Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178602 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sinabutar, Klara
"Latar belakang : Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan hubungan antara faktor-faktor risiko (polutan pekerjaan, usia, lama merokok, dan berat badan) dengan penurunan nilai Kapasitas Vital Paksa (KVP) pada teknisi pesawat. Penurunan KVP yang menandai adanya gangguan paru restriktif dapat mengganggu fungsi pernafasan sehingga dapat menurunkan kinerja teknisi pesawat, sehingga perlu diketahui faktor-faktor risiko yang menurunkan KVP.
Metode : Penelitian ini menggunakan disain penelitian potong lintang dengan sampling purposif di antara teknisi pesawat. Pengambilan data dilakukan sejak 16 Mei 2013 sampai dengan 17 Mei 2013 di Skatek 021 Lanud Halim Perdanakusuma dan Lakespra Saryanto. Data diambil dengan wawancara dan pengisian kuesioner oleh peneliti dan pemeriksaan spirometri. Data yang didapat dianalisis dengan regresi linear.
Hasil : Total subjek yang menyelesaikan penelitian ini berjumlah 135 orang. Nilai KVP antara 61-123 dengan rerata 85,77 ± 12,18. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa paparan polutan pekerjaan memiliki hubungan yang bermakna dengan penurunan nilai KVP pada teknisi pesawat (r = -2,43, CI =-3,066;-1,80; P=0,000). Umur ternyata memiliki hubungan yang bermakna dengan penurunan nilai KVP pada teknisi pesawat (r = -0,42, CI =-0,64;-0,19; P=0,000). Subjek yang skor polutan pekerjaannya lebih banyak dan umurnya lebih tua maka nilai KVP akan makin turun. Bertambahnya 1 skor polutan pekerjaan dan 1 tahun umur akan menurunkan nilai KVP masing-masing sebanyak 2,43% dan 0,42%.
Kesimpulan : polutan pekerjaan dan umur terbukti berhubungan dengan penurunan nilai KVP pada teknisi pesawat.

Background : The aim of this study is to prove the effect of risk factors (pollutants, age, smoking duration, and body weight) with Forced Vital Capacity (FVC) among aircraft technicians. Forced Vital Capacity reduction that indicates restrictive lung disorders can impair respiratory function and degrade the performance of aircraft technicians, so it is important to identify the risk factors that decrease FVC.
Methods : This study used a cross-sectional study design with purposive sampling among aircraft technicians. Data collection was conducted from May 16, 2013 until May 17, 2013 at Technic Squadron 021 Halim Perdanakusuma Air Base and Institute of Aviation Medicine Dr. Saryanto (Lakespra Saryanto). Data retrieved by interviews and questionnaires by researchers and spirometry examination. The data were analyzed by linear regression.
Results : Total subjects who completed the study amounted to 135 people. FVC value between 61 to 123 with an average of 85.77 ± 12.18. This study showed that pollutants proved to have a significant effect with FVC among aircraft technicians [r = -2,43, 95% confidence interval (CI)=-3,066;-1,80 ;P=0,000]. Age had a significant effect with FVC among aircraft technicians (r = -0,42, CI =-0,64;-0,19 ;P=0,000). 1 point increase in pollutants score and 1 year of age will decrease the value of FVC respectively 2,43% and 0,42%.
Conclusion : Pollutants and age proved to affect the value of Forced Vital Capacity among aircraft technicians.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Laras Hapsari
"Latar belakang: Teknisi pesawat terbang militer terpajan polutan dan zat solvent di tempat kerja dan asap rokok yang dapat mengakibatkan penurunan nilai volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) yang dapat menurunkan kinerja teknisi pesawat. Tujuan penelitian adalah untuk membuktikan pengaruh antara polutan pekerjaan dan merokok terhadap nilai VEP1 pada teknisi pesawat terbang militer.
Metode: Penelitian potong lintang ini dengan sampling purposif di antara teknisi pesawat terbang militer yang dilakukan 16-17 Mei 2013 di Skatek 021 Halim PK dan Lakespra Saryanto. Data diperoleh oleh peneliti dengan wawancara menggunakan kuesioner dan hasil pemeriksaan spirometri. Analisis data menggunakan regresi linear.
