Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138524 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yanti Azmah Ulya
"Latar belakang penelitian ini adalah untuk menjelaskan makna lampion merah dalam kebudayaan Cina di Jakarta. Setiap negara memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Dalam kebudayaan Cina setiap warna memiliki maknanya masing-masing. Masyarakat Cina sangat percaya mengenai makna dari setiap warna, salah satunya adalah warna merah. Dalam kebudayaan Cina merah merupakan warna keberuntungan. Warna merah identik dengan hari-hari besar di Cina. Begitu pula dengan orang-orang Cina yang datang dan menetap di Indonesia, khususnya Jakarta. Kebanyakan masyarakat Cina memakai pakaian berwarna merah pada saat hari-hari besar, seperti pada saat perayaan tahun baru Imlek. Demikian pula oranamen-ornamen yang digunakan, seperti lampion merah. Lampion merah yang biasanya di gantungkan di depan pintu pada saat perayaan Imlek tidak hanya sebagai hiasan untuk memeriahkan perayaan Imlek saja, tetapi juga sebagi tanda keberuntungan dan kemakmuran.

The background of this research is to explain the meaning of red lanterns in Chinese culture in Jakarta. Every country have different culture. In Chinese culture, every colour has a meaning. Chinese people strongly belief regarding the meaning of each colour, one of them is red. In Chinese culture, red is a colour of fortune. Red identically with the major holidays in China. Likewise the Chinese people who came and lived in Indonesia, especially in Jakarta. Most of Chinese people wear red cloth during their major holidays, such as during the celebration of the Lunar new year. Likewise ornaments are used, such as red lanterns. Red lanterns that usually hung on the door during Chinese New Year celebrations are not just as decoration for the celebration of Chinese New Year, but also as a sign of fortune and prosperity.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Agna Zakiya
"Silang budaya antara Cina dengan Indonesia telah berlangsung sejak ribuan tahun lamanya. Salah satu bukti adanya hubungan ini yaitu adanya ornamen-ornamen khas Cina dalam sebuah bangunan Vihara. Gaya ornamen khas Cina ini dapat ditemui dalam Vihara Buddha Dharma dan 8 Pho Sat yang ada di kawasan Bogor. Dalam perkembangannya, fungsi ornamen tidak semata-mata hanya untuk hiasan saja, melainkan juga memiliki fungsi simbolisme. Oleh karena itu, tujuan penulisan ini yaitu untuk mengetahui makna filosofi yang terkandung dalam simbol ornamen Vihara Buddha Dharma dan 8 Pho Sat. Dalam penelitian ini metode yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif, dan data penelitian didapatkan dari studi pustaka, observasi, dan wawancara. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar dari ornamen-ornamen di dalam Vihara ini dipengaruhi oleh kebudayaan Cina, namun masing-masing ornamen memiliki makna filosofisnya yang unik, dan sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai agama Buddha.

The cross-cultural between China and Indonesia has been going on for thousands of years. One of the evidence of this relationship is the existence of Chinese ornaments in a Vihara building. This Chinese ornament style can be found in Vihara Buddha Dharma and 8 Pho Sat in Bogor area. In its development, the function of ornaments is not only for decoration, but also has a function of symbolism. Therefore, the purpose of this reseach is to know the meaning of philosophy contained in the symbol of Buddha Dharma Temple ornaments and 8 Pho Sat. In this study the method used is descriptive qualitative, and research data obtained through library studies, observations, and interviews. The results of this study indicate that although most of the ornaments in the Buddhist Dharma and 8 Pho Sat Viharas are influenced by Chinese culture, each ornament has its own unique philosophical meaning, and is closely related to Buddhist values."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tifani Yesyifa Seintria
"The Great Wall Chángchéng merupakan sebuah film bergenre aksi dan fiksi yang disutradarai oleh Zhang Yimou 2016. Film The Great Wall menggunakan latar belakang periode Dinasti Song 920 M-1279 M . Film ini menceritakan tentang penyerangan Taotie ?? T?oti terhadap pasukan Jinjun ?? J nj?n di Tembok Besar Cina. Dalam film ini digambarkan bahwa Taotie merupakan makhluk mistis yang sangat berbahaya. Makalah ini membahas mengenai korelasi antara mitos Taotie yang beredar di kalangan masyarakat Cina dengan Taotie yang terdapat dalam film The Great Wall.

