Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116035 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andri Rosita
"Kematian neonatus masih merupakan masalah di dunia, hampir 2/3 dari kematian neonatal terjadi pada minggu pertama. Upaya yang dilakukan yaitu dengan meningkatkan kualitas pelayanan mulai dari bayi baru lahir hingga berusia 28 hari melalui KN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran persepsi Ibu bayi tentang kelengkapan pemeriksaan saat KN1 di Kec. Pocowarno, Kebumen periode Mei tahun 2012. Jenis penelitian ini adalah deskreptif kuantitatif dengan design cross sectional. Penelitian ini menggunakan total populasi yaitu sebanyak 108 orang ibu yang memiliki bayi >2 hari -≤6 bulan. Hasil penelitian: Rata-rata umur 28 tahun. Rata-rata paritas 2 kali, 40.7%lulus SMP, 75% ibu rumah tangga. 36.1% persalinan di rumah,82.4% ditolong bidan. 50.6% berpengetahuan baik tentang kelengkapan pemeriksaan, 2.8%merawat talipusat secara tradisional,59.3% memberi air gula/madu, 0.9%menghamparkan bayi di tampah,9.3% membuang kolostrum. 56.5%Kn1 tepat waktu,26.9% melakukan pemeriksaan dengan standar essensial, 25% menggunakan standar buku KIA. 74.1%pemeriksaan tidak dengan alat yang lengkap.39.8% Buku KIA tidak diisi dan 88.9% responden berpersepsi bahwa pemeriksaan sudah lengkap.

Neonatal mortality is still a problem in the world, nearly two thirds of neonatal deaths occur during the first week. Efforts made to improve the quality of service of the start of the newborn to the age of 28 days by visiting the neonate. The purpose of this study was to describe the baby's mother's perception of the completeness check when KN1 in the district. Pocowarno, Kebumen period May 2012. This type of research is quantitative deskiptif with cross sectional design. This study uses a total population of as many as 108 mothers who had infants> 2 days - ≤6 months. The results: The average age of 28 years. The average parity 2 times, 40.7% graduated from high school, 75% housewives. About 36.1% of births at home, 82.4% helped by a midwife. Abourt 50.6% knowledgeable both about the completeness of the examination, 2.8% traditional care of umbilcal, 59.3% gave sugar water / honey, 0.9% out the baby in "Tampah", 9.3% discard colostrum. About 56.5% neonates visited on time, 26.9% perform the essential standards, 25% using standard KIA book. About 74.1% inspection use uncomplete tool and 39.8% KIA book is not filled. About 88.9% of respondents had perception that the examination is complete.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Kholisah
"Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu penyumbang kematian neonatal di Indonesia. Kejadian BBLR di Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 11,1%. Kejadian BBLR di Kabupaten Majalengka tahun 2011 sebesar 3,7% dan proporsi terbanyak ada di wilayah Puskesmas Rajagaluh yaitu 7,6%. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi BBLR di wilayah Puskesmas Rajagaluh sebesar 7%, dan kejadian BBLR lebih tinggi pada ibu yang melahirkan dengan umur lebih dari 35 tahun, paritas lebih dari empat, jarak kehamilan kurang dari dua tahun, pada ibu yang anemia, ukuran LILA kurang dari 23,5 cm, dan pemberian tablet Fe kurang dari 90 tablet. Untuk mengatasi masalah BBLR di wilayah Puskesmas Rajagaluh perlu peningkatan kualitas antenatal pada ibu hamil, mempromosikan Keluarga Berencana dan perbaikan gizi pada ibu hamil dan Wanita sejak remaja.

Low Birth Weight Baby (LBW) is one of the contributors to neonatal mortality in Indonesia. Incidence of LBW in Indonesia in 2010 was estimated at 11.1%. Incidence of LBW in Majalengka district in 2011 by 3.7% and the highest proportion in the region Rajagaluh health center is 7.6%. This study is a descriptive study.