Hasil: Subyek penelitian sebanyak 135 orang. Nilai VEP1 antara 57-122 dengan rerata 87.88 dan standar deviasi (SD) 12.61. Polutan pekerjaan dan lama merokok merupakan faktor risiko dominan terhadap nilai VEP1. Dengan kenaikan 1 skor polutan pekerjaan akan menurunkan nilai VEP1 sebesar 2.57 [koefisien regresi (r) = -2.57, P=0.000]. Selain itu dengan pertambahan 1 tahun lama merokok akan menurunkan nilai VEP1 sebesar 0.22 (r= -0.22, P=0.015).
Kesimpulan: Polutan pekerjaan dan lama merokok menurunkan nilai VEP1 pada teknisi pesawat terbang militer.

Background: Military aircraft technicians exposed to pollutants and solvent substances in the workplace and cigarette smoke can lead to impairment of forced expiratory volume in one second (FEV1) which can degrade the performance of aircraft technicians. The research objective is to prove the effect between pollutants and smoking on FEV1 among military aircraft technicians.
Method: This cross-sectional study with purposive sampling among military aircraft technician who performed 16 to 17 May 2013 in the 021 Skatek Halim PK and Lakespra Saryanto. Data obtained by the researchers with the interviews using a questionnaire and the results of spirometry. Analysis of the data using linear regression.
Result: Research subjects as much as 135 people. FEV1 value between 57-122 with a mean of 87.88 and standard deviation (SD) 12.61. Pollutants and smoking duration is the dominant risk factor for FEV1 value. With rising 1 scores pollutants will decrease the value of the work at 2.57 FEV1 [regression coefficient (r) = -2.57, P = 0.000]. In addition to the increase in 1 year smoking duration will decrease the value of FEV1 at 0.22 (r = -0.22, P = 0.015).
Conclusion: Pollutants and smoking duration lowers the value FEV1 on military aircraft technicians
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Qudsiddik Unggul Putranto
"Latar Belakang : Pasien yang menjalani operasi koreksi skoliosis pascaoperasi di RSCMmendapatkan lama ventilasi mekanik pascaoperasi yang beragam. Pemakaian ventilasimekanik pascaoperasi koreksi skoliosis memengaruhi biaya perawatan dan waktu kontakpasien dengan keluarga. Identifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi lama ventilasimekanik diharapkan dapat memprediksi lama ventilasi mekanik pascaoperasi sehinggalebih efektif dalam penggunaan ventilasi mekanik. Penelitian ini dilakukan dengan harapanmengetahui faktor risiko lama ventilasi mekanik pascaoperasi koreksi skoliosis pendekatanposterior di RSCM.
Tujuan : Mengetahui faktor-faktor risiko yang dapat memengaruhi lama penggunaanventilasi mekanik pascaoperasi koreksi skoliosis pendekatan posterior.
Metode : Penelitian ini adalah penelitian kohort retrospektif menggunakan data dari rekammedis. Lima puluh dua pasien yang menjalani operasi koreksi skoliosis pendekatanposterior antara januari 2011 hingga Juni 2016 dianalisis secara retrospektif. Dicatat lamapemakaian ventilasi mekanik pascaoperasi koreksi skoliosis pendekatan posterior. Faktorpreoperasi dan intraoperasi yang dianalisis merupakan data yang biasa dicatat dalam rekammedis antara lain nilai kapasitas vital paksa preoperasi, hipertensi pulmonal, jumlahperdarahan, jumlah cairan intraoperasi, transfusi darah dan lokasi segmen vertebra. Dataakan diolah menggunakan perangkat lunak SPSS dengan uji korelasi dan analisismultivariat regresi linier.
Hasil : Mayoritas sampel adalah wanita 86,5 . Analisis korelasi didapatkan jumlahperdarahan r=0,431."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ranindita Amaida Safira
"Latar Belakang: Uji fungsi paru merupakan metode untuk mengukur ada tidaknya gangguan pada paru. Salah satu parameter fungsi paru adalah kapasitas vital paksa KVP . Pengaruh kadar lemak pada kapasitas vital paksa belum banyak diketahui.
