Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 63072 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aina Marulisya S.
"Di dalam penelitian ini dibahas tentang perubahan pandangan wanita Jepang terhadap nilai pernikahan dan faktor pendorong yang akhirnya mengubah pandangan wanita Jepang dari masa sebelum perang ke sesudah perang, serta dampak yang timbul akibat dari perubahan pandangan tersebut. Sedangkan metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif analisis. Setelah analisis, ditarik kesimpulan bahwa faktor terbesar yang menyebabkan perubahan pandangan wanita Jepang terhadap pernikahan adalah faktor pendidikan.

In this study will be explained some problems about the change of Japanese women’s opinion about marriage and some factors that finally change Japanese women opinion from before world war II era to after world world era and effects that show up becaouse of that opinion’s changes. Methode that’s used in exploring this study id an analytical descriptive methode. After the analysis, will be found that the main factor that influence the change of Japanese opinion about marriage is the aducational factor."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Setyo Yogayanti
"Skripsi ini membahas perubahan persepsi perempuan Jepang terhadap perceraian dalam masyarakat kontemporer. Dengan mengambil studi kasus perempuan Jepang yang bercerai, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perubahan struktur keluarga menyebabkan perubahan nilai terhadap keluarga, anak, dan pernikahan yang pada akhirnya menyebabkan perubahan persepsi perempuan Jepang terhadap perceraian. Penelitian ini adalah menggunakan metodologi kualitatif dengan pendekatan penelitian "case study". Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi perempuan Jepang terhadap perceraian mengalami perubahan. Perempuan tidak lagi memandang perceraian sebagai suatu hal yang tidak biasa, melainkan sebagai suatu hal yang wajar. Selain itu, masyarakat juga menjadi lebih toleran terhadap perceraian.

The focus of this study is the changes in Japanese women?s perception of divorce in contemporary society. Taking the study case of divorced women, the purpose of this study is to know how the changes in family structure lead to changes of value towards family, kids, and marriage which in the end cause changes in Japanese women's perception of divorce. The result of this study shows that women are no longer seeing divorcement as something unusual, but instead as something usual. In addition, the society also becomes more tolerant towards divorcement."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42365
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ferliza Pangestu
"Masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah mengenai pendidikan tinggi di Jepang yang mempengaruhi cara pandang wanita mengenai pernikahan era 2000-an. Jika dibandingkan dengan tahun 1970 sampai 1990-an, padangan wanita terhadap pernikahan jauh berbeda. Wanita yang awalnya menganggap pernikahan sebagai tujuan hidup, pada periode 2000-an menyadari bahwa menikah merupakan salah satu pilihan dari sekian banyak pilihan yang ada.
Faktor penyebab perubahan ini dipengaruhi oleh pendidikan tinggi yang diterima oleh para wanita. Jumlah mahasiswi yang masuk universitas semakin bertambah banyak. Dengan kata lain, wanita yang teredukasi jumlahnya meningkat. Dengan memiliki pendidikan tinggi dan pengetahuan luas, membuka pandangan wanita terhadap banyak hal, salah satunya pernikahan.