The results showed that the proportion of LBW in the region of Rajagaluh Health Center is 7%, and the incidence of LBW was higher in mothers who gave birth to the age of more than 35 years, parity of more than four, a distance of less than two years of pregnancy, on maternal anemia, LILA size less of 23.5 cm, and giving tablet Fe less than 90 tablets. To overcome the problem of LBW in the Rajagaluh health centers to improve the quality of antenatal in pregnant women, promoting family planning and nutrition in pregnant women and women as a teenager.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Apriliawati
"Tujuan Karya Ilmiah ini adalah untuk memperoleh gambaran penerapan Teori Konservasi Levine dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada neonatus sakit, serta memberikan gambaran pencapaian kompetensi dalam Praktik Residensi Spesialis Keperawatan Anak. Asuhan keperawatan berdasarkan Model Konservasi Levine digambarkan pada 5 kasus yang dikelola. Masalah keperawatan secara umum terjadi pada kasus adalah risiko atau gangguan pola nafas, risiko ketidakseimbangan cairan, ketidakseimbangan nutrisi, risiko gangguan termoregulasi, risiko infeksi dan risiko gangguan integritas kulit. Evaluasi yang didapatkan pada kelima kasus tersebut adalah satu bayi masih mengalami gangguan pola nafas, tidak terjadi ketidakseimbangan cairan, ketidakseimbangan nutrisi teratasi, tidak terjadi gangguan termoregulasi, tidak terjadi infeksi dan tidak terjadi gangguan integritas kulit. Sebagai Perawat Spesialis Keperawatan Anak, residen telah menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan, promotor kesehatan, edukator, konsultan, inovator dan peneliti.

The purpose of this thesis is to get description of the application of Levine conservation theory, especially in nutrition need fulfillment forneonatal illness. It also shows competency accomplishment in pediatric nursing spesialist residency practice. Nursing care is based on Levine Conservation model, which is discribed in 5 different cases. In general, frequent nursing problem occured are risk or breathing pattern ineffective, the risk of fluid imbalance, nutrition imbalance, risk of impaired thermoregulation, risk of infection and impaired skin integrity. Evaluation results in the fifth case was one baby still having problems breathing pattern, notan imbalance of fluids, nutritional imbalance was resolved, no disturbance of thermo regulation, no infection and no disruption of skin integrity. As a Pediatric Nurse Specialist, residents have been carrying out its role as provider of nursing care, health promoters, educators, consultants, innovators and researchers.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Stephanie
"Meskipun inovasi kesehatan dan perawatan gizi telah maju, penurunan pertumbuhan tetap menjadi masalah penting pada bayi prematur selama perawatan di NICU. Demi mencegah terjadinya dampak merugikan di masa depan, faktor risiko dari penurunan pertumbuhan perlu dianalisis agar dapat meningkatkan kewaspadaan dan membantu petugas kesehatan dalam memberikan perawatan terbaik untuk pasien neonatus rawat inap.
Penelitian cross-sectional ini bertujuan untuk mengidentifikasi korelasi antara berat lahir, usia gestasi, durasi untuk mencapai pemberian full enteral feeding, dan lama rawat inap terhadap penurunan pertumbuhan pada pasien neonatus rawat inap. Sebanyak 47 rekam medis neonatus (berat lahir 1000-2500, usia gestasi 28-35 minggu) yang lahir di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo antara Januari hingga Desember 2018 dikumpulkan. Data kemudian diolah dengan SPSS Statistics 20. Dari 47 subjek, 18 (38.3%) mengalami penurunan berat badan, 4 (8.5%) mengalami penurunan tinggi badan, dan 3 (6.4%) mengalami penurunan lingkar kepala.
