Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112657 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maya Kawai
"Korea Selatan adalah sebuah negara yang belakangan ini mencapai kemajuan teknologi yang signifikan dan mendapat perhatian dari seluruh dunia. Dibantu dengan perkembangan teknologi dalam bidang kesehatannya yang pesat, Korea Selatan mengembangkan suatu teknik pembedahan baru yakni teknik bedah kecantikan. Dari yang mulanya hanya berupa operasi rekonstruksi medis untuk memperbaiki wajah yang cacat, teknik baru ini berubah menjadi ajang mempercantik diri. Teknik bedah kecantikan ini pun perlahan-lahan mulai populer dilakukan dan berubah menjadi semacam tren di kalangan masyarakat terutama di antara kaum wanita, karena hal ini menaikkan prestise dan gengsi mereka di kalangan masyarakat dan juga menambah rasa percaya diri mereka. Karena terlalu marak dilakukan, lambat laun tren ini berubah menjadi gaya hidup, bahkan menjadi semacam keharusan dan menimbulkan tekanan mental bagi kalangan yang tidak melakukannya. Pada akhirnya fenomena ini mengubah masyarakat secara keseluruhan dalam bidang sosial dan budaya. Metode penelitian jurnal ini adalah metode kualitatif yang berpusat pada observasi data. Jurnal ini akan membahas mengenai perubahan sosial dan budaya yang terjadi di Korea Selatan dikarenakan fenomena bedah kecantikan ini, yakni munculnya rasa obsesi pada penampilan, objektifikasi seksual atas wanita, budaya lookism dan budaya konsumerisme.Korea Selatan adalah sebuah negara yang belakangan ini mencapai kemajuan teknologi yang signifikan dan mendapat perhatian dari seluruh dunia. Dibantu dengan perkembangan teknologi dalam bidang kesehatannya yang pesat, Korea Selatan mengembangkan suatu teknik pembedahan baru yakni teknik bedah kecantikan. Dari yang mulanya hanya berupa operasi rekonstruksi medis untuk memperbaiki wajah yang cacat, teknik baru ini berubah menjadi ajang mempercantik diri. Teknik bedah kecantikan ini pun perlahan-lahan mulai populer dilakukan dan berubah menjadi semacam tren di kalangan masyarakat terutama di antara kaum wanita, karena hal ini menaikkan prestise dan gengsi mereka di kalangan masyarakat dan juga menambah rasa percaya diri mereka. Karena terlalu marak dilakukan, lambat laun tren ini berubah menjadi gaya hidup, bahkan menjadi semacam keharusan dan menimbulkan tekanan mental bagi kalangan yang tidak melakukannya. Pada akhirnya fenomena ini mengubah masyarakat secara keseluruhan dalam bidang sosial dan budaya. Metode penelitian jurnal ini adalah metode kualitatif yang berpusat pada observasi data. Jurnal ini akan membahas mengenai perubahan sosial dan budaya yang terjadi di Korea Selatan dikarenakan fenomena bedah kecantikan ini, yakni munculnya rasa obsesi pada penampilan, objektifikasi seksual atas wanita, budaya lookism dan budaya konsumerisme.

South Korea is a nation that has reached a significant techonogical progress and has gained world?s attention recently. They develop aesthetic surgery as a new medical technique, helped by its rapid development in medical sector. In the beginning, this new technique supposed to be a medical reconstruction surgery for facial deformity; however it slowly turns into a way to beautify face. This new technique slowly became popular and turns to a new trend for the society, especially for women because it helps them to increase prestige and their pride, as well as their confidence. Because of its frequent use, this new trend turns to a lifestyle, and even as an obligation and causes mental pressure to people who not doing it. In the end, this phenomenon changes the whole society socially and culturally. The research method used in this journal is the qualitative method focused on data observation. This journal was intended to explain about social and cultural changes that happen in South Korea caused by this aesthetic surgery phenomenon, namely obsession of appearance, sexual objectification of women, lookism and consumerism."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hanna Permana Subanegara
"Komite Medik RSU Karawang yang baru berusia satu tahun merupakan wadah non struktural yang melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pengendali kualitas pelayanan di rumah sakit, masih menghadapi berbagai kendala-kendala yang belum dapat terpecahkan. Dengan struktur ketenagaan, pembiayaan dan piranti lunak dari pimpinan rumah sakit, proses Komite Medik dapat berjalan, namun masih belum optimal, sehingga dampaknya tehadap outcome tindakan bedah, terutama terhadap kualitas pelayanan medik, belum terlihat. Masalah ini diakibatkan karena struktur yang mendukung, belum mecakup dukungan stuktural berupa sarana gedung dan peralatan yang memadai. Disamping itu prosedur tetap tentang kegiatan-kegiatan komite medik masih belum lengkap, sehinga proses belum dapat berjalan dengan optimal. Kaitannya dengan outcome tindakan bedah, oleh karena berdasarkan pengalaman di negara Amerika (Phartenon, 1979) 75% tuntutanmasyarakat pengguna yang diajukan terhadap dokter, 82% diantaranya ditujukan kepada para dokter yang melakukan tindakan pebedahan.
