengan mempergunakan data-data yang terdiri
dari data primer dan data sekunder. Dimana data primer itu merupakan data tentang bank-
bank yang bersangkutan dapat diperoleh melalui bank itu sendiri maupun dari sumber
lain (eksternal) seperti Bank Indonesia, Selain sumber data diatas juga didukung data
tentang perbankan yang diperoleh dari home page perusahaan dan interview dengan
pihak-pihak terkait yang menguasai permasalahan. Kemudian yang merupakan data
sekunder sebagai pelengkap adalah data didapat melalui studi literatur (text hook), karya
ilmiah, anikel di media massa, laporan keuangan bank, serta data lain yang relevan
dengan permasalahan.
Dalam menganalisa financial distress yang dialami oleh bank-bank BUMN
tersebut dilakukan dengan penggunaan analisa Z-score dan Altman Model?s yang
merupakan salah satu indikator yang dapat dipakai untuk mengkur apakah suatu
Perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Setelah itu juga dibahas mengenai alternatif
solusi untuk keluar dari kesulitan keuangan yang terdiri dari restrukturisasi keuangan,
merger, Iikuidasi, dIl.
Berdasarkan kasus bank Mandiri ternyata solusi yang diambil adalah dengan
melakukan merger diikuti dengati restrukturisasi dan rekapitaIisasi terhadap hutang
hutang bermasalah mereka. Dan performa setelah merger dan bank Mandiri cukup
mengejutkan dengan aset yang fantastis dan berhasil mencapai CAR diatas rasio yang di
tentukan pemerintah. Akan tetapi hal ini juga dibarengi dengan bertumpuknya hutang
hutang bermasalah di BPPN.
"
2000
T2378
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>