Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167293 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arif Maskur
"Skripsi ini membahas tentang persepsi masyarakat yang bermukim di sekitar Bandara Internasional Soekarno-Hatta terhadap tingkat kebisingan yang berasal dari aktivitas bandara. Persepsi tersebut merupakan gangguan nonauditory yang meliputi gangguan komunikasi, gangguan psikologis, dan gangguan fisiologis. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2012 di Kelurahan Neglasari dan Kelurahan Selapajang Jaya, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan proporsi kejadian mengalami gangguan non-auditory antara responden yang tempat tinggalnya bising dengan responden yang tempat tinggalnya tidak bising (p value=0,007). Terdapat pula perbedaan proporsi kejadian mengalami gangguan non-auditory antara responden yang berumur ≤12 tahun, 13 sampai 18 tahun, dan ≥19 tahun (p value=0,027). Variabel lain yang bermakna adalah perbedaan proporsi kejadian mengalami gangguan non-auditory antara responden yang sedang menjalani pendidikan baik SD, SMP/ SMA, PT, ataupun bekerja (p value=0,039) dan terdapat perbedaan proporsi kejadian mengalami gangguan non-auditory antara responden yang bekerja dengan pajanan bising dari pekerjaannya dengan responden yang tidak terpajan bising dari pekerjaannya (p value=0,009). Akan tetapi untuk variabel status kesehatan tidak ada perbedaan proporsi kejadian mengalami gangguan nonauditory antara responden yang berstatus kesehatan sehat, anak sakit, bapak/ ibu sakit, dan ibu hamil (p value=0,205).

This study discusses the perception of the community living around the Soekarno-Hatta International Airport to the level of noise coming from the airport activity. Perception is a non-auditory disorders that include communication disorders, psychological disorders, and physiological disorders. This study was a quantitative study with cross-sectional study design. The research was conducted in May 2012 in the Neglasari and Selapajang Jaya, Tangerang. The results of this study indicate there are differences in the proportion of the incidence of nonauditory disorders among respondents noisy residence where he lived with the respondent that no noise (p value = 0.007). There are also differences in the proportion of the incidence of non-auditory disorders among respondents aged ≤ 12 years, 13 to 18 years, and ≥ 19 years (p value = 0.027). Another significant variable is the difference in the proportion of the incidence of non-auditory disorders among respondents who are on a good education elementary, junior high / high school, collage, or work (p value = 0.039) and there are differences in the proportion of the incidence of non-auditory disorders among respondents who worked with exposure to noise from his job with the respondent that his job is not exposed to noise (p value = 0.009). However, for health status variables there was no difference in the proportion of the incidence of impaired non-auditory health status among respondents that healthy, sick child, father / mother is sick, and pregnant women (p value = 0.205).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
I Dewa Putu Suma
"ABSTRAK
Kebisingan lingkungan, khususnya di lingkungan bandar udara mulai menggejala di berbagai tempat di dunia.
Intensitas kebisingan yang disebabkan oleh pesawat udara terutama bermesin jet, turbojet dan turbofan merupakan masalah utama terhadap lingkungan baik di dalam bandar udara maupun diluar wilayah bandar udara. Sesungguhnya kebisingan lingkungan yang disebabkan oleh pesawat udara dikarenakan oleh jumlah pesawat udara yang beroperasi, yang dihitung secara kumulatif selana 24 jam dengan segala aktivitasnya, baik waktu mendarat, tinggal landas, pergerakan menuju landasan pacu, dan uji mesin.
Berdasarkan studi-studi yang telah dilakukan beberapa bandar udara di Eropa dan Amerika, dinyatakan bahwa kebisingan yang disebabkan oleh kegiatan bandar udara mengakibatkan kerugian bagi masyarakat pemukim di sekitar bandar udara, yang pada gilirannya mengakibatkan adanya pembatasan-pembatasan jam-jam operasi suatu bandar udara.
Pengaruh buruk dari kebisingan terhadap manusia sangat luas memberikan efek tingkah laku berupa efek fisiologi maupun efek psikologi, yang mengakibatkan terganggunya dalam penerimaan pesawat televisi. Disamping itu dapat pula mengganggu konsentrasi belajar anak-anak sekolah, rumah-rumah sakit.
Dan bilamana pemaparan kebisingan yang dialami seseorang secara berulang-ulang akan mengakibatkan ketulian.