Oleh Karena itu, diperlukan peningkatan peran manajemen rumah sakit, untuk turut serta mengupayakan pemecahan masalah yang dihadapi oleh komite medik dan untuk mencegah terjadinya tuntutan masyarakat pengguna, dengan cara perbaikan struktur dan proses komite medik yang pada akhirnya akan berdampak terhadap meningkatnya kualitas pelayanan (outcome).
Penelitian ini bersifat studi kasus dengan pendekatan kualitatif, karena meneliti struktur proses dan outcome yang sudah memiliki pola. Fokus penelitian adalah komite medik, yang berkaitan dengan struktur, proses kegiatan komite medik, serta outcome dari tindakan bedah di RSU Karawang.
Dari hasil penelitian, didapat suatu gambaran bahwa pengorganisasian komite medik berdampak positif terhadap struktur, proses dan outcome tindakan bedah, sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan untuk membentuk suatu konsep pengembangan komite medik di Rumah Sakit Umum Daerah Unit Swadana Daerah kelas C Kabupaten Daerah Tingkat II Karawang. Konsep ini dibentuk berdasarkan tinjuan pustaka dan penelitian langsung di lapangan.
Hasil ini merupakan masukan kepada manajemen rumah sakit, sebagai dasar dalam pengembangan Komite Medik.
Daftar Pustka: 32 (1972 - 1995).

Medical Staff Organization (MSO) is a functional unit in Karawang Hospital , with an objective to monitor and control the quality of medical services. This unit has been working since 1995, and still have a lot of problems in organizing is activities. This study is intended to compare structure, process and outcome of medical staff activities in Karawang Hospital, during the period of pre-MSO (1994) and post MSO (1995).
The trigger initiating MSO activities in Karawang Hospital is the Director's decree (SK) on development of MSO in Karawang Hospital. The new MSO organization has a full support from the Hospital Director with facilities, financial supports and methods.
MSO activities in 1995 was increasing very fast, with 36 MSO meeting where almost 80% of all the doctors present. Mortality evaluation meetings, morbidity meetings, nosocomial task force, statistical evaluation of quality of medical services, completeness of medical records suddenly become a medical concern in the hospital. MSO budget for meetings and training of medical staff jumped from 1,6 millions rupiah in 1994 to 7,7 millions in 1995 and projected to 50 millions in 1996. Result of the study shown that MSO was very active in 1995 compared to the situation in 1994.
Outcome of MSO in this study is measured by the quality of medical surgeries conducted in 1994 and 1995. The study shown the decrease in waiting time for surgery, and length of stay after surgery in 1995 compared to 1994. Since mortality rate is influenced by the condition of patients when they came to the hospital, the outcome data should look further to the increasing rate of infection after surgeries. The study suggest to look at nosocomial infection, quality of nursing of patients facilities, and improvement of quality of medical services through the development of standard operating procedures for every surgeries in Karawang Hospital.
The study concluded that MSO had a positive impact on the quality of medical surgeries in Karawang Hospital. One of the important finding of this study is that MSO will not working properly without a full support and attention of Hospital Director.
