Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195499 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ardyca Daniswara
"Banten yang awal mulanya merupakan kerajaan yang bercorak Hindu (pengaruh dari kerajaan Padjajaran), berubah menjadi sebuah kerajaan yang bercorak Islam. Perubahan ini juga mengakibatkan perubahan aspek-aspek penting lainnya dalam kehidupan bermasyarakat.
Oleh karena itu Penulis berharap dengan adanya tulisan ini, masyarakat bisa lebih memahami dan mengerti tentang kerajaan Banten yang bercorak Islam sehingga masyarakat mengetahui perubahan pola kehidupan yang terjadi akibat masuknya Islam serta mengetahui bagaimana keadaan Banten setelahnya.

Banten beginning is patterned Hindu kingdom (the influence of the royal Padjajaran), turned into an empire-style Islam. This change also resulted in changes in other important aspects in life.
Therefore the author hopes that this paper, the public can better understand and appreciate the character of the kingdom of Banten Islam so that people know the change of the pattern of life caused by the arrival of Islam as well as knowing how the Banten thereafter.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Purwa Lintang Mulia
"Artikel ini membahas operasionalisasi jalur kereta api Rangkasbitung – Labuan, beserta dampaknya pada aspek ekonomi dan sosial di Banten Selatan tahun 1906 hingga 1930. Sebelum jalur kereta api dibangun, kondisi daerah Banten Selatan terisolasi sehingga keadaan ekonomi dan sosialnya terpuruk. Melalui hadirnya transportasi kereta api di Banten Selatan, terjadi gerak ekonomi berupa pembukaan perkebunan karet dan pabrik minyak kelapa yang hasilnya lebih mudah diangkut, dan ramainya angkutan penumpang. Kereta api di jalur ini menjadi pendorong migrasi penduduk baru sehingga jumlah penduduk bertambah, dan seiring dengan perkembangan tersebut, tampak dinamika kehidupan sosial dan ekonomi di Banten Selatan. Artikel ini ditulis menggunakan metode sejarah, dengan pengumpulan data berupa arsip, dokumen terjilid, peta, surat kabar, buku, dan jurnal, yang diperoleh melalui Perpustakaan PT Kereta Api Indonesia, Perpustakaan Nasional, Arsip Nasional Republik Indonesia, ataupun secara daring.

This article discusses the operation of the Rangkasbitung – Labuan railway line, and its impact on the economic and social aspects of South Banten from 1906 to 1930. Before the railway line was built, the South Banten area was isolated so that its social and economic situation deteriorated. With the existence of rail transportation in South Banten, it creates an economic movement in the form of rubber plantations and coconut oil factories opening, and easy mobility of passengers along the Rangkasbitung - Labuan line. In addition, trains also boost migration so that the population increases, which along with these developments shows the dynamics of social and economic life in South Banten. This article is written using the historical method, by collecting data in the form of archives, bound documents, maps, newspapers, books, and journals, which are obtained through the PT Kereta Api Indonesia Library, National Library, National Archives, or through online resources."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Karim Santoso
"Pendidikan di Indonesia saat ini masih mengalami masalah yang kompleks salah satunya adalah kinerja kepala sekolah hingga kualitas terdidik yang dihasilkan. Studi di 13 negara maju dan 14 negara berkembang yang dilakukan oleh Heineman dan Loxely (1988) menunjukkan, bahwa sekitar sepertiga dan varians mutu pendidikan di sekolah ditentukan oleh kualitas kepemimpinan kepala sekolah. Kepala sekolah adalah seseorang yang diberi tugas untuk mengelola manajerial sekolah. Melihat betapa krusialnya peran kepala sekolah, seorang kepala sekolah hendaknya memiliki kompetensi-kompetensi tertentu yang menunjang kinerjanya. Sabar merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah. Selain sabar, hal lain yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah motivasi untuk berprestasi. Oleh karena itu, variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sabar, motivasi berprestasi dan kinerja. Tujuan dan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh sabar sabar terhadap kinerja, pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja, dan pengaruh sabar dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kinerja. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Sabar adalah kemampuan jiwa (hati) dan raga (lisan dan perbuatan) untuk menerima segala kepahitan hidup (musibah) yang menimpanya, untuk menahan diri dan perbuatan-perbuatan yang tidak baik yang dilarang agama, dan untuk melaksanakan segala yang diperintahkan agama. Motivasi berprestasi adalah motif yang mendorong individu untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing. Kinerja adalah prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya sesuai dengan standar dan kriteria yang telah ditetapkan untuk pekerjaan itu. Penelitian ini dilakukan pada 30 sampel kepala Sekolah Dasar Islam Terpadu di Banten Barat dengan dilakukan ujicoba instrumen penelitian terlebih dahulu kepada 8 orang kepala Sekolah Dasar Islam Terpadu di Jakarta sebagai sampel yang dikenal dengan baik oleh peneliti yang mempunyai tingkat kesabaran, motivasi berprestasi dan kinerja yang berbeda-beda. Oleh karena itu, uji coba instrumen ini menggunakan metode objektifitas. Hasil penelitian di Banten Barat diolah menggunakan SPSS 13.0. Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan analisa korelasi bivariat untuk mengetahui hubungan antara sabar dan motivasi berprestasi dengan kinerja; Juga menggunakan analisa regresi linier berganda untuk menggambarkan sumbangsih kedua variabel —yakni sabar dan motivasi berprestasi-secara bersamaan dalam menjelaskan varian variabel kinerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 3 hipotesa yang diketengahkan diterima semuanya. Hipotesis pertama yang berbunyi 'Terdapat pengaruh langsung antara sabar terhadap kinerja', maka hipotesis pertama diterima dengan indeks korelasi 0.638.. Sedangkan rumusan hipotesis kedua yang berbunyi 'Terdapat pengaruh langsung antara motivasi berprestasi dan kinerja', maka hipotesisi kedua diterima dengan indeks korelasi 0.746. Rumusan hipotesis ketiga adalah 'Terdapat pengaruh langsung antara sabar dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kinerja', maka berdasarkan hasil penelitian hipotésis ketiga diterima dengan indeks korelasi 0.753. Dari semua dimensi sabar hanya kekuatan dalam melaksanakan perintah yang memberikan sumbangsih efektif terhadap variabel kinerja dengan indeks korelasi 0.663. Dan semua dimensi motivasi berprestasi hanya kreatif-inovatif dan dimensi waktu menyelesaikan tugas saja yang memberikan sumbangsih efektif terhadap variabel kinerja. Sumbangan efektif dimensi kreatif-inovatif terhadap variabel kinerja sebesar 57.1%. Sumbangan efektif dimensi waktu menyelesaikan tugas terhadap variabel kinerja sebesar 6%."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T24992
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Karim Santoso
"Pendidikan di Indonesia saat ini masih mengalami masalah yang kompleks salah satunya adalah kinerja kepala sekolah hingga kualitas terdidik yang dihasilkan. Studi di 13 negara maju dan 14 negara berkembang yang dilakukan oleh Heineman dan Loxely (1988) menunjukkan, bahwa sekitar sepertiga dari varians mutu pendidikan di sekolah ditentukan oleh kualitas kepemimpinan kepala sekolah.
Kepala sekolah adalah seseorang yang diberi tugas untuk mengelola manajerial sekolah. Melihat betapa krusialnya peran kepala sekolah, seorang kepala sekolah hendaknya memiliki kompetensi-kompetensi tertentu yang menunjang kinerjanya. Sabar merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah. Selain sabar, hal lain yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah motivasi untuk berprestasi. Oleh karena itu, variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sabar, motivasi berprestasi dan kinerja.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh sabar sabar terhadap kinerja, pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja, dan pengaruh sabar dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kinerja. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif.
Sabar adalah kemampuan jiwa (hati) dan raga (lisan dan perbuatan) untuk menerima segala kepahitan hidup (musibah) yang menimpanya, untuk menahan diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik yang dilarang agama, dan untuk melaksanakan segala yang diperintahkan agama. Motivasi berprestasi adalah motif yang mendorong individu untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing. Kinerja adalah prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya sesuai dengan standar dan kriteria yang telah ditetapkan untuk pekerjaan itu.