Bandar Udara Internasional Jakarta Soekarno-Hatta, telah menetapkan kawasan-kawasan kebisingan dengan tingkat-tingkat kebisingannya yaitu daerah kebisingan tingkat I, tingkat II dan tingkat III. Namun dalam kenyataan adanya desa-desa yang penduduknya eukup padat berada pada kawasan kebisingan tingkat III.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh tingkat kebisingan lingkungan bandar udara terhadap jumlah masyarakat pemukim di sekitar bandar udara.
Mengetahui sejauhmana kesadaran masyarakat pemukim di sekitar bandar udara terhadap akibat-akibat pengaruh kebisingan.
Untuk maksud penelitian tersebut, penelitian dilakukan di desa-desa (RW-RW) sekitar bandar udara berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
Berdasarkan titik 0 bandar udara sebagai "Reference Point", ditentukan 3 tempat (RW-RW) yang mempunyai jarak di bawah 3 km yaitu desa Neglasari, Selapajang Jaya dan Benda. Sedangkan 3 desa (RW-RW) lain terletak antara jarak 3 sampai dengan 8 km yaitu desa Kedaung Wetan, Jatimulya dan Dadap. (ICAO Airport Planning Manual 1985).
Berdasarkan kawasan kebisingan desa-desa (RW-RW) yang menjadi obyek penelitian kawasan kebisingan tingkat III, dengan tingkat kebisingan 75 dB, terletak desa Neglasari, Selapajang Jaya dan Benda, kawasan kebisingan tingkat II dengan tingkat kebisingan 70 dB, terletak desa Dadap dan Jatimulya, dan Kedaung Wetan.
Sebagai subyek penelitian atau responden adalah kepala keluarga yang tinggal dalam Rukun Warga desa-desa penelitian yang berlokasi terdekat dengan zona-zona kebisingan yang paling tinggi dan jumlah sampel adalah sebanyak 300 Kepala Keluarga untuk di desa penelitian Pengumpulan data diperoleh melalui observasi, dan kuesioner dengan menggunakan daftar pertanyaan yang dilakukan di rumah-rumah responden.
Metode statistik yang dipakai adalah uji kai kwadrat (chi square) k
dengan rumus 2 _ (0 - E)2
i=1 E
dimana ; 0 frekuensi yang diperoleh dari penelitian E _ frekuensi teoritis.
Dari hasil-hasil penelitian yang diperoleh menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:
Bahwa adanya bandar udara dengan segala kegiatannya memberi dampak positif bagi kehidupan masyarakat, baik yang secara langsung terkait dengan kegiatan bandar udara maupun secara tidak langsung.
Dengan adanya kegiatan bandar udara menimbulkan kebisingan yang mempengaruhi kualitas hidup masyarakat pemukim di sekitar bandar udara seperti terlihat bahwa desa Benda, Neglasari dan Selapajang Jaya, Kedaung Wetan dimana tingkat kebisingannya telah melampaui batas persyaratan kebisingan maksimal yang ditentukan SO dB.
Dalam pengujian untuk mengetahui kesadaran masyarakat diperoleh kesimpulan bahwa masyarakat yang bermukim di sekitar bandar udara belum mempunyai kesadaran atas dampak-dampak yang diakibatkan oleh kebisingan lingkungan tersebut.
Belum adanya kesadaran masyarakat terhadap pengaruh dampak kebisingan dikarenakan pendidikan rata-rata masyarakat yang bermukim di sekitar bandar udara adalah cukup rendah, disamping sebagian besar masyarakat pemukim adalah penduduk asli desa-desa tersebut, yang hidup dari hasil pertanian dan kegiatan lain yang berkaitan derigan kegiatan bandar udara.
Peningkatan kualitas masyarakat di sekitar bandar udara harus dilakukan dengan peningkatan kualitas lingkungan namun dengan adanya bandar udara kebisingan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan bandar udara merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari namun dapat dikurangi dengan pengaturan tata guna tanah dan rekayasa teknik seperti akustik penghalang, peredam suara (Noise breaker) yang tentunya perlu biaya besar.
Kegunaan hasil penelitian.
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengatasi langkah-langkah yang perlu ditempuh agar masyarakat pemukim di sekitar bandar udara terhindar dari dampak kebisingan.
