Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181131 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
cover
cover
Muchammad Baihaqi Muslich
"Paris agreement yang diadakan tahun 2015 telah menyepakati untuk menjaga suhu kenaikan bumi dibawah 2 sehingga mendorong negara-negara yang terlibat untuk melakukan transisi sektor industri menuju sektor industri yang lebih berkelanjutan dan bersih. Penelitian ini berfokus pada model dekarbonisasi sektor industri dengan optimisasi biaya termurah di Indonesia hingga tahun 2050 untuk mendapatkan portofolio teknologi pengguna akhir untuk mencapai target penurunan emisi. Optimisasi biaya termurah dilakukan menggunakan software TIMES dengan variabel keputusan portofolio teknologi. Hasil penelitian menunjukkan kapasitas terpasang industri baja, semen, alumunium, ammonia, metanol, kertas mengalami peningkatan, masing-masing menjadi 31 juta ton, 353 juta ton, 1.4 juta ton, 17 juta ton, 2.4 juta ton, dan 22 juta ton. Teknologi baru rendah karbon digunakan untuk mencapai skenario rendah karbon seperti penggunaan secondary scrap pada industri baja, pengunaan biomass dan pengurangan clinker ratio pada industri semen, penggunaan secondary alumunium pada industri alumunium, pengunaan listrik bersih pada industri ammonia dan metanol, serta penggunaan biomass pada industri kertas. Skenario LCS menghasilkan jejak karbon pada tahun 2050 untuk industri baja sebanyak 216 kgCO2e/ton, untuk industri semen sebanyak 459 kgCO2e/ton, untuk industri alumunium sebanyak 308 kgCO2e/ton, untuk industri ammonia sebanyak 640 kgCO2e/ton, untuk industri metanol sebanyak 320 kgCO2e/ton, dan industri kertas sebanyak 1,76 tonCO2e/ton. Biaya produksi untuk industri baja, semen, alumunium, ammonia, metanol, kertas pada tahun 2050 masing-masing adalah 502 USD/ton, 87 USD/ton, 84 USD/ton, 411 USD/ton, 260 USD/ton, 1004 USD/ton. Hasil studi menunjukkan bahwa penurunan emisi memiliki dampak yang signifikan pada biaya produksi yang dibutuhkan.

The Paris Agreement held in 2015 agreed to keep the temperature of the earth rising below 2 °C so as to encourage the countries involved to transition the industrial sector towards a more sustainable and cleaner industrial sector. This research focuses on the decarbonization model of the industrial sector with the cheapest cost optimization in Indonesia until 2050 to obtain a portfolio of end-use technologies to achieve emission reduction targets. The cheapest cost optimization is done using TIMES software with technology portfolio decision variables. The results showed that the installed capacities of the steel, cement, aluminum, ammonia, methanol, and paper industries increased to 31 million tons, 353 million tons, 1.4 million tons, 17 million tons, 2.4 million tons, and 22 million tons, respectively. New low-carbon technologies are used to achieve low-carbon scenarios such as the use of secondary scrap in the steel industry, the use of biomass and reduced clinker ratio in the cement industry, the use of secondary aluminum in the aluminum industry, the use of clean electricity in the ammonia and methanol industries, and the use of biomass in the paper industry. The LCS scenario produces a carbon footprint in 2050 for the steel industry of 216 kg CO2e/ton, for the cement industry of 459 kg CO2e/ton, for the aluminum industry of 308 kg CO2e/ton, for the ammonia industry of 640 kg CO2e/ton, for the methanol industry of 320 kg CO2e/ton, and for the paper industry of as much as 1.76 tons CO2e/ton. Production costs for the steel, cement, aluminum, ammonia, methanol, and paper industries in 2050 will be, respectively, 502 USD/ton, 87 USD/ton, 84 USD/ton, 411 USD/ton, 260 USD/ton, and 1004 USD/ton. The study results show that reducing emissions has a significant impact on the required production costs."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Makmun Abdullah
"Pada tanggal 25 - 27 September 2015 yang lalu telah dilangsungkan Sustainable Development Summit 2015 di New York Amerika Serikat. Dalam kesempatan ini, pemerintah Indonesia telah meratifikasi dan menegaskan komitmen dalam pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) yang merupakan
bagian dari agenda pembangunan berkelanjutan baru yang akan diberlakukan dalam 15 tahun ke depan. SDGs terdiri atas 17 tujuan dan 169 target yang saling terkait, terintegrasi, dan tak terpisahkan, serta lebih komprehensif jika dibandingkan dengan Millennium Development Goals (MDGs) yang hanya terdiri atas delapan tujuan dan 18 target. MDGs tidak secara eksplisit memiliki komponen energi di antara delapan tujuannya, namun akses terhadap layanan energi modern dipandang sebagai persyaratan utama dalam mencapai beberapa tujuan yang ada. Adapun tujuan SDGs dalam bidang energi menyatakan tentang jaminan akses energi yang terjangkau, handal, berkelanjutan, dan modern untuk semua, peningkatan proporsi energi terbarukan dalam bauran energi global, memperbaiki efisiensi energi, meningkatkan kerjasama energi internasional, dan mengembangkan infrastruktur serta meningkatkan teknologi energi yang modern dan berkelanjutan. Indonesia akan menghadapi tantangan dalam pencapaian tujuan SDGs terutama terkait dengan beban utang pemerintah, peran energi fosil yang masih besar dalam bauran energi,
penggunaan energi yang belum efisien, dan pengembangan potensi energi terbarukan. Untuk mengatasi tantangan tersebut, pemerintah perlu memperbarui rencana kebijakan energi nasional menyesuaikan dengan target SDGs, melakukan upaya terobosan dalam upaya pengembangan energi terbarukan, mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil, dan meningkatkan kapasitas SDM dan riset bidang energi. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada deskripsi dan analisis kebijakan dalam pengelolaan energi nasional untuk mengimplementasikan target SDGs di Indonesia."
