Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9278 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wheatley, Margareta
San Francisco: Berrett-Koehler, 2011
307.1 WHE w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Moh. Roubal Arif Khan
"Yayasan Arek Lintang adalah salah satu organisasi non pemerintah yang menangani anak jalanan, dengan mernbuat program intervensi tidak hanya kepada anak jalanan, tetapi juga program intervensi kepada keluarga anak jalanan.
Kajian penelitian ini adalah efektifitas program pemberdayaan ekonomi untuk orang tua dan anak jalanan dengan mengambil studi kasus program pengembangan kewirausahaan bagi orang tua dan program pengembangan minat dan bakat bagi anak-anak jalanan. Kemudian dikaji pula faktor-faktor apa yang mempengaruhi efektifitas program. Pengumpulan data melalui observasi lapangan, studi dokumenter, wawancara pada seluruh peserta program yakni 16 orang tua dan 16 anak jalanan, dan wawancara mendalam pada 5 orang tua dan 5 anak jalanan.
Analisis evaluasi menggunakan Pendekatan Sistem Analisis data menghasilkan kesimpulan bahwa program pengembangan kewirausahaan orang tua tidak berjalan efektif, sedangkan program pengembangan minat dan bakat anak jalanan berjalan cukup efektif. Program pemberdayaan ekonomi yang dilaksanakan Alit bisa dikatakan belum menunjukkan Hasil seperti yang diharapkan.
Dampak positif yang terlihat adalah tumbuhnya kesadaran orang tua untuk tidak lagi membiarkan anak-anaknya bekerja di jalanan, berkurangnya aktifitas anak di jalanan, bahkan ada yang sudah lepas dari jalanan, dan adanya kegiatan produktif anak untuk mengisi waktu luang. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas program terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal, meliputi kualitas SDM para staf pendamping, ketersediaan fasilitas penunjang, minat dan motivasi peserta program, dukungan keluarga, masyarakat, dan mekanisme kontrol serta monitoring program.
Sebagai bagian dari perencanaan pembangunan sosial, program penanganan anak jalanan hendaknya disusun dengan menggunakan Model Perlindungan Flak Anak dan Peningkatan Life Skill, Strategi yang digunakan adalah strategi perlindungan (protection) dan pemberdayaan (empowerement). Melalui pemenuhan hak-hak dasar anak dan meningkatnya kemampuan hidup anak dan orang tuanya, ketergantungan keluarga dari pekerjaan di jalanan menjadi berkurang. Selanjutnya, aktivitas anak di jalanan menjadi berkurang atau bahkan tidak ada lagi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T3520
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Washington: Council for Research in Values and Philosophy, 2008
307 DIA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hershey: Information Science Reference, 2012
021.2 PAR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Luxmaning Hutaki Widiastari
"Penyederhanaan birokrasi dilakukan untuk mengurangi panjangnya birokrasi pemerintah dan meningkatkan kinerja pegawai. Alih-alih meningkatkan kinerja pegawai, penyederhanaan birokrasi yang menyebabkan perubahan pada jenjang karir pegawai aparatur ini, memiliki dampak resistensi, kebingungan, kesulitan, dan kekhawatiran mengenai masa depan karir jabatan fungsional. Penelitian ini terdiri dari dua studi dan dilakukan di Instansi X di Provinsi Lampung. Studi satu bertujuan untuk melihat hubungan persepsi pengembangan karir terhadap kinerja yang dimediasi motivasi kerja pada pegawai negeri sipil di instansi X. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional yang menggunakan kuesioner self-report yaitu kuesioner kinerja, kuesioner persepsi pengembangan karir dan kuesioner motivasi kerja. Jawaban dari 136 partisipan dianalisis menggunakan analisis statistik Process Macro 4.0 dari Hayes pada aplikasi SPSS ver.26 menunjukkan terjadi mediasi signifikan (indirect effect p < 0,05) oleh variabel motivasi pada pengaruh persepsi pengembangan karir terhadap kinerja aparatur sipil negara. Kemudian dilanjutkan dengan studi dua yaitu intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan persepsi pengembangan karir dalam upaya untuk meningkatkan kinerja pegawai negeri sipil. Intervensi career coaching kemudian diberikan kepada partisipan survei yang memiliki skor rendah pada ketiga variabel yang diteliti. Hasil analisis statistik menunjukkan kegiatan coaching ini tidak berpengaruh secara signifikan pada skor survey antara sebelum dan sesudah intervensi dilakukan (p > 0,05).