Dalam analisa bivariat, tidak ada faktor risiko (berat lahir, usia gestasi, durasi untuk mencapai pemberian full enteral feeding, dan lama rawat inap) yang secara signifikan berhubungan dengan penurunan berat badan, tinggi badan, ataupun lingkar kepala (p > 0.05). Hal ini dikarenakan pertumbuhan subjek dalam penelitian ini hanya diikuti selama dua minggu. Namun demikian, penurunan pertumbuhan paling banyak terlihat pada berat badan, diikuti oleh tinggi badan dan lingkar kepala. Penjelasan logis untuk ini adalah karena penurunan pertumbuhan individu sendiri dimulai dengan berat badan, lalu tinggi badan, dan dalam kondisi yang parah juga melibatkan lingkar kepala. 

Despite modern health innovations and nutritional care, growth deterioration remain as a significant issue in preterm neonates treated in the NICU. To prevent adverse long- term consequences, risk factors of growth deterioration should be analyzed to increase vigilance and assist health workers in providing the best care for neonatal inpatient.
This cross-sectional study aims to identify the correlation between birth weight, gestational age, duration to achieve full enteral feeding, and length of hospitalization with growth deterioration in neonatal inpatient. A total of 47 medical records of neonates (birth weight 1000-2500, gestational age 28-35 weeks) born in Dr. Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital between January to December 2018 were collected. Data were then processed with SPSS Statistics 20. Out of 47 subjects, 18 (38.3%) experience weight deterioration, 4 (8.5%) experience height deterioration, and 3 (6.4%) experience head circumference deterioration.
In bivariate analysis, none of the risk factors (birth weight, gestational age, duration to achieve full enteral feeding, and length of hospitalization) is significantly associated with weight, height, or head circumference (p > 0.05). This is because the growth trajectories of the subjects in this study are only followed up to two weeks. However, it can be observed that growth deterioration was highest seen in weight, followed by height and head circumference. A logical explanation behind this is that a decrease in individual growth trajectory begins with weight, then height, and in severe condition head circumference. 
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarinah Bintang
"ABSTRAK
Angka Kematian Neonatal AKN di Indonesia konstan pada 19 per 1.000 kelahiranhidup. Walaupun mengalami penurunan namun tergolong lambat dibandingkan angkakematian bayi dan balita. Kelahiran kembar merupakan salah satu faktor risiko darikematian neonatal. Risiko yang ditimbulkan mencapai 6 kali dibandingkan kelahirantunggal. Kemungkinan terjadinya peningkatan angka kelahiran kembar, dan risikotinggi yang ditimbulkan, dapat menjadi ancaman bagi upaya penurunan kematianneonatal di Indonesia. Studi ini menggunakan data Survei Demografi KesehatanIndonesia SDKI 2012 dengan desain cross sectional. Tujuan penelitian untukmengetahui proporsi kelahiran kembar, dan hubungan antara kelahiran kembar dengankematian neonatal. Populasi studi melibatkan seluruh anak lahir hidup pada tahun 20072012dari wanita usia subur 15-49 tahun . Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi,diperoleh sampel sebanyak 15.083. Hasil studi menunjukkan angka kelahiran kembar diIndonesia sebesar 14 per 1.000 kelahiran, meningkat dari hasil studi sebelumnya 7,2 per1.000 kelahiran pada tahun 1997-2007, dan ada hubungan bermakna antara kelahirankembar dengan kematian neonatal dengan nilai POR 2,39; 95 CI 1,43-4,01; p-value0,00, setelah dikontrol variabel paritas dan berat bayi lahir. Anak kembar berisiko tinggikarena cenderung lahir dengan berat bayi lahir rendah, oleh karena itu ibu dengankehamilan kembar harus memenuhi kebutuhan nutrisi selama kehamilan serta perlumembatasi jumlah anak.