Tujuan: Untuk melihat ada tidaknya korelasi antara kadar lemak dengan kapasitas vital paksa
Metode: Studi ini merupakan studi potong lintang dengan 62 subjek penelitian yang didapatkan dari data sekunder dan dipilih dengan sistem random sampling. Data diolah menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnoff dan uji korelasi Pearson
Hasil: Dari hasil penelitian didapatkan nilai korelasi kadar lemak dengan kapasitas vital paksa p >0.001 pada laki-laki dan nilai korelasi p>0.001 pada perempuan yang menunjukkan tidak ada korelasi signifikan di antara kadar lemak dan kapasitas vital paksa
Kesimpulan: Penelitian ini munjukkan bahwa kadar lemak tidak mempunyai hubungan signifikan terhadap kapasitas vital paksa.

Background: Lung function tests are used to evaluate lung health conditions. Forced vital capacity is one of the parameter of lung function. Body fat percentage effect to lung function had not been discovered much.
Objective: This research purpose is to find the relation between body fat percentage and forced vital capacity
Methods: This study used cross sectional study with 62 subjects that were obtained from secondary data and picked by symple random sampling. The method used to analyze the data are Kolmogorov Smirnov normality test and Pearson Correlation test.
Results: Based on the study the correlation value between body fat percentage and forced vital capacity is p 0.001 on both male and females group.
Conclusion: The research shows that there is no correlation or significant effect between body percentage with forced vital capacity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vika Endria
"Gangguan respirasi yang berkepanjangan menjadi permasalah baru yang muncul bagi pasien yang telah dinyatakan sembuh dari infeksi Covid 19. Gejala terjadi karena terganggunya compliance paru akibat proses infeksi yang berdampak pada penurunan kapasitas vital paru. Kondisi tersebut dapat dicegah melalui latihan nafas dalam. Latihan nafas dalam bertujuan meningkatkan kemampuan otot-otot pernafasan yang berguna untuk meningkatkan compliance paru, meningkatkan fungsi ventilasi, recovery pasca infeksi, memperbaiki oksigenasasi dan meningkatkan efisiensi batuk. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengidentifikasi pengaruh latihan nafas dalam terhadap kapasitas vital paru pada pasien post Covid 19. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 40 responden yang dibagi menjadi 20 responden kelompok intervensi dan 20 responden kelompok kontrol. Metode penelitian ini adalah quasi eksperimen pre dan post test nonequivalent control group. Kelompok intervensi diberikan perlakuan latihan nafas dalam dan kelompok kontrol diberkan perlakuan standar dari rumah sakit Hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh latihan nafas dalam terhadap kapasitas vital paru ( p = 0.000) dan terdapat perbedaan yang bermakna nilai kapasitas vital paru antara kelompok intervensi dan kontrol (p = 0.008). Kesimpulan penelitian ini bahwa latihan nafas dalam yang dilakukan tiga hari dengan durasi 45 menit selama dua minggu memiliki pengaruh terhadap perbaikan kapasitas vital paru pasien post Covid 19, sehingga intervensi ini dapat menjadi advance nursing intervension dan sebagai rekomendasi self management untuk memperbaiki fungsi paru pasca infeksi dan mengurangi masalah gejala berkepanjangan yang dialami pasien post Covid 19.

