Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 62004 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jabnes Satria
"Ketika gempa bumi terjadi di Indonesia seperti gempa di Aceh, Sumatera Barat, banyak bangunan gedung, rumah dan fasilitas umum yang rusak. Hal ini menyadarkan banyak pihak bahwa daerah Sumatera merupakan daerah rawan gempa yang disebabkan Indonesia terletak pada wilayah pertemuan tiga lempeng. Di pulau Sumatera masih banyak struktur rumah adat yang tahan terhadap gempa, salah satu contohnya adalah rumah adat tradisional minangkabau. Faktor yang menyebabkan keunggulan rumah adat tersebut yaitu beratnya yang ringan, konstruksi bangunan yang kuat. Pada penelitian ini akan dilakukan peninjauan terhadap ketinggian tiang (panggung), kemiringan tiang, dan pengaruh pondasi umpak pada rumah adat tradisional minangkabau akibat beban gempa yang akan dianalisis dengan model rumah adat satu lantai secara 3 dimensi . Hasil dan analisis penelitian ini menunjukan bahwa kemiringan tiang yang besar, dan ketinggian tiang yang jauh dari lantai akan memberikan prilaku struktur yang tidak baik yang disebabkan oleh gaya geser dan lendutan yang besar. Pondasi umpak pada struktur rumah adat tradisional minangkabau memberikan isolasi dasar yang baik dan dapat mengurangi efek beban gempa secara signifikan namun menimbulkan deformasi sehingga kodisi bangunan tidak kembali pada kondisi awal.

When the earthquake occurred in Indonesia such as the earthquake in Aceh, West Sumatra, many buildings, homes and public facilities were damaged. It is aware that a lot of the Sumatra region is prone to earthquakes because Indonesia is located at the confluence of three plates. On the island of Sumatra is still many traditional house resistant to earthquakes, one example is the traditional Minangkabau traditional house. Factors that led to the custom house advantage is light weight, strong construction. This research will be conducted a review of the column height (stage), the slope of the column, and the influence of foundation umpak at the Minangkabau's traditional house due to earthquake loads to be analyzed with custom home models one floor in 3 dimensions. Results and analysis of this research showed that the slope of the pole, and the pole height that far from the floor structure will give bad behavior caused by the shear force and large deflection. the umpak foundation at the minangkabau's traditional house give a good isolation and can reduce the effects of earthquake loads significantly but cause a deformation so that the building does not return in initial condition."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S45474
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vemi Xafiera
"Rumah Gadang adalah arsitektur vernakular Minangkabau yang merefleksikan identitas budaya masyarakat setempat. Penelitian ini mengkaji adaptabilitas Rumah Gadang di Kawasan Saribu Rumah Gadang, Solok Selatan, dalam upaya pelestarian arsitektur vernakular Minangkabau. Melalui observasi lapangan dan wawancara mendalam, penelitian ini menganalisis perubahan yang terjadi pada aspek tangible (bentuk, material, dan tata ruang) dan intangible (hubungan antara masyarakat dan wisatawan) Rumah Gadang sebagai upaya adaptasi terhadap perkembangan zaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa revitalisasi Rumah Gadang oleh Kementerian PUPR dan renovasi oleh masyarakat setempat dengan melibatkan Tukang Tuo, menggunakan material lokal, dan mempertahankan bentuk dan tata ruang asli, merupakan upaya pelestarian yang selaras dengan prinsip-prinsip arsitektur vernakular. Kehadiran wisatawan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian masyarakat dan menjadi faktor pendorong pelestarian Rumah Gadang. Dengan demikian, perubahan yang terjadi pada Rumah Gadang di Kawasan Saribu Rumah Gadang dapat dipandang sebagai upaya adaptasi untuk melestarikan warisan budaya Minangkabau agar dapat terus berkembang di masa depan.

