Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 101606 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Irza Arnyta Djafaar
"Tesis ini membahas masalah konsep negara federalisme dengan mengetengahkan tokoh yang mempunyai sebuah kedudukan istimewa, yaitu selaku Sultan. Sultan Ternate Iskandar Muhammad Djabir Sjah merupakan seorang tokoh yang dengan konsisten mempertahankan ideologi federalis yang menyebabkan ia terusir dari daerahnya sendiri. Federalisme yang dianutnya merupakan idiologi budaya yang sudah berurat akar dalam faham kepimimpinan di Maluku Utara yang dinamakan Maloko Kie Raha atau Maluku Empat Gunung, yang berintikan pada empat kerajaan besar yang pernah ada pada waktu itu, yaitu kerajaan Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo dengan salah satu kerajaan yang bertindak sebagai primes inter pares. Struktur mitos Maloko Kie Raha mencakup keterangan mengenai asal-usul keluarga penguasa (kolano). Keempat kerajaan ini dikatakan masih bersaudara dan menjadi dasar bagi pembenaran interaksi di antara kerajaan tersebut. Pandangan ini mengemukakan, bahwa keadaan yang normal di Maluku adalah kalau keempat kerajaan berdiri dengan utuh, maksudnya kalau keempat pusat kekuasaan itu berada dalam suatu keseimbangan.
Menurut pandangan dunia Maloko Kie Raha senantiasa ada keseimbangan antara berbagai kerajaan ini. Pertentangan antara berbagai pusat kekuasaan itu tidak bersifat dikotomis dimana yang satu harus menghancurkan yang lainnya agar bisa maju. Maloko Kie Raha mengandung pandangan dualisme, dimana dua unsur kekuatan atau kekuatan saling bersaing tetapi tidak saling menghancurkan, sebab kehadiran yang satu hanya bernilai kalau yang lain tetap ada. Maloko Kie Raha dibentuk dengan alasan masih adanya hubungan darah yang erat antara ke empat kerajaan tersebut dengan mengandalkan mitos perkawinan antara Djafar Sidek dan Nur Sala yang berasal dari kayangan yang menghasilkan keturunan yang memimpin empat kerajaan tersebut.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka tesis ini berupaya mengambarkan keterkaitan antara konsep Maloko Kie Raha dengan konsep federalisme yang dianut oleh Sultan Ternate Iskandar Muhammad Djabir Sjah. Iskandar Muhammad Djabir Sjah yang sejak awal sudah dipersiapkan oleh pemerintah Belanda untuk memimpin kawasan Maluku Utara secara sadar mengetahui tentang hal ini. Ia berupaya agar tidak menjadi boneka Belanda dengan mengeluarkan gagasan-gagasan yang tidak hanya menguntungkan pihak Belanda. Diantaranya ia mendesak supaya segera ditentukan berapa lama pemerintah Belanda dapat memberikan kemerdekaan, setelah habisnya masa peralihan.