Prolonged respiratory disorders are a new problem that arises for patients who have been declared cured of Covid 19 infection. Symptoms occur due to disruption of lung compliance due to the infection process which results in a decrease in vital lung capacity. This condition can be prevented through deep breathing exercises. Deep breathing exercises aim to improve the ability of the respiratory muscles to increase lung compliance, improve ventilation function, post-infection recovery, improve oxygenation and increase cough efficiency. The purpose of this study was to identify the effect of deep breathing exercises on vital lung capacity in post-Covid 19 patients. The sample in this study was 40 respondents who were divided into 20 respondents in the intervention group and 20 respondents in the control group. This research method is a quasi-experimental pre and post test non-equivalent control group. The intervention group was treated with deep breathing exercises and the control group was given standard treatment from the hospital. The results showed that there was an effect of deep breathing exercises on vital lung capacity (p = 0.000) and there was a significant difference in the value of vital lung capacity between the intervention and control groups (p = 0.008). The conclusion of this study is that deep breathing exercises carried out for three days with a duration of 45 minutes for two weeks have an effect on improving the vital lung capacity of post-Covid 19 patients, so this intervention can be an advance nursing intervention and as a recommendation for self-management to improve lung function after infection and reduce the problem of prolonged symptoms by post-Covid 19 patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdillah Yasir Wicaksono
"Skleroderma (sklerosis sistemik) merupakan penyakit autoimun dengan ciri fibrosis kulit dan organ viseral. Skleroderma menurunkan kualitas hidup penderitanya dan menyebabkan kematian, yang dapat diakibatkan oleh penyakit paru interstisial (ILD) sebagai manifestasi fibrotik pada skleroderma. Pemantauan ILD pada skleroderma memerlukan penilaian penanda inflamasi, termasuk di antaranya adalah laju endap darah (LED) dan kadar protein c-reaktif (CRP) darah, serta penilaian fungsi paru dengan menilai kapasitas vital paksa (KVP). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui korelasi antara LED dan CRP dengan KVP pada pasien skleroderma di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Penelitian potong lintang dilakukan dengan mengumpulkan data dari rekam medis pasien tahun 2013-2015. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya korelasi yang signifikan antara LED dengan KVP (r=0,209; p=0,287) dan CRP dengan KVP (r=0,261; p=0,241).

Scleroderma (systemic sclerosis) is an autoimmune disease characterized by the fibrosis of skin and visceral organs. Scleroderma affects the quality of life and cause mortality, which may be caused by interstitial lung disease (ILD) as the fibrotic manifestation of scleroderma. Monitoring of ILD in scleroderma requires the evaluation of markers of inflammation, including erythrocyte sedimentation rate (ESR) and CRP level, and also evaluation of lung function by measuring forced vital capacity (FVC). The objective of this study is to determine the correlation of ESR and CRP to FVC in scleroderma patients of Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta. A cross-sectional study was done by gathering data from medical records of patients from year 2013-2015. The study showed that there is no significant correlation between ESR and FVC (r=0,209; p=0,287 and between CRP and FVC (r=0,261; p=0,241).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
J. Handoko Koesnadi
"Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan membandingkan kelompok siswa penyelam (Selamal) sebanyak 43 laki-laki sehat sebagai kelompok perlakuan, dan kelompok siswa perawat (Sekesal) sebanyak 39 laki-laki sehat sebagai kelompok kontrol dan berumur antara 21-33 tahun; terhadap perubahan Volume Ekspirasi Paksa 1 detik (VEPI) per Kapasitas Vital Paksa (KVP) dan denyut nadi di Iingkungan normobarik (darat) dan submersi (air) path pralatihan dan pascalatihan. Intervensi hanya dikerjakan pada kelompok perlakuan berupa latihan fisik dasar dan latihan menyelam selama 12 minggu.
Pengukuran dilaksanakan saat pralatihan dan pascalatihan pada kondisi submersi dan normobarik dengan menggunakan Spirometer, Palpasi dan Sphygmomanometer. Hasil dari peneitian ini, setelah intervensi dilakukan tidak ada perbedaan yang bermakna pada nilai VEP1/KVP pada kedua kelompok di kondisi normobaiik, tetapi pada kondisi submersi ada perbedaan bermakna. Perbedaan bermakna juga ditunjukkan pada nilai nadi kelompok perlakuan dan kelompok kontrol baik pada kondisi normobarik maupun submersi.
Kenyataan ini menunjukkan ada pengaruh lingkungan hiperbarik terhadap fisiologi paru-paru dan kardiovaskuler, juga fenomena bradikardi yang telah dìbuktikan peneliti terdahulu. Kondisi hiperbaiik dapat menyebabkan menurunnya VEP1/KVP dan denyut nadi karena beberapa faktor dan sebagai akibat dari tekanan negatif dan kondisi pernafasan tanpa gravitasi.