The Great Wall is an action and fiction genre film directed by Zhang Yimou and released in 2016. This film uses a background of time in the Song Dynasty period 920 M 1279 M . The film tells of an attack by Taotie on Jinjun forces on the Great Wall of China. In this film described that Taotie is a very dangerous mythical creature. This paper discusses the correlation between the Taotie myths circulating among the Chinese community with Taotie contained in The Great Wall.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Elizabeth Chintya
"Pertunjukkan Pawai Tatung dalam perayaan Cap Go Meh berasal dari Kalimantan
Barat, tepatnya Kota Singkawang. Tradisi Tatung di Kalimantan Barat merupakan tradisi yang dibawa langsung oleh suku Hakka yang berasal dari Cina Selatan. Hal yang menarik dari Pawai Tatung di Kota Singkawang adalah tradisi ini merupakan perpaduan antara tiga budaya yakni budaya Dayak, Melayu serta Cina. Permasalahan utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk implementasi akulturasi etnis Cina dengan kebudayaan lokal dalam Pawai Tatung di Kalimantan Barat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan sumber data primer berupa video dokumentasi penuh Perayaan Cap Go Meh Singkawang 2020 dari halaman Youtube “Pojok Inspirasi”. Hasil penelitian menemukan bahwa bentuk implementasi akulturasi dalam Pawai Tatung tidak hanya terletak dari keikutsertaan masyarakat dari masing-masing ketiga budaya tersebut serta kostum khas dari masing-masing budaya, melainkan keterlibatan dewa-dewi Cina dengan roh lokal setempat ( Datuk & Latuk ). Akulturasi yang terjadi dalam Pawai Tatung menunjukkan tumbuhnya kesetiaan orang Cina terhadap penunggu / roh nenek moyang setempat serta rasa persaudaraan yang terjalin diantara ketiga budaya ini dan berhasil berpengaruh terhadap eksistensi Pawai Tatung yang masih ada hingga saat ini di Kota Singkawang, Kalimantan Barat.

The Tatung Parade in the Cap Go Meh celebration originally from Singkawang City,
West Kalimantan. The Tatung tradition in West Kalimantan was brought by the Hakka people from South China. The interesting thing about the Tatung Parade in Singkawang City is that this tradition is a collaboration between three cultures ; The Dayak, Malay, and Chinese. The main problem in this research is how the implementation of the acculturation between the Dayak, Chinese and Malay in the Tatung Parade is. The research method is qualitative method. The primary source in this research is a full documentation video of the 2020 Cap Go Meh Singkawang Celebration from Youtube account "Pojok Inspirasi". The result of this research indicates that the form implementation of acculturation in the Tatung Parade did not only lie in the participation of the Dayak, Malay, and Chinese, but it is the involvement of Chinese gods / goddesses with local spirits (Datuk & Latuk). The acculturation that occurs in the Tatung Parade shows the loyalty of the Chinese to the local ancestors of West Kalimantan and the brotherhood between these three cultures. This acculturation has proven influent on the existence of Tatung Parade in Singkawang City until right now.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sania Faradila Aisyah Supardi
"Henna merupakan istilah lain dari tanaman Lawsonia Inermis. Henna merupakan tanaman yang banyak ditemukan di negara-negara Timur Tengah, seperti Mesir dan Palestina, hingga di negara India. Henna juga telah banyak tersebar di Indonesia. Tren pemakaian henna di Indonesia yang banyak digunakan dalam pernikahan ini telah menjadi sangat populer terutama di kalangan anak muda Jakarta, menjadikan henna sebagai salah satu icon riasan yang harus dipakai saat menikah. Selain karena tren, para mempelai memakai henna juga karena memiliki makna yang mendalam. Beragam motifnya juga memiliki makna masing-masing. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti tren dan makna pemakaian henna dalam pernikahan di kalangan anak muda Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif-deskriptif, studi pustaka, dan studi penelitian lapangan dengan observasi tidak langsung, dokumentasi, dan melakukan wawancara kepada narasumber terkait. Penelitian ini dianalisis menggunakan teori kebudayaan populer oleh Mukerji (1991).