The issues raised in this paper is higher education in Japan which affected how women regarding marriage in the era of 2000s. When compared to 1970 until 1990s, women express their views on marriage is much different. Women who initially considers marriage as a life goal, in the period of the 2000s realized that getting married is one of the many options that exist.
Factors causing these changes are influenced by the higher education that received by women. Number of students who entered the university increasing day by day. In other words, women who are educated increase. By having a higher education and extensive knowledge, opening women's views on many things, one of which is marriage.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Agustina Pusparesmi M
"Skripsi ini menguraikan tentang wanita Jepang. Secara khusus skripsi ini menguraikan tentang perubahan pandangan wanita Jepang terhadap perkawinan sebagai akibat dari adanya perubahan Undang Undang dan perkembangan pendidikan bagi wanita Jepang. Perubahan pandangan ini terutama ditekankan pada saat Jepang berada di bawah pendudukan Amerika (tahun 194 akibat dari kekalahan Jepang pada Perang Dunia II) karena setelah masuknya Amerika terlihat jelas perubahan pandangan tersebut. Namun, sebelumnya diuraikan pula mengenai kehidupan dan anti perkawinan bagi wanita sebelum tahun 1946 (sebagai latar belakang). Sebelum tahun 1946, perkawinan dianggap sebagai jalan hidup wanita karena pendidikan yang diterima wanita pada saat itu, baik di rumah maupun sekolah bertujuan untuk menjadikan wanita sebagai Ryosai Kenbe sehingga wanita tidak memiliki kemandirian. Adanya perubahan yang dilakukan oleh pemerintah Jepang atas desakan pihak penguasa Amerika menumbuhkan kesadaran wanita Jepang bahwa perkawinan bukanlah satu-satunya jalan hidup yang tersedia bagi mereka. Perkawinan yang pada awalnya dianggap sebagai suatu keharusan kemudian berubah menjadi satu pilihan hidup wanita Jepang. Dengan demikian terbukti bahwa secara tidak langsung Amerika melalui perubahan Undang Undang dan perkembangan bidang pendidikan telah mempengaruhi pandangan wanita Jepang terhadap perkawinan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S13576
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Hapsari
"abstrak
ketertarikan orang jepang terhadap ajaran islam di indonesia semakin
tinggi ketika mereka berinteraksi secara intensif dengan muslim indonesia. bahkan
untuk beberapa kasus, mereka memutuskan menjadi mualaf. penelitian ini berupaya
mengidentifikasikan reference group yang mempengaruhi keputusan orang jepang
menjadi mualaf. analisis terhadap reference group yang paling berpengaruh juga
dilakukan, serta menganalisis perubahan pandangan orang jepang mengenai
pernikahan setelah menjadi mualaf.
pendekatan sosialisasi oleh reference group digunakan untuk menganalisis
agen sosialisasi yang mempengaruhi keputusan menjadi mualaf. metode yang
digunakan adalah kualitatif dengan depth interview kepada empat mualaf jepang
yang pernah atau sedang tinggal di indonesia. penelitian ini juga menggunakan
kajian pustaka berupa buku dan artikel jurnal.
studi ini menemukan bahwa mualaf jepang mendapat pengaruh reference
group dari agen sosialisasi teman sebaya, institusi pendidikan, media massa, dan
host family. reference group yang paling berpengaruh adalah teman sebaya dan
institusi pendidikan. pandangan mualaf jepang mengenai pernikahan sebelum
menjadi mualaf, mereka tidak terlalu memikirkan pernikahan dan tidak memiliki
anak lebih dari dua, serta menginginkan wanita bekerja di sektor publik. setelah
menjadi mualaf, mereka ingin menikah lebih cepat dan berpikir untuk mempunyai
lebih dari dua anak, serta menginginkan wanita untuk bekerja, namun setelah
mempunyai anak akan berfokus mengurus anakya.