This research used experimental design to compare military diver group student as a treated group, the samples are 43 healthy male and group of nurse student as a control group, to the samples are 39 healthy male, age between 21 ?33 years old to the change of FEV1/EVC and the pulse in the normobaric environment and submersion during preexercise and post-exercise. Intervension was done only by treated group in basic physical exercise and diving exercise for 2 hours/ day for 12 weeks.
Measurement was done during pre-exercise and post-exercise in the submersion and normobaric odition by using Sirometer, Palpation and Sphygtnotnanometer. The result of this research showed that after intervenSiofl was done there is no significant differences of the value FEV1/FVC on both group in normobaiic condition, but in submersion condition there is significant differences. Significant differences of the pulse value also showed among on the treated group and control group either normobaric condition or sUbmerSion condition.
This fact showed that there is an influence of hyperbaric environment to the physiology of lung and cardiovascular also the bradicairdy phenomene as its proved by the former researchers. Hyperbaric condition can cause decrease of FEV1/FVC and pulse because of some factors and the consequences are negative pressure and breathing condition without gravitation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Latif Hisbulloh
"Tuberkulosis adalah penyakit infeksius yang menyebabkan kerusakan pada parenkim paru. Pasien dengan tuberkulosis paru akan terjadi peurunan kapasitas vital paru yang akan menimbulkan compliance paru berkurangnya yang berakibat pada penurunan fungsi paru dan juga kualitas hidup pasien. Masalah diatas perlu dilakukannya tindakan dengan melakukan intervensi yoga pranayama dalam upaya meningkatkan kapasitas vital paru dan kualitas hidup pasien post tuberculosis paru.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh latihan yoga pranayama dalam meningkatkan kapasitas vital paru dan kualitas hidup pasien post tuberkulosis Paru.
Metode yang digunakan dengan jenis penelitian kuantitatif dengan desain penelitan quasi ekspenmen dengan Pre Test and Post Test With Control Group Design. Jumlah responden yang akan digunakan yaitu sebanyak 60 yang terdiri dari 30 responden kelompok intervensi dan 30 responden kelompok kontrol.
Hasil penelitian menunjukan latihan yoga pranayama sebelum dan sesudah intervensi. Selisih perbedaan perubahan nilai kapasitas vital paru setelah intervensi antara kelompok intervensi dan kontrol menunjukan tidak adanya perbedaan yang bermakna (p value 0,236) dan (p value 0,912).
Hasil ini menunjukkan bahwa Yoga pranayama efektif dalam meningkatkan kapasitas vital paru. Oleh karena itu, yoga pranayama direkomendasikan dapat menjadi terapi komplementer untuk meningkatkan kapasias vital paru pada pasien post tuberkulosis Paru.

Tuberculosis is an infectious disease that caused damage of lung parenchyma. Patients with pulmonary tuberculosis experienced of decreasing the lung’s vital capacity which lead to reduce of lung compliance, decreased lung function, and furthermore affecting patient’s quality of life. The problems can be solved by conducting yoga pranayama intervention as an effort to increase the lung vital capacity and also quality of life patient post pulmonary tuberculosis infection.
The purpose of this study was to determine the effect of yoga pranayama practice in increasing lung vital capacity and quality of life patient post-pulmonary tuberculosis infection.
The method was used a quantitative research with a quasi-experimental research design using pre and post test with a control group. This study was used 60 respondent consist of 30 respondent as intervention group and 30 respondent as control group.
This study found that before and after yoga pranayama intervention gave a significant effect on value of the lung vital capacity (p value 0.000). The difference changes value of lung vital capacity after intervention among the intervention and control groups showed that no significant difference (p value 0.236) and (p value 0.912).
These results indicated yoga pranayama was effective to increase the vital capacity of lungs. Therefore, yoga pranayama is recommended as a complementary therapy to increase lung vital capacity on post-pulmonary tuberculosis patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tjahjadi Saputra
"ABSTRAK
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Kapasitas vital adalah salah satu indeks fungsi paru dan menggambarkan kesanggupan badan. Pemeriksaannya sering dilakukan pada calon Angkatan Bersenjata, calon atlet dan tenaga kerja. Pengukuran kapasitas vital dengan spirometer terbatas pada kota besar atau pusat pendidikan dokter dan mungkin memerlukan waktu yang cukup lama untuk sampai ke puskesmas terpencil.