ABSTRACT
Neonatal Mortality Rate in Indonesia is a constant at 19 per 1,000 live births. Although decreased, but relatively slow compared to infant and under five mortality rates. Multiple birth is one of the risk factors for neonatal death. The risk of neonatal mortality for multiple births reached 6 times compared to singleton. The likelihood of increased multiple births and the high risk posed could cause a threat to efforts of reducing neonatal mortality in Indonesia. This study used Indonesia Demographic Health Survey with cross sectional design. The aim is to determine the proportion of multiple births, and to analyze association of multiple births and neonatal mortality. The study population involved 15.083 children born alive in 2007 2012, from women of reproductive age. As results, the rate of multiple births in Indonesia by 14 per 1,000 births, increased from previous study 7,2 per 1.000 births in 1997 2007. There was a significant association between multiple births with neonatal mortality, POR 2,39 95 CI 1,43 4,01 p value 0,00, after controlled parity and birth weight. Twins tend to be born with low birth weight, so mothers with multiple pregnancy should meet nutritional needs during pregnancy and need to limit the number of children. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faiqa Himma Emalia
"Ibu yang melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dirawat di NICU menghadapi stimulasi eksternal/stressor yang lebih besar karena dirawat terpisah dengan bayi, kerentanan bayi terhadap masalah kesehatan, rumitnya perawatan BBLR, dan durasi hospitalisasi bayi yang lebih lama. Hal tersebut menyebabkan ibu yang melahirkan BBLR dan dihospitalisasi di NICU berisiko tinggi mengalami maternal stress dan efikasi maternal yang rendah. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menggambarkan integrasi teori keperawatan Modeling-Role Modeling (MRM) dan Calgary Family Intervention Model (CFIM) ke dalam asuhan keperawatan pada lima ibu yang dirawat terpisah dengan bayinya, serta penerapan praktik berbasis bukti ‘Intervensi Berbasis Hubungan’ untuk meningkatkan interaksi ibu-bayi, mengurangi tingkat stress/gejala depresi, dan meningkatkan efikasi maternal. Pengelolaan kelima kasus dalam laporan ini dilakukan di dua rumah sakit yang berbeda, dengan variasi tahap psikososial yang berbeda pula. Integrasi teori MRM dan model CFIM ke dalam asuhan keperawatan menciptakan pelayanan kesehatan yang holistik, memperhatikan kebutuhan ibu nifas pada setiap tahap psikososial, serta membentuk ikatan/interaksi antara ibu dan bayi. Penulis merekomendasikan penggunaan teori MRM dan CFIM pada setiap tahap psikososial ibu dan membentuk unit perawatan ibu dan bayi yang terintegrasi dan terpusat dalam satu lokasi yang tidak berjauhan sehingga memudahkan ibu dan keluarga untuk mengunjungi bayinya.

Mothers who give birth to Low Birth Weight (LBW) babies and are admitted to the Neonatal Intensive Care Unit (NICU) have heightened external stimulation and stress. This is due to the separation between the mother and baby, the baby's increased susceptibility to health issues, the intricate nature of LBW care, and the extended duration of the baby's hospital stay. This results in a heightened vulnerability for mothers who deliver infants with LBW and require hospitalisation in the NICU, increasing their likelihood of encountering maternal stress and diminished maternal efficacy. This paper outlines the incorporation of Modeling-Role Modelling (MRM) and Calgary Family Intervention Model (CFIM) nursing theories in the care of five mothers who were hospitalised separately from their infants. Additionally, it discusses implementing the evidence-based practice 'Relationship-Based Intervention' to enhance mother-infant interactions, decrease stress levels and depressive symptoms, and enhance maternal efficacy. The study discussed the management of five cases in two distinct hospitals, each with its different psychological stages. By incorporating MRM theory and the CFIM model into nursing care, a comprehensive approach to healthcare is established, focusing on the specific requirements of postpartum women at every psychosocial phase and fostering connections and interactions between mothers and infants. The researcher proposed utilising MRM theory and CFIM at every psychological stage of the mother, and suggested the establishment of an integrated and centralised mother and baby care unit nearby, facilitating convenient visitation for mothers and families.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ricca Olivia Nastasya