Penelitian ini dilakukan pada 30 sampel kepala Sekolah Dasar Islam Terpadu di Banten Barat dengan dilakukan ujicoba instrumen penelitian terlebih dahulu kepada 8 orang kepala Sekolah Dasar Islam Terpadu di Jakarta sebagai sampel yang dikenal dengan baik oleh peneliti yang mempunyai tingkat kesabaran, motivasi berprestasi dan kinerja yang berbeda-beda. Oleh karena itu, uji coba instrumen ini menggunakan metode objektifitas.
Hasil penelitian di Banten Barat diolah menggunakan SPSS 13.0. Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan analisa korelasi bivariat untuk mengetahui hubungan antara sabar dan motivasi berprestasi dengan kinerja; Juga menggunakan analisa regresi linier berganda untuk menggambarkan sumbangsih kedua variabel 'yakni sabar dan motivasi berprestasi-secara bersamaan dalam menjelaskan varian variabel kinerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 3 hipotesa yang diketengahkan diterima semuanya. Hipotesis pertama yang berbunyi 'Terdapat pengaruh langsung antara sabar terhadap kinerja', maka hipotesis pertama diterima dengan indeks korelasi 0.638.. Sedangkan rumusan hipotesis kedua yang berbunyi 'Terdapat pengaruh langsung antara motivasi berprestasi dan kinerja', maka hipotesisi kedua diterima dengan indeks korelasi 0.746. Rumusan hipotesis ketiga adalah 'Terdapat pengaruh langsung antara sabar dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kinerja', maka berdasarkan hasil penelitian hipotesis ketiga diterima dengan indeks korelasi 0.753.
Dari semua dimensi sabar hanya kekuatan dalam melaksanakan perintah yang memberikan sumbangsih efektif terhadap variabel kinerja dengan indeks korelasi 0.663. Dari semua dimensi motivasi berprestasi hanya kreatif-inovatif dan dimensi waktu menyelesaikan tugas saja yang memberikan sumbangsih efektif terhadap variabel kinerja. Sumbangan efektif dimensi kreatif-inovatif terhadap variabel kinerja sebesar 57.1%. Sumbangan efektif dimensi waktu menyelesaikan tugas terhadap variabel kinerja sebesar 6%.

Nowadays, education in Indonesia still encounters many complex problems, they are among others school principal performance and quality of educated students resulting therefrom. Study in 13 advanced countries and 14 developing countries performed by Heineman and Loxely (1988) reveals that approximately one-third of education quality variant at school is determined by the quality of the school principal leadership.
The Principal is the one who is assigned to manage school administration. Taking into consideration the crucial role of the principal, a Principal should have certain competencies supporting his/her performance. Patience constitutes competence that should be possessed by a school principal. Besides, the other thing that should be possessed by a principal is motivation for achievement. Therefore, variables in this study are patience, motivation for achievement and principal performance.
This study is aimed at identifying and analyzing influence of patience, motivation for achievement to school principal performance. This study applies quantitative method.
Patience is capability of soul (heart) and physic (talks and actions) to receive calamity that he/she suffers from, prevent from committing any unfavorable acts prohibited by religious values, and perform anything as directed by his/her religion. Motivation for achievement is a motivation encouraging individual to win a certain competition. Performance is achievement attained by any individuals in performing tasks or works pursuant to standard and criteria already stipulated for the tasks or works.
This Study is performed in 30 samples of Integrated Islamic Elementary School Principal in Banten Barat through instrument test made to 8 Principals of the Integrated Islamic School in Jakarta as samples known well by evaluators to be having patience, motivation for achievement and different performances. Therefore, this instrument test applies objectivity method.
The Study findings in Banten Barat are processed using SPSS 13.0. Hypothetical test of this study applies Bavaria correlation analysis to identify relation between patience and motivation for achievement and school principal performance, dual linear regression analysis is also applied to describe contribution of the two variables namely patience and motivation for achievement jointly in explaining variable variant of school principal performance.