Pada pemeriksaan kapasitas vital terjadi pengembangan dada dan menurut kepustakaan terdapat korelasi antara kapasitas vital dengan pengembangan dada. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun suatu rumus perkiraan kapasitas vital berdasarkan pengembangan dada. Pengukuran kapasitas vital, beserta faktor yang mempengaruhinya (umur, tinggi dan berat badan, pengembangan dada), dilakukan pada 397 pria dewasa sehat, berusia 18 - 65 tahun. Korelasi antara kapasitas vital dengan faktor-faktor tersebut ditentukan, dan dibuat persamaan regresinya.
Hasil dan Kesimpulan: Subyek penelitian menunjukkan tinggi badan 150,7 - 190,3 cm; berat badan 40,6 - 90,7 kg, pengembangan dada 3,0 - 10,4 cm (X = 5,97 cm; SD = 1,25 cm) dan kapasitas vital 2,44 - 5,47 L (X = 3,62; SD = 0,56). Koefisien korelasi antara kapasitas vital dan pengembangan dada adalah 0,902 (p <0,001) dan persamaan regresi yang dibentuk adalah KV (L) = 1,131 + 0,392 PD (cm). Kapasitas vital hasil perhitungan rumus tersebut, dibandingkan dengan kapasitas vital basil pengukuran spirometer, menunjukkan selisih sebesar 0,43% (SD = 7,13%; p >0,1).
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kapasitas vital mempunyai korelasi cukup tinggi dengan pengembangan dada, dan kapasitas vital dugaan berdasarkan persamaan regresi tersebut cukup dapat dipercaya.

ABSTRACT
Scope and Method of Study: Vital capacity is one of the pulmonary function indices and one of the criteria of body fitness. Vital capacity of the prospective armies, athletes and workers is often assessed, from whom good results are expected. The Spiro meter needed for its measurement is available only in the big cities and teaching medical centers, and it will probably take a long time for it to be available in isolated public health centers.
The chest expands during the measurement of vital capacity, and according to the literature there is a correlation between vital capacity and the chest expansion. This study was carried out to obtain a regression formula for the prediction of vital capacity based on the chest expansion. Measurement of vital capacity, and the factors that influence it (age, body height and weight, chest expansion) were obtained from 397 healthy adult males, 18 - 65 years of age. The coefficient of correlation between vital capacity and the factors that influence it was calculated, and the regression formulas were formed.
Findings and Conclusions: The subjects have a height of 150.7 - 190.3 cm, weight 40.6 - 90.7 kg, chest expansion 3.0 - 10.4 cm {X = 5.97 cm, SD = 1.25 cm) and vital capacity 2.44 - 5.47 liter (X = 3.62 L, SD = 0.56). The coefficient of correlation between vital capacity and chest expansion is 0.902 (p <0.001), and the regression formula is FVC (L) = 1.131 + 0.392 TE (cm) (FVC = forced vital capacity, TE = thoracic expansion). The predicted vital capacity, compared to that measured with the Spiro meter, showed a difference of 0.43% (SD = 7.13%, p >0.1).