Rumah Gadang is a Minangkabau vernacular architecture that reflects the cultural identity of the local community. This research examines the adaptability of Rumah Gadang in the Saribu Rumah Gadang Area, South Solok, in an effort to preserve Minangkabau vernacular architecture. Through field observations and in-depth interviews, this study analyzes the changes occurring in the tangible aspects (form, materials, and layout) and intangible aspects (relationship between community and tourists) of Rumah Gadang as an effort to adapt to the changing times. The results show that the revitalization of Rumah Gadang by the Ministry of Public Works and Public Housing and renovations by the local community, involving Tukang Tuo (traditional builders), using local materials, and maintaining the original form and layout, are preservation efforts that are in line with the principles of vernacular architecture. The presence of tourists has made a positive contribution to the community's economy and has become a driving factor for the preservation of Rumah Gadang. Thus, the changes occurring in Rumah Gadang in the Saribu Rumah Gadang Area can be seen as an effort to adapt and preserve the Minangkabau cultural heritage so that it can continue to develop in the future."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Myrtha Soeroto
Jakarta: Myrtle Publishing, 2005
720.598 MYR p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Vellinga, Marcel
Leiden : KITLV Press, 2004
722.598 VEL c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Desy C. Marta Dewi
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S48223
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1982
899.224 4 PAN
Koleksi Publik  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1982
899.224 4 PAN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Nur Oesman
"Masyarakat Minangkabau yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia mengalami penurunan rasa kepercayaan diri akan identitas. Untuk meningkatkannya, perlu pemahaman lebih terhadap unsur budaya. Gonjong sebagai salah satu elemen arsitektur sekaligus merupakan unsur budaya menjadi hal yang tepat untuk dipahami. Pemahaman dilakukan dengan pencarian pemaknaan gonjong yang merupakan bentuk atap yang digunakan pada Rumah Gadang. Pemaknaan gonjong dibahas berdasasarkan teori semiotika. Dalam semiotika terdapat proses semiosis abadi yaitu perkembangan pemaknaan yang terjadi terus menerus. Pembahasan perkembangan pemaknaan dalam semiotika membutuhkan latar belakang kebudayaan masyarakat yang mengalami. Dalam perkembangan kebudayaan masyarakat Minangkabau, pengaruh Islam yang sangat kuat menimbulkan banyak pergeseran pemaknaan. Pergeseran makna yang sudah tertanam berkembang pada perkembangan pemaknaan ke arah expression atau bentuk penanda, yaitu gonjong.
Minangkabau people which spreaded all around Indonesia is having a decreased self confidence in identity. To solve this issue, the people of Minangkabau needs a deeper understanding about their cultural elements. Gonjong as an architectural element which also acts as cultural elements are important to be understood. The understanding of gonjong is received by doing research on interpretation of gonjong as the roof of Rumah Gadang. Theory of semiotics is used to find the interpretation of gonjong. The theory of semiotics explains about the infinite process of semiosis which means the continuous evolution of interpretation. This evolution of interpretation have to be discussed along with the cultural background of the civilization. In the case of Minangkabau’s cultural development, the strong influence of Islam creates many shifting of meanings. The shifting of meanings is developed into “expression” or the form of the sign, which is gonjong."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55231
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid S. Suryo
Jakarta : Yayasan Gebu Minang, 1993,
R 915.981 3 Min
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Samiya Romzy
"Penelitian ini menggali fenomena simulacra dalam arsitektur tradisional Indonesia yang termanifestasi di luar negeri, khususnya pada Minangkabau House di Rotterdam dan The House of Five Senses di Kaatsheuvel, Belanda. Di era hiperrealitas, di mana realitas dan replika saling melebur, penelitian ini menelusuri dampak simulacra terhadap persepsi dan pengalaman terhadap arsitektur tradisional. Arsitektur, sebagai seni merancang ruang dan lingkungan, memiliki peran sentral dalam membentuk hubungan manusia dengan lingkungannya. Namun, teori postmodernisme, terutama konsep simulacra, merubah paradigma pandangan kita terhadap realitas. Melalui analisis visual dan pemahaman konsep simulacra, penelitian ini bertujuan untuk membedakan arsitektur yang bersifat simulatif dari yang memiliki keaslian tertanam dalam tradisi. Studi kasus di Rotterdam dan Kaatsheuvel mengungkapkan bagaimana replika arsitektur tradisional Indonesia melebur dengan lingkungan sekitarnya, menciptakan suasana dimana batas antara asli dan replika menjadi kabur. Dalam Minangkabau House dan The House of Five Senses, simulacra memanifestasikan dirinya dalam replika yang menantang untuk dibedakan dari yang asli. Dalam masyarakat yang terus terpapar media hiperreal, tantangan memahami identitas asli suatu struktur menjadi lebih kompleks. Penelitian ini, melalui landasan teoritis simulacra, mengeksplorasi hingga sejauh mana konsep ini membentuk pengalaman terhadap arsitektur tradisional di luar negeri dan dampaknya terhadap persepsi masyarakat tentang otentisitas. Dengan demikian, penelitian ini merintis jalan menuju pemahaman yang lebih dalam tentang identitas dan makna arsitektur tradisional Indonesia di era hiperrealitas.

This study delves into the phenomenon of simulacra within traditional Indonesian architecture manifested abroad, particularly in the Minangkabau House in Rotterdam and The House of Five Senses in Kaatsheuvel, Netherlands. In the era of hyperreality, where reality and replicas seamlessly merge, this research explores the impact of simulacra on perceptions and experiences of traditional architecture. Architecture, as the art of designing spaces and environments, plays a central role in shaping human relationships with their surroundings. However, postmodernism, notably the concept of simulacra, has transformed our paradigm of reality. Through visual analysis and an understanding of the simulacra concept, this study aims to distinguish between architecture that is simulative and that which embeds authenticity within tradition. Case studies in Rotterdam and Kaatsheuvel reveal how replicas of traditional Indonesian architecture blend with their surrounding environments, creating an atmosphere where the boundaries between the original and the replica become blurred. In Minangkabau House and The House of Five Senses, simulacra manifest themselves in replicas that challenge differentiation from the authentic. In a society continually exposed to hyperreal media, the challenge of understanding the authentic identity of a structure becomes more complex. This research, grounded in the theoretical framework of simulacra, explores the extent to which this concept shapes the experience of traditional architecture abroad and its impact on society's perception of authenticity. Thus, this study paves the way towards a deeper understanding of the identity and meaning of traditional Indonesian architecture in the era of hyperreality."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>