The bureaucracy is simplified to reduce the length of the government bureaucracy and improve employee performance. Instead of improving employee performance, the simplification of the bureaucracy that causes changes in the career path of this apparatus has the impact of resistance, confusion, difficulties, and concerns about the future career of functional positions. This research consisted of two studies and was conducted at Institution X in Lampung Province. Study one aims to see the relationship between perceptions of career development and performance mediated by work motivation of civil servants in agency X. This research is a quantitative correlational study that uses self-report questionnaires, namely performance questionnaires, career development perceptions questionnaires and work motivation questionnaires. The answers of 136 participants were analyzed using the Statistical analysis Process Macro 4.0 from Hayes on the SPSS ver.26 application indicating that there was a significant mediation (indirect effect p < 0.05) by the motivation variable on the perceived influence of career development on the performance of the state civil apparatus. Then proceed with the second study, namely the intervention that aims to increase the perception of career development in an effort to improve the performance of civil servants. Career coaching interventions were then given to survey participants who had low scores on the three variables studied. The results of statistical analysis showed that this coaching activity did not significantly affect the survey score between before and after the intervention was carried out (p > 0.05)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Geertz, Clifford
Chicago and London: The University of Chicago Press, 1963
338.09 GEE s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fawzia Puji Insani
"Perancangan kota kontemporer yang dirumuskan oleh pemerintah dan planner cenderung berfokus pada keteraturan secara visual, dan mengabaikan bagaimana suatu kota dapat dirasakan dengan multi-sensori (Degen & Rose, 2012). Sejak era modernisme, salah satu konsep yang mengutamakan visual adalah apa yang digagas Nikolaus Pevsner melalui majalah The Architectural Review, yaitu picturesque. Gagasan tersebut tentang bagaimana merancang kota yang indah secara visual layaknya sebuah lukisan. Di 1961, Jane Jacob mengkritik perencanaan kota modern yang hanya mengutamakan visual dan menurutnya tidak manusiawi. Berbagai kritik juga menekankan hal yang serupa, bahwa perancangan berbasis visual seringkali mengabaikan hal-hal yang tidak terlihat seperti makna, sejarah, dan fungsi dari suatu bangunan itu sendiri (Macarthur, 2012). Melihat adanya celah tersebut, penelitian ini mencoba memperkaya keilmuan rancang kota dengan mengeksplor pengalaman sensori manusia tidak hanya secara visual, namun juga memanfaatkan panca indera lainnya. Berangkat dari teori persepsi yang dicetuskan oleh Gibson di tahun 1983, penelitian ini mencoba memahami bagaimana mekanisme ruang kota bekerja dalam mempengaruhi pengalaman multi-sensori manusia, dan apa arahan yang terpat dalam merancang ruang kota berbasis pengalaman multi-sensori manusia. Berlokasi di jalur pedestrian sekitar Stasiun Jatinegara, Jakarta Timur, penelitian ini melihat bahwa perancangan ruang kota berbasis pengalaman multi-sensori dapat dilakukan dengan mengontrol stimulan atau membangun stimulan baru. Mengontrol stimulant dapat dilakukan dengan re-konfigurasi ruang dengan menambah elemen yang bersifat menghalangi, menyaring, mengurangi, atau memperkuat stimulan. Membangun stimulan baru dapat dilakukan dengan menambah elemen yang menstimulasi untuk mengaktifkan kognitif, mengarahkan, atau mempengaruhi afeksi manusia

Contemporary city design as formulated by governments and planners tends to focus on visual order and ignore how a city can be perceived as multisensory (Degen & Rose, 2012). Following the era of modernism, one concept that prioritizes visuals was initiated by Nikolaus Pevsner in The Architectural Review magazine, namely the picturesque. This idea concerns how to design a city with visual beauty, akin to a painting. In 1961, however, this tendency for modern city planning to revolve around visuals was criticized by Jane Jacob, who deemed it inhuman. Various critics also emphasize the same point that visual-based design often neglects aspects that are not visible, such as the meaning, history, and function of the building itself (MacArthur, 2012). Seeing this gap, this research tries to enrich the science of urban design by exploring human sensory