The conclusions drawn are that the vital capacity has a high correlation with the chest expansion, and the predicted vital capacity based on the regression formula is quite reliable.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1985
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Subiakto
"Dengan Vitamin E 200 mg Terhadap Penurunan Stres Oksidatif Dan Peningkatan Antioksidan Pada Teknisi Awaak Pesawat Terbang Militer. Stres oksidatif merupakan kondisi patologis tubuh yang disebabkan oleh terjadinya ketidakseimbangan antara oksidan dengan antioksidan tubuh, yang menghasilkan radikal bebas yang dapat mengakibatkan kerusakan sel secara dini. Radikal bebas akan berikatan bahan penyusun sel meliputi lemak, protein dan DNA akibatnya sel mengalami kerusakan, sehingga sel tidak dapat beregenerasi yang berdampak timbulnya penyakit degeneratif. Teknisi awak pesawat terbang militer sebagai personel khusus dalam melakukan pekerjaan bersinggungan langsung dengan bahan-bahan oksidan, sehingga berisiko tinggi mengalami stres oksidatif. Vitamin C dan vitamin E merupakan antioksidan non enzim dari luar luar tubuh yang memiliki peran menghambat stres oksidatif, sehingga stres oksidatif tidak terjadi. Desain penelitian studi eksperimental dengan intervensi (intervention study) dengan randomized double blind controled trial. Besar sampel 206 orang terbagi dua kelompok yaitu kelompok intervensi besar sampel 103 orang diberikan suplemen kombinasi vitamin C 500 mg dengan vitamin E 200 mg dan kelompok kontrol besar sampel 103 orang diberikan placebo selama 40 hari tanpa putus. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik responden, pola dan jumlah konsumsi vitamin C, vitamin E dan nutrien makanan, yang diperoleh dari food frequecy questionnaire (FFQ) dan 24 jam recall, pemeriksaan stres oksidatif berdasarkan pemeriksaan kadar malondialdehyde (MDA) dan antioksidan berdasarkan pemeriksaan kadar glutathione (GSH) dalam serum darah pada pre dan post intervensi. Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan stres oksidatif pada kelompok yang mendapatkan suplemen kombinasi vitamin C 500 mg dengan vitamin E 200 mg dibandingkan dengan kelompok kontrol yang mendapatkan placebo, secara bermakna dengan p value 0,04 dengan besar efek - 0,089 nmol/mL, selang kepercayaan 95% (-0,17875 – 0,00095). Tidak terjadi peningkatan antioksidan pada kelompok yang mendapatkan suplemen kombinasi vitamin C 500 mg dengan vitamin E 200 mg dibandingkan dengan kelompok kontrol yang mendapatkan placebo, secara tidak bermakna dengan p value 0,81 dengan besar efek -0,019 ug/mL, selang kepercayaan 95% (-0,140 – 0,180). Kata kunci : Suplemen Kombinasi Vitamin C dan Vitamin E, Stres Oksidatif, Antioksidan, Teknisi Awak Pesawat Terbang Milite

500 mg with Vitamin E 200 mg to Decrease Oxidative Stress and Increase Antioxidant on Technician Crew Military Aircraft. Oxidative stress is pathological condition body that is caused by imbalance between oxidants with antioxidants body, which produces free radicals that can lead cell damage early. Free radical will bind building blocks cell covering of fat, protein and DNA will result damage cell, so cell can not regenerate that affect onset of degenerative diseases. Technicians crew military aircraft as specialized personnel with activity job direct contact with material oxidant, thus high risk of oxidative stress. Vitamin C and vitamin E are antioxidant enzyme exogen outside body which has role inhibiting oxidative stress, so oxidative stress does not occur. The design study experimental studies with intervention randomized double blind controled trial. Sample size 206 people divided into two groups are intervention group with sample size 103 people are given supplements combination vitamin C 500 mg with vitamin E 200 mg and control group with sample size 103 people are given placebo for 40 days without break. Data collected include are characteristics of respondent, pattern and amount of consumption of vitamin C, vitamin E and nutrient food, derived from food frequecy questionnaire (FFQ) and 24-hour recall, examination of oxidative stress by checking levels malondialdehyde (MDA) and examination of antioxidant by checking levels glutathione (GSH) in blood serum in pre and post intervention. The results showed decrease oxidative stress in group intervention who are received suplement combination vitamin C 500 mg with vitamin E 200 mg compared with control group who are received placebo, are significant with p value 0.04 with effects size -0.089 nmol/mL, confidence interval 95 % (-0.17875 - 0.00095). No increase antioxidants in group intervention who are received supplement combination vitamin C 500 mg with vitamin E 200 mg compared with control group who are received placebo, are not significant with p value 0.81 with effects size -0.019 ug/mL, 95% confidence interval ( -0.140 - 0.180)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>