Reeferences : 32 (1972 - 1995)."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Fairuz Julia Elfitri
"Bedah kosmetik estetika merupakan fenomena sosial dan gaya hidup yang sudah tidak asing lagi dilakukan di Korea Selatan. Berdasarkan data statistik The International Society of Plastic Surgery (ISAPS) tahun 2015, sebanyak 1.156.234 tindakan bedah kosmetik estetika dilakukan di Korea. Bedah kosmetik estetika yang dilakukan untuk kepuasan diri memiliki persamaan dengan nilai budaya chemyeon. Budaya chemyeon yang merupakan bagian dari nilai Konfusianisme memiliki dua unsur dasar, yaitu kebutuhan untuk pemenuhan diri dan kebutuhan untuk pencapaian sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perilaku bedah kosmetik estetika di Korea dan kaitannya dengan nilai-nilai budaya chemyeon. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif melalui analisis dengan berdasarkan sumber data sekunder seperti buku, jurnal penelitian, dan sumber daring. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa unsur dasar dan nilai-nilai budaya chemyeon terdapat dalam perilaku bedah kosmetik estetika di Korea. Melalui bedah kosmetik estetika, masyarakat dapat menunjukkan kemampuan individu serta menjaga kehormatan dan martabatnya dalam lingkungan sosial. Keinginan masyarakat Korea untuk menjaga chemyeon mendorong individu untuk melakukan bedah kosmetik estetika.

Cosmetic surgery is a social and lifestyle phenomenon that is already familiar in South Korea. Based on the statistical data of The International Society of Plastic Surgery (ISAPS) in 2015, a total of 1,156,234 aesthetic cosmetic surgical measures were performed in Korea. Cosmetic surgery done to self-satisfaction has similarities to the value of chemyeon culture. The chemyeon culture that is part of Confucian value has two basic elements, the need for self-fulfillment and the need for social achievement. The purpose of this research is to analyse cosmetic surgery behaviour in Korea and its relation to chemyeon cultural values. This research uses qualitative methods of descriptive through analysis based on secondary data sources such as books, research journals, and online sources. The results of this study show that the basic elements and values of chemyeon culture are reflected in the conduct of cosmetic surgery in Korea. Through cosmetic surgery, the public can demonstrate individual ability, maintain honor and dignity in the social environment. Korean People's desire to maintain honor (chemyeon) encourages individuals to do cosmetic surgery."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Helmi
Jakarta: UI-Press, 2007
PGB 0281
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku yang berjudul "Primary Surgery" ini membahas tentang pembedahan-pembedahan dalam dunia medis."
Oxford: Oxford University Press, 1990
R 617 PRI
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Tokyo : Springer ,
617 SUT
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Rizal Irawan
"

Latar belakang: Bovine jugular vein (BJV) conduit telah menggantikan fungsi homograft untuk prosedur operasi rekonstruksi right ventricle outflow tract (RVOT). Penelitan ini bertujuan melihat kesintasan jangka panjang pasien yang dilakukan rekonstruksi RVOT menggunakan BJV conduit. Metode: Total 58 BJV conduit yang dimplantasi di satu pusat jantung pada tahun 2010 hingga 2016. Karakteristik pasien serta evaluasi ekokardiografi didapatkan dari rekam medis. Peneliti melakukan analisa kesintasan terhadap luaran kardiovaskular yang terjadi. Luaran kardiovaskular berupa stenosis, regurgitasi, endokarditis serta operasi ulang. Hasil: Kesintasan selama tujuh tahun, pasien usia dibawah 24 bulan dan diatas 24 bulan terhadap luaran kardiovaskular sebesar 74,1% dan 87,1%. Usia subjek dibawah 24 bulan meningkatkan risiko terjadinya luaran kardiovaskular sebesar 1,18 kali. Kesintasan selama tujuh tahun terhadap luaran kardiovaskular untuk BJV conduit ukuran 12-14 mm dan 16-22 mm adalah 77%, dan 87%. Penggunaan ukuran 12-14 mm BJV conduit, meningkatkan kejadian luaran kardiovaskular sebanyak 1,13 kali. Kesimpulan: Usia dibawah 24 bulan dan penggunaan ukuran BJV conduit 12-14 mm yang meningkatkan risiko terjadinya luaran kardiovaskular, maka perlu dipertimbangkan operasi paliatif pada pasien agar dapat menggunakan BJV conduit yang lebih besar dikemudian hari.