Study finding reveals that 3 presented hypothesis are accepted in its entirety. The first hypothesis reading 'There is direct influence between patience and school principal performance', is accepted with correlation index of 0.638. While the second hypothesis reading 'There is direct influence between motivation for achievement and school principal performance' is accepted with correlation index of 0.746. The third hypothesis reading 'There is direct influence between patience and motivation for achievement jointly to school principal performance' is accepted with correlation index of 0.753.
From all dimensions of patience, it is only strength in performing instructions which gives effective contribution to performance variable with correlation index of 0.663. From all dimensions of motivation for achievement, it is only creative-innovative and time dimension in accomplishing any task which gives effective contribution to performance variable. Effective contribution of creative-innovative dimension to performance variable is 57.1%. Effective contribution of time dimension in accomplishing tasks to performance variable is 6%."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Nizar
"Baku mutu (BM) SO2 ambien Indonesia untuk rata-rata waktu 24-jam sebesar 365 μg/m3 yang diatur di dalam PP No 41 Tahun 1999 paling longgar dibandingkan dengan BM SO2 ambien negara-negara lain di dunia termasuk BM panduan WHO. BM ini diperkirakan belum menjamin perlindungan kesehatan masyarakat dan lingkungan di Indonesia. Oleh karenanya diperlukan BM alternatif untuk SO2 ambien yang lebih ketat. Penelitian ini mengkaji nilai manfaat dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan jika Indonesia melakukan pengetatan BM SO2 ambien. Dua alternatif BM untuk SO2 yang digunakan adalah 78 μg/m3 mengacu pada U.S. EPA dan 300 μg/m3 mengacu pada PUSARPEDAL. Langkah pertama adalah memetakan persebaran konsentrasi SO2 ambien di Indonesia. Hasilnya mengindikasikan bahwa Provinsi DKI Jakarta dan Banten telah melebihi kedua BM alternatif sedangkan Provinsi DIY, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Sumatera Utara hanya melebihi BM alternatif 78 μg/m3.
Dari aspek sosial, jika DKI Jakarta dan Banten memenuhi BM alternatif 300 μg/m3 akan menurunkan kejadian ISPA 98% dan 95%. Untuk Jawa Timur, Bali dan Sumatera Utara, jika memenuhi BM alternatif 78 μg/m3 akan menurunkan kejadian ISPA masing-masing 59%, 51% dan 5%. Dari aspek ekonomi, pemenuhan BM alternatif 300 μg/m3 memberikan manfaat penurunan kejadian ISPA di Indonesia antara Rp 171.400.000-Rp 4.030.000.000, sedangkan pemenuhan BM alternatif 78 μg/m3 memberikan manfaat ekonomi lebih besar: antara Rp 233.900.000-Rp 5.499.000.000. Dari aspek lingkungan, disimpulkan bahwa pemenuhan BM alternatif 300 dan 78 μg/m3 memberikan nilai pH (keasaman) air hujan masingmasing 5,05 dan 5,31.

Indonesia quality standard (QS) for ambient SO2 for 24-hour time average i.e. 365 μg/m3 regulated in the Government Regulation No. 41 of 1999 is the most loose compared to the ambient SO2 standards of other countries in the world including WHO QS guideline. This QS is not expected to guarantee the protection of public health and environment in Indonesia. Therefore more stringent QS alternative for ambient SO2 is required. This research examines benefit values in social, economic and environmental aspects if Indonesia tightens its ambient SO2 QS. Two alternative QS for SO2 are used i.e 78 referring to U.S. EPA and 300 μg/m3 referring to PUSARPEDAL. First step is to map distribution of SO2 ambient concentrations in Indonesia. The result indicates that Provinces of Jakarta and Banten have exceeded both alternative QS while Provinces of Yogyakarta, West Java, Central Java, East Java, Bali and North Sumatra only exceed the alternative QS of 78 μg/m3.