Bandung: Pusat pendidikan dan pelatihan mineral dan batubara, 2015
622 TMB 9:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jakarta: Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2009
622.198 MIN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
David Karunia Mulyono
"Industri Semen dan Industri Tekstil merupakan dua subsektor padat energi dari sektor industri. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu kajian terhadap kebutuhan energi dari keduanya pada tahun 2020 supaya dapat dijadikan dasar bagi Pemerintah dalam mengambil kebijakan yang dianggap perlu. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah permodelan dengan menggunakan sistem dinamik. Setelah dilakukan perhitungan, untuk industri semen dengan tingkat pertumbuhan konsumsi per kapita sebesar 3,4% per tahun maka dibutuhkan tambahan kapasitas pabrik semen sebesar 10.000.000 ton pada awal tahun 2015 sehingga total kebutuhan energi untuk industri semen Indonesia pada tahun 2020 adalah 2.831.647,28 BOE. Untuk industri tekstil dengan tingkat pertumbuhan konsumsi per kapita sebesar 10% per tahun tingkat intensitas energi pada tahun 2020 adalah 109.897,91 BOE/ juta orang.

Cement Industry and Textile Industry are the two energy-intensive subsectors of the industrial sector. Therefore it needs to do a study on energy needs of both in 2020 so that can be used as the basis for government in making policies that are considered necessary. The method used in this study is modeling using dynamic system. After doing the calculations, for the cement industry with a growth rate of consumption per capita of 3.4% per year is required additional capacity of 10 million tonnes cement plant in early 2015 so that total energy demand for Indonesian cement industry in 2020 will be 2.831.647,28 BOE. For the textile industry with a growth rate of consumption per capita by 10 % peryear rate of energy intensity in 2020 will be 109.897,91 BOE / million people ."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51687
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Bintang Pratiwi
"Untuk melindungi dan meningkatkan nilai sumber daya energi dan mineral, Indonesia mengeluarkan aturan local content requirement berupa persyaratan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) melalui Peraturan Menteri (Permen) ESDM pada sektor minyak dan gas serta sektor mineral dan batubara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana hukum WTO mengatur mengenai local content requirement sebagai hambatan perdagangan non-tarif dan apakah peraturan-peraturan local content requirement yang dikeluarkan oleh Indonesia bertentangan dengan prinsip national treatment ditinjau dari perjanjian-perjanjian multilateral WTO dan putusan-putusan panel Dispute Settlement Body (DSB) WTO. Berdasarkan hasil penelitian yang menggunakan metode yuridis normatif, dapat disimpulkan bahwa perjanjian-perjanjian WTO seperti GATT, TRIMS, SCM Agreement, dan GATS melarang tindakan yang mendiskriminasi barang dan/atau jasa luar negeri dibandingkan dengan barang dan/atau jasa dalam negeri, dan dikuatkan pula oleh putusan panel DSB pada kasus LCR seperti Turkey – Rice dan Canada – Autos. Dengan demikian, maka Permen ESDM yang mensyaratkan penggunaan kandungan lokal dan memberikan preferensi harga bagi produk yang mencapai persentase TKDN tertentu tidak sesuai dengan hukum WTO
In order to protect and add value to its energy and mineral’s resources, Indonesia issued some regulations related to local content requirements (TKDN) through the Minister of Energy and Mineral Resources’ (MEMR) Regulations in oil and gas sector and minerals and coal sector. This research’s purpose is to analyze WTO rulings about local content requirements as a non-tariff barrier and to determine whether aforesaid Indonesian local content requirement is in violation with WTO national treatment principle in terms of WTO multilateral agreements and WTO Dispute Settlement Body (DSB) reports. Based on this normative legal research, it can be concluded that WTO Agreements such as GATT, TRIMS, SCM Agreement, and GATS prohibit any discriminative measures towards foreign content compared to local content, and DSB Panel upheld this within LCR cases such as Turkey – Rice and Canada – Autos. Therefore, MEMR Regulations about any requirements to use local contents and price preferences given to products containing specific percentage of local products are prohibited by WTO Laws."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>