abstract
japanese interest in the teachings of islam in indonesia is higher when they
interact intensively with indonesian muslims. in some cases, they even decided to
become mualaf. this study seeks to identify reference groups that influence the
decision of japanese to become mualaf. analysis of the most influential reference
group was also carried out, as well as analyzing changes in japanese views about
marriage after becoming mualaf.
the socialization approach by the reference group is used to analyze the
agents of socialization that influence the decision to become mualaf. this study
used qualitative method with depth interview towards four japanese mualafs who
had or were living in indonesia. this research also uses literature review in the form
of books and journal articles.
this study found that japanese mualafs were influenced by reference groups
socialization agents of peer group, educational institutions, mass media, and host
family. the most influential reference groups are peer group and educational
institutions. japanese mualafs view of marriage before becoming mualafs, they do
not think much about marriage and having more than two children, and want women
to work in the public sector. after becoming converts, they want to get married
faster and think of having more than two children, and want a woman to work, but
after having a child, they will focus on taking care of their children.
yang paling berpengaruh adalah teman sebaya dan institusi pendidikan. Pandangan mualaf Jepang mengenai pernikahan sebelum menjadi mualaf menunjukkan bahwa mereka tidak terlalu memikirkan pernikahan dan tidak memiliki anak lebih dari dua, serta menginginkan wanita bekerja. Setelah menjadi mualaf, mereka ingin menikah lebih cepat dan mempunyai lebih dari dua anak, serta menginginkan wanita untuk bekerja, namun akan berfokus mengurus anakya.
Japanese interest in the teachings of Islam in Indonesia is higher when they interact intensively with Indonesian Muslims. In some cases, they even decided to become. This study seeks to identify reference groups that influence the decision of Japanese to become. Analysis of the most influential reference group was also carried out, as well as analyzing changes in Japanese views about marriage after becoming. The socialization approach by the reference group is used to analyze the socialization agents that influence their decision. This study used depth interview towards four Japanese who had or were living in Indonesia. This research also uses books and journal articles for literature review. This study found that Japanese were influenced by reference groups of peer group, school, mass media, and host family. The most influential reference groups are peer group and school. Japanese views of marriage before becoming indicates that they do not think much about marriage and having more than two children, and want women to work. After becoming they want to get married faster and have more than two children, and want women to work, but they will focus on taking care of their children."
2020
T54477
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Ardianti
"Penelitian ini mengkaji tiga puluh enam kotowaza yang dianalisis dengan menggunakan pendekatan hermeneutik. Hasil interpretasi data dikaitkan dengan teori Ortner dan teori peran nature, nurture, dan equilibrium. Penelitian ini bertujuan untuk mencari jawaban tentang bagaimana peran gender pria dan wanita yang tergambar dalam kotowaza (peribahasa Jepang) dan bagaimana persepsi orang Jepang masa kini terhadap peran gender pria dan wanita tersebut.
Hasil analisis data menggambarkan bahwa terdapat pengaruh sejarah China klasik dan mitologi Jepang dalam data kotowaza. Hasil interpretasi kotowaza menggambarkan bahwa posisi pria dan wanita memiliki kedudukan yang sama-sama penting dalam ranah masing-masing. Dari segi fungsi, pria berfungsi sebagai pusat keluarga dan masyarakat, sedangkan wanita berfungsi secara umum pada ranah domestik. Sebagian besar kotowaza menggambarkan teori peran nurture yang menuntut adanya kesejajaran hak antara pria dan wanita. Hasil interpretasi kuesioner dari 20 informan menunjukkan adanya persepsi tentang perlunya pandangan androgini dalam menyikapi gambaran peran gender pria dan wanita yang tergambar dalam kotowaza.