From the social aspect, by attaining to the alternative QS of 300 μg/m3, Jakarta and Banten will reduce incidence of ARI by 95% and 98%. By attaining to the alternative QS of 78 μg/m3, East Java, Bali and North Sumatra will reduce the incidence of ARI by 59%, 51% and 5%. From the economic aspect, the attainment to the alternative standard of 300 μg/m3 gives economic value of the decrease of ARI incidence ranging from Rp 171.4 millions to Rp 4.03 billions in Indonesia. The attainment to the alternative QS of 78 μg/m3 gives economic value ranging from Rp 233.9 millions to Rp 5.499 billions. From the environmental aspect, it is concluded that the attainment to the alternative standards of 300 and 78 μg/m3 provide rainwater pH value of 5.05 and 5.31 respectively.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Alawiyah Surandi
"Penelitian ini bermaksud mengkaji terakomodir tidaknya hak-hak perempuan dalam politik identitas berbasis Islam. Salah satu wujud politik identitas Islam tersebut adalah proses penerapan Syariat Islam seperti terjadi di Serang Banten.
Kerangka pemikiran yang melandasi penelitian ini adalah bahwa dalam politik identitas, baik yang berbasis pada agama, ras, etnis, bangsa dan sebagainya, perempuan seringkali dijadikan simbol untuk menandai identitas tersebut. Apakah dalam politik identitas Islam seperti dalam kasus proses penerapan Syariat Islam perempuan juga dijadikan simbol dan penanda identitas sehingga hak-haknya seperti hak sipil dan politik terabaikan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan dalam proses penerapan Syariat Islam di Serang Banten dijadikan simbol dan instrumen terciptanya masyarakat Islami. Hai ini dilandai dengan himbauan pemakaian jilbab bagi perempuan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Pemda dan seluruh dinas Kabupaten Serang dan para siswi SD sampai SLTA Negeri se-Kabupaten Serang. Dengan adanya himbauan berjilbab menunjukkan bahwa perempuan lebih digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan gerakan penegakan Syariat Islam. Perempuan menjadi terabaikan hak-haknya karena mereka tidak dilibatkan secara aktif dalam pengambilan kebijakan seperti dalam himbauan jilbab tersebut, dan dalam berbagai proses politik yang terjadi di Serang. Dalam Panitia Penerapan Syariat Islam Banten, misalnya, tidak ada satu pun perempuan yang masuk dalam susunan kepanitiaan tersebut sementara penerapan Syariat Islam sendiri realitasnya banyak yang ditujukan untuk perempuan.
Untuk mewujudkan masyarakat Islam seperti yang diperjuangkan para penegak Syariat Islam, jilbab merupakan tahap awal karena akan banyak hukum-hukum Islam yang tidak berpihak pada perempuan sehingga hak-hak perempuan sebagai manusia terabaikan. Karena itu, penelitian ini berupaya menggambarkan kondisi perempuan ketika Islam dijadikan satu-satunya identitas yang diperjuangkan untuk menjadi sumber nilai bagi tatanan kehidupan masyarakat dan pemerintahan.

This study intends to observe whether or not women's rights are accommodated by the politics of identity of Islam. The process of the implementation of the Islamic sharia in Serang Banten is one of the answers or that question.
Women are often used as an important symbolic instrument for making a certain political identity. This "universal custom" is practiced by religions, races, ethnics, and so forth. One of the results of this practice is the abandonment of women's rights, such as civil right and political right. This study intends to know whether or not women are used as a symbolic identity in the process of the implementation of the Islamic Sharia in Serang Banten. This is the framework of this study.
Based on a field research, this study want to show that the mentioned "universal custom" is not absent in the process of the implementation of the Islamic Shari'a in Serang Banten. Women are regarded as an important symbol of the emergence of the Islamic society. To achieve an Islamic society, for example, the District Government (Periieriniah Daerah, abbr. Pemda) encourages the female government employee (Pegawai Negeri Sipil) to wear jilbab (veil) in the office of Pemda and other government offices in Serang. This rule is also encouraged to the female students of the state schools (sekolah negeri) from elementary until senior high school in Serang. This phenomenon is an evidence of the assumption that women are merely used as an instrument of the implementation of Islamic shari'a in Serang. The fact that women are not invited to participate actively in this project is another evidence of the abandonment of women's rights. The Committee of the implementation of Islamic shari'a in Banten, for instance, does not involve women, even one person, in the list. This phenomenon is clearly in contrast to the fact that women are the most important target of the project.
