Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128287 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bintarti Mayang Sari
"Skripsi ini menganalisis metafora yang ditemukan dalam pidato De Gaulle pada tanggal 11 November 1941. Dalam menganalisis metafora yang ditemukan dalam pidato De Gaulle pada tanggal 11 November 1941 penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Lakoff dan Johnson. Setelah dianalisis metafora yang banyak terdapat dalam pidato De Gaulle adalah metafora dari konkret ke abstrak. Penggunaan metafora-metafora tersebut digunakan De Gaulle untuk mengekspresikan perasaan secara tepat dan untuk mempengaruhi perasaan pendengarnya. Analisis ini juga menunjukkan gambaran pandangan hidup De Gaulle sebagai individu dan kepala negara, yaitu pantang menyerah dan semangat cinta pada tanah air yang dapat dicontoh oleh semua orang untuk memajukan bangsanya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S45671
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bintarti Mayang Sari
"Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan metafora dalam pidato De Gaulle pada tahun 1941. Unit analisis adalah semua ungkapan metaforis dalam pidato pada tanggal 11 November dan 24 Desember 1941. Penulis ini menggunakan pendekatan semantik kognitif, yakni teori metafora konseptual yang dikemukakan oleh Lakoff dan Johnson. Melalui analisis data ditemukan delapan kategori metafora dalam pidato De Gaulle yang menunjukkan pesan utama yakni untuk menyemangati rakyat Prancis yang sedang dalam keadaan Perang Dunia II. Penelitian ini juga menunjukkan pandangan hidup De Gaulle yaitu pantang menyerah dan bersemangat cinta pada tanah air yang dapat dicontoh semua orang jika ingin memajukan bangsanya.

This thesis is to describe metaphors in De Gaulle’s speeches in 1941. The analysis units are all metaphorical expressions in the speeches on November 11 and December 24, 1941. I use cognitive semantic approach, which is Lakoff and Johnson's conceptual metaphor theory. This research found eight metaphorical concepts in the speeches that show De Gaulle's main message: to motivate French people in the middle of World War II. This study shows also an illustration of his values of life as an individual and as a state leader, namely resistance and patriotism which can be followed by people who want to advance their country’s welfare."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Tania Ismir
"ABSTRAK
Skripsi ini memaparkan hasil penelitian mengenai upaya Charles de Gaulle untuk membebaskan Perancis dari pendudukan Jerman pada Perang Dunia II. Tujuan penelitan adalah untuk menggambarkan upaya de Gaulle dalam menghimpun kekuatan hingga dapat mengusir Jerman dari Perancis serta menunjukkan faktor-faktor yang mendukung de Gaulle menjadi tokoh nasional yang menerima pernyataan menyerah dari Jerman. Metode yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini adalah metode penulisan sejarah, yaitu merekonstruksi peristiwa-peristiwa sejarah dalam situasi yang melatarbelakanginya. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa seluruh upaya de Gaulle untuk mengusir Jerman dari Perancis telah didorong oleh keinginannya untuk menegakkan harga diri maupun kedaulatan bangsa Perancis sebagai bangsa besar yang tidak berada di bawah kekuasaan negara mana pun juga.

"
1996
S13839
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Divia Ayu Ghasani
"Artikel ini membahas kritik yang disampaikan oleh Charles De Gaulle dalam pidatonya di Inggris pada 18 Juni 1940. Pidato yang terkenal dengan sebutan LAppel du 18 Juin disampaikan setelah pendudukan Jerman di Prancis serta kekalahan di Maginot. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode analisis wacana kritis. Teori analisis wacana kritis oleh Teun A. Van Dijk digunakan untuk menganalisis tiga aspek yang membentuk wacana yakni dimensi sosial, kognisi sosial dan teks pidatonya itu sendiri. Untuk teks pidatonya digunakan teori isotopi yang merupakan aspek leksikon atau pilihan kata dari analisis teks dari Van Dijk. Hasilnya adalah bahwa ada keterkaitan yang erat antara dimensi sosial, kognisi sosial dan teks yang diproduksi dan bahwa ditemukan adanya lima jenis kritik, yakni : kritik terhadap para pemimpin militer golongan tua, gencatan senjata, tokoh-tokoh politik, taktik dan fasilitas perang Prancis dan Pemerintahan Vichy.

