Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 55560 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Prianti Yogi Warapsari
"Penelitian ini mengkaji mengenai representasi pendeta Buddha di Jepang yang digambarkan dalam film Fancy Dance. Tujuan dari penelitian ini untuk menggambarkan sosok pendeta Buddha Jepang yang tidak mengindahkan sepuluh jalan perilaku kebaikan (Juuzen). Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penulisan deskriptif analisis, yaitu metode penulisan dengan menggunakan data utama berupa data pustaka yaitu film Fancy Dance yang akan dideskripsikan menggunakan pendekatan semiotika untuk mencari makna di dalam tanda-tanda budaya dalam film ini. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah film Fancy Dance karya Masaki Suo yang diadaptasi dari manga (komik Jeoang) berjudul Fanshii Dansu karya Reiko Okano. Teori yang diguankan dalam menganalisis representasi pendeta Buddha ini adalah teori semiotic dalam televise milik John Fiske serta teori ajaran Buddha Dasar tentang Juuzen (sepuluh jalan perilaku kebaikan) yang diungkapkan kembali oleh Etty N Anwar. Setelah dianalisis perilaku Buddha dalam film ini melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan Juuzen, namun hal ini tidak dianggap sebagai dosa yang serius. Hal tersebut berhubungan dengan konsep bonno o ikasu yang terdapat dalam ajaran Buddhisme di Jepang yang mengakui adanya nafsu dalam diri setiap manusia yang lahir secara alami.

This research is examining about the representation of the Buddhist priest that is reflected in the Fancy Dance movie.the purpose of the research is to describe a Buddhist priest role that is not obey the ten good acts (Juuzen). The research is using the semiotic analyzing method to find the meaning of the culture signs on this movie. The data source that is used on this research is the Fancy Dance movie by Masaki Suo that is adapted from a manga titled Fanshii Dansu by Reiko Okano. The theory that is used in analyzing this Buddhist priest representation is a semiotic theory by John Fiske, and the theory of the basic Buddhist way about Juuzen (the ten good acts) which is rephrased again by Etty N. Anwar. The analyzing the Buddhist priest’s action on this movie, it is not proper with the Juuzen, but this thing is not considered as a serious sin. It is related with the Bonno o Ikasu concept that’s on the Buddhism wa y which is admit secular desire that we have as a human which is naturally born from our body.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Ulkhasanah
"Film The Wings of Songs 2021 diproduseri oleh Gao Huanggang dan disutradarai oleh Abdukerim Abliz. Film ini dirilis pada 28 Maret 2021, berkisah tentang perjalanan tiga musisi muda dari tiga etnis minoritas Cina yang berbeda. Jiang Han, Jarhen, dan Dili melakukan perjalanan di kampung halaman mereka, Xinjiang, untuk mendapatkan inspirasi dalam bermusik. Dalam film ini tergambarkan kondisi beberapa suku minoritas di Xinjiang yang hidup bersama secara harmonis dan damai, menari dengan gembira dengan budaya mereka yang kental. Film ini terinspirasi oleh musik dan budaya tari di Xinjiang. Xinjiang sendiri dikenal sebagai The Hometown of Singing and Dancing. Film ini diambil di 7 (tujuh) prefektur berbeda mulai dari Tacheng hingga Tashkurgan. Penelitian ini bertujuan untuk menggali budaya-budaya etnis minoritas Xinjiang di dalam film, yaitu bagaimana sisi lain Cina yang muncul dalam film dan bagaimana representasi budaya tari dan instrumen musik suku minoritas di Xinjiang yang muncul dan tergambar dalam film The Wings of Songs 2021. Melalui metode kualitatif dan analisis semiotika Charles Sanders Peirce, peneliti menemukan bahwa dalam film ini terdapat beberapa budaya tari dan instrumen musik yang menonjol yang merepresentasikan etnis minoritas di Xinjiang.