Henna is another term for the Lawsonia Inermis plant. Henna is a plant that is widely found in Middle Eastern countries, such as Egypt and Palestine, to India. Henna has also been widely spread in Indonesia. The trend of using henna in Indonesia, which is widely used in weddings, has become very popular, especially among young people in Jakarta, making henna one of the makeup icons that must be worn when getting married. Apart from the trend, the bride and groom wear henna also because it has a deep meaning. The various motifs also have their respective meanings. Therefore, the author is interested in researching the trends and meanings of using henna in marriage among young people in Jakarta. The method used in this research is qualitative-descriptive, literature study, and field research study with indirect observation, documentation, and conduct."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Karen Theresya
"Seiring perkembangan teknologi, game online pun berkembang pesat dan berhasil mendapat antusiasme dari masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Salah satu game online yang paling populer di Indonesia saat ini adalah Mobile Legends. Mobile Legends seringkali membuat karakter hero yang diadaptasi dari sejarah, cerita rakyat, dan tokoh berpengaruh dari berbagai negara. Penelitian ini akan membahas mengenai karakter Sun (Sun Wukong) dalam game Mobile Legends yang diadaptasi dari cerita rakyat Cina. Melalui tokoh ini, para pemain secara tidak langsung diperkenalkan dengan budaya Cina itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman player Sun di Jakarta terhadap tokoh Sun dalam Mobile Legends dan budaya Cina.

Along with the development of technology, online games are growing rapidly and managed to get enthusiasm from the world community, including Indonesia. One of the most popular online games in Indonesia today is Mobile Legends. Mobile Legends often creates hero characters adapted from history, folklore, and influential characters from various countries. This study will discuss the character Sun (Sun Wukong) in the Mobile Legends game which is adapted from Chinese folklore. Through this character, the players are indirectly introduced to Chinese culture itself. This study aims to determine the level of understanding of Sun players in Jakarta towards Sun's character in Mobile Legends and Chinese culture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nirwan Arfari
"Arsitektur oriental merupakan sebuah bentuk bahasa arsitektur yang kemunculannya tidak terlepas dari sejarah kemunculan sebuah paham orientalisme, yang merupakan sebuah mindset yang dibentuk orang - Barat - mengenai pandangannya terhadap - Timur - . Orientalisme yang muncul sebagai sebuah cara memulai masa dengan bangsa - Timur - kemudian pada perkembangannya cenderung menjadi sebuah alat untuk mendominasi dan menginvasi sebuah wilayah baru, kemudian menjadi sebuah alat legalisasi perwujudan praktek imperialisme dan kolonialisme, yang kemudian hingga sekarang berubah menjadi sebuah bentuk kapitalisme. Orientalisme yang mendorong sebuah invasi ke wilayah baru akhirnya menyebabkan pula suatu bentuk migrasi dan mendorong pula sebuah pembauran identitas. Migrasi sendiri mendorong terjadinya sebuah bentuk representasi makna, yang merupakan ekspresi budaya, dan kemudian muncul lewat sebuah bahasa yaitu arsitektur, yang kemudian digolongkan ke dalam arsitektur oriental. Representasi ini kemudian terjadi juga pada arsitektur oriental di Jakarta yang notabennya adalah kota yang multikultural. Hal yang terjadi kemudian adalah arsitektur modern yang mengangkat tema oriental di Jakarta sekarang seakan mengalami penyempitan akan makna oriental itu sendiri. Hal ini merupakan sebuah pergeseran makna dari representasi arsitektur oriental yang terjadi lewat sebuah perjalanan sejarah yang panjang, dan sayangnya pergeseran ini cenderung menyebabkan sebuah degredasi makna. Hipotesis awal ini kemudian dilihat kembali pada studi kasus yang ada dilapangan yaitu dengan membandingkan elemen identitas yang terdapat pada Klenteng Tan Seng Ong yang mewakilkan arsitektur oriental masa lalu dan Kampoeng Cina, Kota Wisata yang mewakilkan arsitektur oriental masa kini. Elemen identitas yang dianalisis kemudian terdiri dari elemen ruang dan ornamentasi, karena kedua elemen identitas ini merupakan hal yang dapat jelas terlihat dan sarat akan perubahan makna. Arsitektur Cina di Jakarta diangkat untuk mewakili arsitektur oriental di Jakarta, didasarkan oleh penelusuran sejarah yang menunjukkan peran penting pendatang Cina di Jakarta di setiap layer masa, yang memberikannya kesempatan lebih banyak untuk merepresentasikan makna melalui sebuah bahasa arsitektur. Pengetahuan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam pertimbangan saat penciptaan arsitektur, yang bertema oriental, sehingga arsitektur tidak hanya menjadi sebuah tampilan, tetapi merupakan sesuatu yang sarat makna.