"Newborn Early Warning System (NEWS) dapat mengidentifikasi tanda perburukan melalui proses sistematisdengan memetakan tanda-tanda vital pasien. Tujuan karya ilmiah ini adalah untuk menganalisis optimalisasi   asuhan keperawatam pada sistem peringatan awal neonatus menggunakan NEWS melalui pendekatan Teori Konservasi Levine. Metode karya ilmiah ini adalah studi kasus. Terdapat lima kasus neonatus yang dirawat di ruang perinatologi yang diberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan Teori Konservasi Levine. Aplikasi Teori Konservasi Levine memperhatikan empat konservasi yaitu energi, struktural personal dan sosial. Intevensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan evidence based dan intervensi lainnya. Peringatan awal dengan menggunakan NEWS terbukti efektif dalam mengidentifikasi bayi yang berisiko, memudahkan untuk melakukan intervensi secara tepat, meningkatkan kualitas hidup neonatus serta dapat meminimalkan morbiditas dan mortalitas

The Newborn Early Warning System (NEWS) can identify signs of worsening through a systematic process by mapping the patient's vital signs. The purpose of this scientific work is to analyze the optimization of nursing care in the neonatal early warning system using NEWS through Levine's Conservation Theory approach. The method of this scientific work is a case study. There were five cases of neonates who were treated in the perinatology room and were given nursing care using Levine's Conservation Theory approach. Levine's application of Conservation Theory pays attention to four conservations: energy, structural, personal, and social. Nursing interventions are based on evidence-based and other interventions. Early warning using NEWS has proven to be effective in identifying at-risk babies, making it easier to make appropriate interventions, improving the quality of life of neonates, and minimizing morbidity and mortality."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Putri Salsabila
"Ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang sangat berisiko jika terpapar virus Covid-19 karena mengalami perubahan sistem imun dan fisiologis selama masa kehamilan. Akibat infeksi virus Covid-19 yang menyerang paru-paru dan kondisi ibu yang sedang hamil maka menambah keluhan sesak napas. Hal tersebut menyebabkan bayi yang berada dalam rahim ibu harus segera dilahirkan karena berpotensi tidak mendapatkan oksigen yang cukup. Oleh karena itu, berisiko bayi lahir prematur. Kondisi bayi yang prematur menyebabkan organ bayi belum berfungsi dengan baik sehingga terdapat beberapa kondisi akibat dari bayi lahir prematur, salah satunya yaitu bayi berisiko mengalami hiperbilirubinemia. By. Ny. E merupakan bayi perempuan yang lahir dari ibu terkonfirmasi positif Covid-19 derajat berat ARDS dengan usia gestasi 32 minggu (prematur). Saat bayi berusia 3 hari, bayi mengalami ikterik dengan kadar bilirubin yang tinggi. Salah satu intervensi utama untuk menurunkan kadar bilirubin yaitu dengan fototerapi. Pada kasus ini, bayi diberikan fototerapi selama 1x24 jam. Peran perawat sangat penting dalam pemberian fototerapi neonatus. Pada kasus ini, asuhan keperawatan yang dilakukan selama pemberian fototerapi diantaranya yaitu setiap 3 jam sekali bayi dilakukan pemeriksaan tanda vital dan mengganti popok bayi, tanda vital bayi dalam batas normal, bayi tidak mengalami hipertermia, diare maupun ruam kulit akibat dari pemberian fototerapi, kulit bayi terpapar sinar fototerapi dan hanya memakai popok dan penutup mata selama pemberian fototerapi, selain itu kadar bilirubin bayi menurun setelah diberikan fototerapi selama 1x24 jam.