This study examines thirty six kotowaza (Japanese proverbs) using hermeneutics approach. The interpretation is related to the theory of Ortner and nature, nurture, and equilibrium gender theory. This study is intended to answer the questions about how men and women‟s gender role‟s views reflected in kotowaza (Japanese Proverbs) and how the Japanese people perceive about them.
The analysis results showed that there were Chinese history and Japanese mitology influences in data. The interpretations of data reflected that men and women had vital position in their own ranges. Men are functioned as family and social center and women are functioned in domestic area. Most of kotowaza showed its relation to the nurture?s theory which claims the equality rights between men and women. Twenty informant‟s questionnaire showed that there were an androgini‟s views on perceiving the gender role‟s reflected in kotowaza."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T30524
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pandu Hutama
"Ada pemikiran bahwa dengan tidak bertemu dengan orang asing akan mengurangi tindak kejahatan, namun ternyata tidak demikian. Jurnal ini dibuat untuk menjelaskan bahwa kemajuan teknologi tetap memberi peluang terhadap kejahatan. Di Jepang berdasarkan sumber referensi, masyarakat menggunakan media sosial untuk saling berkomunikasi dan mempertahankan persahabatan dengan teman yang mereka sulit temui karena adanya perbedaan jarak yang besar, kondisi, maupun pekerjaan. Dengan pendekatan metode kualitatif, maraknya penggunaan media sosial mengurangi komunikasi fisik orang Jepang, walaupun komunikasi fisik berkurang penggunaan media sosial juga dimanfaatkan untuk melakukan bullying dengan sebutan cyber-bullying. Diperkirakan hal ini disebabkan karena pelaku cyber bullying tidak mudah untuk dideteksi dan menyerang mental bukan fisik korban. Ada juga kejahatan internet yang muncul dalam berbagai bentuk seperti penipuan dan pelakunya sulit ditangkap karena jejak kejahatan internet dapat dihilangkan oleh penjahat itu, serta mudah bagi pelakunya untuk melakukannya lagi karena sering tidak terdeteksi dan mudah untuk dibuat ulang. Hal ini menimbulkan rasa takut di masyarakat Jepang terhadap orang asing di internet. Jadi perkembangan teknologi dan media sosial selain memiliki sisi baik juga memiliki sisi buruk bagi masyarakat.

There is a thought, with not meeting stranger will reduce crime, but it is not true. This journal is made to explain even with technology advances still give room for crime. In Japan based on reference, people using media social for communicating and maintaining friendship with friends who hard to meet because of distance, condition, and work. With qualitatif method approach, the use of media social reduce physical communication of Japanesepeople, even though physical communication reduced, media social can be used for bullying known as cyber-bullying. It is estimated caused by cyber-bullying suspect is hard to detect and attack the mental of the victim. There is also crime internet appear in many form like fraud and the suspect is hard to catch because they can erase their internet trace, also it is easy for the suspect to do it again because it is hard to detect and easy to remake it. this thing make fear among the Japanese about strangers in the internet. So technology and media social advance have a good side and a bad side.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Trivinia Athina Sari
"Penelitian ini membahas faktor-faktor yang melatarbelakangi pengambilan keputusan migrasi perempuan Indonesia yang menikah dengan laki-laki Jepang dan berusaha melihat posisi perempuan dalam negosiasi pengambilan keputusan terkait migrasi. Pernikahan internasional memicu migrasi salah satu pasangan ke negara asal pasangannya. Faktor pendorong dari Indonesia dan faktor penarik dari Jepang diteliti menggunakan kerangka teori push and pull. Kemudian diteliti juga bagaimana adaptasi perempuan migran pasca migrasi, serta bagaimana kehidupan di Jepang berpengaruh kepada keinginan untuk bermigrasi kembali ke Indonesia menggunakan kerangka teori peran sosial pada pembagian peran gender. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan wawancara mendalam terhadap 7 perempuan Indonesia yang bertemu suaminya di Indonesia dan kemudian bermigrasi ke Jepang. Hasil penelitian menunjukkan perempuan Indonesia bermigrasi ke Jepang dipicu faktor ekonomi yang bersinergi dengan dorongan ideologi peran sosial yang berakar pada persepsi dan ekspektasi tentang peran gender tradisional. Setelah bermigrasi, sedikit sekali informan yang dapat bekerja pada level yang sama dengan pekerjaannya di Indonesia sehingga status mereka berubah menjadi ‘migran pengikut’. Ketergantungan ini memperkuat dinamika kekuasaan patriarki dalam rumah tangga dan membuat perempuan migran lebih rentan terhadap kontrol dan kekerasan domestik. Hanya 2 dari 7 informan yang berkeinginan untuk bermigrasi kembali ke Indonesia, 5 informan lainnya berencana untuk menetap di Jepang.