Backgrounds: Bovine jugular Vein (BJV) conduit have replaced homograft function for right ventricle outflow tract (RVOT) reconstruction. This study purpose was to study long-term survival patient who undergo RVOT reconstruction with BJV conduit. Method: A total of 58 BJV conduit implanted in one heart center in 2010 until 2016. We gathered subject characteristic and echocardiography findings from medical record. We performed survival analysis based on cardiovascular events as the outcome which were stenosis, regurgitation, infective endocarditis, and re-operation. Result: The seven-year cardiovascular events were: patients less than 24 mo (74,1%), more than 24 mo (87,1%), BJV 12-14 mm in diameter (77%), 16-22 mm (87%). Age less than 24 mo and BJV conduit 12-14 mm in diameter increase risk of cardiovascular events 1,18 times and 1,13 times. Conclusion: Age less than 24 mo and BJV conduit 12-14 mm in diameter increasing risk of cardiovascular events. Thus, palliative surgery needs to be considered, allowing the use of conduit with a larger diameter. 

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T57660
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: UI Publishing, 2020
617 PEN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yefta Moenadjat
Jakarta: UI Publishing, 2025
617 YEF b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Duta Liana
"ABSTRACT
The Factors Which Related with the Operation Delay in Central Surgery Installation at Dr.Cipto Mangunkusumo General HospitalIn accordance with scientific and technology development, surgery procedures are becoming a specialist and expensive health services.
There is a trend to minimize the cost of hospital services by establishing centralized of the high cost units such as operation rooms.
Dr. Cipto Mangunkusumo general hospital is the type A and National top referral hospital which has full array of experts/specialists physician while the tariff of the services is relatively lower than the surrounding private hospitals. The consequence of this condition, bring this hospital has to serve patients beyond its capacity which in turn overburdened the services. This condition is also affected at the central operation room, i.e. Central Surgery Installation.
In performing elective surgery procedures, the patients should wait for operation schedule. The preliminary observation showed that there were many delayed and canceled of the scheduled surgery, so that affected the hospital management and hospital performance.
The aim of this study is to know the percentage of delayed operations and affecting factors. This is a cross sectional study using observation and interviews. The sample is all of the surgery procedures during 6 working days at 12 operation rooms, in June 1996. The data was collected as primary data by filling the form and questionnaires.
The results:
1. Delayed surgery level is 90.9 %.
The delayed percentage of the arrival of consultant surgeon who needed for teaching the resident is 80.8 %, with average time of delay is 40 minutes. Then the delayed percentage of the arrival of anesthesiology resident is 60.6 % with the average time of delay is 36.6 seconds and the delayed percentage of arrival of patients is 62.1 % with the average time of delay is 4.2 minutes.
There is statistically significant correlation between the operation delay and the arrival delay of paramedic, anesthesiology resident, surgeon assistant, surgeon, surgeon consultant, the patients and the duration of operation. But there is no statistically significant correlation between the operation delay and the kind of surgery. This study is also revealed the percentage of operation cancel lance by 12.4 % with the common cause is patient subjectivity (28.6 %).
2. There are many operations which its duration are not appropriate with allocated time.
3. Lack of appropriate and adequate amount of linen, both for patients and provider, i.e. surgery linen such as jas pack, lap pack.
Suggestions :
1. Good communication between provider inside and outside of Central Surgery Installation.
2. It is necessary to make the evaluation about the report of tasks and responsibility of Central Surgery Installation and the procedure of surgery especially about the arrival of the provider.
3. It is necessary to make good cooperation with the medical committee of the hospital to take an appropriate action in case of any mistakes.
4. It is necessary to give special attention from the hospital administrator according to linen budgeting in the Central Surgery Installation.
5. It is necessary to make the longitudinal study about surgery duration according to the kind of surgery, to increase the optimal utilization of the operation room.