Pregnant women are one of the groups who are very at risk if exposed to the Covid-19 virus because they experience changes in the immune and physiological systems during pregnancy. Due to the Covid-19 virus infection that attacks the lungs and the condition of the mother who is pregnant, it adds to the complaint of shortness of breath. This causes the baby in the mother's womb to be born immediately because it has the potential to not get enough oxygen. Therefore, the risk of the baby being born prematurely. The condition of premature babies causes the baby's organs to not function properly so that there are several conditions resulting from premature babies, one of which is that babies are at risk for hyperbilirubinemia.Mrs. E’s baby is a baby girl born to a mother who was confirmed positive for COVID-19 with severe ARDS with a gestational age of 32 weeks (premature). When the baby is 3 days old, the baby has jaundice with high levels of bilirubin. One of the main interventions to reduce bilirubin levels is phototherapy. In this case, the baby was given phototherapy for 1x24 hours. The nurse's role is very important in the provision of neonatal phototherapy. In this case, the nursing care carried out during the provision of phototherapy includes every 3 hours the baby is checked for vital signs and changes the baby's diaper, the baby's vital signs is within normal limits, the baby does not experience hyperthermia, diarrhea or skin rash as a result of giving phototherapy, the baby's skin is exposed to sunlight phototherapy and wearing only a diaper and an eye patch during phototherapy, besides that, the baby's bilirubin level decreased after being given phototherapy for 1x24 hours. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rafindhra Adhitya Prihastama
"Latar belakang. Bayi kurang bulan merupakan masalah yang masih sering menghantui dunia kedokteran akibat komplikasi jangka pendek, jangka panjang, maupun kematian secara langsung. Salah satu komplikasi yang dapat muncul adalah enterokolitis nekrotikans, sebuah penyakit kegawatdaruratan gastrointestinal bersifat fatal. Enterokolitis nekrotikans sendiri dapat dicegah dengan pemberian ASI, salah satu metodenya adalah meneteskan ASI secara orofaringeal atau biasa disebut sebagai care.
Tujuan. Mengetahui perbandingan antara pemberian oral care dengan kejadian enterokolitis nekrotikans pada bayi kurang bulan, mengetahui sebaran karakteristik subjek penelitian (jenis kelamin, usia gestational, berat lahir, dan usia ibu, mengetahui angka kejadian enterokolitis nekrotikans pada bayi kurang bulan yang mendapat oral care, mengetahui angka kejadian enterokolitis nekrotikans pada bayi kurang bulan yang tidak mendapat oral care, dan mengetahui perbandingan angka kejadian enterokolitis nekrotikans antara bayi kurang bulan yang mendapat oral care dengan bayi yang tidak mendapat oral care.
Metode penelitian. Penelitian dilakukan dengan metode crosssectional komparatif pada bayi kurang bulan yang dirawat di NICU RSCM pada tahun 2016-2017 dengan jumlah total subjek sebanyak 144 orang dan dipilih secara random sampling. Sumber data merupakan rekam medis dan pengambilan data dilakukan selama 6 bulan dari Januari hingga Agustus 2018.
Hasil penelitian. Dari 144 pasien, didapatkan 72 bayi kurang bulan mendapat oral care dan 72 bayi kurang bulan tidak mendapat oral care. Dari kedua kelompok tersebut, ditemukan adanya perbedaan pada masa gestasi (p=0,006) dan berat lahir bayi (p=0.042). Pada 72 bayi kurang bulan yang mendapat oral care, terdapat 19 bayi kurang bulan yang mengalami enterokolitis nekrotikans dan pada 72 bayi kurang bulan lainnya yang tidak mendapatkan oral care, terdapat 9 bayi kurang bulan yang tidak mendapatkan oral care. Perbandingan kedua kejadian enterokolitis nekrotikans pada kedua kelompok tersebut adalah 26.4% banding 12.5%. Dengan menggunakan analisis kategorik, didapatkan hubungan antara oral care dengan kejadian enterokolitis nekrotikans (p=0.036).
Kesimpulan. Terdapat hubungan antara pemberian oral care dengan angka kejadian enterokolitis nekrotikans. Namun penelitian lebih lanjut dengan skala yang lebih besar harus untuk menentukan melihat hasil lebih spesifik dan lebih lanjut mengenai sebab-akibat.