experiences through utilizing not only visuals, but also the other four senses. Departing from the theory of perception as put forward by Gibson in 1983, this research endeavors to understand how the mechanism of urban space works to affect multisensory human experiences and the directions in designing urban space based on these experiences. Taking place on the pedestrian path around Jatinegara Station, East Jakarta, this study observes that multisensory experience-based urban space design can be done by controlling stimulants or building new ones. The former can be accomplished by reconfiguring the space through adding elements that block, filter, reduce, or strengthen the stimulants, while the latter can be realized by adding stimulating elements to activate cognition or to direct or influence human affection."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dillan Satyagama
"Dengan beroperasinya MRT Jakarta, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menetapkan beberapa kawasan di sekitar stasiun menjadi kawasan perencanaan Transit Oriented Development. Namun keterbatasan lahan yang tersedia masih menjadi hambatan utama pembangunan infrastruktur. Untuk mengatasi masalah ini, konsolidasi tanah diusulkan menjadi metode alternatif pengadaan lahan sekaligus penataan kawasan. Untuk dapat menyusun model konsolidasi tanah, penelitian ini terlebih dahulu melakukan analisis terhadap kondisi land use eksisting TOD MRT Jakarta, kemudian membandingkannya dengan kondisi land use ideal pada TOD hasil benchmarking akan dapat dianalisis gap yang ada. Selanjutnya dilakukan intervensi pada model land use TOD MRT Jakarta dengan memasukkan scenario konsolidasi lahan. Berdasarkan hasil analisis finansial, model konsolidasi lahan memberikan nilai NPV sebesar 125 Triliun rupiah dan IRR 15,94% selama 30 tahun masa operasional kawasan TOD. Sementara nilai lahan cadangan/reserved area yang diperoleh dari kontribusi peserta konsolidasi lahan hanya mampu menutupi 16% dari total biaya konsolidasi lahan yang meliputi biaya relokasi, administrasi, dan pembangunan infrastruktur umum.

Since the operation of MRT Jakarta, the government establish the plan to build TOD around several MRT Jakarta’s station. However, the lack of land availability still become the main obstacle for infrastructure development. To overcome this problem, land consolidation proposed to be alternative solution for land acquisition and urban redevelopment. In order to create a proposed land consolidation model, this research conduct analysis of existing land use of TOD MRT Jakarta compared to ideal condition of land use in successful TOD projects obtain from benchmarking. The intervention of land consolidation scenario then applied to the land use model of TOD MRT Jakarta. Financial analysis of land consolidation model give NPV of 125 Trilion rupiah and IRR 15,94% in 30 years of operation and development of TOD MRT Jakarta project. While valuation of reserved area, that obtain from contribution of land consolidation participants, only cover 16% ot total land consolidation cost which consists of relocation cost, administration cost, and public infrastructure construction cost."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wendy
"Infrastruktur sebagai faktor penting dalam aktivitas perekonomian harus mempunyai nilai kelayakan tinggi agar dapat menarik minat bagi para investor. Salah satu cara untuk meningkatkan nilai kelayakan proyek terutama untuk proyek infrastruktur transportasi yaitu melalui pengembangan kawasan Transit Oriented Development (TOD). Dalam penelitian ini, akan dilakukan analisis terkait dengan penerapan skema crowdfunding sebagai upaya alternatif pendanaan yang melibatkan masyarakat dalam pengembangan kawasan TOD LRT Jabodebek. Dalam penerapannya, crowdfunding akan diimplementasikan kedalam teknologi blockchain guna meningkatkan keamanan data, transparansi, serta kepercayaan para investor. Hasil temuan menunjukkan bahwa penerapan konsep crowdfunding dapat dikembangkan dalam investasi proyek real estate pada TOD Ciracas yang menghasilkan nilai IRR untuk swasta sebesar 26,83% dan untuk crowdfunder sebesar 11,04%. Pengembangan skema kelembagaan crowdfunding dilakukan guna merancang desain kerangka kerja teknologi blockchain yang akan diimplementasikan pada konsep crowdfunding. Hasil perancangan desain menunjukkan adanya beberapa tahapan, yaitu tahap pembentukan arsitektur, tahap persiapan, tahap transaksi, dan tahap penutupan, dimana semua tahapan mengacu kepada sistem keamanan, verifikasi dan autentifikasi, serta akses dan indentitas.