Usul tindakan; untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap dampak kebisingan, maka diperlukan waktu yang cukup panjang yaitu dimulai dengan peningkatan pendidikan baik secara formal atau informal yang nantinya diharapkan dengan kesadaran sendiri karena mengetahui akibat dampak kebisingan secara fisiologis atau psikologis akan meninggalkan lokasilokasi atau menghindari lokasi yang kena dampak.
Untuk memberikan masukan bagi Perencana dalam penyusunan rekayasa teknik bandar udara dan penataan penggunaan tanah disekitarnya.

ABSTRACT
Environmental noise, specially found in the environment of an airport, has been a common phenomenon all over the world.
Noise intensity that is coused by aircraft, mainly jet, turbojet and turbofan engined aircraft is the main problem for the environment, either inside or outside airport area. Environmental noise caused by aircraft is resulted from the total amount of their 24 hours activities including various manoeuvres such as landing, take of, surface movement and engine run-up.
According to studies'that have been conducted at several airports in Europe and United States of America, it is stated that noise caused by an airport operation harms the society who live in the surrounding the airports, which eccordingly results in the restrictions of the airport operating hours.
Adverse impact of noise on human beings may result in various effect, i.e effecting behaviour, either physiologically or psychologically. It also distorts television broadcast, disturbs schools and hospitals. Continuous noise affect might cause deafness.
Jakarta International Airport Soekarno-Hatta has determined its noise areas, according to its noise area phases, phases I, phases II and phase III area. However there is a lot of villages with dense population situated in phase III area.
Based on that above reasons, the objectives of this research can be clarified as follows :
To study the extent of the impact of aircraft noise on the number of communities surrounding the airport.
To study the awareness of the people who live nearby the airport of the negative impact of airport noise_.
This research has been carried out in the several villages surrounding the airport based on the following considerations : 1) Based on their distance from the airport q reference point as central point, the villages are devided into two groups :
a villages, Neglasari, Selapajang Jaya and Benda, a.i.L.h a
distance of less then 3 km and,
b 3 villages, Kedaung Wetan, Jatimulya and Dadap, with a
distance betwen 3 to 8 km, as object of the research.
2) Based on noise area, objects of research are Neglasari, Selapajang Jaya and Benda laying in the phase III noise area, Dadap, Kedaung Wetan and Jatimulya in phase II noise area. Objects of the research (respondents) are heads of household who live in the 6 villages close to the most sensitive noise area, with the total sampels of 360 respondents. Data collecting was conducted through observations, interviews and questionaires.
ix Statistical method used in this research is the chi-square, with
i-1
where : 0 = Frequency taken from the research E = Theorethical frequency.
The result of the research can be summarized as follows :
The existence of the airport has positive impact on the people living nearby the airport, either they are directly or indirectly involved in the activity of the airport.
The airport operations is the source of noise which is affecting the life quality of the society who live nearby the airport, as in the villages of Benda, Neglasari, Selapajang Jaya and Kedaung ketan_, which noise level has been exceeding the maximum requirement 60 dB.
3) The results prove that the people who live nearby the airport do not aware of the existence of noise and its impact.
The unawareness of the noise impact is mainly because they are not well educated and most of them have lived there for years.
The improvement of the quality of life of the society around the airport must be carried out together with the improvement of the environmental quality ; but enviromental noise that is caused by the airport operation remains as a problem that can not be ignored or mittigated, but it is posible to reduce that effects of noise by land use planning and acoustical barriers.
Benefits of the research :
The result of this research can be used as reference for future actions to be taken in order to avoid the noise impact on the surrounding communities of the airport.
Proposed action : the knowledge and awereness of the society in the field of noise impact must be improved by educating them either formally or informally. Although is takes time, it is hoped that eventually they will leave or avoid noise zone on their own conciousness after realizing that noise can adversely affect human beings, physiologically or psychologically.
To give the input to the planner, as a reference in making airport design and land use planning on the surrounding of the airport.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edithia Ruth
"Penelitian ini menganalisa nilai kebisingan yang terjadi pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) Padindi yang terletak segaris dengan landas pacu 1 Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta selama jam kegiatan belajar mengajar berlangsung. Dalam penelitian ini akan dicari juga pada jenis pesawat yang menyebabkan terjadinya nilai kebisingan maksimum dan pada jam berapa serta gangguan yang dirasakan.