Oriental Architecture is a form of the achitecture language whose occurrence can not be separated from the history of the emergence of an Orientalism concept, which is a mindset that is formed by the 'West' about his views on the 'East'. Orientalism is emerging as a way to start the period with the 'East' and then on its development tends to be a tool to dominate and invade a new area, then became a practical embodiment of legalization tool of imperialism and colonialism, which was until now transformed into a form of capitalism. Orientalism that encourages an invasion into new areas also, eventually cause a form of migration and also push an identity assimilation. Migration itself encourages a form of representation of meaning, which is a cultural expression, and then emerges through a language ' architecture ' which was then classified into oriental architecture. This representation then also happened in Jakarta's oriental architecture, where Jakarta is a multicultural city. What happens then is the modern architecture in Jakarta today, which is take the oriental as a theme, looks like it's oriental meaning is being constrictive itself. This represents a shift in meaning from the representation of oriental architecture, which occurs through a long historical journey, and unfortunately, these shifts tend to cause a degradation of meaning. This initial hypothesis was later seen back on the existing case studies in the field by comparing the identity element contained in Klenteng Tan Seng Ong, who represents the oriental architecture of the past and Kampoeng Cina, Kota Wisata which represents the oriental architecture of the present. Identity elements that are analyzed consist of element of space and element of ornamentation, as both elements of this identity is something that can be clearly seen and loaded with the change of meaning. Chinese Architecture in Jakarta then, was appointed to represent the oriental architecture in Jakarta, this is based on the search of history that shows the important role of Chinese migrants in Jakarta at every layer of the period, which give them more opportunities to represent meaning through a language of architecture.This knowledge is expected to give a donation in consideration of the creation of the architecture, the oriental-themed, so the architecture is not just an appearance, but something full of meaning."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52256
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fransisca Maria Putrini Himawan
"Makalah ini merupakan hasil penelitian mengenai pergeseran makna dan fungsi ritual salah satu tahapan Shang Tou, upacara pernikahan tradisional masyarakat Cina Benteng di Tangerang, Banten. Tulisan ini khususnya membahas tahap pemujaan terhadap sosok Dewa San Jie Gong dalam sembahyang San Jie. Penelitian ini memaparkan tentang (1) prosesi penghormatan San Jie Gong dalam upacara Shang Tou dan (2) makna dan fungsi penghormatan Tian dan San Jie Gong dalam upacara Shang Tou. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa prosesi, makna dan fungsi sembahyang San Jie Gong sudah mengalami perubahan seiring jaman dengan berubahnya aturan-aturan seperti waktu pemujaan, tempat pemujaan dan tahapan lain yang menjadi dipersingkat.