This article discusses the criticism made by Charles De Gaulle in his English address on June 18, 1940. The famous speech LAppel du 18 Juin was delivered after the German occupation of France and the defeat at Maginot. This research uses a qualitative approach and critical discourse analysis method. The theory of critical discourse analysis by Teun A. Van Dijk is used to analyze three aspects that make up the discourse namely the social dimension, social cognition and the text of the speech itself. For his speech text isotopi theory which is a lexicon or word choice aspect of the text analysis from Van Dijk. The result is that there is a close relationship between social dimensions, social cognition and the text produced and that five types of criticism have been found, namely: criticism of old-fashioned military leaders, truce, political figures, tactics and facilities of the French war and the Vichy Government."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Erlisa Sarianto
"Tesis ini membahas tentang pegaruh peran Charles de Gaulle dalam proses pembentukan kebijakan Politique Agricole Commune menurut tinjauan sejarah hubungan internasional. Teori yang digunakan untuk meneliti tesis ini adalah teori sejarah hubungan internasional yang dikemukakan oleh Jean-Baptiste Duroselle dan Pierre Renouvin. Dua (2) variabel sejarah hubungan internasional, kekuatan fundamental (les forces profondes) dan negarawan (l'homme d'État) digunakan untuk menganalisis pengaruh hubungan para aktor dalam proses pembentukan kebijakan Politique Agricole Commune. Penelitian ini menggunakan analisis sequential explatory mixed-methods. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Charles de Gaulle berperan sangat kuat dalam proses pembentukan kebijakan Politique Agricole Commune. Charles de Gaulle memengaruhi seluruh variabel pembentuk sejarah hubungan internasional (histoire des relations internationales). Selain itu, hasil penelitian turut menunjukkan bahwa pembentukan kebijakan Politique Agricole Commune pun dipengaruhi oleh kehadiran indikator-indikator penyusun variabel sejarah hubungan internasional.