Bibliography : 24 ( 1969 - 1995 )
xi + 124 pages + 36 tables + 2 figures + 5 annexes;Sejalan dengan perkembangan IPTEK maka kebutuhan pelayanan kesehatan melalui tindakan bedah menjadi bentuk pelayanan kesehatan yang spesialistik, mahal.

ABSTRAK
Terdapatnya kecenderungan penghematan biaya pada pelayanan Rumah Sakit dengan melakukan sentralisasi unit-unit yang memerlukan biaya tinggi atau unit sebagai cost center diantaranya adalah kamar operasi.
Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo sebagai rumah sakit tipe A dan rujukan tingkat nasional mempunyai tenaga ahli yang lengkap dan tarif yang relatif murah menyebabkan pasien yang datang melebihi kapasitas dan perlu mengalami antrian yang panjang. Hal ini dapat terjadi di kamar operasi yang dikenal dengan nama Instalasi Bedah Pusat. Dalam melaksanakan tindakan operasi efektif pasien harus menunggu antrian jadwal operasi, sedangkan dari pengamatan awal didapatkan masih adanya keterlambatan atau pembatalan operasi sehingga pasien harus menunggu jadwal antrian berikutnya. Tentunya hal ini selain mempunyai dampak kepada pasien juga terhadap manajemen rumah sakit serta penampilan kerja rumah sakit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase keterlambatan/pernbatalan operasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini merupakan studi cross sectional dengan cara pengamatan kegiatan operasi dan wawancara. Adapun sampel pada penelitian ini adalah seluruh operasi pada 12 kamar operasi selama 6 hari kerja pada bulan Juni 1996 di Instalasi Bedah Pusat RSCM. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer berupa formulir pengisian dan kuesioner. Analisa statistik yang dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat.
Hasil penelitian yang didapat :
1. Tingkat keterlambatan operasi 90,9%.
Diantara anggota provider, kedatangan konsulen operator yang dibutuhkan untuk bimbingan/ujian pada 26 operasi mempunyai persentase keterlambatan sebesar 80,8% dengan rata-rata waktu keterlambatan yaitu 40 menit, diikuti keterlambatan PPDS Anestesi 60,6% dengan rata-rata waktu keterlambatan 37,6 menit. Sedangkan pasien mempunyai persentase keterlambatan 62,1% dengan rata-rata waktu keterlambatan 4,2 menit. Adanya hubungan bermakna secara statistik antara keterlambatan operasi dengan keterlambatan kedatangan paramedik, PPDS anestesi, asisten operator, operator, konsulen operator, pasien, lama operasi. Sedangkan tidak ada hubungan bermakna secara statistik antara keterlambatan operasi dengan jenis operasi. Pada penelitian ini juga terdapat pembatalan operasi sebesar 12,4%. Dimana alasan terbanyak disebabkan faktor subyektivitas pasien (28,6%).
2. Adanya lama operasi yang belum sesuai dengan alokasi waktu (rencana) yang di tentukan.
3. Kurang tersedianya linen khususnya linen pasien, linen operasional (Jas pack, Lap pack) didalam kegiatan operasi.
Saran-saran yang diusulkan antara lain :
1. Adanya hubungan komunikasi (HAM) yang baik antara anggota provider baik yang berada di bawah atau yang tidak berada di bawah Instalasi Bedah Pusat, begitu pula dengan ruang rawat yang terkait.
2. Perlunya evaluasi terhadap laporan tertulis tentang tugas/tanggung jawab IBP dan tata tertib laksana tindakan bedah khususnya mengenai kedatangan provider yang telah disetujui oleh semua pihak yang terkait.
3. Perlunya bekerja sama dengan Direktur RSCM (komite medik) untuk mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu apabila peraturan tertulis tersebut tidak dipatuhi.
4. Perlunya perhatian administrator Rumah Sakit terhadap anggaran pengadaan linen di Instalasi Bedah Pusat.
5. Perlu diadakan suatu survai lama operasi (alokasi waktu) berdasarkan jenis operasi untuk memudahkan dalam pembuatan waktu rencana operasi, sehingga dapat meningkatkan utilisasi kamar operasi.
Daftar Pustaka : 24 (1969-1995)
xi + 124 halaman + 36 tabel + 2 gambar + 5 lampiran
"
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>