Jilbab is the first obvious example of the result of the process of the implementation of Islamic shari'a in Serang. After jilbab, the sequence policies of the implementation of Islamic shari'a such as Islamic law will be implemented. The Islamic laws which prevail in Indonesian community now were often regarded in the opposite side with women. Hence, the implementation of Islamic laws is feared to threaten women's rights. This thesis intends to portray women's fate in a society where Islam is considered as the only identity and value source for the social order of society and government.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11895
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Abdan Shadiqi
"ABSTRAK
Demonstrasi, protes, tanda tangan petisi, aksi anarkis, dan aksi terorisme
merupakan contoh aksi kolektif. Terdapat dua bentuk aksi kolektif, yakni aksi
damai (normatif) dan kekerasan (tidak-normatif). Intensi aksi kolektif solidaritas
merupakan fokus kajian pada penelitian terkait dengan solidaritas Muslim
Indonesia pada konflik Palestina-Israel. Penelitian ini berusaha untuk menggali
apa saja faktor yang melandasi sekumpulan orang ingin melakukan aksi kolektif
solidaritas bentuk normatif atau tidak-normatif pada konteks konflik Palestina-
Israel. Melalui studi survei korelasional, penelitian ini menganalisis data yang
berasal dari 460 mahasiswa Muslim Indonesia. Data diperoleh dengan survei
online dan paper-and-pencil menggunakan 8 alat ukur yang valid dan reliabel
terdiri dari skala intensi aksi kolektif solidaritas bentuk normatif, intensi aksi
kolektif solidaritas bentuk tidak-normatif, identitas sosial politik, efikasi
kelompok, emosi berbasis kelompok yang terdiri dari emosi marah, merendahkan, bangga, dan berani. Kami menggunakan uji confirmatory factor analysis (CFA), regresi, dan uji pemodelan atau structural equation modeling (SEM) untuk analisis statistik melalui Lisrel pada pengujian validitas dan reliabilitas alat ukur dan semua hipotesis. Hasil temuan penelitian ini adalah identitas sosial politik merupakan sentral dari prediktor aksi kolektif solidaritas bentuk normatif ataupun tidak-normatif. Pada aksi kolektif normatif dipengaruhi secara positif oleh identitas sosial politik, emosi marah berbasis kelompok dan efikasi. Sementara itu, pada aksi kolektif tidak-normatif diprediksi secara positif oleh identitas sosial politik dan secara negatif oleh efikasi kelompok. Temuan ini erat kaitannya dengan konteks penelitian yang terkait dengan isu keadilan, kekerasan suci, dan keagamaan.

ABSTRACT
Demonstration, protest, signing the petition, anarchist acts, and terrorism are the examples of the collective action. There are two forms of such action, the peaceful acts (normative) or violence acts (non-normative). This study examined the intention to conduct solidarity collective action among Indonesian Moslems in the context of Palestinian-Israeli conflict. The factors underlying this intention of people to take a solidarity collective action with normative or non-normative forms in the context of Palestinian-Israel conflict were being investigated. Through a correlational survey study, this study analyzed the predictors of intention to conduct solidarity collection action in 460 Indonesian Moslems students. The data was gathered by online survey and paper-and-pencil methods by using 8 measurements: intention of conducting solidarity normative collective action, intention of solidarity non-normative collection action, social political identity, group-efficacy, group-based emotion scale which consist of anger, contempt, pride, and brave. We administered the confirmatory factor analysis (CFA), regression, and structural equation modelling (SEM) in the series of statistical analysis with Lisrel to test the validity and reliability of measurements and to test all our hypotheses. We found that socio-political identity to be a central predictor of intention for conducting solidarity collective action (normative and non-normative). Specifically, intention of solidarity normative collective action is predicted positively by socio-political identity, group-based anger, and group
efficacy. Meanwhile, the intention of conducting solidarity non-normative
collective action is predicted positively by socio-political identity and negatively by group efficacy. This finding is closely related to the context of studies with justice, sacred violence, and religion as the issues."