This study examines the factors behind the migration decision-making of Indonesian women married to Japanese men and looks at the position of women in negotiating migration-related decisions. International marriages trigger migration of one spouse to the other's home country. Push factors from Indonesia and pull factors from Japan are examined using the push and pull theoretical framework. It also examines how women migrants adapt after migration, and how life in Japan affects the desire to migrate back to Indonesia using the social role theory framework on the division of gender roles. The research used qualitative methods with in-depth interviews with 7 Indonesian women who met their husbands in Indonesia and then migrated to Japan. The results showed that Indonesian women migrated to Japan due to economic factors that synergized with the drive of social role ideology rooted in perceptions and expectations of traditional gender roles. After migrating, very few informants were able to work at the same level as their jobs in Indonesia so their status turned into 'follower migrants'. This dependency reinforces patriarchal power dynamics in the household and makes migrant women more vulnerable to domestic control and violence. Only 2 out of 7 informants would like to migrate back to Indonesia, while the other 5 informants plan to stay in Japan."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Dwi Ari Wibowo
"Penelitian ini membahas makna pernikahan yang dilakukan oleh pasangan gay dan lesbian dalam film Dugyeolhanjang. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menjelaskan tentang alasan seorang gay yang menikahi seorang lesbian untuk sebuah kamuflase bagi diri mereka masing-masing yang dipengaruhi oleh sistem keluarga di masyarakat Korea. Bagi tokoh utama gay di sini ia menikahi seorang lesbian karena lelah dengan pertanyaan menikah dari orang tua dan sekitarnya. Ia takut jika masyarakat tahu bahwa dirinya gay akan menghancurkan kehidupannya. Sedangkan tokoh utama lesbian yang sudah memiliki pasangan wanita ini menikah agar bisa mengadopsi anak dengan mudah.

This research explains the meaning of gay and lesbian couple marriage which related to the theme of the movie Dugyeolhanjang. This research is qualitative research with descriptive design. The result of this research explains the reason that gay married lesbian is to cover their each identity for being homosexual which affected by family system in Korean society. For the gay, he married the lesbian because he got being tired of people and his parents asking him about marriage. He is afraid if people know that he is gay it will ruins his life. While the lesbian which has girlfriend married gay in order to adopt baby easily.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Meidinna Fitrie Lestari
"Skripsi ini membahas mengenai pandangan tentang pernikahan oleh dua tokoh utama wanita dalam novel Seo Inneun Yoja karya Park Wan Suh. Dua tokoh wanita dalam novel tersebut berasal dari dua generasi yang berbeda, yaitu generasi ibu dan anak. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif-analisis. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan sosiologi sastra dengan menghubungkan pandangan kedua tokoh tentang pernikahan dengan kondisi sosial masyarakat Korea Selatan pada masa diciptakannya novel, yaitu periode 1980-an.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan pandangan antara tokoh generasi ibu dan tokoh generasi anak dalam beberapa hal terkait pernikahan. Perbedaan pandangan itu terjadi karena beberapa faktor, seperti perbedaan generasi di antara kedua tokoh dan kondisi sosial yang turut mempengaruhi karakter kedua tokoh tersebut. Selain itu, perbedaan pandangan kedua tokoh tentang pernikahan juga menggambarkan perubahan sosial yang terjadi, dari tradisional menuju modern, pada masyarakat Korea di masa transisi tersebut.

This thesis explains about the view on marriage by two main female characters in Seo Inneun Yoja novel by Park Wan Suh. Two female characters in the novel come from two different generations, the mother generation and the child generation. This research is a qualitative research with descriptive analysis method. In this study, the author uses the theory of sociology of literature by connecting the views of the two characters about marriage to social condition of South Korean society during the creation of the novel in 1980s.
The result of the research shows that there are differences in views between the mother rsquo s generation and the child rsquo s generation figure in some matters related to marriage. Differences in views occur due to several factors, such as the difference in generation between the two characters and social conditions that also affect the personality of the two characters. In addition, differences in views of the two characters about marriage also describe the social change occurred, from traditional to modern, in Korean society in this transition period.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>