Hasil penelitian menyarankan bahwa kebisingan yang terjadi di sekolah tersebut perlu direduksi karena telah melebihi nilai ambang batas kebisingan untuk kegiatan sekolah. Kebisingan dapat direduksi dengan meningkatkan kualitas akustik ruang kelas.

The focus of this study is to analyzes the value of the noise that occurs on Junior High School Padindi during the hours of teaching and learning activities. The school is located in alignment with the first runway of Soekarno-Hatta International Airport. This research will be sought the type of aircraft that caused the maximum noise value and at what time it happens and also the disturbance caused by aircraft-induced noise.
The results suggest that the noise that occurs at these schools should be reduced because it has exceeded the threshold value of noise for school activities. Noise can be reduced by improving the quality of acoustics in the classroom.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50624
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Nurdini Rospitha
"Merealisasikan Bandar udara masa depan sebagai aerotropolis dan memenuhi kriteria sebagai bandara berkelanjutan atau sustainable tidak hanya demi meningkatkan kebutuhan akan transportasi yang baik dan aman, akan tetapi juga untuk mengurangi dampak lingkungan yang terjadi akibat aktifitas di bandara. Polusi suara sebagai salah satu dampak lingkungan, selalu menjadi salah satu isu yang penting untuk diselesaikan di kawasan sekitar bandara. Menentukan area yang terpapar oleh polusi suara yang diakibatkan oleh pesawat udara membutuhkan aircraft?s noise modelling yang akan memetakan area polusi suara di sekitar bandara dengan menggunakan program computer seperti misalnya Integrated Noise Modelling. Dimana program ini membutuhkan masukan data berupa infrastruktur bandara, trayek lalu lintas di udara, kondisi cuaca, dan bentuk permukaan tanah atau topography di sekitar bandara. Peta yang diproduksi akan bermanfaat dalam penerapan system untuk pengukuran dan pengawasan terhadap kebisingan sebagai salah satu solusi dalam melindungi masyarakat dari dampak yang berlebihan dari kebisingan pesawat udara. Implementasi dari system yang terintegrasi seperti Sentinelle dan VITRAIL (VIsualisation des Trajectoires et des Informations en Ligne) di Perancis telah dipelajari dalam tesis ini dalam hal metode dan bagaimana cara untuk dapat diterapkan di bandar udara di masa mendatang.

Actualize the future airport as an aerotropolis and meet sustainable criteria not only for improving the needs of a good quality and safety transportation, but also minimize the environmental impact of airport activities. Noise pollution as one of this impact always becomes the most important issue to solve around the urban area in the vicinity of aerodrome. Defining the exposed area by nuisance needs aircraft?s noise modelling which will produce the noise map zone with software such as Integrated Noise Modelling required input of airport?s infrastructure, traffics, trajectories, weather report, and topography surround the aerodrome. The map produced will be an effort for implementing Smart noise solution as one best solution to protect the community from the impact of aircraft?s noise. The implementation of one integrated system of smart noise measurement and monitoring such as Sentinelle and VITRAIL (VIsualisation des Trajectoires et des Informations en Ligne) in France has been studied in this report in order to learn about how its work and implement them in the future airport.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42287
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Jhonwart Charmindo Agustian
"Penelitian Evaluasi Pengendalian Pajanan Kebisingan Armada Maskapai Penerbangan Garuda Indonesia (B777-300ER, B747-400, B737-800NG, B737-300, B737-500, A330-300, A330-200) di Apron Terminal II Bandara Internasional Soekarno-Hatta Tahun 2013 ini dilakukan karena adanya pajanan kebisingan armada Garuda Indonesia pada pekerja Line Maintenance yang akan berdampak pada risiko penurunan fungsi pendengaran maupun kerusakan fungsi pendengaran secara permanen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi kegiatan pengendalian pajanan kebisingan armada Garuda Indonesia dengan studi deskriptif dan metode penilaian kualitatif. Tingkat risiko didapatkan dengan model penilaian risiko yang telah diterapkan Garuda Indonesia yakni melalui perhitungan dan interpretasi antara Probabilitas dan Konsekuensi pada Pre dan Post Operation Risk Assesment Garuda Indonesia. Dari penelitian ini didapatkan bahwa dari tujuh tipe armada yang dimiliki Garuda Indonesia, B737-800NG merupakan tipe armada yang paling berisiko memajankan kebisingan kepada para pekerja Line maintenance karena: 1) Tipe armada B737- 800NG merupakan armada terbanyak dengan total 64 armada; 2) Frekuensi penerbangan armada tipe B737-800NG adalah yang tertinggi dengan 157 penerbangan per hari; 3) durasi transit tipe B737-800NG hanya berkisar ± 45 menit.