Introduction. Premature infants still pose a big problem in the medicine due to its association with high morbidity and mortality. Necrotizing enterocolitis, or NEC, a gastrointestinal emergency case, is one of the complications that rises from prematurity. NEC can be prevented with breast milk, especially mothers own milk, through oropharyngeal administration, or in other words, oral care.
Objectives. To determine comparison between oral care administration with necrotizing enterocolitis incidence on preterm infants, to determine the distribution of subjects based on characteristic (gender, gestational age, birth weight, and mothers age), to determine the incidence of necrotizing enterocolitis on preterm infants with oral care administration, to determine the incidence of necrotizing enterocolitis on preterm infants without oral care, and to compare the incidence of necrotizing enterocolitis between preterm infant with and without oral care.
Methods. A cross-sectional study was conducted on preterm infants who were treated in Neonatal Intensive Care Unit of Cipto Mangunkusumo Hospital between 2016 and 2017. There were 144 subjects chosen by simple random sampling. Medical record from Perinatology Division was the source of data and data was taken from January until August 2018.
Result. From 144 Premature infant, there were 72 premature infants with oral care and 72 premature infants without oral care. In those two groups, two characteristics, gestational age (p=-0.006) and birth weight (p=0.042), were significantly different. There were 19 preterm infants with oral care and 9 preterm infants without oral care who suffered from necrotizing enterocolitis. The proportion of necrotizing enterocolitis in these two groups is 26.4%:12.5% The difference is significant (p=0.036).
Conclusion. There is a significant association between oral care and the incidence of necrotizing enterocolitis, though further larger studies must be conducted to obtain more detailed results.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Kurniaty Ika Sari
"Pemulangan bayi dengan pemakaian selang orogastrik dapat berisiko terjadinya masalah risiko gangguan pertumbuhan karena ketidaksiapan orang tua/pengasuh dalam perawatan bayi di rumah. Studi kasus ini bertujuan untuk memberikan gambaran penerapan Model Adaptasi Roy terhadap asuhan keperawatan pada neonatus dengan risiko gangguan pertumbuhan di ruang perinatologi. Terdapat tiga kasus dengan masalah keperawatan risiko gangguan pertumbuhan yang didapat melalui pengkajian perilaku mode fisiologis dan interdependensi selama perawatan di ruang perinatologi. Tindakan keperawatan yang dilakukan dengan mengelola stimulus untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku adaptif pada bayi. Hasil menunjukkan bahwa Model Adaptasi Roy dapat digunakan dalam asuhan keperawatan pada bayi dengan masalah risiko gangguan pertumbuhan melalui penggunaan media video tentang pemberian minum bayi melalui selang orogastrik sebagai sarana edukasi kepada ibu sebagai pengasuh utama bayi di rumah. Terjadi respons efektif pada mode interdependensi melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam pemberian minum bayi melalui selang orogastrik. Model Adaptasi Roy diharapkan dapat diterapkan dalam optimalisasi asuhan keperawatan bayi dengan masalah risiko gangguan pertumbuhan di ruang perinatologi.

Infant’s discharge using orogastric tube could pose a risk growth failure due to the incapable of the parents/caregivers in caring for infant at home. This case study aims to provide an overview of the application of Roy's Adaptation Model in nursing care for infants at risk of growth failure in perinatology. There are three cases with nursing problems at risk of growth failure obtained through the assessment of physiological mode behavior and interdependence during hospitalization. Nursing intervention are carried out by managing stimuli to increase and maintain adaptive behavior in infants. The results show that Roy's Adaptation Model could be used in nursing care for infants with risk of growth failure through the use of video about infant feeding through an orogastric tube as media education for mothers as being main caregivers of infants at home. There was an effective response in the interdependence mode with the increasing mother's knowledge and skill in orogastric tube feeding. Roy Adaptation Model is expected to be applied in optimizing nursing care for infants with risk of growth failure in perinatology."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>