Pengungsian atas dirinya yang dilakukan oleh tentara NICA ke Australia menjadi pengalaman yang berharga, hal ini dilakukan karena kekejaman pendudukan Jepang di Ternate di samping untuk kepentingan pemerintah Belanda sendiri. Dengan pangkat yang diberikan oleh NICA yaitu Letnan Kolonel, ia mendapat kedudukan istimewa. Dengan demikian Iskandar Muhammad Djabir Sjah diperhitungkan keberadaannya di kawasan Timur Indonesia, sehingga ia selalu diikutsertakan dalam berbagai konperensi yang di lakukan oleh pemerintah Belanda."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T1610
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darmawijaya
"Artikel ini merupakan kajian sejarah Ternate dengan menggunakan ilmu agama sebagai alat bantu dalam rangka menghadirkan sebuah kajian sejarah hubungan antara Kesultanan Ternate dan Portugis. Studi ini mengindikasikan bahwa Sultan Khairun adalah seorang Sultan yang baik, intelek ikhlas dan berlapang hati dalam menjaga relasinya dengan Portugis yang telah ada di Ternate sebelum ia diangkat sebagai Sultan. Dalam upaya menjaga relasinya dengan Portugis, Sultan berusaha mengedepankan sikap menghargai tamu, pemaaf, jujur dan menepati janji, serta berprasangka baik (berpikir positif). Itu bisa terlihat, misalnya, dari sikap Sultan Khairun yang berusaha melayani Francis Xavier dalam berdiskusi secara mendalam dan usahanya dalam memaafkan dua Gubernur Portugis yang telah menahan dan menangkapnya secara sepihak. Sikapnya yang baik itu terlihat kembali ketika ia menerima dengan baik ajakan Lopes de Masquita untuk mengadakan perjanjian damai. Padahal perjanjjian damai itu hanyalah strategi licik dari Sang Gubernur untuk melumpuhkan Sultan Khairun. Melalui tipuan licik itu, Sultan Khairun yang baik dan intelek itu harus rela menemui kematian secara mengenaskan di Benteng Kastela. Kematiannya merupakan kematian syahid di jalan Allah dalam rangka membangun hubungan yang baik secara konsisten demi kemajuan negerinya. Itu semua adalah cerminan seorang Sultan yang banyak diilhami oleh ajaran Islam yang ingin membangun peradaban yang aman, adil dan makmur."
Jakarta: Kementerian Agama, 2016
297 JLK 14:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1993
S33452
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maluku: Kantor Bahasa Provinsi Maluku Utara, 2014
499.22 BAH
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sunarto
"ABSTRAK
Berangkat dari asumsi bahwa untuk meningkatkan Ketahanan Nasional, maka peranan para pemimpin adalah sangat menentukan.
Selanjutnya teori Ketahanan Nasional berjenjang menyatakan, bahwa kondisi ketahanan suatu Wilayah itu akan mempunyai pengaruh bagi peningkatan ketahanan nasional.
Oleh karena itu berdasarkan teori tersebut, maka kondisi Ketahanan Wilayah Yogyakarta yang dipimpin Sultan HB.IX, baik langsung atau tidak langsung akan berpengaruh pula terhadap ketahanan nasional secara keseluruhan. Apalagi sehubungan dengan kota Yogyakarta sebagai Ibukota negara RI.
Sultan Hamengku Buwono IX, sebagai suatu institusi kehidupan politik di wilayah Yogyakarta,upaya untuk peningkatan Ketahanan Wilayah itu secara tidak langsung kiranya telah dilakukannya jauh sebelum negara Republik Indonesia itu sendiri lahir. Upaya itu antara lain ditunjukan oleh sikapnya sewaktu melakukan perundingan politik dengan pihak penguasa penjajah Belanda.Perundingan yang memakan waktu selama lima bulan itu, merupakan waktu terpanjang dalam sejarah perundingan kontrak politik yang pernah dilakukan antara raja -raja di Indonesa dengan pihak Belanda,dan peristiwa itu dapat dianggap sebagai suatu isyarat bahwa dirinrya saat itu tidak dapat begitu saja tunduk kepada kemauan Penjajah.
Pada masa penjajahan jepang upaya peningkatan ketahanan wilayah , dilakukan antara lain dengan melakukan pembenahan di bidang pemerintahan daerah,sehingga selain berguna untuk pembangunan,juga dapat untuk mempersiapkan rakyat Yogyakarta dalam menyambut datangnya kemerdekaan Indonesia.
Pada masa awal kemerdekaan,langkah-langkah peningkatan ketahanan wilayah itu tentu dilakukan,terutama yang secara langsung mendukung peningkatan Ketahanan di bidang Pertahanan Keamanan Negara. Sehingga berkat kepemimpinan Sultan itulah, maka Ketahanan Wilayah Yogyakarta saat itu dapat dipakai sebagai modal perjuangan mempertahankan kemerdekaan negara kesatuan Republik Indonesia.