The research of The Evaluation of Noise Exposure Controlling of Garuda Indonesia Aircraft (B777-300ER, B747-400, B737-800NG, B737-300, B737-500, A330-300, A330-200) in Apron Area, Terminal II, Soekarno-Hatta International Airport on 2013 is based on noise exposure of Garuda Indonesia Aircraft to Line Maintenance Engineer which impacted to both Noise Induced Hearing Loss and Permanently Hearing Broke. The objectif of this research is to observe dan evaluate the Risk Control Compliance of Garuda Indonesia aircraft by using Descritive Study and Qualitative Assesment Methode. The level of Risk is calculated by Garuda Indonesia Operation Risk Assesment Methode, Pre and Post Risk Assesment while using calculation and interpretation of Likelihood and Consequence for each aircraft types. The results of this research is B737-800NG is the most Noise Exposure to the Line Maintenance Engineer because: 1) B737- 800NG is highest totally aircrafts, which 64 aircrafts; 2) Flight frequencies area the highest one which 157 flights per day; 3) Ground time od B737-800NG is about 45 minutes."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S54558
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Humaatul Islam
"

Paparan suara yang tidak diinginkan meningkat secara global karena pertumbuhan penduduk, urbanisasi, dan perkembangan teknologi. Bersamaan dengan itu, bukti ilmiah yang menghubungkan kebisingan lingkungan dengan masalah kesehatan mulai muncul. Paparan kebisingan yang berlebihan akan mempengaruhi kualitas hidup dan gangguan bising non-auditory pada penduduk di sekitar rel KRL antara stasiun Depok sampai dengan stasiun Tanjung Barat. Tesis ini bertujuan untuk menganalisis kebisingan yang disebabkan oleh KRL di rumah penduduk yang terletak di sekitar rel KRL antara stasiun Depok sampai dengan stasiun Tanjung Barat dan menganalisis pengaruh kebisingan pada persepsi penduduk di sekitar rel KRL mengenai gangguan bising non-auditory. Data statistik memperlihatkan bahwa sebagian besar responden tidak mengalami gangguan non-auditory, selain itu hasil uji kolerasi juga menunjukkan bahwa tidak ada satu pun variabel (Jenis Kelamin, Umur dan Lama Tinggal) yang signifikan berpengaruh pada persepsi responden mengenai gangguan non-auditory, tetapi melalui pertanyaan lanjutan ditemukan bahwa terdapat keluhan yang sebenarnya mereka alami sebagai penduduk yang tinggal di sekitar rel. Kebisingan yang disebabkan oleh KRL di rumah penduduk yang terletak di sekitar rel KRL antara stasiun Depok sampai dengan stasiun Tanjung Barat menghasilkan nilai kebisingan yang melampaui baku mutu kebisingan dengan hasil rata-rata pengukuran menunjukkan untuk setiap waktu pengukuran ± 80,05 dBA.


Exposure to unwanted noise is increasing globally due to population growth, urbanization and technological developments. At the same time, scientific evidence which links environmental noise to health problems is starting to emerge. Excessive noise exposure will affect the quality of life and non-auditory noise disturbances in residents around the KRL rail between Depok station to Tanjung Barat station. KRL Commuterline is an electric commuter rail system serving the area of Greater Jakarta, Indonesia, and operated by a subsidiary of state-owned enterprise. This paper aimed to analyze the noise caused by KRL that occur to peoples house located around the KRL tracks between Depok stations and Tanjung Barat stations, and to analyze the effect of noise on the perceptions of residents around KRL rails regarding non-auditory noise disturbances. Correlation test and regression test were conducted to measure the relationship and effect between variables. Statistical data showed that most respondents did not experience non-auditory disorders. Besides, the correlation test results showed that none of the variables (Gender, Age and Length of Stay) significantly affected respondents perceptions of non-auditory disorders, but, through a follow-up question, it was found that there were complaints that they actually experienced as the residents who lived around the tracks. The noise caused by this  KRL, which occurred to peoples houses located around the KRL tracks between Depok station and Tanjung Barat station, resulted in a noise value that exceeds the noise quality standard with the average measurement results of (showing for each measurement time) ± 80.05 dBA.