This thesis discusses about the influences of Charles de Gaulle during the formation of the European regional's agricultural policy, Common Agricultural Policy. The research uses the theory of the history of international relations presented by Jean- Baptiste Duroselle and Pierre Renouvin. Two (2) main variables, fundamental forces (les forces profondes) and the statesman (l'homme d'État) used to analyze the influences of the actors who contribute in the formation of the Common Agricultural Policy. This research uses explatory sequential mixed methods design. The result of this research found that Charles de Gaulle has a strong significance during the process of the formation of Common Agricultural Policy as an European regional's agricultural policy. The presence of Charles de Gaulle influences the existence of two (2) main variables of the history of international relations. Moreover, the result of this research shows that each indicators, which is composing the theory of international relation, affects the process of the formation of European regional's agricultural policy, Common Agricultural Policy."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Funk, Arthur Layton
New York: Norman University of Oklahoma Press, 1959
923 FUN c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Artadi
"Masyarakat Jepang adalah sebuah komunitas sosial yang menjunjung tinggi tradisi dan budayanya hingga saat ini, sehingga merupakan suatu hal yang menarik untuk diteliti lebih dalam. Salah satu tradisi dan budaya yang menarik untuk dipelajari dari masyarakat Jepang adalah budaya paternalisme yang ada pada hubungan antar individu dalam sebuah lembaga atau organisasi di Jepang. Hubungan paternalisme di Jepang disebut onjoshugi.
Onjoshugi adalah ideology yang berusaha menstabilkan hubungan antara atasan dan bawahan, dimana sikap seorang atasan berlaku seperti layaknya seorang ayah bagi bawahannya. Hubungan onjoshugi merupakan hubungan antara pemimpin dan bawahan dalam bingkai sistem keluarga. Penerapan pola hubungan onjoshugi dalam masyarakat Jepang lazim disebut pola hubungan oyabun-kobun.
Pola hubungan oyabun-kobun yang merupakan hubungan antara pemimpin (oyabun) dan bawahan (kabun), bila diterapkan akan menghasilkan hutang budi yang melekat pada pihak bawahan. Hutang budi ini dalam masyarakat Jepang disebut on. On yang melekat pada bawahan inilah menyebabkan munculnya upaya untuk membayar on yang diterima dari pihak pemimpin. Upaya pembayaran on ada dua yaitu gimu dan gin. Gimu yaitu upaya pembayaran on yang diterima, namun betapapun telah maksimalnya pembayaran tersebut tetap dianggap belum cukup, dan waktu pembayarannya tidak terbatas. Giri adalah hutang-hutang yang wajib dibayar dalam jumlah yang tepat sesuai kebaikan yang diterima dan memiliki batas waktu pembayaran. Pembayaran giri dan gimu yang harus dibayar oleh menerima on inilah yang menjadikan hubungan oyabunkobun bersifat abadi.
Untuk melihat hubungan antara oyabun-kobun, on, giri dan gimu, dapat dilihat pada masyarakat petanian di Ishigami buraku yang ada di Jepang sebelum Perang Dunia II, dimana terdapat sistem yang disebut sistem nago. Sistem nago adalah sistem yang lahir karena adanya pola hubungan onjoshugi atau pola hubungan oyabun-kobun antara tuan tanah dan petani penyewa (nago) dalam binkai sistem keluarga tradisional Jepang.
Sistem nago adalah sistem sebuah sub sistem dalam sistem dozoku yang ada dalam masyarakat pertanian di Jepang sebelum Perang Dunia II, yang berfungsi untuk membentuk rumah tangga cabang (bunke) dari anggota yang tidak memiliki hubungan darah, melalui hubungan kekerabatan fiktif antara tuan tanah dan petani penyewa. Dalam sistem nago inilah pola hubungan onjoshugi atau oyabun-kobun diterapkan, sehingga sistem nago bersifat turun-temurun dan abadi."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11167
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iswandi Nur
"Membahas semua kebijakan Pemerintah AS pada masa keterlibatan di Perang Dunia II terutama dalam industri senjata. Tanggal 7 Desember 1941 merupakan awal keterlibatan AS secara langsung (walaupun sebelumya hanya terlibat pada bantuan perekonomian terutama penjualan senjata ke beberapa negara yang berperang) ke PD II ditandai dengan penyerangan Pangkalan Militer Angkatan Laut AS Pearl Harbor di Kepulauan Hawaii oleh Jepang yang bergabung dengan Poros AXIS (Jerman dan Italia). Dengan kerugian yang sangat besar maka sehari setelahnya yaitu pada tanggal 8 Desember 1941 AS mengumumkan Perang dengan Jepang dan Sekutunya. Mulai saat itu AS mengerahkan segala Sumber Daya manusia dan Alam untuk mendukung kebutuhan perang. Lembaga-lembaga yang saling berkait dan pabrikan-pabrikan senjata dibuat. Dalam pelaksanaan kebijakan perang tidaklah selalu bisa berjalan dengan mulus. Hal tersebut dikarenakan perputaran kebijakan yang ekstrim dari isolasionis ke intervensionis, sehingga cukup mendapat tentangan dari sebagian masyarakat. Walaupun membuat masyarakat AS bersilang pendapat, akhirnya kebijakan tersebut dapat terealisasikan dengan baik. Dampak positif selain kemenangan yang didapati, keterlibatan AS di PD II akhirnya meningkat perekoniomian secara tajarn setelah sebelumnya terpuruk karena depresi ekonomi pada tahun 1930-an."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S12482
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Olivia Denny Puspitasari
"Media massa pada masa Perang Dunia II (1939-1944) memegang peranan penting dalam memberikan informasi kepada masyarakat Prancis. Penelitian ini membicarakan mengenai situasi pers dan kondisi surat kabar di Prancis pada masa Perang Dunia II, serta memperlihatkan pesan propaganda melalui judul dan isi artikel politik yang dimuat dalam surat kabar tersebut dengan menggunakan teori fungsi Bahasa dari Roman Jakobson dan teknik-teknik propaganda. Setelah memaparkan sejumlah data dan menganalisisnya, maka pada akhir penelitian diketahui bahwa surat kabar Prancis pada masa ini berada di bawah kontrol Jerman untuk wilayah Prancis Utara melalui Propaganda Abteilung yang berada di bawah arahan Gobbels dan kementrian propaganda Jerman, sementara kontrol atas pers di wilayah Prancis Selatan dipegang oleh pemerintahan Vichy. Dengan adanya kontrol atas pers, pembatasan informasi yang boleh dimuat, serta pemberlakuan sensor, maka selain surat kabar resmi muncul surat kabar-surat kabar gelap yang merupakan suatu reaksi atas keadaan tersebut. Surat kabar selain berfungsi sebagai alat penyebar informasi juga berfungsi sebagai media propaganda. Melalui propaganda yang ditampilkan dalam artikel politik di surat kabar, pihak pemerintah Jerman, Vichy, dan kelompok Resistance berusaha mempengaruhi rakyat Prancis terhadap suatu ide tertentu sehingga ide tersebut dapat diterima oleh banyak orang.

Pendant la seconde guerre mondiale et sous 1'occupation, les medias ont joue un role important en diffusant beaucoup d'informations aux civils. Cc memoire pane de condition de la presse francaise en deuxieme guerre mondiale. II s'agit aussi d'analyse de la propagande parue dans des titres et des contenus des articles politiques de journaux francais en utilisant les fonctions du langage de Roman Jakobson et des techniques de propagande. A la fin de l'analyse, on trouve que la presse est controlee, censuree, tant en zone nord par les Allemands qu'en zone sud par le gouvernement de Vichy. En zone nord, la presse est directement sous tutelle de la Propaganda-Abteilung, controlee par Goebbels (ministre allemand de la propagande). En zone sud, elle est soumise a la pression du gouvernement de Vichy. Censuree, limitee, et uniformisee a la source dans le choix de ses informations, la presse doit se plier aux diverses recommandations et injonctions des institutions de controle. En marge de cette presse autorisee, des journaux clandestins apparaissent et se mettent progressivement en place. Le gouvernement de 1'Allemagne et de Vichy et aussi les Resistances utilisent des journaux comme media de propagande. Its emploient la propagande dans des articles po
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S14362
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
M. Mossadeq Bahri
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>