The Wings of Songs 2021 movie was produced by Gao Huanggang and directed by Abdukerim Abliz. This movie, released on March 28, 2021, tells the journey of three young musicians from three different Chinese ethnic minorities.  Jiang Han, Jarhen, and Dili travel to their hometown, Xinjiang, to find musical inspiration.  This film shows the condition of several ethnic minorities in Xinjiang living side by side in harmony and peace, dancing happily with their strong culture.  This movie is inspired by music and dance culture in Xinjiang.  Xinjiang itself is known as “The Hometown of Singing and Dancing”.  This movie was shot in seven different prefectures, from Tacheng to Taxkorgan.  This study aims to explore the cultures of the ethnic minorities of Xinjiang in the movie, namely how the other side of China appears in the movie and how the representation of Xinjiang ethnic minorities’ dance cultures and musical instruments is shown and depicted in the 2021 movie The Wings of Songs. Using qualitative methods and Charles Sanders Peirce's semiotic analysis, this study found there are several prominent dance cultures and musical instruments that represent ethnic minorities of Xinjiang in this movie."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Roojen, Pepin van, compiler
Amsterdam: Thw Pepin Press, 2010
688.8 FAN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Murakami, Haruki, 1949-
New York: Vintage Books, 1995
895.635 MUR d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Wellons, Blanche
Chicago: Laidlaw, 1949
813.54 WEL e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ariane sabarini
"ABSTRAK
Yingxiong (Hero) adalah film bergenre Wuxia karya Zhang Yimou. Film ini mengambil latar sejarah pada tahun 475-221 SM, menggali sejarah Tiongkok kuno dengan sebuah kisah fiksi tentang misi pembunuhan Kaisar Qin
oleh Wu Ming, seorang pekerja tingkat rendah, dengan cara membunuh tiga pembunuh dari negri Zhou yang mengancam nyawa Kaisar Qin dengan ilmu pedangnya yang luar biasa. Film ini memiliki nilai estetika yang tinggi dan secara terstruktur disajikan menggunakan nuansa warna-warna yang berbeda pada adegan film. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana warna dari setiap adegan mewakili makna dan hubungan alur film. Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam jurnal ini adalah analisis deskriptif dengan pendekatan intrinsik. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tidak ada makna lainnya dari penggunaan warna adegan melainkan hanya sebagai penanda alur maju atau mundurnya film.

ABSTRACT
Yingxiong (Hero) is a Wuxia genre movie by Zhang Yimou. Set in 475-221 BC, the movie delves into ancient China with a fictional tale about Emperor Qin s assassination mission by Wu Ming, a low-level functionary, by eliminating three potential assassins from Zhou country with his invincible swordsmanship. The movie posses high aesthetic value and is very structurally presented with color-coded scenes. The purpose of this study is to describe how the colors of each scene represent the meaning and relationship of the movie plot. The research
method used by the author in this journal is descriptive analysis with an intrinsic approach, that revealed there are no other meanings of the color-coded scenes other than to mark the progessive or flash back plot of the movie."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Ulinnuha Gunawan
"Gender kerap disalahartikan sebagai jenis kelamin, padahal keduanya merupakan hal yang berbeda. Pada tahun 2023, Korea Selatan meluncurkan film berjudul Kill Boksoon yang mencoba mengangkat isu dekonstruksi gender. Penulis tertarik untuk mengetahui gambaran perempuan yang bekerja sebagai pembunuh bayaran melalui produk budaya populer Korea Selatan tersebut. Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana perempuan yang berprofesi sebagai pembunuh bayaran digambarkan menjalankan perannya sebagai pencari nafkah dan ibu dalam film Kill Boksoon. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan teknik simak catat untuk mengumpulkan data. Hasil penelitian ini menunjukkan penggambaran perempuan dengan sifat maskulin saat bekerja dan sifat feminin ketika memenuhi peran seorang ibu.
Gender is often confused with sex, even though they are different things. In 2023, South Korea released a movie titled Kill Boksoon which tries to raise the issue of gender deconstruction. The author wants to explore the representation of women working as hitman through South Korea's popular culture product. The issue discussed in this research is how women working as hitmen are portrayed in carrying out their roles as breadwinners and mother in the movie Kill Boksoon. The method used in this research is descriptive qualitative with note-taking techniques to collect data. The result of this research shows the representation of women who exhibit masculine characteristics when working and feminine characteristics when fulfilling the role of a mother."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Kansy
""Brave" adalah sebuah film animasi komputer dari Amerika yang bertemakan fantasi komedi yang diproduksi oleh Pixar Animation Studios dan di diterbitkan oleh Walt Disney Pictures pada tahun 2012. Film ini berbeda dari cerita fairy tales klasik. Film ini mempresentasikan perempuan sebagai tokoh utama. Masalah yang akan dibahas di sini adalah bagaimana tokoh-tokoh perempuan direpresentasikan dalam film "Brave". Penelitian ini menggunakan semiotik dan kode televisi oleh John Fiske. Beberapa subtema yang digunakan adalah feminism dalam kekuatan, feminism dalam kepemimpinan, feminism dalam stereotip, feminism dalam karakterisasi, dan feminism dalam kebebasan. Lebih lanjjut lagi, film ini menunjukan beberapa perubahan mendasar dari stereotip film Disney.