"
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Uiniversitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samosir, Lamria
"Penulisan dalam skripsi ini membahas tentang proses pembangunan bandar udara internasional Soekarno Hatta Jakarta yang telah memberikan dampak terhadap masyarakat sekitar tahun 1980-1992.
Kehadiran bandar udara internasional Soekarno Hatta Jakarta disebabkan karena bandar udara Kemayoran dan bandar udara Halim Perdanakusuma dalam tidak mampu mengatasi masalah penerbangan di Jakarta tahun 1970. Bandar udara internasional Soekarno Hatta Jakarta berfungsi untuk menampung peningkatan jumlah pengguna transportasi udara yang terjadi setiap tahunnya. Keberadaan bandar udara internasional Soekarno Hatta Jakarta menjadi pendorong berdirinya PT. Angkasa Pura II (Persero) sebagai pengelola bandar udara bagian Indonesia barat termasuk bandar udara internasional Soekarno Hatta Jakarta.
Bandar udara internasional Soekarno Hatta Jakarta menjadi bandar udara terbesar di Indonesia yang dapat menampung jumlah penumpang hingga 18.000.000/tahun. sesuai dengan fungsinya sebagai infrastruktur yang berskala domestik dan internasional maka bandar udara internasional Soekarno Hatta Jakarta telah memberikan dampak negatif dan positif yang dirasakan oleh masyarakat sekitar.
PT. Angkasa Pura II (Persero) harus menunjukkan kepeduliannya terhadap masyarakat sekitar. Terjadinya perubahan kehidupan masyarakat sekitar yang pada awalnya merupakan masyarakat tradisional agraris kini berubah menjadi masyarakat modern yang dilengkapi prasarana dan sarana memadai.

Writing in this paper discusses process development Soekarno Hatta International Airport Jakarta and Its Impact on Communities Around the year 1980-1992.
The presence of the Soekarno Hatta international airport in Jakarta due to the inability of Kemayoran airport and Halim Perdanakusuma Jakarta Aiport can troubling of flight in 1970. The Soekarno Hatta international airport in Jakarta to drive the establishment of PT. Angkasa Pura II (Persero) as the manager of the airport including the western part of Indonesia Soekarno Hatta international airport in Jakarta.
Soekarno Hatta international airport in Jakarta into the largest airports in Indonesia that can accommodate the number of passengers to 18 million/year. according to its function as an infrastructure of domestic and international scale, the international airport of Soekarno Hatta has a negative and positive impact felt by the surrounding community.
PT. Angkasa Pura II (Persero) must show concern for the surrounding community. Changes in people's lives around that was originally a traditional agrarian society now turned into a modern society that is equipped with adequate infrastructure and facilities.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Listya Nurina
"ABSTRAK
Kebakaran merupakan salah satu bentuk bencana yang dapat menimbulkan
dampak besar kepada manusia dan lingkungan. Selain itu kebakaran tersebut
dapat menyebabkan hilangnya nyawa manusia, kerugian material, kerusakan
dokumen, kerugian fasilitas, dan kerugian pada aset berharga lainnya. Sebagai
salah satu bandara internasional di Indonesia, Bandara Internasional Soekarno-
Hatta perlu menerapkan suatu sistem tanggap darurat yang baik untuk mencegah
dan menanggulangi kejadian kebakaran yang dapat saja terjadi di area lingkungan
bandara khususnya di Terminal 2, terminal dengan tingkat kepadatan penerbangan
dan pengunjung tertinggi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dan mengembangkan program tanggap darurat kebakaran di gedung terminal 2
bandara Soekarno-Hatta tahun 2012 dengan melihat pada sistem manajemen, tim
tanggap darurat, prosedur ERP, sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif,
pelatihan, dan komunikasi. Hasil audit dari ketujuh variabel tersebut kemudian
dibandingkan terhadap standar NFPA dan Peraturan-peraturan yang berlaku di
Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen sudah memiliki
komitmen terhadap tanggap darurat kebakaran. Bandara Soekarno-Hatta belum
mememiliki tim tanggap darurat atau Response team yang aktif di lapangan.