Selama masa Kepemimpinannya itu, ternyata Sultan berlandaskan pada asas kepemimpinan yang berakar pada budaya masyarakat Yogyakarta, yaitu asas kepemimpinan Manunggaling Kawulo Gusti, yang dilaksanakan dengan pola kepemimpinan Legal Rasional, yaitu yang mengacu pada berbagai ketentuan sebagaimana yang tertuang dalam Undang-undang Dasar Negara RI tahun 1945.
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Temprina Media Grafika, 2014
R 959.81 EKS
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
"Objek jang dipilih bagi karangan i1miah jang mendjadi pelengkapan udjian2 Sardjana pada. Djurusan Sedjarah Fakultis Sastra IInivorsitas In_donesia ialah, seperti nampak pada halaman djudul, sultan Emir El Muka minin Hamzah Nasarun Minallahi Shah atau sultan Hamzah dari Ternate jang hidup antara tahun2 1627 dan 1648. Namun samasekali bukanlah maksad penulis untuk menjusun suatu biografi, demikian pula bukan seluruh masa hidupnja jang disoroti. Djangkauan karangan ini hanjalah tindakan2 sultan Hamzah dalam bidang politik antara tnhun2 1628 dan 1648. Jang menarik perhatian pada sultan Hamzah ialah kenjataan bahwa hidupnja terpisah oleh suatu peristiwa penting sehingga seolah-olah ia hidup dalam dua djaman. Peristiwa panting itu ialah kedatangan Belanda di Ternate pada tahun 1607 jang mengakibatkan suatu hubungan persekutuan.antara kedua kekuasaan itu. Sangatlah menarik untuk mengetahui bagaimana sultan Hamzah mengatur. keradjaannja dalan kondisi politik jang berlainan dengan kondisi politik semasa mudanja. Ada suatu hal lain lagi jang menerik pada tokoh ini. Oleh penulis2 hikajat2 dari abad ke-19 Hamzah .rupanja tidak dikenal. Menurut ketera ngan dari Drs. A.D. Lapian jang pernah menbuat suatu survey di Ternate beberapa tahun jang lalu, pada masa inipun sultan Hamznh tidak mendapat tempat dalam tradisi2 rakjat. Selain hal2 jang mennrik itu, dari tindakan2 politik sultan.Hamzah kita dapat memperoleh bcberapa fakta jang sangat penting bagi penulisan sedjarah Indonesia pada umumnja. Apabila kiae tindjau historiografi kolonial maka sekurang-.kurangnja ada tiga orang jang pernah meuulis tentaug sultan Hamzah setjara pandjang lebar (Valeutyn, 1724, Hoores, 1890) maupun setjara sepintas lalu (Stapel, 1940). Adalah suatu keladjiman bahwa setiap sedjarawan terikat pada beberapa hal jang sudah terkandung dalam disiplin sedjarah itu _"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1965
S12255
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Dewan Pers, 2009
302.23 PRO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Yusron
"Dari perairan Takofi Maluku Utara telah berhasil dikumpulkan sekitar 22 jenis fauna Ekhinodermata yang mewakili 6 jenis Holothuroidea, 4 jenis Asteroidea, 5 jenis Echinoidea dan 7 jenis Ophiuroidea. Kelompok bintang mengular atau Ophiuroidea merupakan kelompok yang paling menonjol untuk daerah lamun. Dari analisa kuantitatif diperoleh nilai indek diversitas tertinggi ditemukan pada stasiun II (H1 = 1,19), nilai indek kemerataan teringgi terdapat pada stasiun III (J = 0,99) dan nilai indek kekayaan jenis tertinggi didapatkan pada stasiun I (D = 1,22).

Echinoderm Biodiversity in the Takofi Coastal Waters, Moti Island, North Maluku. A total of 22 echinoderm species were found in Takofi waters, North Maluku. They were represented by 6 species of holothuroidea, 4 species of asteroidea, 5 species of echinoidea and 7 species of ophiuroidea. The Ophiuroidea were relatively common in seagrass area. The quantitative analysis on the abundance data revealed the highest diversity index of faunal assemblage at station II (H'=1.19). The highest evenness index was exhibited by the echinoderms from station III (J = 0.99), while the highest species richness was represented by them from station I (D = 1.22)."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2006
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>