"Brave" is an American computer-animated fantasy comedy film produced by Pixar Animation Studios and released by Walt Disney Pictures in 2012. This film is different from classic fairy tales. This film represented a tough woman as the main character. The problem that will be discussed here is how the female characters are represented in "Brave". This study uses semiotics, particularly codes of television by John Fiske. Subthemes are used to analyze feminism in power, feminism in leadership, feminism in stereotypes, feminism in characterization, and feminism in freedom. The conclusion of this study is that the film contains feminism in power, leadership, stereotypes, characterization, and freedom. Furthermore, this film shows some basic changes from the common stereotype of Disney movie.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ryan Umaru Meidira
"Skripsi ini menganalisis representasi pustakawan dalam film Party Girl. Penelitian ini menggunakan metode semiotik dengan analisis hubungan sintagmatik dan paradigmatik yang dikemukakan oleh Roland Barthers. Hasil dari analisis sintagmatik menunjukan bahwa representasi pustakawan terlihat pada perjuangan tokoh Mary untuk menjadi pustakawan. Analisis paradigmatik menunjukan representasi pustakawan yang dideskripsikan pada tokoh dan latar. Penelitian ini menunjukkan bahwa pustakawan dalam film ini melaksanakan kegiatannya sesuai dengan kode etik pustakawan. Pustakawan adalah profesi yang dapat dibanggakan karena untuk menjadi pustakawan harus berdedikasi, bekerja keras, dan pantang menyerah.

This undergraduated thesis analyzes the representation of librarian in the movie titled Party Girl. This research uses semiotic method with analysis of syntagmatic and paradigmatic relation which expressed by Roland Barthes. The results of syntagmatic analyses shows the representation of librarian that shown in the struggle of Mary's character to become a librarian. In paradigmatic analysis, librarian represented by the description of characters and backgrounds. The results of this research shows that librarian in this movie conducting their work based on librarian's code of ethics. Librarian is a profession that can make you proud because to become a librarian need full dedication, hard work, and iron will.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S69937
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Disyacitta Nastiti
"ABSTRAK
Wa Halla rsquo; La Wayn? merupakan sebuah film yang berkisah tentang kehidupan sebuah desa yang terisolir. Desa tersebut dihuni oleh dua kelompok agama, yaitu Muslim dan Kristen. Kaum perempuan di dalamnya berusaha untuk melindungi desa dari timbulnya peperangan antaragama yang terjadi di luar desa. Film ini menarik untuk diteliti karena adanya karakter perempuan yang lebih dominan dalam menyelesaikan konflik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab dan menjelaskan seperti apa karakter perempuan dinarasikan dalam film, serta mengetahui bagaimana narasi cerita yang dibangun. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Peneliti akan menganalisis struktur narasi, cerita, alur, sudut pandang serta fungsi dan karakter pada film yang disutradarai oleh Nadine Labaki ini. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa representasi perempuan yang ditampilkan pada film ini tidak meninggalkan keseluruhan stereotipe perempuan pada umumnya. Di sisi lain, perempuan mampu melakukan sesuatu yang lebih besar daripada stereotipe pada umumnya.

ABSTRACT
Wa Halla rsquo La Wayn is a movie that tells about the life of an isolated vilage. The village is inhabited by two religious groups, they are Muslim and Christian groups. The women in it are trying to protect the village from the incident of interfaith warfare that happened outside the village. This film is interesting to be researched because the female characters in it are more dominant to solve the conflict. The purpose of this research is to answer and explain what kind of female characters narrated in the film, also to know how narrative story is built. The methodology used in this research is descriptive qualitative. Researcher will analyze the structure of narrative, story, plot, point of view, also the functions and characters in the film which was directed by Nadine Labaki. The results of the research can be concluded that the female representation shown in this film does not leave the whole stereotype of women in general. On the other side, the women able to do something bigger than the stereotype in general."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>