Belum tersedianya prosedur evakuasi, jalur evakuasi, dan tempat berhimpun untuk
area wilayah terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta. Sedangkan dari penilaian ratarata
dari 5 elemen sistem sarana proteksi aktif menghasilkan nilai kesesuaian
sebesar 58.73%. Untuk 7 elemen sistem sarana proteksi pasif memperoleh nilai
kesesuaian 64,86%. Pelatihan kebakaran yang diberikan baru terdiri dari
pengetahuan dasar api, pengetahuan alat pemadam api ringan portable, teori
teknik pemadaman, serta praktik penggunaan alat pemadam api ringan, Namun
pelatihan mengenai P3K dan pelatihan evakuasi belum diadakan. Sedangkan
untuk item komunikasi darurat memiliki nilai kesesuaian 100% atau seluruhnya
sudah sesuai dengan peraturan yang ada. Pengembangan Program dilakukan pada
struktur organisasi, prosedur ERP, tanggung jawab tim ERP, jalur evakuasi,
assembly point, prosedur komunikasi, dan pelatihan tanggap darurat kebakaran.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa sarana, prasarana, dan elemenelemen
tanggap darurat kebakaran pada terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta masih
perlu ditingkatkan.

Abstract
Fire is one of disaster which can cause huge impact to human and
environment. In addition, fire can cause losses of humans, material, documents,
facilities, and losses of other valuable assets. As one of international airport in
Indonesia, Soekarno-Hatta International Airport needs to implement a good fire
emergency response system as a prevention and mitigation against fire disaster
which may occur in airport area, especially in Terminal 2 which has the highest
density of flights and visitors in Indonesia. This study aims to understand and
develop fire emergency response program for Terminal 2 Building Soekarno-
Hatta International Airport 2012, based on management system, emergency
response team, ERP procedure, active protection systems, passive protectio n
systems, training and communication. Audit results of those 7 variables are then
compared to NFPA standard and regulations applied in Indonesia. The study
result that the management system has a commitment to the fire emergency
response. Soekarno-Hatta International Airport has not active emergency response
team in the field yet. Moreover, there are unavailability of evacuation procedure,
route, and assembly point for Terminal 2 area. Whereas the assessment of the
average of 5 active protection system elements means the suitability value of
58.73%. And for 7 passive protection system elements, the suitability value is
64.86%. The fire emergency training, which consists of fire basic knowledge,
lightweight portable fire extinguisher knowledge, theory of fighting technique,
and the practice of using lightweight extinguisher, but for first aidtraining and
evacuation training has not being held. For emergency communication item, the
suitability value is 100%, which means it has met the existing regulations.
Development program conducted on the organizational structure, ERP procedur,
ERP team responsibilities, evacuation routes, assembly points, communication
procedures, and emergency response training. The result of the study concludes
that the facilities, infrastructures, and emergency response elements of fire for
Terminal 2 Soekarno-Hatta International Airport still needs to be improved.
"
2012
S1521
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Galuhwati
"Bandara Soekarno-Hatta sebagai bagian dari internasional airport, merupakan prasarana yalg penting untuk transportasi. Sebagai suatu sistem yang penting dalam transportasi udarayang harus mempunyai tempat (terminal, landasan pacu, ta:riways). Disamping fasilitas bandara setiap operator harus memperhatikan kualitas pelayanan. Sistem transportasi udara tidak bisa terpisatrkan dari adarrya barrdara sebagai fasilitas utama. Meskipun de.mikian bandara bukan men4nkan tujuan ahkir perjalanan seorang penumpffig, tetapi bandara adalah tempat yang pertama yang dilihat penumpang. Bandara menjadi bagian dari industri transportais udara dan sekarang ini banyak orang menggunakan pesawat sthag:d, pilihan.
Bandara Internasional Soekarno-Hatta adalah bandara terbesar dan tersibuk di Indonesia. Berdasarkan data dari PT. Angkasa Pura, BUMN pengelola bandara sekaligus operator mencatat di tahun 2014 jumlatr penumpang mencapai 62.000.000 penumpang. Dimana kapasitas hanya mencapai 18.000.000 juta penumpang. Karena bandara Soekarno -Hattamempunyai masalah operasional dan non-operasional. Masalah operasional seperti kenaikan jumlah penumparrg, tertundanya waktu take-off dan waktu mendarat yang lama sedangkan masalah non-operasional seperti akses ke bandara Soeta susah atau macet, kurangnya taksi maupun transportasi publik.