This paper is a result from a research about the meaning and function`s shifting of one from the many steps of Shang Tou, a traditional Benteng Chinese wedding Ceremony in Tangerang, Banten. This paper is focusing on the worship of a deity called San Jie Gong in a San Jie worship ceremony. This research explains about (1) the procession of San Jie Gong`s worship in Shang Tou ceremony and (2) the meaning and function of Tian and San Jie Gong`s worship in Shang Tou ceremony. Based on the research conducted, it is known that as the era progressing, the procession, meaning and function of San Jie Gong worship has shifted with the change of rules such as the time of worship, place of worship and other steps that have been shortened."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Christine Rianti
"Pernikahan merupakan salah satu dari 3 peristiwa utama dalam kehidupan orang Cina, 2 hal lainnya adalah kelahiran dan kematian. Oleh karena hal tersebut, pernikahan masyarakat Cina tidak dapat dilepaskan dari tradisi upacara yang melekat didalamnya, yakni tradisi Upacara Persembahan Teh--- Chabai 茶拜. Upacara persembahan teh adalah salah satu bagian dari budaya leluhur Cina yang sudah diimplementasikkan turun temurun sampai sekarang, upacara ini terus dilaksanakan dan dilestarikan walau dengan konsep yang berbeda seiring dengan berkembangnya jaman. Meskipun demikian, makna dari Upacara Persembahan Teh tetap sama, yakni untuk menghormati orang tua dari kedua mempelai dan saudara-saudara yang dituakan dalam keluarga.

Marriage is one of the three main occasions in the life of the Chinese, besides birth and death. Therefore, Marriage in Chinese culture cannot be separated from its wedding rituals, specifically Tea Offering Ceremony ritual. Tea offering ceremony is a part of old Chinese culture that has been implemented until present days, this ceremony continues to be implemented and preserved with several conceptual changes to adjust to the modern era. Nevertheless, the significance of this ceremony remains the same, which is to honor the parents and the elders in the families of the bride and groom.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Satyani Maria Ratni
"Lipstik adalah sediaan kosmetika yang dibubuhi zat warna, dalam hal ini yang berperan adalah warna lipstik, untuk memberikan warna dan bentuk yang menarik pada bibir. Banyak lipstik yang beredar diduga mengandung zat warna terlarang maupun zat warna dengan kadar melebihi . batas yang ditetapkan. Pada penelitian ini akan diperiksa zat warna tersebut secara kualitatif dan kuantitatif menggunakan metode gabungan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)- Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Lipstik digoreskan secara langsung pada lempeng KLT Silica gel 60 (tanpa indikator fluore sensi). Minyak-minyak, malam-malam serta zat warna Permaton Red dan Permanent Orange dipisahkan dengan pengembangan berulang-ulang menggunakan diklormetan (pelarut KLTA). Pita-pita zat warna di bawah malam-malam dan minyak-minyak dikikis dari lempeng dan dilarutkan dalam diklormetan. Zat warna Tetrabromofluorescein dan Rhodamine B Stearate yang tersisa pada garis dasar dikembangkan menggunakan pelarut KLTB yaitu campuran etilasetat ammonia-air (3:7):metanol (15:3:3). Pita-pita zat warna dan garis dasar dikikis dari lempeng dan dilarutkan dalam campuran metanol-0,01 M TBAH-asam asetat (70:29:1). KCKT dilakukan pada kolom Spherisorb-ODS (30 em x 4,6 mm) dengan kecepatan aliran 1,0 ml/menit ; attenuasi, 2; dan kecepatan kertas, 5 mm/menit. Permaton Red dan Permanent Orange dapat dianalisis menggunakan campuran metanol-air-asam asetat (89 :10:1 ) sebagai fase gerak dan di deteksi pada 405 nm sedang Rhodamine B Stearate dan Tetrabromofluorescein dapat dianalisis menggunakan campuran metanol-0,01 M TBAH pH 3,5 (yang diperoleh dengan penambahan asam fosf at)-asam asetat (70:29:1) sebagai fase gerak dan dideteksi pada 546 nm. Dari penelitian ini diperoleh bahwa lipstik berwarna jingga kemerahan tidak mengandung Permanent Orange dan Permaton Red ; lipstik berwarna merah muda keu nguan tidak mengandung Rhodamine B Stearate dan Tetrabromofluorescein."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S32007
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>