2017
T47988
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Reza Syahroni
"Penelitian ini membahas tentang sikap presiden Moon Jae-In dalam penempatan THAAD (Terminal High Altitude Area Defense atau.). THAAD adalah sistem pertahanan terhadap rudal jarak pendek dan jarak menengah. Pada bulan Februari tahun 2016, Korea Selatan dan Amerika Serikat mencapai kesepakatan mengenai rencana penempatan THAAD di Korea Selatan. Dalam proses mencapai kesepakatan ini, Korea Selatan menghadapi pertimbangan yang rumit yang bersifat internal (meningkatkan keamanan nasional) dan eksternal (kemungkinan muncul penolakan dari Tiongkok dan Rusia). Terlebih lagi di tengah proses pelaksanaan penempatan THAAD terjadi pergantian pemerintahan dari Park Geun-Hee ke Moon Jae-In. Tiongkok menggunakan beberapa media resmi maupun tidak resmi untuk menekan Korea Selatan selama masa pemerintahan Park Geun-Hee. Permasalahan ini terus bergulir hingga pemerintahan berganti ke Moon Jae-In, namun pada akhirnya permasalahan THAAD dapat diselesaikan. Latar belakang ini merumuskan pertanyaan penelitian, yaitu faktor apa yang melatarbelakangi sikap Moon Jae-In terkait dengan penempatan THAAD? Dengan menerapkan metode deskriptif-analisis, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan latar belakang yang mendorong Moon Jae-In untuk menyelesaikan konflik terkait penempatan THAAD. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat faktor politik, ekonomi, dan sosial yang mendorong terjadinya perubahan terkait konflik penempatan THAAD di masa pemerintahan Moon Jae-In.
.....This research discusses the attitude of President Moon Jae-In in THAAD placement. THAAD is a defense system against short and medium-range missiles. In February 2016, South Korea and the United States reached an agreement on the plan to deploy Terminal High Altitude Area Defense or THAAD in South Korea. In the process of reaching this agreement, South Korea faces complex considerations that are both internal (increasing national security) and external (possible resistance from China and Russia). Moreover, in the middle of the process of implementing THAAD placement, there was a change of government from Park Geun-Hee to Moon Jae-In. China used several official and unofficial media to pressure South Korea during Park Geun-Hee's reign. This problem continued until the government changed to Moon Jae-In, but in the end the THAAD problem was resolved. This background formulates the research question, namely what factors are behind Moon Jae-In's attitude regarding THAAD placement? By applying the descriptive-analysis method with data sources in the form of online media, this study aims to explain the background that drives Moon Jae-In to resolve conflicts related to THAAD placement. The results of the analysis show that there are political, economic, and social factors that drive changes related to the conflict over the placement of THAAD during the reign of Moon Jae-In."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nafi Ghaniy
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari sisi politik, sosial dan ekonomi yang dilihat melalui nilai-nilai index dan indikator-indikator pembangunan terhadap tingkat korupsi dilihat dari index persepsi korupsi untuk 92 negara di tahun 2014.
Melalui metode OLS dan berbagai tes terhadap data, hasil yang diperoleh dapat mebuktikan bahwa tingkat pembangunan ekonomi, tingkat demokrasi, kebebasan ekonomi, tingkat edukasi, stabilitas politik dan agama mempunyai efek yang signifikan terhadap tingkat persepsi korupsi.
Kata Kunci: Korupsi, Pembangunan Ekonomi, Demokrasi, Agama, Stabilitas
Politik, Pendapatan Per Kapita, Tingkat Edukasi, Agama, Kristen, Islam, Katolik,
Protestan.

ABSTRACT
Measured through development indicators and various indexes, upon the perceived level of corruption indicated by corruption perception index in 92 observed countries for the year of 2014.
Through OLS method and tests on cross-section data, the results obtained had proved that level of development, degree of democracy, economic freedom, level of education, political stability and religion have significant impact on the perceived level of corruption. Although there are differences in significant variables between the developing and developed countries group.
"
2016
S61439
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>