Kita dapat membayangkan kepadatan dan kemacetan di SHIA dan kondisi yang ada akan mengurangi kepuasan penumpang. Kepuasan penumpang adalah prarr'*ri1g: untuk kelanjutan operasi bandara. SHIA memerlukan pengembangan untuk memperbaiki sistem yang ada dan sekarang SHIA mempunyai sistem baru yaitu Grand Design of SHIA. Peneliti sebelumnya telatr membahas tentang kuantitatfi indikator di SHIA seperti waktu tunggu, waktu proses dan pemanfaatan tempat di terminal menggunakan sofivare simulasi yaitu ProModel verci 7.5.
Dalam penelitian ini akan membahas kualitatif indikator di SHIA untuk melanjutkan penelitian yang ada. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi variabel dari kualitas servis sebagai referensi dalam pengembangan.

Soekarno-Hatta Airport, in particular international airports, are omong the most vital transportation infrastructures. As an essentiql system of air *ansryat infrastructure they represent the physical site (terminals, runwoys, taxiways). Besides the airport facilities each operator airport must concern about their service quality. System of air transportation fiever been separated lftrn fftv existence of the airport as the main support. Even though the airport is not the final destination, but it represented the first time looked for customer. The airport becomes the part of industry transportation and nowadays a lot of people uiing air transportation.
Soekarno-Hatta International Airport (SHU) is the biggest and the busiest in Indonesia. Based on data from Angkasa Pura II, the compony that manages or as operator SHU that passengers in 2014 amounted 62 million. V[/hereas the capacity of SHU only 18 million passengers'. Because of that SHIA has ct problem operational and non-operational. Operational problems such as increase of passenger's reduced emergency slots, time delayed take-ffi and landing.lnw. to wait too long ond non-operational problems such os access to SHU ,s congestion,lack of tmi and transportation public.
We can imagine the density ond the congestion in SHM and that conditions will make reducing of passengers' satisfaction. The possenger's sotisfaction is important matter to sustainability operation of the airport. SHIA need improvement to define the performonce of the system and now SHIA has a new system called Grand Design of SHU. Previous researchers tallrcd obout the quantitative indicators at SHU such as waiting time, processing time ,rt:d" utilization oreo terminal simulation technique using one of simulation tool, ProModel version 7.5.
In this research will discuss qualitative indicator in SHIA to continue previous research. The objective of this research is to identify the variables of serttice quality of passenger's service as reference in improving and increosing the service quality that has been provided by SHIA to its consumers and the last objective for lookingfor the relationship between quantitative and qualitative. The method used in this research is a qualitative model of service qua14, meosurement (SERVQUAL) developed by Parasuramon et al., physical meosurements PJP2U service standards established by Director General of Civil Aviation, Republic Indonesia.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42885
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Indah Budiarty
"Skripsi ini membahas manajemen pengendalian vektor di Bandara Soekarno-Hatta pada tahun 2012 karena temuan keberadaan vektor di Bandara Soekarno-Hatta cukup tinggi. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Data diambil dengan menggunakan wawancara mendalam kepada beberapa informan dan observasi lapangan.
Hasil penelitian diketahui bahwa manajemen pengendalian vektor di Bandara Soekarno-Hatta belum berjalan dengan baik. Hal utama yang menjadi perhatian karena kebijakan-kebijakan yang ada belum mendukung penyelenggaraan kegiatan pengendalian vektor di bandara.
Penulis menyarankan kepada pihak otoritas, pengelola dan regulator untuk dapat bekerjasama,berkoordinasi dalam penyelenggaraan pengendalian vektor di bandara.

This thesis discusses the management of vector control at Soekarno-Hatta in 2012 for finding the existence of a vector at Soekarno-Hatta is quite high. The study was a descriptive qualitative research design. Data taken by using the in-depth interviews to several informants and field observations.
Survey results revealed that the management of vector control at Soekarno-Hatta has not been going well. The main thing that is a concern because there are policies that do not support the implementation of vector control activities at the airport.
The author suggested to the authorities, managers and regulators can work together, coordinate the implementation of vector control at the airport.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>