Infrastructure as an important factor in economic activity must have a high feasibility value in order to attract interest for investors. One way to increase the value of project feasibility, especially for transportation infrastructure projects is through the development of Transit Oriented Development (TOD). In this study, an analysis will be carried out related to the implementation of the crowdfunding scheme as an alternative funding effort that involves the community in the development of the TOD LRT Jabodebek area. In its application, crowdfunding will be implemented into blockchain technology to increase data security, transparency, and investor confidence. The findings show that the application of the crowdfunding concept can be developed in real estate investment projects at TOD Ciracas which results in an IRR value for the private sector of 26.83% and for crowdfunder of 11.04%. The development of the crowdfunding institutional scheme is carried out to design a blockchain technology framework that will be implemented in the crowdfunding concept. The results of the design show that there are several stages, namely the architectural formation stage, the preparation stage, the transaction stage, and the closing stage, where all stages refer to the security system, verification and authentication, as well as access and identity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atsiilah Anindita
"Selama dekade terakhir, Jakarta telat mengalami banyak transformasi yang signifikan, terutama dalam pengembangan ruang kota dan pertumbuhan populasi. Jakarta telah memperluas aglomerasi perkotaannya ke kota-kota di sekitar yaitu Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Jumlah penduduk di Jakarta sendiri sudah tinggi, dan setiap harinya, jumlah orang yang bepergian dari pinggiran kota setiap hari ke Jakarta dalam survei menyatakan sekitar 1,4 juta orang setiap hari (Badan Pusat Statistik, n.d.) masuk dan keluar dari-dan-ke Jakarta, yang dimana kondisi ini disebut dengan urban sprawl. Jakarta telah mulai mengembangkan ruang kota dengan Transit Oriented Development pada tahun 2013 oleh ITDP yang juga meluncur standar Kawasan TOD tersebut. Tujuannya adalah untuk meningkatkan jumlah penggunaan layanan transportasi massal yang dibangun oleh pemerintah untuk mengurangi jumlah penggunaan kendaraan pribadi, menggantikan mobilitas di kota menjadi mobilisasi berkelanjutan dengan berjalan kaki, bersepeda, dan transportasi umum. Transit Oriented Development berarti rekonstruksi konsep seluruh kota tempat membuat fasilitas transit di simpul-simpul penting. Dan distrik atau Kawasan TOD yang ideal harus memiliki 3 komponen utama: kepadatan, keanekaragaman, dan desain. (Cervero, 2004).
Pengembangan Transit Oriented Development di Jakarta menggunakan indikator dan variabel tertentu, yang dimana variabelnya adalah KDB, KLB, Kepadatan Area (Bangunan dan Manusia), Presentasi Penggunaan Lahan, Fisika Pejalan Kaki, Konektivitas Pedestrian, dan Kondisi Pejalan Kaki. Variabel-variabel ini kemudian dihubungkan dengan lima elemen TOD Jakarta, yaitu Jalur Pejalan Kaki, Integrasi Antarmodal Angkutan Umum, Ruang Publik Terbuka, Fasilitas Penggunaan Campuran dan Urbanisasi Ringkas. Menilai hubungan antara variabel dan kondisi elemen saat ini dapat menunjukkan pemahaman yang lebih dalam tentang Pembangunan Berorientasi Transit di Jakarta. Mengintegrasikan kondisi saat ini dapat dilakukan dengan membaca kembali teori dasar Arsitektur, yang dalam hal ini teori sentralitas dan konsep pola perkotaan, untuk memperluas perspektif untuk memahami konsep TOD sendiri

Over the past decade, Jakarta has significant urban transformation, for its urban space and population growth. Jakarta has broadened its urban agglomeration to the neighborhood cities of Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi. The number of the dwellers in Jakarta itself is already high by day, and the number of people that commutes from the suburbs daily to Jakarta in a survey stated approximately reached 1,4 million people daily (Badan Pusat Statistik, n.d.) in-and-out of Jakarta, which is called the urban sprawl condition. Jakarta has started developing its urban space by creating Transit Oriented Development in year 2013 by the ITDP that launches the standard of TOD. The aim is to increase the number of mass-transportation services usage by the government, reducing the number of private vehicles usage, substitute the mobility in the city to sustainable mobilization by walking, biking and public transportation. Transit Oriented Development means that reconstruction of the whole city concept where making transit facilities on the important nodes. And an ideal TOD district must 3 main components: density, diversity, and design. (Cervero, 2004).
The Transit Oriented Development in Jakarta is using certain indicators and variables for developing this concept, and for its variables are KDB, KLB, Area Density (Building and Human), Land-use Presentation, Pedestrian Physic, Pedestrian Connectivity, and Pedestrian Condition. These variables then connected five elements of TOD Jakarta, which are Pedestrian Path, Intermodal Integration Public Transportation, Open Public Space, Mix-use Facilities and Compact Urbanization. Assessing the relations between the variable and the current elements conditions can shows deeper understanding of the Transit Oriented Development in Jakarta. Integrating the current condition can be done by re-reading the basic theory of Architecture,
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>